5
View for “YOU” What’s Organization in Campus? Oleh: Tita Novitasari Saya yakini bahwa anda (senior) yang membaca tulisan ini pasti akan mengiyakannya. Organisasi kampus merupakan salah satu primadona mahasiswa setiap saat. Himpunan di jurusan, BEM di fakultas dan di universitas, dan ada lagi DEMA atau sejenis senatnya mahasiswa di fakultas dan di universitas. Semua organisasi-organisasi tersebut akan mampu mengisi kekosongan mahasiswa dan menyibukannya. Banyak yang ditawarkan oleh organisasi-organisasi ini, banyak hal yang organisasi itu jual sehingga mampu memikat mahasiswa khususnya yang polos dan baru. Tentunya, bukan hanya sekedar kuliah yang mahasiswa baru inginkan. Setiap orang menginginkan hal yang lebih dan bernilai plus. Pengalaman, teman, relasi, kakak senior yang mampu mengajari, mentor, dan soft skill yang terasah. Ibaratkan seorang anak balita yang masih banyak sekali bertanya, mereka pun demikian. Mereka akan bertanya banyak tentang “ngampus” dan berharap mereka mendapatkan apa yang kakak mentor juga dapatkan. Hampir setiap pertanyaan yang mereka ajukan ialah pertanyaan yang menggilitik para senior, pertanyaan itu idealis dan penuh harap. Setelah sekian bulan di kampus, biasanya pemira atau sejenis pemilu kampus dilaksanakan. Di sinilah mahasiswa baru itu baru

Beginilah wajah organisasi kampus (pada umumnya)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Beginilah wajah organisasi kampus (pada umumnya)

View for “YOU”

What’s Organization in Campus?

Oleh: Tita Novitasari

Saya yakini bahwa anda (senior) yang membaca tulisan ini pasti akan mengiyakannya.

Organisasi kampus merupakan salah satu primadona mahasiswa setiap saat. Himpunan di

jurusan, BEM di fakultas dan di universitas, dan ada lagi DEMA atau sejenis senatnya

mahasiswa di fakultas dan di universitas. Semua organisasi-organisasi tersebut akan mampu

mengisi kekosongan mahasiswa dan menyibukannya. Banyak yang ditawarkan oleh organisasi-

organisasi ini, banyak hal yang organisasi itu jual sehingga mampu memikat mahasiswa

khususnya yang polos dan baru.

Tentunya, bukan hanya sekedar kuliah yang mahasiswa baru inginkan. Setiap orang

menginginkan hal yang lebih dan bernilai plus. Pengalaman, teman, relasi, kakak senior yang

mampu mengajari, mentor, dan soft skill yang terasah. Ibaratkan seorang anak balita yang masih

banyak sekali bertanya, mereka pun demikian. Mereka akan bertanya banyak tentang “ngampus”

dan berharap mereka mendapatkan apa yang kakak mentor juga dapatkan. Hampir setiap

pertanyaan yang mereka ajukan ialah pertanyaan yang menggilitik para senior, pertanyaan itu

idealis dan penuh harap.

Setelah sekian bulan di kampus, biasanya pemira atau sejenis pemilu kampus dilaksanakan. Di

sinilah mahasiswa baru itu baru menyadari bahwa semuanya tidak lah mudah seperti apa yang

mereka bayangkan. Dari mulanya kagum melihat kakak senior yang terlihat hebat, gagah, keren,

dan memikat akan berubah menjadi rasa yang alakadarnya saja, bahkan sebagiannya ada yang

skeptis. Calon pemimpin yang mereka lihat di acara pemira kebanyakan bukanlah senior keren

yang mereka harapkan.

Nyatanya, organisasi kampus sangat sarat akan permainan politik. Organisasi eksternal1 yang

popular di kampus menjadi sarang bagi para aktivis-aktivis yang haus akan kedudukan dalam

organisasi internal. Saat orang yang di unggulkan di organisasi eksternal mendapatkan 1 Organisasi di luar kampus. Organiasasi eksternal memiliki ruang lingkup yang lebih luas bahkan se-Indonesia. Contoh organisasi eksternal ialah HMI, PMII, IMM, dll. Organisasi ini memiliki cabang atau komisariat di lingkup terkecil kampus yakni di Jurusan.

Page 2: Beginilah wajah organisasi kampus (pada umumnya)

kesempatan menjadi ketua untuk organisasi internal tersebut, para pengikut alias bawahan

mereka yang ada dalam satu organisasi eksternal yang sama dengan si ketua baru akan

berbondong-bondong terlibat menjadi pengurus di organisasi internal yang telah dipimpin oleh

orang unggulan atau orang kepercayaan organisasi eksternal tersebut.

Dalam mencapai tujuannya yakni menjadikan orang yang diunggulkan di organisasi eksternal itu

menjadi pemimpin untuk organisasi internal kampus, maka akan ada banyak sekali persiapan

yang dilakukan oleh organisasi eksternal tersebut. Organisasi eksternal atau sebut saja ‘partai’

akan menjadi tim sukses bagi si calon ketua, mereka akan berlomba-lomba membangun citra si

calon ketua tersebut dan membangun citra organisasi yang dibawanya.

Kenyataannya organisasi kampus tidak dipimpin oleh orang yang sungguh-sunngguh unggulan

bagi semua pihak begitupun dengan anggotanya. Tidak semua pihak dapat terlibat ke dalam

organisasi kampus, organiasasi primadona. Mahasiswa baru yang menyaksikan kenyataannya ini

mau tidak mau mesti terlibat menjadi aktivis organiasasi eksternal pula. Organiasasi eksternal

yang telah beralih fungsi menjadi “partai” di kampus itu akan menjadi organisasi wajib bagi

mahasiswa baru yang benar-benar masih menaruh harap menjadi aktivis di organisasi internal.

Dan, bagi mereka yang idealis akan memilih untuk mundur namun mencari kesibukan lainnya.

Sekilas memang, orang yang berfikir akan menyayangkan waktunya untuk mengikuti dua

organisasi sekaligus padahal yang satu nya hanyalah alat untuk menggapai yang lainnya, padahal

manfaat yang di dapat hanyalah tentang bagaimana mendapatkan kekuasaan penuh di kampus

dan menjadi orang popular.

Mayoritas atau bahkan mencapai 75% nya, mahasiswa baru di UIN merupakan santri dari

berbagai macam daerah, santri dari berbagai macam pesantren. Berbicara mengenai pondok

modern, di sana kita akan menjumpai organisasi pondok yang wajib diikuti oleh santri terpilih

dari hasil seleksi yang ketat. Tidak heran jika pengurusnya merupakan santri-santri tangguh yang

tidak mengenal lelah. Para santri aktivis itu masih bersih dari praktek kotor politisi. Segala yang

mereka dedikasikan di dalam organiasasinya ialah tulus sebagai tanda terimakasih kepada

pemimpin pondok dan ustadz yang kharismatik bagi mereka. Mereka juga merasa takut kepada

para ustadz yakni mentor bagi mereka. Mereka akan manut dan hanya mengikuti tanpa bertanya

“mengapa” saat ustadz mengajari mereka tentang menjadi aktivis yang baik.

Page 3: Beginilah wajah organisasi kampus (pada umumnya)

Begitulah sekiranya sosok santri yang menjadi aktivis untuk pondoknya. Mahasiswa, meskipun

dalam prakteknya banyak dijumpai berbagai praktek politik yang membuat sebagian orang tidak

merelakannya namun tetap saja apa yang mereka dedikasikan untuk kampus juga hasil dari kerja

keras mereka agar tidak semakin banyak orang yang tidak rela terhadap mereka. Tetap saja,

mereka pun sangat membutuhkan kepercayaan dari berbagai pihak dan mana mungkin mereka

sanggup mengabaikan faktor kepercayaan itu. Namun, alangkah lebih baiknnya lagi jika seluruh

mahasiswa dapat terlibat ke dalam organisasi kampus agar kampus utamanya jurusan atau

fakultas menjadi semakin baik aktivis-aktivisnya dan apalagi mahasiswa-mahasiswanya.

Segala sesuatu akan terasa mudah jika ada kemauan dan niat yang besar. Jika mahasiswa benar-

benar ingin mewujudkan organisasi kampus yang penuh dengan dedikasi yang tulus dan netral,

maka mudah sekali untuk mengabulkannya. Namun, kendalanya ialah tidak semua mahasiswa

menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sekarang dengan organisasi eksternalnya merupakan

upaya untuk memecah belah, mengotak-ngotakan, membatasi, dan memutus harapan kita semua

utamanya mereka yang masih baru. Memang mudah sekali membuat visi dan misi serta tujuan

suatu organisasi. Namun, sulit sekali mewujudkannya jika tidak ada niatan dalam diri setiap

individu yang terlibat dalam mewujudkan semua yang telah dicanangkannya.

Baik organisasi internal dan eksternal yang ada di kampus, tentunya memiliki visi, misi, dan

tujuannya masing-masing. Alangkah lebih baiknya kalau para anggotanya hanya berfokus pada

itu semua. Sebenarnya di sinilah peran orang yang dianggap unggul itu, seharusnya ia mampu

menjadi contoh bagi orang-orang yang seorganisasi dengannya. Bukankah setiap organisasi itu

memiliki orang yang diunggulkan?

Toh apa manfaatnya popularitas, dikenal banyak orang di kampus, memiliki kedudukan,

berkuasa dan berjabatan tinggi namun pemahaman tentang mana yang baik dan mana yang tidak

baik masih belum didapat? Menjadi pemimpin yang merangkul, mengayomi, adil, dan tulus

kepada semua pihak ialah sesuatu yang indah dan baik. Salam progresif dan dinamis!!