110
BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1. Perencanaan Pelatihan dan Pengembangan 2.1.1.Pengertian Pelatihan dan Pengembangan Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan. Tidak terlalu jauh dalam instansi pendidikan, pelatihan dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja para tenaga kerja pendidikan yang dianggap belum mampu untuk mengemban pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat dalarn pendidikan. Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia adalah training and development artinya 3

Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1. Perencanaan Pelatihan dan Pengembangan

2.1.1.Pengertian Pelatihan dan Pengembangan

Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia

kerja di perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi

pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan

pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih

menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan

dijabat kedepan. Tidak terlalu jauh dalam instansi pendidikan,

pelatihan dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya

meningkatkan kinerja para tenaga kerja pendidikan yang dianggap

belum mampu untuk mengemban pekerjaannya karena faktor

perkembangan kebutuhan masyarakat dalarn pendidikan.

Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia adalah

training and development artinya bahwa untuk mendapatkan tenaga

kerja pendidikan yang bersumber daya manusia yang baik dan tepat

sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagai upaya

untuk mempersiapkan para tenaga kerja pendidikan untuk menghadapi

tugas pekerjaan jabatan yang dianggap belum menguasainya. Berikut

ini adalah pendapat beberapa ahli tentang pengertian pelatihan :

1. Menurut Raymond A. Noe (2002)“Training refers to a planned effort by a company to facilitate employees’ learning of job-related competencies.”

3

Page 2: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

2. Menurut Andrew F. Sikula (1981)“A short-term educational process utilizing a systematic and organized procedure by which non-managerial personnel learn technical knowledge and skills for a definite purpose.”

3. Menurut Milkovich dan Boudreau (1991) “Training is a systematic process of changing the behavior, knowledge, and motivation of present employee to improve the match between employee characteristicand employee requirement”

4. Menurut Dr. Mutiara S. Panggabean, M.E. (2002)“Pelatihan adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang.”

Berdasarkan beberapa pengertian pelatihan dapat disimpulkan

bahwa pelatihan adalah suatu perubahan yang sistematis dari

knowledge, skill, attitude dan behavior yang terus mengalami

peningkatan yang dimiliki oleh setiap karyawan dengan itu dapat

mewujudkan sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau

perusahaan dalam pemenuhan standar SDM yang diinginkan. Berikut

ini adalah pendapat beberapa ahli tentang pengertian pengembangan :

1. Menurut Raymond A. Noe (2002)“Development refers to formal education, job experiences, relationships, and assesments of personality and abilities that help employees prepare for the furture.”

2. Menurut Andrew F. Sikula (1981)“Development, in reference to staffing and personnel matters, is a long term educational process utilizing a systematic and organized procedure by which managerial personnel learn conceptual ang theorical knowledge for general purpose”

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan

bahwapengembangan adalah aktivitas memelihara dan meningkatkan

4

Page 3: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

kompetensi (pengetahuan, keahlian dan kemampuan) pegawai untuk

mencapai efektifitas organisasi.

2.1.2.Tujuan Pelatihan

Pada umumnya, pelatihan dilakukan untuk kepentingan

karyawan, perusahaan, dan konsumen.

1. Karyawan

a. Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan

karyawan.

b. Meningkatkan moral karyawan. Dengan keterampilan dan

keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya mereka akan

antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

c. Memperbaiki kinerja. Karyawan yang bekerja secara tidak

memuaskan karena kekurangan keterampilan dapat

diminimalkan melalui program pelatihan dan pengembangan.

d. Membantu karyawan dalam menghadapi perubahan-

perubahan, baik perubahan struktur organisasi, teknologi,

maupun sumber daya manusianya. Melalui pelatihan dan

pengembangan karyawan diharapkan dapat secara efektif

menggunakan teknologi baru. Manajer di semua bidang harus

secara konstan mengetahui kemajuan teknologi yang

membuat organisasi berfungsi secara lebih efektif.

e. Peningkatan karier karyawan. Dengan pelatihan dan

pengembangan kesempatan untuk meningkatkan karier

5

Page 4: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

menjadi besar karena keahlian, keterampilan dan prestasi

kerja lebih baik.

f. Meningkatkan jumlah balas jasa yang dapat diterima

karyawan. Dengan pelatihan dan pengembangan, maka

keterampilan semakin meningkat dan prestasi kerja semakin

baik dan gaji juga akan meningkat karena kenaikan gaji

didasarkan prestasi.

2. Perusahaan

a. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya

manusia. Dengan pelatihan dan pengembangan perusahaan

melakukan upayabersama untuk secara benar mendapatkan

sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan perusahaan.

b. Penghematan. Pelatihan dan pengembangan dapat

mengurangi biaya produksi karena pelatihan dan

pengebangan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan

karyawan (teknis, manusia, dan konseptual Jika karyawan

lebih terampil, maka bekerjanya lebih cepat selesal

penggunaan bahan baku lebih hemat, dan bisa menggunakan

mesin-mesin dengan lebih baik sehingga tidak cepat aus.

c. Mengurangi tingkat kerusakan dan kecelakaan. Dengan

pelatihan dan pengembangan dapat dikurangi kerusakan

barang, produksi, mesin-mesin dan tingkat kecelakaan

karyawan karena keterampilan karyawan. telah meningkat.

6

Page 5: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Hal ini dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan.

d. Memperkuat komitmen karyawan. Organisasi yang gagal

menyediakan pelatihan dan pengembangan akan kehilangan

karyawan yang berorientas, pencapaian yang merasa frustasi

karena merasa tidak ada kesempatan untuk promosi dan

akhirnya memilih keluar untuk mencari perusahaan lain yang

menyediakan pelatihan bagi kemajuan karier mereka.

3. Konsumen

a. Konsumen akan memperoleh produk yang lebih baik dalam

hal kualitas dan kuantitas.

b. Meningkatkan pelayanan karena pemberian pelayanan yang

baik merupakan daya tarik yang sangat penting bagi rekanan

perusahaan yangbersangkutan. Ini berarti bahwa dengan

adanya pelatihan dan pengembangan akan memberi manfaat

yang lebih baik bagi konsumen. Mereka dapat memperoleh

produk atau pelayanan yang lebih baik pada waktunya.

2.1.3. Tujuan Pengembangan

Terdapat berbagai macam tujuan yang ingin dicapai dari

pengembangan sumber daya manusia, antara lain:

1. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja karyawan yang tinggi dalam suatu perusahaan

dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi.

Peningkatan produktivitas tersebut, dapat dilakukan melalui

7

Page 6: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

pelaksanaan pengembangan karyawan. Dengan adanya

pengembangan karyawan dalam suatu perusahaan berarti adanya

peningkatan kemampuan teknis, kemampuan berpikir, dan

kemampuan manajerial, dapat meningkatkan produktivitas kerja

karyawan.

Kemampuan teknis merupakan kemampuan karyawan dalam

menggunakan peralatan yang ada di dalam perusahaan, baik itu di

kantor, maupun di tempat memproduksi barang atau jasa.

Kemampuan berpikir merupakan kemampuan karyawan untuk

dapat menggunakan pikirannya dalam menjalankan aktivitas

pekerjaannya sehingga seorang karyawan bukanlah sebuah benda

yang dapat diperintah apa saja, namun karyawan ialah seseorang

yang memiliki akal untuk dikembangkan. Kemampuan manajerial

adalah kemampuan untuk mengatur atau memanajemen suatu

prosedur pekerjaan sehingga dapat berjalan secara baik dan sesuai

dengan rencana.

2. Efisiensi

Pengembangan karyawan, baik di level bawahan maupun level

pimpinan, dalam suatu perusahaan bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi. Efisiensi perusahaan sangatlah penting untuk

meningkatkan daya saing perusahaan di tengah persaingan

dengan perusahaan lain. Efisiensi dapat berupa tenaga, waktu,

biaya, dan bahan baku, serta berkurangnya kerusakan dari mesin-

mesin sehingga efisiensi dapat dikatakan suatu tindakan yang

8

Page 7: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

sangat penting dan sangat berguna bagi perusahaan untuk dapat

meningkatkan laba yang diinginkan perusahaan tersebut.

3. Kerusakan

Kerusakan ialah tidak berfungsinya atau tidak bergunanya nilai

barang dan alat. Kerusakan ini disebabkan oleh kemampuan

karyawan yang terbatas, sehingga cenderung menggunakan

barang dan alat dengan cara yang tidak baik. Dengan adanya

pengembangan karyawan ini, kerusakan barang dan alat produksi

perusahaan dapat dikurangi atau ditekan. Setelah karyawan

mendapat pengembangan melalui pelatihan dan pendidikan,

diharapkan karyawan menjadi lebih ahli dan terampil dalam

menjalankan setiap pekerjaan yang dilakukan.

4. Kecelakaan

Berkurangnya atau tidak adanya kecelakaan dalam menjalankan

pekerjaan ini dapat dijadikan sebagai suatu standar untuk

mengetahui sejauh mana seorang karyawan ahli dan terampil

dalam menjalankan pekerjaannya. Terjadinya kecelakaan dalam

pekerjaan menandakan kurang tepatnya perusahaan atau pimpinan

dalam menempatkan setiap karyawan. Kecelakaan tersebut terjadi

mungkin karena karyawan kurang ahli dan terampil dalam

menjalankan pekerjaan. Apabila suatu perusahaan sering

mendapatkan kecelakaan yang disebabkan oleh karyawannya,

maka jumlah biaya yang dikeluarkan dan ditanggung oleh

perusahaan akan meningkat. Salah satu tujuan penting

9

Page 8: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

diadakannya pengembangan karyawan ialah mengurangi atau

menekan tingkat kecelakaan karyawan yang terjadi dalam

perusahaan ketika menjalankan kegiatan atau pekerjaan.

5. Pelayanan

Selain peningkatan produktivitas, efisiensi, kerusakan dan

kecelakaan kerja, tujuan lain dari pengembangan karyawan adalah

pelayanan. Dengan adanya pengembangan karyawan, maka setiap

karyawan diharapkan mampu melayani pelanggan perusahaan

dengan lebih baik, karena tanpa pelayanan yang baik, suatu

perusahaan tidak akan mampu menambah pelanggan. Pelayanan

ini merupakan daya tarik yang sangat penting bagi peningkatan

laba suatu perusahaan.

6. Moral Karyawan

Moral karyawan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena

dengan moral karyawan yang baik maka setiap hasil pekerjaan

sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan. Dengan adanya

pengembangan karyawan, maka moral karyawan diharapkan akan

lebih baik, dimana keahlian dan keterampilan serta kemampuan

yang dimiliki karyawan sesuai dengan pekerjaannya, sehingga

karyawan bekerja bersemangat dan antusias dalam menyelesaikan

setiap pekerjaan dengan hasil yang memuaskan bagi perusahaan.

7. Karier

Persyaratan suatu jabatan menitikberatkan pada syarat-syarat

perseorangan yang diperlukan untuk mencapai hasil pekerjaan

10

Page 9: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

yang lebih baik. Jabatan dalam suatu perusahaan atau kantor

menuntut adanya syarat-syarat pendidikan umum dan khusus,

baik itu jenjang pendidikan ataupun keahlian yang dimiliki oleh

seseorang, dengan adanya pengembangan bagi karyawan maka

kesempatan untuk meningkatkan karier itu lebih besar, dimana

pendidikan, keahlian, dan keterampilan dalam menjalankan

pekerjaannya lebih baik dari sebelum mereka mendapat

pengembangan. Dengan melihat keahlian, kemampuan, serta

keterampilan yang dimiliki seorang karyawan maka semua itu

bisa dijadikan suatu promosi untuk mendapatkan atau menduduki

suatu jabatan yang lebih baik dari sebelurnnya.

8. Kepemimpinan

Suatu perusahaan membutuhkan seorang pemimpin yang cakap,

dimana dia harus mampu mengelola segala kegiatan dan aktivitas

yang ada dalam perusahaan. Pengembangan perlu dilakukan pula

kepada pemimpin mengingat jabatan pimpinan memegang

peranan yang sangat vital. Tugas seorang pimpinan tidak hanya

berhubungan dengan orang yang berada di atas tapi ia juga harus

mampu berhubungan dengan orang-orang yang ada di bawahnya.

Dengan adanya pengembangan tersebut, diharapkan seorang

pernimpin, dapat melakukan tugasnya secara baik, sehingga

keberhasilan ataupun kegagalan yang diperoleh perusahaan,

bergantung pada bagaimana pernimpin, dalam mengatur,

11

Page 10: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

menjaga, dan menjalankan setiap rencana yang telah ditetapkan

dengan adanya komunikasi yang baik antara bawahan dan atasan.

9. Kompensasi

Dengan meningkatnya kemampuan dan keterampilan yang

dimiliki seorang karyawan, akan meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pekerjaan, sehingga laba yang diperoleh perusahaan

otomatis akan meningkat. Peningkatan kompensasi karyawan itu

berdasarkan atas kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh

karyawan itu sendiri, Berta berdasarkan laba atau keuntungan

yang diperoleh perusahaan.

2.1.4. Sasaran Pelatihan dan Pengembangan

Pada dasarnya setiap kegiatan yang terarah tentu harus

mempunyai sasaran yang jelas, memuat hasil yang ingin dicapai

dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian pula dengan

program pelatihan dan pengembangan. Hasil yang ingin dicapai

hendaknya dirumuskan dengan jelas agar langkah-langkah persiapan

dan pelaksanaan pelatihan dapat diarahkan untuk mencapai sasaran

yang ditentukan. Sasaran pelatihan dan pengembangan yang dapat

dirumuskan dengan jelas akan dijadikan sebagai acuan penting dalam

menentukan materi yang akan diberikan, cara dan sarana yang

diperlukan. Sebaliknya, sasaran yang tidak spesifik akan menyulitkan

persiapan dan pelaksanaan program tersebut sehingga dapat menjawab

kebutuhan program pelatihan dan pengembangan.

12

Page 11: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Sasaran pelatihan dan pengembangan yang dapat dirumuskan

dengan jelas akan bermanfaat dalam:

1. Menjamin konsistensi dalam menyusun program pelatihan dan

pengembangan yang mencakup materi, metode, cara

penyampaian, sarana pelatihan.

2. Memudahkan komunikasi antara penyusun program dengan pihak

yang memerlukan program tersebut.

3. Memberikan kejelasan bagi peserta tentang apa yang harus

dilakukan dalam rangka mencapai sasaran.

4. Memudahkan penilaian peserta dalam mengikuti program.

5. Memudahkan penilaian hasil program.

6. Menghindari kemungkinan konflik antara penyelenggaraan

dengan orang yang meminta pelatihan mengenai efektivitas

program pelatihan dan pengembangan yang diselenggarakan

Kegiatan pelatihan dan pengembangan pada dasarnya

dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-

orang yang mengikuti kegiatan tersebut. Perubahan tingkah laku

dimaksudkan di sini adalah dapat berupa bertambahnya pengetahuan,

keahlian, keterampilan, perubahan sikap dan perilaku. Oleh karena itu,

sasaran pelatihan dan pengembangan dapat dikategorikan ke dalam

beberapa tipe tingkah laku yang diinginkan, antara lain:

13

Page 12: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

1. Kategori psikomotorik

Kategori psikomotorik meliputi pengontrolan otot-otot sehingga

orang dapat melakukan gerakan yang tepat. Sasarannya adalah

agar orang tersebut memiliki keterampilan fisik tertentu.

2. Kategori afektif

Kategori afektif meliputi perasaan, nilai, dan sikap. Sasaran

pelatihan adalah untuk membuat orang mempunyai sikap tertentu.

3. Kategori kognitif

Kategori kognitif meliputi proses intelektual seperti mengingat,

memahami, dan menganalisis. Sasarannya adalah untuk membuat

orang mempunyai pengetahuan dan keterampilan berfikir.

Pada dasarnya pelatihan dan pengembangan mencakup

beberapa aspek dari ketiga kategori di atas, sebagai contoh untuk

mencapai tingkat psikomotorik tertentu diperlukan belajar pada

kategori afektif dan kognitif. Demikian pula halnya pada aspek

kognitif menjadi perhatian utama, belajar pada kategori psikomotorik

dan afektif turut berperan.

Selain itu, perlu pula diketahui jenis sasaran pelatihan dan

pengembangan sehingga setiap program yang akan diselenggarakan

dapat mencapai sasaran.

1. Berdasarkan tingkatannya

a. Sasaran primer

Sasaran ini merupakan inti dari program pelatihan dan

pengembangan. Sasaran primer ini sangat penting karena

14

Page 13: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

akan memberikan arti kejelasan dan kesatuan atas segala

kegiatan selama program berlangsung.

b. Sasaran sekunder

Sasaran ini merupakan inti dari setiap pelajaran dalam suatu

program peltihan dan pengembangan. Sasaran sekunder ini

sesungguhnya sebagai penjabaran lebih lanjut dan sekaligus

merupakan bagian intergral dasi sasaran primer

2. Berdasarkan kontennya

a. Berpusat pada kegiatan instruktur

Yaitu menggambarkan apa yang dilakukan selama

programpelatihan dan pengembangan dilaksanakan seperti

mendemostrasikan cara menggunakan program microsoft

word.

b. Berpusat pada bahan pelajaran

Yaitu menggambarkan bahan yang disampaikan dalam

program pelatihan dan pengembangan seperti prosedur

mengaktifkan komputer

c. Berpusat pada kegiatan peserta

Yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan peserta

selama program berlangsung seperti peserta mampu

menggunakan komputer.

15

Page 14: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

2.1.5. Manfaat dan Prinsip Pelatihan

Manfaat pelatihan menurut William B. Werther dan Keith

Davis (1996), “The benefits of training may extend throughout a

person’s career and help develop that person for future

responbilities”. Dalam Bahasa Indonesia dapat dinyatakan sebagai

berikut: manfaat dari pelatihan adalah mampu meningkatkan jenjang

karier seseorang dan membantu mengembangkan dirinya agar dapat

menyelesaikan tanggung jawabnya di masa yang akan datang.

Sedangkan menurut Henry Simamora (1995) manfaat dari

pelatihan antara lain:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas;

2. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja;

3. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk

mencapai standar kinerja yang diterima;

4. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih

menguntungkan;

5. Memenuhi persyaratan perencanaan sumber daya manusia;

6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan

pribadi mereka.

2.1.6. Manfaat dan Prinsip Pengembangan

Manfaat dari kegiatan pengembangan sumber daya manusia

menurut Schuler (1992), yaitu :

16

Page 15: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

1. Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk

Kegiatan pengembangan ini akan meningkatkan kinerja pegawai

saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan

ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana

yang diharapkan oleh organisasi.

2. Meningkatkan produktivitas

Dengan mengikuti kegiatan pengembangan pegawai juga

memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang

bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Diharapkan

secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerjanya.

3. Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja

Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai,

maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri

dengan kemungkinan adanya perubahan pada lingkungan

organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan

kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah

pegawai yang baru, oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah

cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.

Ada berbagai prinsip yang berguna bagi pengembangan

karyawan, antara lain:

1. Motivasi

Tingginya motivasi yang dimiliki karyawan mendorong karyawan

untuk semakin cepat dan sungguh-sungguh dalam mempelajari

suatu pengetahuan. Motivasi ini timbul dari dorongan diri sendiri

17

Page 16: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

(internal), maupun dorongan dari luar (eksternal), seperti

kesejahteraan karyawan terjamin, gaji akan meningkat, dan lain

sebagainya. Pengembangan harus ada hubungannya dengan

tujuan yang akan dicapai oleh masing-masing karyawan, seperti

uang, kedudukan dan lain sebagainya.

2. Laporan Kemajuan

Hasil pengembangan dapat dijadikan sebagai informasi bagi

perbandingan antara karyawan sebelum mendapat pengembangan

dan sesudah mendapat pengembangan. Perbandingan itu bisa

bersifat positif dan negatif, artinya pengembangan karyawan

tersebut bisa meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan

efisiensi kerja karyawan, seberapa besar peningkatan itu ataukah

sebaliknya.

3. Latihan

Seorang karyawan dapat menguasai pengetahuan dan ketrampilan

yang baru, untuk itu diperlukan suatu program pengembangan

yang diatur secara cermat dan tepat agar karyawan yang mendapat

pengembangan dapat dipraktikkan dalam pekerjaannya.

Pengembangan karyawan yang lebih efektif adalah dengan latihan

yang dapat meningkatkan kemampuan dan keahlian yang dapat

meningkatkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki karyawan.

Namun pengembangan karyawan melalui latihan ini

membutuhkan pengorbanan waktu dan biaya yang tidak sedikit,

18

Page 17: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

akan tetapi hasil yang akan didapat akan jauh lebih memuaskan

bagi perusahaan.

4. Perbedaan-perbedaan Individu

Perbedaan individu harus dijadikan suatu pegangan dalam

melaksanakan program pengembangan, perbedaan ini bukan

perbedaan jenis kelamin, status sosial, ekonomi tetapi perbedaan

tingkat kecerdasan dan bakat karyawan, maka dari itu

pengembangan yang paling efektif adalah dengan menyesuaikan

kemampuan individual para peserta program pengembangan.

2.1.7 Training Needs Assessment (TNA)

Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi

dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang

sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Pelatihan

dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana

dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan pegawai.

Menurut Allison Rosset (1982)Training Needs Assessments

(TNA) merupakan suatu studi sistematis terhadap suatu masalah atau

inovasi dengan cara mengumpulkan data, opini dari berbagai sumber

guna mengambil keputusan yang efektif atau memberikan

rekomendasi mengenai apa yang seharusnya ditempuh demi

kepentingan masa depan organisasi yang akan dipecahkan dengan

pelatihan dan pengembangan SDM. Informasi kebutuhan tersebut

19

Page 18: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

akan dapat membantu organisasi dalam menggunakan sumber daya

(dana, waktu, dsb.) secara efektif sekaligus menghindari kegiatan

pelatihan yang tidak diperlukan.

TNA dilakukan dengan pertimbangan mengenai titik

permasalahan pada suatu organisasi. Pada permasalahan yang tidak

terlalu memiliki dampak pada kinerja organisasi, TNA bisa dilakukan

hanya dengan wawancara. Sedangkan pada permasalahan yang

semakin kompleks dan berdampak besar pada kinerja organisasi,

maka diperlukan adanya analisis secara lebih mendalam dengan

memperhatikan data yang ada.

Pihak yang turut berpartisipasi dalam TNA adalah Upper-

Level Manager, Midlevel Manager, dan Trainer.Upper-Level

Manager perlu turut serta dalam proses TNA untuk bisa menentukan

apakah pelatihan sesuai dengan strategi bisnis dari suatu organisasi.

Mid-Level Manager lebih fokus pada bagaimana agar pelatihan bisa

mendukung kinerja unit yang dipegangnya. Seorang Trainer harus

dilibatkan dalam proses TNA agar mengetahui pelatihan yang cocok

dan dibutuhkan oleh organisasi tersebut.

Metode TNA

Berbagai metode bisa dilakukan dalam melaksanakan TNA,

antara lain Wawancara, observasi, kuisioner, dan analisis data yang

sudah ada.

Wawancara

20

Page 19: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang

diajukan secara lisan kepada responden. Umumnya teknik

pengambilan data dengan cara ini dilakukan jika peneliti bermaksud

melakukan analisis kualitatif bermaksud melakukan analisis kualitatif

atas penelitiannya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka di

antara peneliti dengan responden dan bisa juga melalui telepon.

Keuntungan wawancara

1. Informasi yang diperoleh bisa mendetail.

2. Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap individu.

3. Data yang diperoleh dapat langsung diketahui obyektifitasnya.

4. Dapat memperoleh informasi tambahan dari responden.

Kelemahan wawancara

1. Proses wawancara membutuhkan biaya dan tenaga yang besar.

2. Waktu wawancara tidak dapat dilakukan kapan saja.

3. Tergantung pada kemampuan pewawancara.

4. Responden seringkali tidak jujur saat diwawancara.

Langkah dasar pengembangan pelaksanaan wawancara

1. Pedoman wawancara (daftar pertanyaan)

2. Pelatihan pewawancara, situasi sosial yang berbeda mempunyai

dampak psikologis yang berbeda pula. Artinya walau pewawancara

sudah mempunyai pengalaman dalam mewawancarai responden,

namun penyelenggaraan pelatihan buat pewawancara masih

diperlukan.

3. Penentuan jadwal wawancara

21

Page 20: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Tahap Pelaksanaan wawancara

1. Pewawancara tidak dapat mengubah urutan atau menghilangkan

pertanyaan sebab konteks pertanyaan yang berbeda menyebabkan

bias terhadap jawaban menyebabkan bias terhadap jawaban.

2. Pewawancara harus benar-benar bisa merekam jawaban responden

dengan baik merekam jawaban responden dengan baik (benar dan

lengkap).

3. Pada akhir wawancara bacakanlah rangkuman hasil. Mintalah

kesediaan pada responden untuk dihubungi/diwawancara lagi

bilamana diperlukan.

Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

indra, jadi tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata saja.

Medengarkan, mencium, mengecap meraba termasuk salah satu

bentuk dari observasi. Instrumen yang digunakan dalam observasi

adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.

1. Keuntungan observasi

a. Kualitas data lebih tinggi.

b. Dalam observasi kita dapat membandingkan apakah perkataan

orang sesuai dengan tindakannya.

c. Dengan teknik observasi peneliti dapat mempelajari subyek

yang tidak memberi kesempatan memberikan laporan lisan

(verbal).

d. Subyek observasi secara umum bebas.

22

Page 21: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

e. Dengan teknik ini dapat digambarkan lingkungan fisik kegiatan.

f. Hasilnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

2. Keterbatasan observasi

a. Observasi tidak selamanya memungkinkan untuk suatu kejadian

yang spontan.

b. Tidak bisa menentukan ukuran kuantitas terhadap variabel

yang ada.

c. Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaan dengan

lebih baik dari biasanya dan sering menutupi kekurangan yang

ada.

d. Bisa menganggu proses produksi.

e. Ada kemungkinan terjadi bias data.

3. Langkah-langkah dalam observasi

a. Tetapkan tujuan-tujuan studi penelitian

b. Tentukan kelompok subyek yang akan diamanati

c. Tetapkan cara memasuki kelompok atau Tetapkan cara

memasuki kelompok, atau misal kalau di laboratorium,

menyusun subyek-subyek kedalam laboratorium

d. Buat laporan tentang subyek yang diobservasi

e. Keluar ke lapangan utk melakukan observasi

f. Lakukan analisis dari data yang terkumpul

g. Tulis draf laporan kasar dalam bentuk sajian dengan cara

mengklasifikasi mereduksi dan memilih data cara

23

Page 22: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

mengklasifikasi, mereduksi, dan memilih data yang ada

kaitannya satu sama lain untuk dianalisis

h. Susun laporan lengkap dari hasil analisis data sebagai penemuan

penelitian secara utuh

Kuesioner

Kuesioner adalah sebuah instrumen survei berdasarkan respon

individu. Kuisioner merupakan daftar pertanyaan yang akan

digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara

langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan

pertanyaan. Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket atau sebuah

daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur

(responden).

1. Keuntungan Kuesioner

a. Bisa mendapat respon banyak orang dalam waktu yang singkat.

b. Hasilnya relevan, data kuantitatif yang mudah untuk dirangkum.

c. Anonimitas dapat mendorong kejujuran.

d. Relatif murah.

e. Ada waktu bagi responden untuk berpikir.

f. Relatif terhindar dari bias.

2. Kekurangan Kuesioner

a. Membutuhkan waktu dan skills untuk mengembangkan.

b. Tingkat respon yang rendah atau ketidakakuratan respon.

c. Tidak ada kesempatan untuk mengklarifikasi.

d. Membatasi respon dari responden.

24

Page 23: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

e. Rendahnya tingkat pengembalian kuesioner.

f. Pertanyaan dan jawaban bisa diinterpretasikan berbeda.

3. Tahapan merancang kuesioner

a. Tetapkan Informasi Yang Ingin Diketahui.

b. Tentukan Jenis Keusioner Dan Metode Administrasinya.

c. Tentukan Isi Dari Masing-Masing Pertanyaan.

d. Tentukan Banyak Respon Atas Setiap Pertanyaan.

e. Tentukan Kata-Kata Yang Digunakan Untuk Setiap Pertanyaan.

f. Tentukan Urutan Pertanyaan.

g. Tentukan Karakteristik Fisik Kuesioner.

h. Uji Kembali Langkah 1 Sampai 7 Dan Lakukan Perubahan Jika

Perlu.

i. Lakukan Uji Awal Atas Kuesioner Dan Lakukan Perubahan Jika

Perlu.

Data yang ada

Observasi data yang ada berarti mencari informasi yang telah

dikumpulkan sebelumnya oleh perusahaan. Dengan data yang sudah

ada, kira kita mengacu pada informasi yang sudah ada dari laporan,

data historikal, laporan perencanaan dan dana, bagan struktur

organisasi, evaluasi, dan laporan pengembangan karir yang bisa

ditinjau dan dianalisis.

1. Keuntungan

a. Datanya kuantitatif dan relevan.

b. Tidak membutuhkan proses yang lama.

25

Page 24: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

c. Biayanya rendah.

d. Melibatkan manajemen.

e. Tidak mengganggu pekerja yang lain.

2. Kekurangan

a. Ada kemungkinan out of date data.

b. Tidak melibatkan pekerja.

c. Kemungkinan tidak mengidentifikasi penyebab.

d. Kurang visibilitas.

Dari berbagai metode yang ada semuanya memiliki kelebihan

dan kekurangan. Misalnya pada metode kuisioner kelebihannya dapat

memperoleh informasi dari responden yang jumlahnya besar namun

tidak dapat mendapatkan hasil yang spesifik yang diinginkan oleh

trainer. Sedangkan dari wawancara dapat diperoleh informasi yang

cukup mendetail berdasarkan kebutuhan namun akan memakan

banyak waktu untuk melakukannya.

Proses Needs Assessments (Analisis Kebutuhan)

Ada tiga elemen dalam proses analisis kebutuhan, yaitu

perencanaan, pengumpulan data, dan analisis data.

Perencanaan

Langkah ini menentukan tujuan dari penilaian kebutuhan yang akan

dilakukan. Ada beberapa tujuan yang melatarbelakangi dilakukannya

suatu pelatihan, yaitu memenuhi persyaratan hukum, persyaratan

perusahaan, atau hanya diinginkan untuk pengetahuan umum.

26

Page 25: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Kemudian ditentukan sumber daya yang diperlukan untuk penilaian

kebutuhan yang akan dilaksanakan. Sumberdaya tersebut meliputi

waktu, uang, tenaga kerja, dan sarana prasarana dalam penelitian.

Berdasarkan tujuan dan sumberdaya tadi, kemudian identifikasi

kemampuan saat ini dan yang diharapkan nantinya setelah pelatihan.

Pada langkah ini harus diketahui penyebab terjadinya gap

antarakemampuan saat ini dan kemampuan yang diharapkan untuk

dicari solusi permasalahannya. Kebutuhan dari customer juga perlu

diperhatikan dalam melakukan pelatihan agar hasil yang dicapai

nantinya bisa memenuhi keinginan pasar. Kemudian dilakukan review

informasi untuk mengidentifikasi apakah organisasi tersebut telah

memenuhi kebutuhan customer.

Pengumpulan dan analisis data

Manajer atau trainer menentukan metode beserta instrumennya.yang

akan digunakan dalam pengumpulan data. Setelah terkumpul data

tersebut dianalisis berdasarkan tiga aspek, yaitu analisis organisasi,

analisis individu, dan analisis tugas.

1. Analisis Organisasi

Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

melakukan analisis organisasi, yaitu tujuan stratejik perusahaan,

dukungan manajer untuk melakukan pelatihan, dan sumberdaya

pelatihan yang tersedia. Ketiga faktor tersebut melihat kepada

kondisi yang ada pada suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut

kedepannya dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya

27

Page 26: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

analisis individu maupun analisis tugas perlu dilakukan atau

tidak.

Strategi bisnis pada suatu perusahaan akan mempengaruhi

pelatihan yang perlu dilakukan pada perusahaan tersebut. Pada

perusahaan yang menganggap pelatihan akan mendukung strategi

dan tujuan suatu perusahaan, jumlah uang yang dianggarkan akan

lebih besar daripada perusahaan yang melakukan pelatihan tanpa

ada tujuan stratejik yang dipikirkan. Strategi bisnis juga

mempengaruhi jenis pelatihan yang diperlukan suatu perusahaan.

Semakin besar peran stratejik dari pelatihan, perusahaan tersebut

akan lebih mengorganisir fungsi pelatihan menggunakan

pelatihan organisasi secara virtual atau model lembaga pendidikan

perusahaan.

Salah satu kunci agar suatu pelatihan dapat sukses dan

mendapatkan tanggapan postif adalah adanya dukungan dari

manajer. Kesediaan manajer untuk berbagi informasi kepada

pelatih mengenai konten dari pelatihan yang dibutuhkan oleh

karyawan akan mempengaruhi keefektifan dari suatu pelatihan.

Jika sikap manajer tidak mendukung maka para pegawai tidak

akan dapat menerima dan mengaplikasikan pelatihannya dengan

baik.

Sumberdaya pelatihan dibutuhkan untuk mengidentifikasi

apakah suatu perusahaan memiliki biaya, waktu, dan pengalaman

untuk melakukan pelatihan. Sebuah pelatihan tentu saja tidak

28

Page 27: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

dapat dilakukan dengan baik jika perusahaan tersebut kekurangan

biaya. Begitu juga jika perusahaan tidak memiliki waktu untuk

melakukan pelatihan, maka pelatihan tidak akan berjalan secara

efektif.

2. Analisis Individu

Analisis individu membantu mengidentifikasi kinerja saat

ini maupun kinerja yang diharapkan nantinya. Masalah utama

yang melatarbelakangi dilakukannya pelatihan adalah buruknya

kinerja suatu perusahaan. Hal tersebut bisa diindikasikan oleh

keluhan pelanggan, tingkat kinerja yang rendah, atau terjadinya

kecelakaan dan perilaku tidak aman.

Kemampuan dasar merujuk pada kemampuan yang

diperlukan oleh suatu karyawan untuk berhasil melaksanakan

tugasnya dalam memahami isi dari program pelatihan.

Kemampuan dasar meliputi kemampuan kognitif dan kemampuan

baca tulis. Kemampuan kognitif meliputi kemampuan dalam

berbahasa, menghitung, dan memberikan solusi pada suatu

masalah. Mengetahui kemampuan membaca digunakan untuk

memastikan kemampuan karyawan dalam melakukan analisis

pada tingkat kesulitan kalimat atau kata tertentu.

Persepsi karyawan dari karakteristik lingkungan kerja

(batasan situasional dan dukungan sosial) menentukan kinerja dan

motivasi untuk belajar. Batasan situasional (Sitational

constraints) meliputi kekurangan peralatan dan perlengkapan

29

Page 28: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

yang layak, bahan, biaya, dan waktu. Dukungan sosial (social

support) merujuk pada kesediaan manajer untuk memberikan

feedback dan bantuan. Jika karyawan memiliki pengetahuan,

kemampuan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan namun tanpa

dukungan batasan situasional dan dukungan sosial, maka kinerja

tidak akan dapat maksimal.

Kinerja yang buruk bisa juga timbul karena para karyawan

tidak mengetahui seberapa level kinerja yang harus mereka capai.

Terkadang karyawan yang sudah memiliki kemampuan namun

mereka tidak dapat melakukan kinerja yang baik karena mereka

tidak tahu standar yang harus dipenuhi. Seorang pelatih harus

mengetahui mengenai spesifikasi yang diharap bisa didapatkan

setelah pelatihan.

Para karyawan terkadang tidak menyadari tentang

keseiringan antara kinerja yang baik akan memberikan

konsekuensi pada gaji atau rewards. Mereka lebih melaksanakan

kinerja yang standar meskipun mereka memiliki pengetahuan,

perilaku, kemampuan, ataupun perilaku. Konsekuensi juga

memiliki efek dalam meningkatkan motivasi karyawan selama

pelatihan. Motivasi selama pelatihan akan meningkat jika mereka

diberitahu keuntungan apa yang akan didapatkan setelah mereka

melakukan pelatihan.

Permasalahan kinerja bisa muncul ketika karyawan tidak

mendapatkan feedback mengenai standarisasi suatu perusahaan.

30

Page 29: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Pelatihan tidak akan bisa menghasilkan hasil yang efektif jika

para karyawan memiliki kemampuan yang dibutuhkan namun

mereka tidak dijelaskan mengenai standar kinerja yang harus

mereka capai. Para karyawan butuh feedback yang sepesifik dan

mendetail mengenai kinerja yang efektif dan tidak efektif. Agar

karyawan dapat segera mencapai standar kinerja yang diharapkan,

maka feedback harus diberikan secara berkala tidak hanya pada

saat evaluasi tahunan.

3. Analisis Tugas

Analisis tugas merupakan hasil dari deskripsi aktivitas

kerja meliputi kinerja karyawan dan pengetahuannya, skills, dan

abilities yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Skills

memiliki arti kompetensi dalam melakukan suatu tugas, misalnya

skill negosiasin, persuasi, dsb. Sedangkan abiilities adalah

kapabilitas fisik dan mental untuk melaksanakan suatu tugas

misalkan kemampuan spasial. Oleh karena itu pada analisis tugas

harus mengidentifikasi tugas dan pengetahuan, skills dan abilities

yang akan dilatih.

Sintesis data

Setelah data selesai dianalisis maka akan didapat informasi mengenai

sumberdaya yang dibutuhkan, konten pelatihan, dan gap antara

keadaan saat ini dan keadaan yang diharapakan pasar. Gap tersebut

nantinya harus bisa diminimalkan atau bahkan dihilangkan setelah

dilakukannya pelatihan. Jika gap tersebut sukses dihilangkan maka

31

Page 30: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang dilaksanakan berjalan

dengan baik.

2.2. Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan

2.2.1.Metode dan Strategi Pelatihan

Pelatihan dapat dirancang untuk memenuhi sejumlah tujuan

yang berbeda dan dapat diaplikasikan dalam berbagai cara. Beberapa

pengelompokan yang umum menurut Robert L. Mathis & John H.

Jackson (2003), antara lain:

1. Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin

Pelatihan ini dilakukan untuk memenuhi berbagai syarat hukum

yang diharuskan dan ditujukan untuk semua karyawan (orientasi

karyawan baru).

2. Pelatihan pekerjaan/teknis

Pelatihan ini dilakukan untuk mempelajari produk, proses,

prosedur teknik dan hubungan pelanggan.

3. Pelatihan antar pribadi dan pemecahan masalah

Pelatihan ini dilakukan untuk mempelajari cara mengatasi

masalah operasional dan antarpribadi serta meningkatkan

kemampuan berkomunikasi.

4. Pelatihan perkembangan dan inovatif

Pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas individual

dan organisasional untuk masa depan.

32

Page 31: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Sedangkan menurut Cherrington (1995), mengatakan bahwa

metode dalam pelatihan dibagi menjadi dua yaitu on the job training

dan off the job training. Metode on the job training berfokus pada

peningkatan produktivitas sedangkan metode off the job training

cenderung berfokus pada perkembangan dan pendidikan jangka

panjang. Metode on the job training dibagi menjadi 6 macam yaitu:

1. Training instruksi pekerjaan (job instruction training)

Pelatihan ini memerlukan analisa kinerja pekerjaan secara teliti.

Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan

pekerjaan,dan menunjukan langkah-langkah pelaksanaan

pekerjaan berdasarkan dari masing-masing tugas dasar pekerjaan.

2. Apprenticeship

Adalah suatu cara mengembangkan keterampilan pengrajin atau

pertukangan. Pelatihan ini mengarah pada proses penerimaan

karyawan baru, yang bekerja sama dan dibawah bimbingan

praktisi yang ahli untuk beberapa waktu tertentu. Keefektifan

pelatihan ini tergantung pada kemampuan praktisi yang ahli

dalam mengawasi proses pelatihan. Pelatihan ini tidak

mempunyai standar format.

3. Internship dan Assistantships

Pelatihan ini hampir sama dengan pelatihan apprenticeship tetapi

mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut pendidikan

formal yang lebih tinggi. Contoh internship training adalah

magang.

33

Page 32: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

4. Job rotation dan transfer

Pelatihan ini adalah proses belajar yang biasanya untuk mengisi

kekosongan dalam manajemen dan teknikal. Pelatihan ini terdapat

2 kerugian yaitu peserta pelatihan hanya merasa dipekerjakan

sementara dan tidak mempunyai komitmen untuk terlibat dalam

pekerjaan dengan sungguh-sungguh, dan banyak waktu yang

terbuang untuk memberi orientasi pada perserta terhadap kondisi

pekerjaan yang baru.

Tetapi pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu jika

pelatihan ini diberikan oleh manajer yang ahli maka peserta akan

memperoleh tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan dan

praktek dalam pekerjaan.

5. Junior boards dan Committee assingments

Pelatihan dengan memindahkan perserta pelatihan ke dalam

komite untuk bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan

administrasi. Dan juga menempatkan perserta dalam anggota

eksekutif agar memperoleh kesempatan dalam berinteraksi

dengan eksekutif yang lain.

6. Couching dan Counseling

Pelatihan ini merupakan aktivitas yang mengarapkan timbal balik

dalam penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan

secara bprlahan bagaimana melakukan pekerjaan secara tepat.

34

Page 33: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Sedangkan off the job training dibagi menjadi 13 macam,

antara lain:

1. Vestibule training

Pelatihan dimana dilakukan ditempat tersendiri yang dikondisikan

seperti tempat aslinya. Pelatihan ini digunakan untuk

mengajarkan keahlian kerja yang khusus.

2. Lecture

Merupakan pelatihan dimana menyampaikan berbagai macam

informasi kepada sejumlah besar orang pada waktu bersamaan.

3. Independent self-study

Pelatihan yang mengharapkan peserta untuk melatih diri sendiri

misalnya dengan membaca buku, majalah profesional, mengambil

kursus pada universitas lokal dan mengikuti pertemuan

profesional.

4. Visual presentations

Pelatihan dengan mengunakan televisi, film, video, atau

persentasi dengan menggunakan slide.

5. Conferences dan Discusion

Pelatihan ini biasa digunakan untuk pelatihan pengambilan

keputusan dimana peserta dapat belajar satu dengan yang Iainnya.

6. Teleconferencing

Pelatihan dengan menggunakan satelit, dimana pelatih dan peserta

dimungkinkan untuk berada di tempat yang berbeda.

7. Case studies

35

Page 34: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Pelatihan yang digunakan dalam kelas bisnis, dimana peserta

dituntut untuk menemukan prinsip-prinsip dasar dengan

menganalisa masalah yang ada.

8. Role play

Pelatihan dimana peserta dikondisikan pada suatu permasalahan

tertentu, peserta harus dapat menyelesaikan permasalahan dimana

peserta seolah-olah terlibat langsung.

9. Simulation

Pelatihan yang menciptakan kondisi belajar yang sangat sesuai

atau mirip dengan kondisi pekerjaan, pelatihan ini digunakan

untuk belajar secara teknikal dan motor skill.

10. Programmed instruction

Merupakan aplikasi prinsip dalam kondisi operasional, biasanya

menggunakan komputer.

11. Computer-based training

Merupakan program pelatihan yang diharapkan mempunyai

hubungan interaktif antara komputer dan peserta, dimana peserta

diminta untuk merespon secara langsung selama proses belajar.

12. Laboratory training

Pelatihan ini terdiri dari kelompok-kelompok diskusi yang tidak

beraturan dimana peserta diminta untuk mengungkapkan perasaan

mereka terhadap satu dengan yang lain. Tujuan pelatihan ini

adalah menciptakan kewaspadaan dan meningkatkan sensitivitas

36

Page 35: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

terhadap perilaku dan perasaan orang lain maupun dalam

kelompok.

13. Programmed group excercise

Pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekena sama dalam

memecahkan suatu permasalahan.

2.2.2. Metode dan Strategi Pengembangan

Pelaksanaan pengembangan harus didasarkan pada metode-

metode yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan, maupun

oleh konsultan perusahaan. Metode yang paling penting dalam

pengembangan SDM diantaranya ialah:

1. Metode Pendidikan (Education)

Apabila proses pendidikan dan pelatihan dilihat kembali

maka terlihat bahwa hasil akhir proses tersebut adalah adanya

perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hal tersebut berarti

bahwa pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengubah

tingkah laku karyawan. Pada dasarnya, tujuan pendidikan ialah

deskripsi dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan, dan

sebagainya yang diharapkan akan memiliki sasaran pendidikan

pada periode tertentu.

Suatu lembaga pendidikan terutama pendidikan formal,

sebenarnya dibentangkan harapan tentang tingkat dan jenis

perubahan tingkah laku sasaran pendidikan, antara lain perubahan

sikap, pengetahuan dan tingkah kemampuan mereka. Sudah tentu

buakn sembarang perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

37

Page 36: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

berlangsungnya proses pendidikan. Demikian pula bukan setiap

perubahan tingkah laku dapat dipakai sebagai ukuran berhasilnya

proses pendidikan. Oleh karena itu, harapan perubahan tingkah

laku perlu dirumuskan terlebih dahulu dalam suatu tujuan

pendidikan.

Metode pendidikan sebagai suatu metode pengembangan

untuk karyawan manajerial. Tenaga manajerial adalah mereka

yang mempunyai wewenang terhadap orang lain. Metode-metode

yang digunakan berbeda dengan metode-metode untuk karyawan

operasional. Hal ini disebabkan oleh karakteristik kepribadian

untuk para manajer berbeda dengan karyawan operasional.

Metode pendidikan antara lain:

a. Metode Kuliah atau Ceramah

b. Metode Diskusi

c. Metode Studi Kasus

d. Permainan Bisnis

2. Metode Palatihan (Training)

Kebutuhan pelatihan harus berdasarkan pada kebutuhan

pekerjaan dan tergantung pada berbagai faktor, diantaranya

waktu, biaya, jumlah, peserta, tingkat pendidikan dasar peserta,

latar belakang peserta, dan sebagainya. Pelatihan menjadi

tanggung jawab yang penting daripada manajemen. Pelatihan

pada dasarnya dipandang sebagai penerapan kecakapan dan

ketrampilan pekerjaan, oleh karenanya pelatihan terfokus pada

38

Page 37: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

mempelajari bagaimana melaksanakan tugas-tugas khusus.oleh

sebab itu, pelatihan merupakan suatu fungsi yang terus menerus

dilakukan, sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang diemban

karyawan. Apabila karyawan sering dirotasi, maka pelatihan bagi

karyawan tersebut menjadi penting untuk selalu dilakukan.

Beberapa metode pelatihan menurut Andrew F. Sikula antara lain:

a. On The Job Training

b. Vestibule

c. Apprenticeship

d. Spesialist Course

2.2.3. Proses Pelaksanaan Pelatihan

Penerapan yang efektif membutuhkan sebuah proses pelatihan

yang sistematis. Menurut Robert L. Mathis & John H. Jackson (2003),

proses pelatihan meliputi analisis (assessment), perancangan (design),

penyampaian (delivery), dan evaluasi (evaluation). Runtutan proses

tersebut bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya usaha

pelatihan yang tidak terencana, tidak terkoordinasi, dan serampangan

sehingga biaya pengeluaran organisasi menjadi sia-sia. Berikut

gambar proses pelatihan:

39

Page 38: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

ASSESSMENT

Menganalisis kebutuhan pelatihanMengidentifikasi tujuan dan kriteria pelatihan

DESIGN

Menguji peserta pelatihan sebelumnyaMemilih metode pelatihanMerencanakan isi pelatihan

DELIVERY

Menjadwalkan pelatihanMelaksanakan pelatihanMemantau pelatihan

EVALUATION

Mengukur hasil pelatihanMembandingkan hasil dengan tujuan/kriteria

Conducting Need Assesment

Organization analysisPerson analysisTask analysis

Ensuring Employees Readiness for

TrainingAttitudes and Motivation Basic Skill

Creating Learning Environtment

Learning ObjectivesMeaningful MaterialPracticeFeedbackCommunity of LearningModelingProgram Administration

Ensuring Transfer of Training

Self ManagementPeer and ManagementSupport

Developing and Evaluation Plan

Identify learning outcomesChoose evaluation designPlan cost-benefit analysis

Selecting Training Method

TradisionalE-learning

Monitoring and Evaluating The

ProgramConduct EvaluationMake changes to improve the program

Gambar 1. Proses Pelatihan Robert L. Mathis & John H. Jackson (2003)

Sedangkan menurut Noe (2002), proses pelatihan lebih terinci sehingga

diharapkan tidak ada bagian yang terlewatkan. Dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar 2. Proses Pelatihan Noe (2002)

2.2.4. Proses Pelaksanaan Pengembangan

Proses ini dimulai dengan merencanakan pengembangan SDM.

Dalam tahap ini, organisasi menganalisis, meramalkan, dan

menentukan jumlah dan kualitas SDM baik untuk keperluan sekarang

dan keperluan yang akan datang untuk semua unit organisasi. Juga

40

Page 39: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

dalam tahap ini organisasi perlu mengantisipasi berbagai

kemungkinan perpindahan dan pergerakan pegawai dalam organisasi

karena ada pegawai yang pensiun, rotasi, promosi, keluar, meninggal,

dan sebagainya.

Setelah merencanakan pengembangan SDM, organisasi

kemudian menentukan kemampuan-kemampuan yang diperlukan.

Dalam tahap ini organisasi mengidentifikasi kemampuan-kemampuan

untuk setiap jabatan, baik pelaksana, fungsional, maupun manajerial.

Kemampuan-kemampuan tersebut adalah hard competencies dan soft

competencies. Kemudian kemampuan–kemampuan itu dibakukan

dalam standar kompetensi jabatan.

Selanjutnya organisasi perlu merencanakan suksesi. Dalam

tahap ini, organisasi menentukan rencana penggantian jabatan, baik

jangka pendek maupun jangka panjang, karena adanya kemungkinan

pensiun, rotasi, promosi, keluar, meninggal, dan sebagainya. Dari

suatu penelitian yang dilakukan, hanya sedikit organisasi yang

melakukan perencanaan suksesi sehingga kelancaran suksesi menjadi

terganggu, orang yang tepat pada waktu yang tepat tidak tersedia.

Setelah merencanakan suksesi, tahap berikutnya adalah

memperkirakan kebutuhan-kebutuhan pengembangan SDM. Dalam

tahap ini, organisasi dapat melakukannya melalui assessment center,

psikotes, dan evaluasi kinerja (performance appraisals). Melalui

metode tersebut akan diketahui kebutuhan-kebutuhan pengembangan

baik yang bersifat organisasi, pekerjaan, maupun perorangan.

41

Page 40: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Kebutuhan tersebut akan menentukan desain dan delivery

pengembangannya. Standar kompetensi jabatan, seperti yang

diuraikan pada tahap kedua di atas, dijadikan acuan dalam

menentukan kebutuhan-kebutuhan pengembangan SDM.

Berikutnya organisasi perlu menentukan pendekatan

pengelolaan SDM. Pada dasarnya ada 2 pendekatan untuk

mengembangkan SDM yaitu pengembangan pada pekerjaan (on-the-

job development) dan pengembangan di luar pekerjaan (off-the-job

development). Pengembangan pada pekerjaan meliputi coaching,

assignment, job rotation, on-line development (misalnya learning

portal atau teleconference), dan learning organization. Di pihak lain,

pengembangan di luar pekerjaan terdiri atas pendidikan, pelatihan,

lokakarya, seminar, sabbatical leave, dan outbound/ outdoor

activities.

Setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahan.

Organisasi, berdasarkan kekuatan dan kelemahan itu perlu memiliki

komposisi metode yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

pengembangan SDMnya. Berikut ini pada Tabel 1 disajikan kekuatan

dan kelemahan dari masing – masing pendekatan.

Pengembangan pada pekerja Kekuatan Kelemahan

CoachingAlamiah dan terkait langsung dengan pekerjaan

Sulit memperoleh coach yang baik

AssignmentMemberikan pengalaman kepada peserta mengenai proses penting

Banyak makan waktu

42

Page 41: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Job rotation Memberikan pengalaman baru pada jabatan baru

Memerlukan waktu tunggu yang cukup lama

On-line development Fleksibel Sulit mengembangkan

Learning organization

Bermanfaat bagi pengembangan kolektif

Sulit memperoleh pembina yang baik

Pengembangan di luar pekerjaan

Kekuatan Kelemahan

PendidikanDihargai karena memberikan gelar akademik atau sebutan

Memerlukan waktu relatif lama

Sukar mengukur kontribusi pendidikan pada kinerja

Pelatihan

Dihargai sebagai kegiatan yang meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap

Sukar mengukur kontribusi pelatiahn pada kinerja

Lokakarya (workshop)

Bisa diperagakan materi-materi prioritas

Sulit mencari penguji kualitas

Seminar Bisa dihimpun materi-materi prioritas

Sulit mencari penguji kualitas

Sabbatical leave Bersifat menyegarkan dan membangun Mahal

Outbond/ outdoor activities

Meningatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap melalui tantangan-tantangan fisik

Tidak cocok untuk semua (ada permainan atau exercise yang berbahaya)

Tabel 1. Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Pengelolaan SDM

Tahap terakhir dalam proses pengembangan SDM adalah

mengevaluasi keberhasilan pengembangan SDM. Dalam tahapan ini

organisasi menilai sebagai seberapa jauh keberhasilan dari tahap-tahap

sebelumnya. Evaluasi yang sangat penting dan mendesak adalah untuk

menjawab pertanyaan esensial, apakah program pengembangan yang

dilakukan telah menyiapkan dan meningkatkan kualitas SDM,

khususnya untuk kepentingan suksesi pada jabatan-jabatan strategik

43

Page 42: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

khususnya dan semua jabatan umumnya. Evaluasi ini sekaligus

memberikan feedback pada tahap-tahap sebelumnya sehingga kualitas

pelaksanaan setiap tahap dapat diperbaiki untuk masa mendatang

2.3. Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan

Dalam proses manajemen terdapat perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengontrolan, dimana terdapat evaluasi didalam proses

pengontrolan tersebut. Begitu juga dalam program pelatihan dan

pengembangan, terdapat perencanaan, proses dan juga evaluasi program

pelatihan dan pengembangan. Sebelum kita membahas lebih lanjut

mengenai evaluasi program pelatihan dan pengembangan, terlebih dahulu

kita akan membahas pengertian evaluasi. Evaluasi dalam bahasa sehari-hari

dapat diartikan sebagai penilaian atau penafsiran. Dalam Carapedia,

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya.

Anasti (1968) mengartikan evaluasi sebagai “a systematic procces of

determining the extent to which instructional objectives are achieved by

pupils.” Maksudnya adalah bahwa evaluasi bukan sekedar menilai suatu

aktivitas secara spontan, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai

sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan

yang jelas. Jadi dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi

merupakan suatu kegiatan penilaian suatu hal secara sistematis dan

44

Page 43: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

terencana untuk mendukung tercapainya tujuan atau agar mendapatkan hasil

yang diharapkan.

Evaluasi pelatihan (Training Evolution) menurut Noe (2002),

“Training Evaluation refers to process of collecting the outcomes needed to

determine if training is effective” yaitu bahwa evaluasi pelatihan mengacu

pada proses mengumpulkan hasil-hasil yang ingin didapatkan untuk

mengetahui apakah pelatihan tersebut efektif atau tidak. Jadi dapat

disimpulkan bahwa evaluasi pelatihan merupakan suatu alat untuk

mengukur kefektifan suatu program pelatihan dengan cara menilai hasil dari

program pelatihan tersebut. Selanjutnya akan dijelaskan tujuan dan metode

beserta proses evaluasi program pelatihan dan pengembangan.

2.3.1.Tujuan Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan

Pengadaan evaluasi untuk suatu program pelatihan dan

pengembangan tentu saja mempunyai tujuan, berikut beberapa tujuan

diadakannya evaluasi program pelatihan dan pengembangan :

1. Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan program

tersebut. Termasuk menentukan apakah objek pembelajaran pada

program tersebut sudah tepat atau belum, menentukan kualitas

tempat atau lingkungan pelatihan, dan untuk menentukan apakah

proses transfer terhadap pekerjaan mereka telah terjadi atau tidak.

2. Untuk menilai apakah isi, pengaturan, dan urusan administrasi

program tersebut termasuk jadwal, akomodasi, pelatih, dan hal-

45

Page 44: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

hal yang diperlukan lainnya membantu untuk melatih peserta

serta kegunaan dari isi program tersebut pada pekerjaan mereka.

3. Untuk mengidentifikasi pelatih mana yang lebih berkualitas dan

mana yang kurang berkualitas dari program tersebut.

4. Untuk membantu memasarkan program melalui pengumpulan

informasi dari para partisipan tentang apakah mereka mau

merekomendasikan program tersebut kepada yang lain, mengapa

mereka menghadiri program tersebut, dan tingkat kepuasan

mereka terhadap program tersebut.

5. Untuk menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk program

tersebut dan keuntungan apakah yang nantinya akan didapatkan

6. Untuk membandingkan antara biaya yang dikeluarkan dan

keuntungan yang akan didapat antara karyawan yang mendapat

pelatihan dan pengembangan dan karyawan berkualitas yang

tidak mendapat pelatihan dan pengembangan (misalnya karyawan

hasil perancangan ulang pekerjaan atau karyawan hasil seleksi

yang sangat bagus).

7. Untuk membandingkan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan

yang akan didapatkan antara program yang satu dengan yang

lainnya agar dapat memilih program yang terbaik.

2.3.2.Metode dan Proses Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan

Menurut Kirkpatrick (1998) terdapat model evaluasi yang

berupa empat tingkatan evaluasi dari suatu program pelatihan dan

pengembangan sebagai metode dari evaluasi, yaitu Reaksi (Reaction),

46

Page 45: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Pembelajaran (Learning), Perilaku (Behaviour), dan Hasil (Result).

Tiap tingkatan sangat penting karena akan berdampak pada tingkatan

selanjutnya. Proses dari tingkatan yang satu ke tingkatan yang lainnya

akan menjadi lebih sulit dan memakan banyak waktu, tetapi semakin

memperkaya informasi tentang program tersebut. Berikut adalah empat

tingkatan evaluasi :

1. Reaksi (reaction)

Evaluasi pada level ini mengukur tentang bagaimana reaksi

orang-orang yang berpatisipasi dalam program tersebut. Hal ini juga

bisa menjadi ukuran kepuasan pelanggan atau kostumer. Jika kita

ingin program tersebut menjadi efektif, sangat penting untuk

mendapatkan reaksi yang baik dari para peserta pelatihan. Disini

mereka akan dapat memberitahukan kepada yang lain, tergantung dari

apa yang mereka katakan tentang reaksi mereka, dan keputusan untuk

menghilangkan program tersebut ataukah mempertahankannya.

Formulir yang biasa digunakan untuk mengevalusi reaksi sering

disebut happiness sheets atau lembar kebahagiaan. Formulir ini dapat

membantu untuk menentukan seberapa efektif suatu program tersebut

dan bagaimana program tersebut dapat diperbaiki. Mengukur reaksi

sangat penting karena beberapa alasan.

Pertama, hal tersebut akan memberikan nilai timbal balik kepada

kita yang dapat membantu kita untuk mengevaluasi program

sebagaimana komentar dan saran-saran yang diberikan untuk

menjadikan program selanjutnya lebih baik lagi. Kedua, memberitahu

47

Page 46: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

peserta bahwa trainer ada disana untuk membantu mereka agar dapat

melakukan pekerjaan dengan lebih baik dan mereka membutuhkan

timbal balik untuk menentukan seberapa efektif kinerja mereka.

Ketiga, lembar penilaian reaksi dapat memberikan data kuantitatif

yang dapat digunakan untuk menetapkan standar dalam

penyelenggaraan program selanjutnya. Terdapat 8 garis besar

pedoman atau petunjuk untuk melakukan evaluasi reaksi :

a. Menentukan apa yang ingin diketahui

Biasanya trainer ingin mendapatkan reaksi peserta program

pelatihan dan pengembangan berdasarkan salah satu atau

beberapa hal seperti : fasilitas (lokasi, kenyamanan, alat-alat yang

bagus, dsb) ; jadwal (waktu, lamanya program, jeda waktu

istirahat, waktu yang sebaik-baiknya, dsb) ; makanan (jumlah dan

kualitas makanan, dsb) ; studi kasus; latihan; alat bantu

audiovisual (bagaimana ketepatan penggunaanya, keefektifannya)

; handout (jumlah, dan seberapa membantu), dan semua hal yang

bernilai berdasarkan aspek individu dari pihak partisipan dalam

program tersebut.

b. Membuat desain formulir yang dapat digunakan untuk mengukur

reaksi.

Terdapat berbagai bentuk atau desain formulir, ada yang

menginginkan jawaban dengan banyak tulisan atau komentar, ada

juga yang hanya meminta untuk diberi tanda pada jawaban yang

48

Page 47: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

akan atau ingin dipilih. Formulir yang ideal sebaiknya

menyediakan informasi sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat

mungkin, karena peserta ingin segera pergi begitu selesai.

Kolom untuk penulisan komentar atau kritik dan saran

sebaiknya ada dalam lembar pengisian yang telah disediakan tadi,

dan sebelum program selesai sebaiknya trainer mengumumkan

kepada peserta untuk mengisi formulir atau kuisioner reaksi dan

mengingatkan untuk tidak lupa menuliskan komentar-komentar

atau kritik dan saran yang membangun

c. Mendapatkan 100% respon tercepat

Biasanya trainer akan meminta langsung lembar kuisioner

beberapa menit setelah diberikan, hal tersebut akan membuat

mereka tidak mengisi kuisioner dengan tenang dan mengisinya

karena terburu-buru. Kita dapat memberikan waktu yang cukup

untuk mengisi formulir tersebut. Berikut cara untuk

memberitahukannya : “Dimohon kepada para peserta program

pelatihan dan pengembangan untuk mengisi formulir evaluasi dan

formulir dapat dikembalikan esok hari pada saat jam kerja kepada

pihak HRD agar dapat diisi dengan sebenar-benarnya. Dimohon

kerjasamanya untuk membantu kesuksesan program ini, kerjasama

dan bantuan dari anda sekalian sangat kami harapkan. Terima

Kasih.”

d. Mendapatkan respon yang jujur

49

Page 48: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Untuk mendapatkan respon yang jujur dari peserta, sebaiknya

dalam lembar pengisian tidak dicantumkan nama asal institusai,

karena hal tersebut menimbulkan persepsi bahwa apabila reaksinya

buruk maka orang tersebut akan dipanggil lagi. Jadi sebaiknya

tidak perlu mencantumkan identitas peserta agar formulir yang kita

dapat benar-benar dapat diisi dengan jujur dan kita dapat menilai

dengan lebih objektif.

e. Mengembangkan standar yang cocok

Yaitu melakukan penilaian untuk menetapkan standar yang

tepat terhadap program tersebut. Standar dapat berdasar pada

analisis realistis terhadap apa yang kita harapkan dengan

mempertimbangkan bajet, ketersediaan fasilitas, tingkat

keterampilan instruktur, dll. Contohnya adalah standar untuk

menilai kenyamanan fasilitas yang disediakan. Untuk excellent

diberi nilai 5, very good diberi nilai 4, good diberi nilai 3, fair

diberi nilai 2, dan poor diberi nilai satu. Selanjutnya akan

dikalkulasi berdasarkan jumlah formulir yang tersedia, sehingga

akan didapat rata-rata dari nilai standar tersebut.

f. Mengukur reaksi yang berlawanan dengan standar dan segera

mengambil tindakan yang tepat.

Setelah menetapkan sebuah standar, kita harus bisa

mengevaluasi beberapa aspek dari program dan membandingkan

antara standar dengan hal baru yang kita temukan. Misalnya

50

Page 49: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

instruktur mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan standar,

untuk itu kita harus cepat mengevaluasi standar yang kita pakai,

apakah standar tersebut masih bisa dipakai atau harus diubah, hal

tersebut harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

g. Menyampaikan reaksi dengan tepat

Yaitu menyampaikan hasil dari evaluasi reaksi tersebut kepada

pihak yang tepat. Orang-orang yang bertugas untuk membuat

keputusan mengenai staffing, budgeting, bagian promosi, bagian

kenaikan gaji perlu untuk diberitahukan.

Berikut ini adalah contoh formulir pengisian untuk evaluasi reaksi :

LEMBAR EVALUASI REAKSI

Dimohon untuk mengisi lembaran ini dengan sebenar-benarnya, dan jangan lupa memberikan kritik dan saran anda. Partisipasi anda dalam mengisi lembar ini akan sangat membantu kami dalam mengevaluasi program ini agar kami dapat menjadikan program selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

Peserta : _______________ Jenis Pelatihan : ___________________

1. Bagaimana anda menilai pelatihan tersebut? (menarik, bermanfaat, dll)______ Sempurna Kritik & Saran :______ Sangat Baik______ Baik______ Cukup Baik______ Sangat Buruk

2. Bagaimana anda menilai instruktur program tersebut? (pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, dll)______ Sempurna Kritik & Saran :______ Sangat Baik______ Baik______ Cukup Baik______ Sangat Buruk

3. Bagaimana anda menilai fasilitas yang disediakan? (nyaman, alat yang bagus, dll) ______ Sempurna Kritik & Saran :______ Sangat Baik______ Baik______ Cukup Baik______ Sangat Buruk

4. Bagaimana anda menilai rencana kegiatan program tersebut?______ Sempurna Kritik & Saran :______ Sangat Baik

51

Page 50: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

______ Baik______ Cukup Baik______ Sangat Buruk

5. Hal apa yang harus diperbaiki dari program tersebut?

Tabel 2. Lembar Evaluasi Reaksi

2. Pembelajaran (learning)

Terdapat tiga hal yang dapat diajarkan oleh instruktur dalam

sebuah program pelatihan dan pengembangan, yaitu : pengetahuan,

keterampilan, dan sikap. Dengan mengukur pembelajaran berarti dapat

menentukan pengetahuan apa yang telah dipelajari, keterampilan apa

yang dapat atau telah dikembangkan, serta sikap apa saja yang telah

dirubah. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena tidak akan

ada perubahan perilaku yang diharapkan dalam proses selanjutnya

tanpa pembelajaran ini terpenuhi. Mengukur pembelajaran ini lebih

susah dan memakan waktu lebih lama daripada mengukur reaksi.

Berikut ini terdapat 6 garis besar pedoman atau petunjuk dalam

evaluasi pembelajaran :

a. Menggunakan grup pengendali apabila diperlukan

Hal ini akan digunakan juga pada saat tingkat 3 dan 4

sebagaimana akan dilakukan pada tingkat 2 ini. Yang dimaksud

grup pengendali adalah kelompok yang tidak mendapatkan

program pelatihan dan pengembangan. Grup yang mendapatkan

52

Page 51: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

program disebut grup eksperimental. Tujuan digunakannya grup

pengendali ini adalah untuk mendapatkan bukti yang lebih akurat

tentang adanya perubahan. Adanya perbedaan antara grup

pengendali dan grup eksperimental dapat dijelaskan dari

pembelajaran yang didapat dari suatu program pelatihan dan

pengembangan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan

skor kedua grup pada saat sebelum maupun sesudah pelatihan.

b. Mengevaluasi pengetahuan, keterampilan, dan atau sikap baik

sebelum maupun sesudah program.

Yaitu mengevaluasi adanya peningkatan pengetahuan dan

perubahan perilaku atau tidak dengan cara menggunakan tes

secarik kertas dan sebuh pensil, untuk lebih jelasnya akan dibahas

di proses selanjutnya. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau

tidaknya peningkatan dalam hal keterampilan yaitu dengan cara

menggunakan tes pelaksanaan. Lebih detail akan dibahas pada

proses selanjutnya.

c. Menggunakan secarik kertas dan sebuah pensil tes untuk mengukur

pengetahuan dan sikap.

Telah dijelaskan pada proses sebelumnya bahwa cara ini dapat

mengukur ada atau tidaknya peningkatan pengetahuan dan

perubahan perilaku pada peserta. Dalam kertas tersebut diberikan

pertanyaan mengenai pendapat akan suatu hal, dan diberikan pada

saat sebelum dan sesudah program kepada kedua grup tadi.

Pendapat mereka itulah yang dapat menilai apakah ada perubahan

53

Page 52: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

atau tidak dalam hal pengetahuan dan adakah perubahan sikap

setelah program tersebut. Misalnya pada saat sebelum program

grup eksperimental banyak yang salah menjawab, tetapi setelah

program banyak yang merubah jawabannya menjadi benar, hal

tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan pengetahuan dan

sikap pada grup eksperimental setelah pelatihan. Sedangkan grup

pengendali masih sama saat sebelum dan sesudah program.

d. Menggunakan tes pelaksanaan untuk mengukur keterampilan

Tes pelaksanaan yang dapat dilakukan misalnya seperti tes

kemampuan berbicara di hadapan banyak orang. Instruktur dapat

menyuruh peserta untuk mencoba berbicara di depan banyak orang

saat sebelum program dan menilai sejauh mana kemampuan

peserta tersebut. Setelah itu diberikan pelatihan dan pengembangan

tentang bagaimana cara yang baik saat berbicara di depan banyak

orang. Selanjutnya dites kembali setelah program selesai

bagaimana kemampuan peserta tersebut, apakah meningkat atau

masih tetap sama. Apabila mengalami peningkatan, berarti peserta

tersebut telah belajar dengan baik saat menjalani program.

e. Mendapatkan 100% respon

Cara yang digunakan sama dengan cara yang digunakan saat

mengevaluasi reaksi.

f. Menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil tindakan yang tepat

Disini kita dapat menilai keefektifan instruktur kita saat kita

mengevaluasi hasil pembelajaran peserta. Apabila gagal kita juga

54

Page 53: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

harus introspeksi apakah kita atau para instruktur sudah

mengajarkan dengan baik dan benar atau belum. Apabila instruktur

tidak mengajarkan dengan baik harus segera diambil tindakan

apakah itu mengganti dengan instruktur yang lebih baik atau

memberikan instruktur evaluasi untuk segera diperbaiki.

Berikut ini adalah contoh tabel hasil perbandingan evaluasi pembelajaran

antara grup pengendali dan grup eksperimental :

TABEL PERBANDINGAN HASIL PENILAIAN EVALUASI

PEMBELAJARAN

1. Apabila sebuah perubahan menjadi sukar diterima oleh bawahan anda,

sebaiknya anda mengubahnya secara perlahan-lahan agar dapat diterima

kemudian hari. (Jawaban yang benar adalah “setuju”).

Grup Eksperimen Grup Pengendali

Setuju Tidak Setuju Tidak

Pretest 7 18 6 19

Posttest 20 5 7 18

Tambahan +13 +1

Tambahan Bersih 13-1 = 12

2. Apabila anda dipromosikan terhadap sebuah jabatan baru, anda harus menjadikan

pekerjaan tersebut berbeda daripada pemegang jabatan sebelumnya.

(Jawaban yang benar adalah “setuju”).

Grup Eksperimen Grup Pengendali

Setuju Tidak Setuju Tidak

Pretest 5 20 5 20

55

Page 54: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Posttest 21 4 6 19

Tambahan +16 +1

Tambahan Bersih 16-1 = 15

Tabel 3. Perbandingan hasil penilaian evaluasi pembelajaran

3. Perilaku (Behaviour)

Pada tingkat ini kita dapat menilai perubahan apa saja yang didapat

dari mengikuti suatu program pelatihan dan pengembangan dalam hal

perilaku saat bekerja. Dalam tingkat ini kita harus membuat beberapa

keputusan yang penting, yaitu : kapan, seberapa sering, dan bagaimana

kita mengevaluasi. Hal inimenyebabkan tingkat ini lebih memakan waktu

lama dan lebih sulit untuk dilaksanakan daripada tingkat 1 dan 2. Berikut

ini terdapat 7 garis besar pedoman atau petunjuk untuk mengevaluasi

perilaku :

a. Menggunakan grup pengendali apabila dibutuhkan

Proses ini sama dengan tingkat 2 evaluasi pembelajaran, yaitu

menggunakan grup pengendali sebagai pembanding.

b. Menyediakan waktu untuk merubah perilaku sampai benar-benar telah

berubah.

Dalam hal ini peserta tidak serta merta dapat langsung mengubah

perilakunya dalam pekerjaan mereka dalam waktu yang singkat, oleh

karena itu sangat penting untuk memberikan waktu sekitar 3-6 bulan

untuk mereka beradaptasi dengan perilaku yang diajarkan saat

menjalani program. Jadi pastikan bahwa kita memberi mereka cukup

56

Page 55: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

waktu untuk kembali pada pekerjaan mereka dengan

mempertimbangkan perilaku yang disarankan untuk mereka dan

kemudian lihatlah hasilnya.

c. Mengevaluasi sebelum maupun sesudah program apabila diperlukan.

Yaitu membandingkan hasil pengukuran dari perilaku yang

seharusnya dimiliki seorang pekerja pada saat sebelum dan sesudah

program. Misalnya sebelum menjalani program seorang supervisor

ditentukan ukuran perilakunya lalu dinilai, setelah itu diberi pelatihan

dan pengembangan, setelah itu dievaluasi apakah perilaku supervisor

tersebut berubah menjadi lebih baik atau tidak.

d. Meninjau dan atau mewawancara satu atau lebih dari beberapa orang

seperti : peserta, supervisor mereka, bawahan mereka, dan orang lain

yang sering mengamati perilaku mereka.

Melakukan peninjuan atau survey ini dengan cara membagikan

kuisioner untuk diisi kepada siapa saja yang mengetahui perilaku

peserta program tersebut dan yang bersedia mengisi kuisioner tersebut.

Sedangkan cara yang satunya yaitu mewawancara orang-orang yang

mengetahui perilaku peserta tersebut membutuhkan waktu yang lebih

lama namun bisa mendapatkan informasi yang lebih banyak.

Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Apabila survey bisa lebih cepat, kekurangannya adalah informasi yang

didapat tidak begitu banyak dan untuk memperoleh responden yang

banyak membutuhkan imbalan seperti memberikan souvenir bagi yang

sudah mau mengisi kuisioner tersebut. Sedangkan wawancara

57

Page 56: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

mempunyai kelebihan dalam hal informasi yang cukup lengkap,

namun membutuhkan waktu yang lama, responden yangsedikit, serta

membutuhkan biaya yang lebih banyak.

e. Mendapatkan respon 100%

Cara ini dapat dilakukan sama seperti dalam tingkat-tingkat

sebelumnya.

f. Mengulang evaluasi pada saat-saat tertentu

Hal ini penting untuk dilakukan karena ada peserta yang bisa

merubah perilakunya begitu mereka kembali ke pekerjaan mereka, ada

yang 3-6 bulan baru berubah, dan ada pula yang tidak berubah sama

sekali. Evaluasi perilaku pertama sebaiknya dilakukan 2-3 bulan

setelah program, agar kita bisa melihat dengan jelas siapa yang bisa

merubah perilakunya. Setelah itu evaluasi kedua sebaiknya dilakukan

setelah 6 bulan program tersebut selesai. Karena 6 bulan waktu yang

cukup lama untuk menilai seseorang tersebut telah berubah dalam hal

perilaku atau belum.

g. Mempertimbangkan antara biaya yang dikeluarkan dan keuntungan

yang didapatkan.

Dalam hal ini kita harus mempertimbangkan biaya yang

dikeluarkan untuk evaluasi pada tingkat ini apakah sebanding dengan

keuntungan yang didapatkan karena perubahan perilaku ini. Untuk

mempertimbangkannya dapat dengan cara melihat apakah program

tersebut hanya satu kali saja diselenggarakan atau diulang-ulang pada

periode tertentu, apabila hanya satu kali, evaluasi ini dapat

58

Page 57: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

dioptimalkan untuk jangka panjang, namun apabila program

diselenggarakan beberapa kali untuk periode tertentu kita dapat tetap

melakukan evaluasi tapi cukup satu kali saja untuk menghemat biaya.

Berikut ini adalah contoh untuk pola wawancara dan kuisioner survei :

Tabel 4. Pola untuk wawancara

Pola Wawancara

Pewawancara memberitahukan sekilas tentang program tersebut kepada orang yang

diwawancarainya. Setelah itu pewawancara menyampaikan maksud dari wawancara

tersebut, yaitu untuk mengevaluasi kefektifan program dan agar dapat melakukan

perbaikan dikemudian hari. Pewawancara mencari tahu perilaku mana yang disenangi dan

tidak, lalu mencari tahu alasannya sehingga interview mendapatkan informasi yang jujur

dan terpercaya.

1. Perubahan perilaku apa yang sudah anda pelajari yang sekiranya cocok dan dapat

anda diterima?

2. Saat anda telah selesai menjalani pelatihan, seberapa kuat keinginan anda untuk

merubah perilaku anda terhadap pekerjaan anda?

3. Seberapa baik anda dapat melakukan perubahan seperti yang kami

sarankan?

__ Sangat baik__ Cukup baik __ Tidak Terlalu Baik __ Sama Sekali Tidak

4. Jika anda tidak melakukan hal yang sebaiknya anda lakukan untuk

merubah dan yang telah anda pelajari, mengapa tidak anda lakukan?

Seberapa Penting?

59

Page 58: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Sangat Terkadang Tidak

a. Tidak dapat digunakan dalam kondisi pekerjaan

saya

b. Atasan saya tidak menyukai perubahan saya

c. Saya tidak mempunyai waktu

d. Saya sudah mencobanya, tetapi tidak berhasil

e. Alasan lain

5. Dalam kesempatan apa anda ingin melakukan sesuatu perubahan atau melakukan sesuatu

yang berbeda di masa yang akan datang?

___ Banyak kesempatan ___ Beberapa Kesempatan___ Tidak Sama sekali

6. Saran apa yang anda berikan untuk membantu memperbaiki program tersebut?

Tabel 5. Contoh Kuisioner untuk survei

LEMBAR KUISIONER EVALUASI PERILAKU PESERTA PROGRAM

PELATIHAN dan PENGEMBANGAN

Instruksi : Kuisioner ini bertujuan untuk menentukan siapa saja peserta yang telah mempelajari dengan baik hal-hal yang telah diajarkan pada program pelatihan kepemimpinan. Hasil survei ini akan membantu kami untuk menilai keefektifan program dan agar dapat mengetahui cara yang tepat untuk diberikan kepada peserta pelatihan. Dimohon untuk mengisi dengan jujur dan sebenar-benarnya . Anda diperbolehkan untuk mengisi atau tidak nama anda pada bagian bawah kuisioner. Kritik dan saran anda sangat berarti bagi kami.

Lingkarilah angka yang anda pilih untuk menilai pernyataan-pernyataan dibawah ini.

60

Page 59: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

5 = Bertambah banyak 4 = Cukup bertambah 3 = Tidak ada perubahan 2 = Berkurang1 = Sangat berkurang

Pemahaman dan Dukungan

1.Menjadi tahu siapa saja karyawan saya 54 32 12.Mendengarkan bawahan saya 54 32 13.Memuji pekerjaan yang bagus 54 32 14.Mengobrol lebih banyak dengan karyawan saya Tentang keluarga maupun hal lainnya 54 32 1

5. Menanyakan ide yang ingin disampaikan bawahan 54 32 16.Mengontrol keadaan sekitar dengan berkeliling 54 32 1Orientasi dan Pelatihan7.Menanyakan pegawai baru tentang kehidupan Mereka diluar kantor 54 32 18.Menyambut pegawai baru dengan tur perusahaanDan menunjukkan fasilitas yang teredia 54 32 19.Memperkenalkan teman bekerja mereka 54 32 110. Bersikap sabar terhadap pegawai baru yang baru Belajar 54 32 1

Apa yang sebaiknya disediakan oleh program untuk membantu anda menjadi lebih baik lagi?

Nama (opsional) : ____________

4. Hasil (Result)

Hal yang terpenting adalah mengenai hasil, yaitu mengukur hasil yang

dapat dicapai setelah menjalani program. Apakah hasil akhir menunjukkan

ada perbaikan atau tidak dalam pekerjaan mereka. Misalnya terdapat

peningkatan produktivitas pekerja setelah pelatihan dan pengembangan

keterampilan diberikan, yang berarti menunjukkan program pelatihan dan

pengembangan keterampilan pekerja tersebut berhasil atau dapat dikatakan

efektif. Namun apabila hasil akhir adalah tidak tercapainya tujuan, bisa

dikarenakan programnya kurang efektif, namun hasil akhir yang tidak

sesuai dengan tujuan tidak semata-mata karena program, bisa juga

61

Page 60: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

disebabkan oleh faktor lain yang tidak terduga sehingga dapat

menyebabkan hasil akhir tidak terlalu bagus. Berikut terdapat 6 garis besar

pedoman atau petunjuk dalam mengevaluasi hasil :

a. Menggunakan grup pengendali apabila diperlukan

Cara yang digunakan tidak berbeda dengan cara pada tingkat

sebelumnya.

b. Menyediakan waktu untuk mengetahui hasil yang telah dicapai.

Samahalnya dengan evaluasi perilaku, evaluasi hasil juga

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasil atau

prestasi yang telah dicapai dalam pekerjaannya, terutama setelah

program usai. Paling cepat evaluasi pertama dapat dilakukan setelah

satu tahun, karena prestasi pekerjaan biasanya dinilai saat evaluasi

tahunan.

c. Mengukur sebelum maupun sesudah program apabila dibutuhkan.

Cara yang digunakan juga masih sama seperti cara pada tingkatan

yang sebelumnya.

d. Mengulang pengukuran dalam jangka waktu tertentu.

Untuk evaluasi hasil, dibutuhkan waktu yang lebih lama daripada

evaluasi perilaku, karena untuk mencapai hasil atau sebuah prestasi

membutuhkan waktu yang lama. Apabila evaluasi pertama dilakukan

satu tahun setelah program, pengulangan dapat dilakukan 1 tahun

setelah evaluasi pertama untuk memastikan bahwa peserta tetap

menunjukkan peningkatan prestasi dalam pekerjaannya.

62

Page 61: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

e. Mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang

didapat.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan proses pada tingkat sebelumnya.

f. Meyakinkan atasan dengan fakta-fakta yang ada apabila bukti tidak

mungkin didapat.

Maksud dari proses ini adalah mengumpulkan fakta-fakta tentang

perubahan yang positif untuk diberikan kepada atasan agar atasan

megetahui bahwa program tersebut memang benar-benar telah

memberikan hasil yang sangat positif kepada perusahaan. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara melihat hasil evaluasi dari tingkat 1-3 untuk

kemudian dibuat data statistiknya untuk mengetahui hasilnya secara

keseluruhan. Dengan begitu atasan akan dapat menilai dengan mudah

dan merasa puas dengan hasil dari program tersebut.

63

Page 62: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

BAB 3

CONTOH APLIKATIF DI ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN

Pengembangan Model Unit Diklat

di Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas

Setiap kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan (diklat) pada dasarnya

adalah usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan agar

menghasilkan kinerja yang berhasil dan berdayaguna. Meningkatkan kualitas dan

profesionalisme SDM kesehatan di wilayah kabupaten/kota merupakan salah satu

wewenang daerah sesuai kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.

Pusdiklatkes di Kabupaten Sambas memiliki sebuah kebijakan yaitu

desentralisasi di bidang pelatihan SDM kesehatan di kabupaten/kota. Tujuan dari

desentralisasi tersebut adalah mampu mengelola dan menyelenggarakan pelatihan

dalam rangka meningkatkan kualitas SDM kesehatan di wilayahnya. Dengan

adanya desentralisasi, diharapkan pelatihan yang diselenggarakan Dinas

Kesehatan Kabupaten Sambas dapat terlaksana lebih efisien dan produktif

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara lebih terpadu sesuai

kebutuhan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan serta hasil analisis dari informasi

yang didapat, menunjukkan bahwa penyelenggaraan pelatihan telah dilaksanakan

hampir di semua Kabupaten/Kota. Perencanaan dan pelatihan tersebut diserahkan

kepada setiap sub dinas/bidang, sehingga pelatihan lebih cenderung kepada

pelatihan yang mendukung pelaksanaan progam, serta berkaitan dengan

64

Page 63: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

TUPOKSI dari masing-masing pemegang progam. Sebagian besar pelatihan titik

beratnya adalah pada pelaksanaan atau penyampaian bahan belajar, tidak melalui

suatu rancangan pelatihan yang seharusnya, seperti penyiapan kurikulum, materi

pembelajaran, dan sebagainya. Sebagian sudah melakukan evaluasi pembelajaran

atau evaluasi hasil belajar, walaupun masih terbatas pada pre-test dan post-test,

sebagian lainnya belum melakukan. Bahkan, evaluasi paska pelatihan hampir

belum pernah dilakukan.

65

Page 64: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

BAB 4

ANALISIS DAN REKOMENDASI

4.1 Analisis

Saat ini penyelenggaraan pelatihan di kabupaten Sambas masih

bersifat kurang profesional dan dilaksanakan oleh panitia yang tidak tetap

yang berasal dari masing-masing bidang/bagian, sehingga terkotak-kotak.

A. Perencanaan Pelatihan

1. Semua kegiatan pelatihan yang dilaksanakan tidak berdasarkan hasil

pengkajian/assesment (TNA).

2. Panitia tidak tetap hanya membuat kerngka acuan dan jadwal.

3. Kurikulum dan modul pelatihan/bahan ajar menggunakan

modul/bahan ajar yang dikeluarkan Pusat/Propinsi.

B. Pelaksanaan Pelatihan

1. Kegiatan pelatihan diselenggarakan oleh panitia tidak tetap yang

berasal dari masing-masing bidang/bagian.

2. SDM penyelenggara terbatas dan belum memiliki kemampuan

tentang kediklatan.

3. Penyelenggaraan dilaksanakan di Gedung PKK yang disewa karena

Dinas belum mempunyai ruang belajar sendiri.

4. Fasilitas/peralatan belajar cukup (OHP, LCD, white board, standard

flip chart, dan sebagainya).

5. Kerjasama dengan unit terkait dalam penyelenggaraan pelatihan

cukup baik.

66

Page 65: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

6. Sampai saat ini semua pelatihan yang diselenggarakan pesertanya

tidak mendapat sertifikat pelatihan.

C. Evaluasi Pelatihan

Semua kegiatan pelatihan yang diselenggarakan belum dilakukan

evaluasi secara lengkap, baru terbatas pada evaluasi penyelenggaraan

saja.

4.2 Rekomendasi

Suatu progam pelatihan dikatakan bermutu apabila pada akhir

pelatihan para peserta yang pernah mengikuti pelatihan dapat membawa

dampak positif atau mempunyai niai tambah bagi organisasai, progam, dan

individu. Untuk dapat merancang progam pelatihan seperti itu, maka

diperlukan langkah-langkah sebagai penjabaran dari manajemen

pelatihan/diklat yang merupakan kegiatan dari kelima proses manajemen

pelatihan, yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan terarah.

Langkah-langkah dari perancangan progam pelatihan tersebut antara lain

adalah :

1. Mengkaji Kebutuhan Pelatihan (Training Need Assesment/ TNA)

Proses pengkajian kebutuhan pelatihan merupakan langkah awal dari

suatu perencanaan pelatihan. Dalam proses ini dilakukan pengkajian

tentang ada tidaknya kesenjangan dalam penampilan kerja, yaitu

kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan merupakan ketentuan

penampilan kerja (standar), sedangkan apa yang sebenarnya dilakukan

merupakan tingkat penampilan kerja yang dicapai atau yang dimiliki.

67

Page 66: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Namun, setiap ada kesenjangan antara standard dan penampilan kerja

tidak harus selalu diatasi dengan pelatihan, tetapi tergantung dari

penyebab kesenjangan tersebut. Oleh karena itu, dalam melakukan TNA

langkah kegiatannya dimulai dengan melakukan analisis organisasi atau

institusi, yaitu dengan :

a. Mengidentifikasi masalah organisasi

b. Merumuskan masalah

c. Menentukan penyebab timbulnya masalah, ada dua faktor utama :

1) Penyebab yang diakibatkan oleh faktor kemampuan petugas, dari

segi pengetahuan, ketrampilan, dan atau sikap. Faktor inilah yang

dapat diintervensi dengan pelatihan, dan menjadi kebutuhan

pelatihan.

2) Penyebab yang diakibatkan oleh faktor lain seperti lingkungan, iklim

kerja, sarana, fasilitas, dan sebagainya. Faktor penyebab ini tidak

dapat diintervensi dengan pelatihan, tapi harus menggunakan metode

pemecahan masalah yang lebih lanjut.

Dengan melakukan TNA sebagai langkah awal dalam manajemen

diklat secara benar, berarti diklat yang berorientasi pada kebutuhan learner

/ pembelajaran sudah dimulai.

2. Merumuskan Tujuan Pelatihan (Training Objective)

Pada langkah kedua ini, diawali dengan merumuskan secara tepat dan

benar kesenjangan kinerja yang terjadi, agar menjadi jelas pula

kemampuan apa yang masih harus ditingkatkan. Sehingga, tujuan

pelatihan yang ingin dicapai akan dapat dirumuskan secara jelas, terukur,

68

Page 67: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

dan dapat dicapai. Tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk kompetensi

yang harus dimiliki oleh peserta latih setelah selesai mengikuti progam

diklat.

3. Proses Merancang Progam Pelatihan (Training Design)

Pada langkah ini, kompetensi atau tujuan yang ingin dicapai dijabarkan

dalam kegiatan operasional yang dapat diukur. Proses ini harus dapat

menghasilkan :

a. Kurikulum, yang dirancang atas dasar kompetensi yang harus dicapai

(competency based) diuraikan dalam :

1) Materi pelatihan

2) Metode penyampaian dan alat bantu yang diperlukan

3) Proses belajar setiap materi

4) Proporsi waktu

b. Metode penyelenggaraan pelatihan

c. Rancangan alur proses pelatihan

4. Melaksanakan Progam Pelatihan (Training Implementation)

Langkah ini merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan progam

pelatihan, pedoman pada kurikulum, metode penyelenggaraan, dan

rancangan alur proses pelatihan.

Proses pelaksanaan progam pelatihan harus didahului dengan proses

persiapan, sehingga dapat menghasilkan kerangka acuan, jadwal pelatihan,

pelatih yang sesuai dengan kriteria, kelengkapan saran adan fasilitas diklat

maupun penunjangnya, master training, format-format yang dibutuhkan.

69

Page 68: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

Proses pelaksanaan pelatihan pada prinsipnya adalah implementasi

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang pada

akhirnya untuk mencapai tujuan pelatihan. Selama proses ini dapat

dilakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian agar tidak menyimpang

dari tujuan yang ingin dicapai serta langkah sebelumnya.

5. Melakukan Evaluasi Progam Pelatihan (Training Evaluation)

Langkah ini merupakan kegiatan penilaian terhadap pelaksanaan

progam pelatihan, meliputi penilaian peserta, pelatih penyelenggara, serta

pencapaian tujuan pelatihan. Sebenarnya evaluasi harus dilakukan pada

setiap langkah dari siklus pelatihan, tidak hanya pada akhir pelatihan saja.

70

Page 69: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

BAB 5

KESIMPULAN

Pelatihan adalah suatu perubahan yang sistematis dari knowledge, skill,

attitude dan behavior yang terus mengalami peningkatan yang dimiliki oleh

setiap karyawan dengan itu dapat mewujudkan sasaran yang ingin dicapai oleh

suatu organisasi atau perusahaan dalam pemenuhan standar SDM yang

diinginkan. Sedangkan pengembangan adalah aktivitas memelihara dan

meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keahlian dan kemampuan) pegawai

untuk mencapai efektifitas organisasi. Kedua hal ini sangat penting bagi tenaga

kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang

dijabat atau akan dijabat kedepan.

Tujuan dari pelatihan dan pengembangan di sini adalah untuk

meningkatkan keterampilan karyawan agar dapat bekerja sesuai dengan

kebutuhan yang diinginkan perusahaaan sehingga tujuan dari perusahaan

tersebut dapat tercapai dengan mudah. Kegiatan pelatihan dan pengembangan

pada dasarnya dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari

orang-orang yang mengikuti kegiatan tersebut. Perubahan tingkah laku

dimaksudkan di sini adalah dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian,

keterampilan, perubahan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sasaran pelatihan

dan pengembangan dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe tingkah laku

yang diinginkan, yaitu psikomotorik, afektif, dan kognitif. Dalam proses

pelatihan dan pengembangan ada tiga elemen utama didalamnya. Elemen

71

Page 70: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan dan

pengembangan.

Pada proses perencanaan pelatihan dan pengembangan menjelaskan

mengenai proses Training Needs Assessment (TNA). TNA merupakan suatu

studi sistematis terhadap suatu masalah atau inovasi dengan cara

mengumpulkan data, opini dari berbagai sumber guna mengambil keputusan

yang efektif atau memberikan rekomendasi mengenai apa yang seharusnya

ditempuh demi kepentingan masa depan organisasi yang akan dipecahkan

dengan pelatihan dan pengembangan SDM. Didalam TNA ini ada tiga proses

utama, yaitu proses perencanaan, analisis data, dan sintesis data.

Setelah perencanaan pelatihan dan pengembangan selesai, selanjutnya

adalah pelaksanaan pelatihan dan pengembangan. Pelaksanaan pelatihan

meliputi analisis (assessment), perancangan (design), penyampaian (delivery),

dan evaluasi (evaluation). Menurut Cherrington (1995), metode dalam

pelatihan dibagi menjadi dua yaitu on the job training dan off the job training.

Metode on the job training berfokus pada peningkatan produktivitas

sedangkan metode off the job training cenderung berfokus pada perkembangan

dan pendidikan jangka panjang.

Pelaksanaan pengembangan dimulai dengan merencanakan

pengembangan SDM, setelah itu organisasi kemudian menentukan

kemampuan-kemampuan yang diperlukan. Selanjutnya organisasi perlu

merencanakan suksesi, lalu tahap berikutnya adalah memperkirakan

kebutuhan-kebutuhan pengembangan SDM. Berikutnya organisasi perlu

72

Page 71: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

menentukan pendekatan pengelolaan SDM, dan tahap terakhir dalam proses

pengembangan SDM adalah mengevaluasi keberhasilan pengembangan SDM.

Proses terakhir dari pelatihan dan pengembangan adalah proses

evaluasi. Dalam evaluasi pelatihan dan pengembangan terdapat 4 metode dan

prosesnya masing-masing menurut KirkPatrick (1998), yaitu evaluasi reaksi,

pembelajaran, perubahan perilaku, dan hasil. Masing-masing memiliki

prosesnya sendiri.

73

Page 72: Perencanaan pelatihan dan pengembangan

DAFTAR PUSTAKA

Mathis, Robert L. and John H. Jackson. 2003. Human Resource Management, Tenth Edition. Thompson-Southwestern. Ohio, USA.

Panggabean, Mutiara S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Anonim. 2010. Pengertian dan Definisis Evaluasi. http://carapedia.com/pengertian_definisi_evaluasi_info2088.html [Diakses pada 14 April 2012]

Anasti , Anne. 1968. Psychological Testing. New York: Macmillang, Co Inc, Noe, Raymond A. 2002. Employee Training and Development. New York:

McGraw-Hill Companies.Dessler, Gary. 1997. Human Resource Management : Seventh Edition. New

Jersey: Prentice Hall.Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs : The Four Levels.

2nd ed. San Francisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.Sedarmayanti. 2010. Manajemen SDM Reformasi birokrasi dan Manajemen PNS.

Bandung: PT Refika AditamaDessler, Gary. 1995. Human Resource Management: Sixth Edition. New Jersey:

Prentice Hall.http://mictransformer.com/http://mi-comm.com/http://transformercenter.com/http://the-coach.mi-comm.com/

74