View
443
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
View for “YOU”
What’s Organization in Campus?
Oleh: Tita Novitasari
Saya yakini bahwa anda (senior) yang membaca tulisan ini pasti akan mengiyakannya.
Organisasi kampus merupakan salah satu primadona mahasiswa setiap saat. Himpunan di
jurusan, BEM di fakultas dan di universitas, dan ada lagi DEMA atau sejenis senatnya
mahasiswa di fakultas dan di universitas. Semua organisasi-organisasi tersebut akan mampu
mengisi kekosongan mahasiswa dan menyibukannya. Banyak yang ditawarkan oleh organisasi-
organisasi ini, banyak hal yang organisasi itu jual sehingga mampu memikat mahasiswa
khususnya yang polos dan baru.
Tentunya, bukan hanya sekedar kuliah yang mahasiswa baru inginkan. Setiap orang
menginginkan hal yang lebih dan bernilai plus. Pengalaman, teman, relasi, kakak senior yang
mampu mengajari, mentor, dan soft skill yang terasah. Ibaratkan seorang anak balita yang masih
banyak sekali bertanya, mereka pun demikian. Mereka akan bertanya banyak tentang “ngampus”
dan berharap mereka mendapatkan apa yang kakak mentor juga dapatkan. Hampir setiap
pertanyaan yang mereka ajukan ialah pertanyaan yang menggilitik para senior, pertanyaan itu
idealis dan penuh harap.
Setelah sekian bulan di kampus, biasanya pemira atau sejenis pemilu kampus dilaksanakan. Di
sinilah mahasiswa baru itu baru menyadari bahwa semuanya tidak lah mudah seperti apa yang
mereka bayangkan. Dari mulanya kagum melihat kakak senior yang terlihat hebat, gagah, keren,
dan memikat akan berubah menjadi rasa yang alakadarnya saja, bahkan sebagiannya ada yang
skeptis. Calon pemimpin yang mereka lihat di acara pemira kebanyakan bukanlah senior keren
yang mereka harapkan.
Nyatanya, organisasi kampus sangat sarat akan permainan politik. Organisasi eksternal1 yang
popular di kampus menjadi sarang bagi para aktivis-aktivis yang haus akan kedudukan dalam
organisasi internal. Saat orang yang di unggulkan di organisasi eksternal mendapatkan 1 Organisasi di luar kampus. Organiasasi eksternal memiliki ruang lingkup yang lebih luas bahkan se-Indonesia. Contoh organisasi eksternal ialah HMI, PMII, IMM, dll. Organisasi ini memiliki cabang atau komisariat di lingkup terkecil kampus yakni di Jurusan.
kesempatan menjadi ketua untuk organisasi internal tersebut, para pengikut alias bawahan
mereka yang ada dalam satu organisasi eksternal yang sama dengan si ketua baru akan
berbondong-bondong terlibat menjadi pengurus di organisasi internal yang telah dipimpin oleh
orang unggulan atau orang kepercayaan organisasi eksternal tersebut.
Dalam mencapai tujuannya yakni menjadikan orang yang diunggulkan di organisasi eksternal itu
menjadi pemimpin untuk organisasi internal kampus, maka akan ada banyak sekali persiapan
yang dilakukan oleh organisasi eksternal tersebut. Organisasi eksternal atau sebut saja ‘partai’
akan menjadi tim sukses bagi si calon ketua, mereka akan berlomba-lomba membangun citra si
calon ketua tersebut dan membangun citra organisasi yang dibawanya.
Kenyataannya organisasi kampus tidak dipimpin oleh orang yang sungguh-sunngguh unggulan
bagi semua pihak begitupun dengan anggotanya. Tidak semua pihak dapat terlibat ke dalam
organisasi kampus, organiasasi primadona. Mahasiswa baru yang menyaksikan kenyataannya ini
mau tidak mau mesti terlibat menjadi aktivis organiasasi eksternal pula. Organiasasi eksternal
yang telah beralih fungsi menjadi “partai” di kampus itu akan menjadi organisasi wajib bagi
mahasiswa baru yang benar-benar masih menaruh harap menjadi aktivis di organisasi internal.
Dan, bagi mereka yang idealis akan memilih untuk mundur namun mencari kesibukan lainnya.
Sekilas memang, orang yang berfikir akan menyayangkan waktunya untuk mengikuti dua
organisasi sekaligus padahal yang satu nya hanyalah alat untuk menggapai yang lainnya, padahal
manfaat yang di dapat hanyalah tentang bagaimana mendapatkan kekuasaan penuh di kampus
dan menjadi orang popular.
Mayoritas atau bahkan mencapai 75% nya, mahasiswa baru di UIN merupakan santri dari
berbagai macam daerah, santri dari berbagai macam pesantren. Berbicara mengenai pondok
modern, di sana kita akan menjumpai organisasi pondok yang wajib diikuti oleh santri terpilih
dari hasil seleksi yang ketat. Tidak heran jika pengurusnya merupakan santri-santri tangguh yang
tidak mengenal lelah. Para santri aktivis itu masih bersih dari praktek kotor politisi. Segala yang
mereka dedikasikan di dalam organiasasinya ialah tulus sebagai tanda terimakasih kepada
pemimpin pondok dan ustadz yang kharismatik bagi mereka. Mereka juga merasa takut kepada
para ustadz yakni mentor bagi mereka. Mereka akan manut dan hanya mengikuti tanpa bertanya
“mengapa” saat ustadz mengajari mereka tentang menjadi aktivis yang baik.
Begitulah sekiranya sosok santri yang menjadi aktivis untuk pondoknya. Mahasiswa, meskipun
dalam prakteknya banyak dijumpai berbagai praktek politik yang membuat sebagian orang tidak
merelakannya namun tetap saja apa yang mereka dedikasikan untuk kampus juga hasil dari kerja
keras mereka agar tidak semakin banyak orang yang tidak rela terhadap mereka. Tetap saja,
mereka pun sangat membutuhkan kepercayaan dari berbagai pihak dan mana mungkin mereka
sanggup mengabaikan faktor kepercayaan itu. Namun, alangkah lebih baiknnya lagi jika seluruh
mahasiswa dapat terlibat ke dalam organisasi kampus agar kampus utamanya jurusan atau
fakultas menjadi semakin baik aktivis-aktivisnya dan apalagi mahasiswa-mahasiswanya.
Segala sesuatu akan terasa mudah jika ada kemauan dan niat yang besar. Jika mahasiswa benar-
benar ingin mewujudkan organisasi kampus yang penuh dengan dedikasi yang tulus dan netral,
maka mudah sekali untuk mengabulkannya. Namun, kendalanya ialah tidak semua mahasiswa
menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sekarang dengan organisasi eksternalnya merupakan
upaya untuk memecah belah, mengotak-ngotakan, membatasi, dan memutus harapan kita semua
utamanya mereka yang masih baru. Memang mudah sekali membuat visi dan misi serta tujuan
suatu organisasi. Namun, sulit sekali mewujudkannya jika tidak ada niatan dalam diri setiap
individu yang terlibat dalam mewujudkan semua yang telah dicanangkannya.
Baik organisasi internal dan eksternal yang ada di kampus, tentunya memiliki visi, misi, dan
tujuannya masing-masing. Alangkah lebih baiknya kalau para anggotanya hanya berfokus pada
itu semua. Sebenarnya di sinilah peran orang yang dianggap unggul itu, seharusnya ia mampu
menjadi contoh bagi orang-orang yang seorganisasi dengannya. Bukankah setiap organisasi itu
memiliki orang yang diunggulkan?
Toh apa manfaatnya popularitas, dikenal banyak orang di kampus, memiliki kedudukan,
berkuasa dan berjabatan tinggi namun pemahaman tentang mana yang baik dan mana yang tidak
baik masih belum didapat? Menjadi pemimpin yang merangkul, mengayomi, adil, dan tulus
kepada semua pihak ialah sesuatu yang indah dan baik. Salam progresif dan dinamis!!