3
GAMBAR DIRI YANG DIPULIHKAN TUHAN Oleh: Ps. Imanuel A. W. Chrismastianto, S.E, M.Pd A. Konsep Gambar Diri Yang Benar Berdasarkan Perspektif Alkitab (Who am I?) Setiap manusia pada mulanya diciptakan serupa dan segambar dengan Allah (Kej. 1:26) atau dalam bahasa Yunani digunakan kata “Imago Dei” yang berarti setiap kita memiliki kesamaan ilahi dengan Tuhan dan sempurna secara roh, karena penciptaan manusia adalah dahsyat dan ajaib (Mzm. 139:13-16). Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep gambar diri yang benar adalah bagaimana seseorang memandang dan menilai dirinya sama dengan Tuhan memandang dirinya . Namun konsep gambar diri yang benar tersebut telah dirusak oleh iblis karena dosa manusia, sejak dari kisah Adam dan Hawa hingga sekarang, sehingga manusia telah kehilangan kemuliaan Allah karena dosa tersebut (Rom. 3:23). Akibatnya, gambar Allah dalam diri seseorang menjadi rusak dan orang tersebut mulai hidup dalam intimidasi iblis, yang berdampak pada kepribadian dan karakter bahkan berpengaruh terhadap pertumbuhan rohaninya. Berikut ini akan disajikan bagan proses perusakan gambar diri dalam diri seseorang oleh iblis, sehingga menimbulkan dampak negatif sebagai berikut: Menyimak bagan di atas, dapat kita simpulkan bahwa ciri-ciri gambar diri yang rusak adalah perasaan takut sekali untuk gagal, takut ditolak, suka mencela dan mengkritik, rasa malu yang berlebihan, dan kehilangan identitas diri. Ciri-ciri tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu: pengaruh genetis (bawaan sejak lahir), adanya perubahan yang bersifat permanen (cacat tubuh atau kelemahan secara fisik, ditinggalkan orang yang sangat kita kasihi), peristiwa-peristiwa tertentu yang memiliki dampak besar atau sering terjadi di dalam diri seseorang sehingga menyebabkan trauma yang berkepanjangan atau berlebihan, faktor lingkungan dan pergaulan, keterbatasan kemampuan diri, dan karakter dasar atau kepribadian seseorang. Pada bagian pertama ini kita akan membahas tentang faktor genetis yang memengaruhi gambar diri seseorang, antara lain: latar belakang keluarga (status orang tua kandung atau angkat), suku bangsa, jenis kelamin, riwayat hidup atau kronologis waktu dalam sejarah peradaban, penampilan dan keadaan fisik). Seringkali kita jumpai kasus anak dengan tega membunuh orang tuanya karena motif (dorongan) tertentu atau tidak tunduk otoritas serta nasihat dari orang tua, sehingga terjadilah pemberontakan dan konflik antara anak dengan orang tua. Alkitab jelas mengajarkan kepada kita untuk menghormati orang tua sebagai wakil Allah di bumi, agar kita menikmati berkat panjang umur dan kesejahteraan hidup (Ul. 5:16, Ams. 3:1-2, Ef. 6:1-3). Jadi, milikilah komitmen untuk senantiasa taat dan menghormati orang tua kita serta jangan memberikan kesempatan si iblis merusak hubungan yang harmonis antara kita dengan orang tua dalam kehidupan sehari-hari. B. Faktor-Faktor Utama Yang Memengaruhi dan Membentuk Gambar Diri Seseorang Pada pertemuan minggu lalu kita telah membahas secara detail mengenai penciptaan manusia yang serupa dan segambar dengan Allah (Kej. 1:26) sehingga setiap kita memiliki kesamaan secara ilahi dengan- Nya. Namun seiring berjalannya waktu, gambar diri tersebut mengalami kerusakan sehingga manusia kehilangan gambaran dirinya yang ilahi, karena iblis telah merusaknya. Bertolak dari pemahaman di atas, kita akan membahas beberapa faktor-faktor utama yang memengaruhi gambar diri seseorang, khususnya mengenai faktor genetis yang memengaruhi gambar diri seseorang, antara lain: latar belakang keluarga (status orang tua kandung atau angkat), suku bangsa, jenis kelamin, riwayat hidup atau kronologis waktu dalam sejarah peradaban, penampilan dan keadaan fisik). Seringkali kita jumpai kasus anak dengan tega

Gambar diri yang dipulihkan Tuhan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gambar diri yang dipulihkan Tuhan

GAMBAR DIRI YANG DIPULIHKAN TUHANOleh: Ps. Imanuel A. W. Chrismastianto, S.E, M.Pd

A. Konsep Gambar Diri Yang Benar Berdasarkan Perspektif Alkitab (Who am I?)

Setiap manusia pada mulanya diciptakan serupa dan segambar dengan Allah (Kej. 1:26) atau dalam bahasa Yunani digunakan kata “Imago Dei” yang berarti setiap kita memiliki kesamaan ilahi dengan Tuhan dan sempurna secara roh, karena penciptaan manusia adalah dahsyat dan ajaib (Mzm. 139:13-16). Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep gambar diri yang benar adalah bagaimana seseorang memandang dan menilai dirinya sama dengan Tuhan memandang dirinya. Namun konsep gambar diri yang benar tersebut telah dirusak oleh iblis karena dosa manusia, sejak dari kisah Adam dan Hawa hingga sekarang, sehingga manusia telah kehilangan kemuliaan Allah karena dosa tersebut (Rom. 3:23). Akibatnya, gambar Allah dalam diri seseorang menjadi rusak dan orang tersebut mulai hidup dalam intimidasi iblis, yang berdampak pada kepribadian dan karakter bahkan berpengaruh terhadap pertumbuhan rohaninya. Berikut ini akan disajikan bagan proses perusakan gambar diri dalam diri seseorang oleh iblis, sehingga menimbulkan dampak negatif sebagai berikut:

Menyimak bagan di atas, dapat kita simpulkan bahwa ciri-ciri gambar diri yang rusak adalah perasaan takut sekali untuk gagal, takut ditolak, suka mencela dan mengkritik, rasa malu yang berlebihan, dan kehilangan identitas diri. Ciri-ciri tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu: pengaruh genetis (bawaan sejak lahir), adanya perubahan yang bersifat permanen (cacat tubuh atau kelemahan secara fisik, ditinggalkan orang yang sangat kita kasihi), peristiwa-peristiwa tertentu yang memiliki dampak besar atau sering terjadi di dalam diri seseorang sehingga menyebabkan trauma yang berkepanjangan atau berlebihan, faktor lingkungan dan pergaulan, keterbatasan kemampuan diri, dan karakter dasar atau kepribadian seseorang.

Pada bagian pertama ini kita akan membahas tentang faktor genetis yang memengaruhi gambar diri seseorang, antara lain: latar belakang keluarga (status orang tua kandung atau angkat), suku bangsa, jenis kelamin, riwayat hidup atau kronologis waktu dalam sejarah peradaban, penampilan dan keadaan fisik). Seringkali kita jumpai kasus anak dengan tega membunuh orang tuanya karena motif (dorongan) tertentu atau tidak tunduk otoritas serta nasihat dari orang tua, sehingga terjadilah pemberontakan dan konflik antara anak dengan orang tua. Alkitab jelas mengajarkan kepada kita untuk menghormati orang tua sebagai wakil Allah di bumi, agar kita menikmati berkat panjang umur dan kesejahteraan hidup (Ul. 5:16, Ams. 3:1-2, Ef. 6:1-3). Jadi, milikilah komitmen untuk senantiasa taat dan menghormati orang tua kita serta jangan memberikan kesempatan si iblis merusak hubungan yang harmonis antara kita dengan orang tua dalam kehidupan sehari-hari.

B. Faktor-Faktor Utama Yang Memengaruhi dan Membentuk Gambar Diri Seseorang

Pada pertemuan minggu lalu kita telah membahas secara detail mengenai penciptaan manusia yang serupa dan segambar dengan Allah (Kej. 1:26) sehingga setiap kita memiliki kesamaan secara ilahi dengan-Nya. Namun seiring berjalannya waktu, gambar diri tersebut mengalami kerusakan sehingga manusia kehilangan gambaran dirinya yang ilahi, karena iblis telah merusaknya. Bertolak dari pemahaman di atas, kita akan membahas beberapa faktor-faktor utama yang memengaruhi gambar diri seseorang, khususnya mengenai faktor genetis yang memengaruhi gambar diri seseorang, antara lain: latar belakang keluarga (status orang tua kandung atau angkat), suku bangsa, jenis kelamin, riwayat hidup atau kronologis waktu dalam sejarah peradaban, penampilan dan keadaan fisik). Seringkali kita jumpai kasus anak dengan tega membunuh orang tuanya karena motif (dorongan) tertentu atau tidak tunduk otoritas serta nasihat dari orang tua, sehingga terjadilah pemberontakan dan konflik antara anak dengan orang tua. Alkitab jelas mengajarkan kepada kita untuk menghormati orang tua sebagai wakil Allah di bumi, agar kita menikmati berkat panjang umur dan kesejahteraan hidup (Ul. 5:16, Ams. 3:1-2, Ef. 6:1-3). Jadi, milikilah komitmen untuk senantiasa taat dan menghormati orang tua kita serta jangan memberikan kesempatan si iblis merusak hubungan yang harmonis antara kita dengan orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Demikian halnya dengan perbedaan suku bangsa di mana seseorang berasal, sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya, meskipun Tuhan tidak pernah membeda-membedakan asal suku bangsa seseorang. Mengapa? Sebab secara rohani, sesungguhnya setiap kita adalah umat pilihan Allah yang mewakili semua suku bangsa yang ada di bumi, dan telah dibawa oleh-Nya keluar dari kegelapan (dosa) menuju kepada terang-Nya yang ajaib (II Ptr. 2:8-10).

Faktor selanjutnya adalah perubahan yang bersifat permanen dalam diri seseorang, yaitu mengalami kelainan atau cacat tubuh dan ditinggalkan oleh orang yang sangat dikasihi seperti: orang tua, saudara kandung, atau orang yang memiliki hubungan dekat dengan kita. Cacat tubuh seringkali menjadikan seseorang minder dan sulit bergaul dengan orang lain karena merasa ada yang tidak sempurna di dalam dirinya. Namun, jika kita melihat fenomena yang terjadi di sekitar kita, justru banyak orang-orang cacat atau berkebutuhan khusus yang mampu bersosialisasi secara sempurna serta optimal dalam berkarya, tidak kalah dengan orang yang memiliki anggota tubuh secara lengkap. Demikian halnya dengan kehilangan seseorang yang dikasihi, meskipun secara manusia wajar jika kita bersedih karena kehilangan sesuatu yang berharga, namun apabila kita terlalu larut dalam kesedihan, maka justru iblis akan menggunakan kesempatan ini untuk mengintimidasi pikiran seseorang yang berakibat pada rasa kecewa, frustasi, bahkan berakibat pada tindakan bunuh diri. Dewasa ini kasus bunuh diri meningkat cukup pesat di kalangan remaja, yang sebagian besar dilatarbelakangi oleh putus cinta atau ditinggalkan oleh pacarnya, bahkan beberapa hari menjelang hari pernikahan mereka. Alkitab mengajarkan kepada setiap kita untuk merenungkan

Page 2: Gambar diri yang dipulihkan Tuhan

bahwa kehilangan seseorang di dalam hidup kita adalah rencana dan kehendak Allah yang terbaik atas kita, meskipun terkadang kita belum bisa menyadari sepenuhnya; Demikian pula dengan cacat tubuh yang dialami oleh beberapa orang. Namun apapun yang terjadi, tetaplah percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan hidup kita seorang diri, sebab janji penyertaan-Nya adalah pasti (Ibr. 13:5c, II Ptr. 3:9, Rom. 8:28).

C. Prinsip Pemulihan Gambar Diri dan Faktor Pembentuk Gambar Diri Seseorang

Melanjutkan seri pengajaran gambar diri pada pertemuan sebelumnya, diharapkan setiap kita semakin mengerti dan memahami kehendak Tuhan yang sempurna dalam hidup kita, khususnya memiliki gambar diri yang semakin pulih dan selalu bertumbuh menjadi serupa Kristus (Kol. 2:6-7). Hal utama yang perlu dipahami dengan benar, bahwa pemulihan gambar diri dalam hidup seseorang tidak berlangsung secara otomatis, tetapi melalui proses secara bertahap dengan pertolongan Roh Kudus yang mampu mengubah hati seseorang secara sempurna; Sebab hanya Tuhan sajalah yang mengenal dengan pasti isi hati seseorang dan memerbarui hatinya (I Sam. 16:7, Yes. 29:13, Yer. 29:13). Jadi, penting bagi setiap kita untuk terus memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Tuhan setiap hari melalui prinsip 3 H, yaitu: Hidup dalam doa, pujian, dan penyembahan; Hidup dalam pengajaran yang sehat dan dinamis; serta, Hidup dalam pertumbuhan rohani menjadi serupa Kristus.

Menyimak kembali pembahasan kita mengenai beberapa faktor yang membentuk gambar diri seseorang, berkaitan dengan peristiwa tertentu yang berdampak besar secara pribadi, misalnya peristiwa yang merupakan kegagalan ataupun keberhasilan dalam hidup seseorang. Jika seseorang mengalami kegagalan yang berturut-turut, maka hal tersebut akan memengaruhi penerimaan seseorang akan gambar dirinya. Di sisi lain, faktor pergaulan pun sangat memengaruhi dan membentuk gambar diri seseorang, sebab Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (I Kor. 15:33). Namun tidak berarti kita bersikap kuper (kurang pergaulan) serta merasa diri ekslusif (memilih bergaul dengan teman atau kelompok tertentu). Oleh sebab itu, penting sekali bagi kita untuk bergaul dengan sahabat dari berbagai suku, agama, dan latar belakang masyarakat yang berbeda. Namun, ingat kita harus memilih sahabat yang produktif dan bersikap positif (Ef. 4:32, I Ptr. 3:8).

D. Sepuluh (10) Prinsip Membangun Gambar Diri Yang Sehat dan Dinamis

Pemulihan gambar diri dalam hidup seseorang akan terus berlangsung sampai orang tersebut benar-benar mengalami kebebasan yang sejati di dalam pengiringannya terhadap Kristus. Artinya, orang tersebut telah mampu beradaptasi dan bersosialisasi secara positif dengan lingkungan tempat tinggalnya bahkan di komunitas yang lingkupnya lebih luas, misalnya di sekolah, gereja, atau organisasi sosial kemasyarakatan lainnya. Berikut ini akan kita pelajari 10 (sepuluh) prinsip tentang bagaimana membangun gambar diri yang sehat dan dinamis agar hidup kekristenan kita semakin bertumbuh dan berbuah menjadi serupa Kristus dalam kehidupan sehari-hari (Fuxie, 2009):

1. Belajar dan bekerjalah untuk memenuhi kebutuhan anda (Fil. 1:22).2. Berbuat baik terhadap orang lain di sekitar hidup anda (Kis. 20:35, Luk. 6:38).3. Selalu mengucap syukur dan mengingat kebaikan Tuhan setiap hari (Mzm. 103:2-5, Rat. 3:22-23).4. Selalu memotivasi diri untuk melakukan hal-hal yang positif dan benar (Mzm. 37:3a, Roma 12:11).5. Tingkatkan kemampuan berkomunikasi serta bangun relasi yang sehat dengan sesama (Rom. 12:1-10).6. Mengucapkan kata-kata positif sesuai dengan firman Tuhan (Ef. 5:19, Yos. 1:8).7. Selalu tinggal dalam komunitas yang sehat (I Kor. 15:33).8. Memberikan dorongan positif untuk orang lain (I Ptr. 3:8).9. Tentukan visi hidup anda secara jelas dan sesuaikan visi tersebut dengan firman Tuhan (Yoh. 15:16).10. Miliki kerendahan hati (I Ptr. 5:5, Rom. 12:16).

Mengacu pada sepuluh (10) prinsip membangun gambar diri yang telah diuraikan di atas, maka penting bagi kita untuk selalu konsisten menerapkan prinsip tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa? Sebab jika kita hanya “sekedar” menghafalnya dan tanpa berusaha untuk mempraktekkannya, maka upaya pemulihan gambar diri dalam hidup seseorang tidak akan optimal. Oleh sebab itu, kita harus terus berusaha melakukan apa yang benar sesuai firman Tuhan serta melalui pengajaran gambar diri ini, kita akan semakin dibawa Tuhan untuk mengerti kehendak dan rancangan terbaik-Nya atas hidup kita. Akhirnya, marilah kita meminta hikmat dan penyertaan Roh Kudus untuk memampukan setiap kita menerapkan apa yang telah kita pelajari, sehingga hidup kita semakin memerkenankan hati Tuhan dan siap menjadi duta kerajaan Allah di era globalisasi untuk memberitakan injil Kristus kepada setiap orang di sekitar hidup kita (Mat. 28:19-20).

DAFTAR PUSTAKA

Ezra, Jakoep. 2008. Success Through Character. Yogyakarta: Andi Offset.

Elmore, Tim. 2007. Mentoring: How to Invest Your Life in Others. Singapore: Campus Crusade Asia Limited-Mass Media.

Fuxie, Dr. Ir. 2009. Self Image. Jakarta: Suara Pemulihan.

LAI, Yayasan. Holly Bible. 2009. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Leo, Eddy, M.Th. 2006. Kingdom of Heaven: Injil Kerajaan Surga. Jakarta: Metanoia Publishing.