Upload
firii-jb
View
839
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BPJS Kesehatan: Peningkatan Jaminan Pe meliharaan Kesehatan Masyarakat
Shonafiri Janna Bidari
Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Darul ‘Ulum, Jombang E-mail: [email protected]
ABSTRAK
BPJS atau Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. Jaminan kesehatan Nasional (JKN) berupa BPJS Kesehatan mempunyai multi manfaat, secara medis dan maupun non medis. Ia mempunyai manfaat secara komprehensive; yakni pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh penduduk, termasuk warga asing harus membayar iuran dengan prosentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh pemerintah. Output BPJS Kesehatan diharapkan dapat mengatasi masalah angka kesakitan di Indonesia, sehingga program ini dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional. Permasalahan BPJS Kesehatan antara lain regulasi yang menghambat pelayanan rujukan ke RS, status kepesertaan yang tidak jelas, valisitas Data belum sempurna, kurangnya sosilasisasi kepada para stakeholders, pelayanan belum berjalan optimal sesuai mekanisme, kurangnya SDM. Saran yang dapat diberikan adalah perbaikan sistem BPJS Kesehatan, monitoring dan evaluasi agar pelaksanaan tepat sistem dan tepat sasaran, serta perbaikan regulasi melalui revisi UU Mengenai SJSN
No. 40 Th. 2004 dan Memperbaiki implementasi UU SJSN.
Kata kunci: BPJS Kesehatan, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, Peningkatan
Derajat Kesehatan Mayarakat
PENDAHULUAN
BPJS atau Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan merupakan Badan
Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek)
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan
mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS
Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang
dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun
2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan
sejak tanggal 1 Januari 2014
1. Tahun 1968 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara
jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima
Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk
Badan Khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan
Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh
Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan
sebagai cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional.
2. Tahun 1984 - Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional,
Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984
tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil,Penerima
Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya.
Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status badan
penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti.
3. Tahun 1991 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991,
kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum
Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta
anggota keluarganya. Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas
jangkauan kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai
peserta sukarela.
4. Tahun 1992 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992
status Perum diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan
pertimbangan fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada
Pemerintah dapat dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta
dan manajemen lebih mandiri.
5. Tahun 2005 - PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui
Departemen Kesehatan RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005, sebagai
Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(PJKMM/ASKESKIN).
6. Tahun 2014 - Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero)
berubah nama menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang no.
24 tahun 2011 tentang BPJS.
Dasar Penyelenggaraan BPJS Kesehatan:
1. UUD 1945
2. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan
3. UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor
56/MENKES/SK/I/2005.
Prinsip Penyelenggaraan mengacu pada :
1. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas gotong
royong sehingga terjadi subsidi silang.
2. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.
3. Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
4. Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.
5. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada peserta.
6. Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan
prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.
Ketentuan BPJS Kesehatan:
1. Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di
Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini
sesuai pasal 14 UU BPJS.
2. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS.
Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib
mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS
akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi
warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan
Iuran.
3. Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun
juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS
Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran
sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
4. Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara
bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia
sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi
menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala
jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan
UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS
adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi
hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan
program jaminan yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penyelenggaraan jamianan sosial yang adekuat dan berkelanjutan merupakan
salah satu pilar Negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan
bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi
yang stabil dan berkeadilan.
Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program
jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS
memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS.
Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya
dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS
tersebut secara transparan.
Fungsi BPJS Kesehatan
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4
program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai
apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit
akibat kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk
menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun,
mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan
derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total
tetap.
Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.
Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan
kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
Tugas BPJS Kesehatan
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
e. Mmengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan
data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan
iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat
dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi
dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti
menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.
Wewenang BPJS Kesehatan
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamaksud di atas BPJS
berwenang:
a. Menagih pembayaran Iuran;
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya;
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam
hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran,
kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi
administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS
sebagai badan hukum publik.
Jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai 200 Juta jiwa untuk
permasalahan kesehatan menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh
pemerintah kepada warganya, belum meratanya penanganan kesehatan antara
simiskin dan sikaya yang menjadi polemik hingga saat ini. Saya sendiri merasa
miris mendengarnya kalau mau berobat ke rumah sakit bahkan masuk UGD
diharuskan adanya jaminan atau DP sebelum dirawat, belum lagi kalau harus
rawat inap tentunya uang menjadi prioritas utama untuk memesan kamar beserta
obat-obatnya, mending kalau kita sedang ada uang saat itu kalau tidak punya
siapa yang mau menanggung.
Untuk itulah dibuat program pemerintah yang sudah lama di diskusikan
berdasarkan Undang-Undang untuk mengatasi permasalahan di atas, yang
bernama Jaminan kesehatan Nasional (JKN) yang akan dinikmati oleh seluruh
masyarakat Indonesia, sebagai salah satu upaya menjamin hak setiap warga
negara untuk dapat hidup sehat dan produktif. Jaminan Kesehatan yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial
nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory). Hal ini berdasarkan Undang-
Undang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
PEMBAHASAN
Jaminan kesehatan Nasional (JKN) berupa BPJS Kesehatan mempunyai multi
manfaat, secara medis dan maupun non medis. Ia mempunyai manfaat secara
komprehensive; yakni pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak
dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Promotif dan preventi f yang
diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal care).
Peserta BPJS Kesehatan
1. Fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN
yang iurannya dibayar pemerintah sebagai peserta Jaminan Kesehatan yang
diatur melalui peraturan pemerintah
2. Orang yang cacat total tetap dan tidak mampu cacat fisik/mental sehingga
seseorang tidak mampu melakukan pekerjaan, yang penetapnnya dilakukakn
oleh dokter
Manfaat jaminan kesehatan, terdiri atas :
1. Manfaat medis; tidak terikat dengan besaran iuran
2. Manfaat non medis, meliputi: Manfaat akomodasi (dibedakan berdasarkan
skala besaran iuran) dan Manfaat ambulans, hanya diberikan ungtuk pasien
rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan
BPJS Kesehatan.
3. Manfaat pelayanan promotif dan preventif, meliputi: Penyuluhan kesehatan
perorangan (minimal Penyuluhan tentang pengelolaan faktor resiko. Risiko
penyakit dan PHBS); Imunisasi dasar (meliputi BCG, DPT-HB, Polio,
Campak); Keluarga Berencana (konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi,
tubektomi bekerjasama dengan lembaga KB); Skrining kesehatan
(mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan
Pelayanan Kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah pelayanan
kesehatan tingkat pertama yaitu:
Pelayanan kesehatan Non Spesialistik:
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif.
3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis.
7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.
8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi
Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
Rawat Jalan
1. Administrasi pelayanan
2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
dan subspesialis;
3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
5. Pelayanan alat kesehatan implant
6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis
7. Rehabilitasi medis
8. Pelayanan darah
9. Pelayanan kedokteran forensik
10. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
Rawat Inap
1. Perawatan Inap non Intensif
2. Perawatan Inap di Ruang Intensif
3. Pelayanan kesehatan yang telah ditanggung dalam program pemerintah tidak
termasuk yang dijamin
4. Peserta berhak dapat pelayanan alat bantu kesehatan (jenis dan plafon
harga ditetapkan)
Kelas Rawat Inap yang ditanggung BPJS Kesehatan
Pelayanan yang tidak dijamin:
1. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana
diatur dalam peraturan yang berlaku;
2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;
3. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja;
4. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
5. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
6. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
7. Pelayanan meratakan gigi (ortodensi);
8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;
9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur,
shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian
teknologi kesehatan (health technology assessment);
11. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
12. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
13. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
14. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian
luar biasa/wabah;
15. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
kesehatan yang diberikan.
Hal lain yang dijamin BPJS Kesehatan:
1. Pasien kecelakaan lalu lintas: BPJS kesehatan membayar selisih biaya
pengobatan yang telah dibayar oleh program Jaminan kecelakaan lalu lintas
sesuai dengan tarif BPJS kesehatan.
2. Peserta jaminan kesehatan yang menghendaki kelas perawatan yang lebih
tinggi, selisih biaya menjadi beban peserta dan atau asuransi swasta yang
diikuti peserta
3. Peserta Jaminan Kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan
tambahan, dimana BPJS Kesehatan dan penyelenggara asuransi tambahan
dpt berkoordinasi dlm memberi manfaat untuk peserta jaminan kesehatan
yang berhak atas perlindungan asuransi kesehatan tambahan.
Output Pelaksanaan BPJS Kesehatan
JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh penduduk, termasuk warga
asing harus membayar iuran dengan prosentase atau nominal tertentu, kecuali
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh pemerintah.
Peserta yang terakhir ini disebut sebagai penerima bantuan iuran. Harapannya
semua penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2019.
JKN akan dimulai per 1 Januari 2014. Jaminan kesehatan ini merupakan bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak. JKN yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan
dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib
(mandatory). Hal ini berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang
SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak.
Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan
dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya
diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu
yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah komprehensiv
sesuai kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat
paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi oleh
besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan dalam
konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif namun masih
ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar (hearing aid), alat bantu
gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset). Sedangkan yang tidak dijamin
meliputi:
1. Tidak sesuai prosedur
2. Pelayanan diluar Faskes Yg bekerjasama dng BPJS
3. Pelayanan bertujuan kosmetik
4. General check up, pengobatan alternatif
5. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, Pengobatan Impotensi
6. Pelayanan Kesehatan Pada Saat Bencana
7. Pasien Bunuh Diri /Penyakit Yg Timbul Akibat Kesengajaan Untuk Menyiksa
Diri Sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba
Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip asuransi sosial sesuai
dengan amanat UU SJSN, yaitu; Nirlaba, wajib membayar iuran, gotong royong,
portabilitas, equalitas dan transparan akuntabel, effektif effisien serta dana yang
dikelola sepenuhnya digunakan untuk manfaat sebesar-besarnya bagi peserta
JKN.
Kepesertaan bersifat wajib, artinya semua penduduk termasuk warga negara
asing yang bekerja dan tinggal lebih dari 6 (enam) bulan harus ikut menjadi
peserta JKN. Seluruh peserta harus membayar iuran dengan prosentase atau
nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Mereka
iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut sebagai
penerima bantuan iuran (PBI). Perubahan data PBI akan di upadte setiap 6
(enam) bulan sekali.
Untuk menjadi peserta JKN, masyarakat dapat mendaftarkan diri melalui pemberi
kerja dan pekerjanya kepada Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS)
atau PT Askes terdekat. Sedangkan bagi peserta PBI, pendaftaran peserta
dilakukan oleh pemerintah.
JKN di Indonesia, penerapannya melalui mekanisme asuransi sosial dengan
prinsip kendali biaya dan mutu. Yakni integrasinya pelayanan kesehatan yang
bermutu dengan biaya yang terkendali. Keuntungan memiliki asuransi kesehatan
sosial selain premi yang terjangkau dengan manfaat komprehensif, kepastian
pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan (sustainabilitas) dan dapat
dilayani di seluruh wilayah Indonesia ( portabilitas).
Permasalahan BPJS Kesehatan
Dalam pelaksanaannya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat
melalui sistem jaminan kesehatan, BPJS Kesehatan juga banyak mengalami
banyak masalah dan hambatan, antara lain:
1. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah mengaudit program Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, hasilnya terlihat pada
data peserta dan obat yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan. Kemenkes
merevisi beberapa regulasi yang memang malah menghambat pelayanan
seperti merevisi aturan jenis penyakit yang bisa langsung ke RS.
2. Ketidakjelasan tentang status kepesertaan à Proses registrasi bagi peserta
yang terkesan sulit karena disetiap kabupaten tidak bisa bisa diakses
padahal sudah memiliki token. Proses mutasi dari peserta askes dan peserta
JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek) ke BPJS Kesehatan,
selama ini banyak permasalahan terkait peralihaan data. Peserta JPK
Jamsostek harus mendaftar ulang ke BPJS Kesehatan, padahal seharusnya
otomatis.Transformasi JPK Jamsostek ke BPJS Kesehatan meninggalkan
peserta JPK Pekerja Mandiri yang tidak otomatis menjadi peserta BPJS
Kesehatan. Padahal sesuai UU 24/2011 tentang BPJS sangat jelas
dinyatakan peserta JPK Jamsostek otomatis menjadi peserta BPJS
Kesehatan.
3. Validitas data kepesertaan masih belum sempurna. Kartu peserta belum
terdistribusikan seluruhnya. Status kepesertaan gelandangan, pengemis,
orang telantar, penderita kusta, penderita sakit jiwa, penghuni lembaga
pemasyarakatan dan calon tahanan yang tidak jelas
pertanggungjawabannya. BPJS juga belum punya lembaga yang mengurusi
kepuasan peserta dan respon pengaduan masyarakat. “Sistem teknologi
informasi BPJS belum berjalan dengan baik dan maksimal.
4. Kurangnya sosialisasi tentang regulasi. Sehingga para stakeholders belum
paham betul regulasi Jaminan Kesehatan Nasional. Pedoman
pelaksanaannya juga belum dijabarkan secara lengkap dan jelas.
5. Belum optimalnya pelayanan dan hasil evaluasi DJSN meliputi belum
berjalan secara baik mekanisme rujukan, rujukan berjenjang, rujukan parsial
dan rujukan balik, belum memadai kapasitas fasilitas kesehatan primer,
belum optimal pelayanan kepada peserta, dan belum lengkap e-katalog
2014. Bagi peserta sebagian besar merasakan kurang puas akan pelayanan,
seperti hak peserta askes dan jamsostek dikurangi terkait berbedanya obat
yang dapat diklaim dari jamsostek ke BPJS. Tidak berlakunya jampersal di
BPJS. Dalam hal manfaat, DJSN melihat Jaminan Sosial Kesehatan oleh
BPJS justru berimbas pada penurunan manfaat yang dirasakan oleh peserta
lama (seperti peserta Jamsostek dan Askes).
6. Kurangnya sumberdaya manusia (SDM) seperti tenaga medis, perekam
medis dengan coding INA-CBG’s, perekam medik dan dokter harus paham
benar mengenai apa itu International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problems 9 ( ICD 9) dan ICD 10. Para perekam medik
harus terampil dalam membuat klarifikasi penyakit dan tindakan sesuai
dengan ICD 9 dan ICD 10 sistem BPJS dengan cepat dan tepat.
7. Permasalahan masih didominasi ketidaksiapan pemerintah dan BPJS
Kesehatan –sebelumnya bernama PT Askes (Persero) dalam
menyelenggarakan jaminan sosial bagi masyarakat àKeterlambatan
pembuatan regulasi operasional seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Keputusan Presiden, dan Peraturan Menteri Kesehatan
berkontribusi, sehingga menimbulkan masalah di lapangan.
KESIMPULAN
BPJS atau Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan merupakan Badan
Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
Jaminan kesehatan Nasional (JKN) berupa BPJS Kesehatan mempunyai multi
manfaat, secara medis dan maupun non medis. Ia mempunyai manfaat secara
komprehensive; yakni pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. JKN menjangkau semua penduduk,
artinya seluruh penduduk, termasuk warga asing harus membayar iuran dengan
prosentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu, iurannya dibayar oleh pemerintah
Penyelenggaraan jamianan sosial yang adekuat dan berkelanjutan merupakan
salah satu pilar Negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan
bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi
yang stabil dan berkeadilan.
BPJS Kesehatan diharapkan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan
subsidi dari asuransi kesehatan bisa tepat sasaran. Dengan demikian,
kemudahan penerapan dan pelaksanaan BPJS Kesehatan dapat menjadi salah
satu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui jaminan
kesehatan nasional.
SARAN
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi BPJS Kesehatan, saran yang dpat
diberikan agar pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan prosedur dan
tujuan utama dilaksanakannya BPJS Kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan kesehatan dapat tercapai yaitu:
1. Dibuat standar operasional pelayanan secara terperimci, misalnya mengenai
pendataan peserta , sistem rujukan dan pengaduan.
2. Pendaftaran BPJS Kesehatan dilakukan di Puskesmas atau Rumah Sakit
yang mudah diakses masyarakat.
3. Master file data kepesertaan harus segera dibuat, distribusi kartu peserta
dituntaskan dan segera berkoordinasi dengan Kemendagri dalam
penggunaan Nomor Induk Kependudukan untuk kepesertaan Jaminan
Kesehatan Nasional.
4. Hal yang harus dibenahi bukan hanya aturan. Melainkan, masalah
pengawasan terhadap pelaksanaan program JKN karena berbagai aturan
program BPJS Kesehatan dibuat tergesa-gesa, sedangkan sosialisasi
terhadap peraturan dinilai kurang yang hanya mengejar target
pelaksanaan.Peraturan yang perlu ditambah hanya mekanisme pengawasan
saja. Misalnya, orang yang darurat itu harus diatasi serta peraturan
tanggungjawab Pemda dan pemerintah pusat yang sekarang pelayanan perlu
dimaksimalkan.
5. Penyelesaian petunjuk teknis, salah satunya penggunaan dana kapitasi.
Karena otoritas tanggungjawab Kemenkes adalah bagaimana penggunaan
hasil kapitasi dari puskesmas.
6. Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan agar segera melakukan
penyusunan pedoman pelayanan dan peninjauan ulang atas regulasi yang
disharmoni.
7. Dalam hal pelayanan, sebaiknya segera dilakukan penyusunan pedoman
rujukan sosialisasi kepada fasilitas kesehatan, sekaligus melakukan
pembaharuan data fasilitas kesehatan. Kemudian yang terpenting adalah,
BPJS segera melakukan sosialisasi tentang adanya program
Jaminan Kesehatan Nasional kepada seluruh masyarakat Indonesia.
8. Hal yang perlu di evaluasi oleh pihak BPJS seperti; (a) tarif INA-CBGs yang
terlalu rendah pada beberapa bagian ilmu penyakit. (b) belum adanya
standar clinical pathway atau pedoman SOP dokter di rumah sakit. (c)
Masalah harga obat dan kepastian distribusi obat.
9. Revisi UU Mengenai SJSN No. 40 Th. 2004 dan Memperbaiki implementasi
UU SJSN.
DAFTAR PUSTAKA
_______2004, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
_______2009, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
_______2009, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tenatng Rumah Sakit
_______2011, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
_______2012, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
_______2013, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentan Jaminan Kesehatan Nasional, Republik Indonesia
_______2012, Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019, Republik Indonesia
Kemenkes. 2013, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Marthias T, 2013, Modul Pelatihan Jarak Jauh Equity dalam Kebijakan Sistem Kesehatan, PKMK FK UGM
JURNAL
BPJS Kesehatan: Peningkatan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembangunan
Dosen:
Prof. Dr. H. Agus Suman, SE., DEA.
Oleh:
Shonafiri Janna Bidari
NPM. 1360101020
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI
ANGKATAN XXIII
UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM JOMBANG