Upload
nurul-huda
View
2.124
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ABSTRAK Saat ini kebutuhan pemanfaatan energi semakin hari semakin bertambah khususnya dalam penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas, batubara, dsb. Sedangkan bahan bakar fosil tersebut tidak akan selamanya ada sehingga diperlukan energy pengganti atau alternative lain. Hal ini tidak lepas dari kebutuhan masyarakat yang setiap harinya menggunakan bahan bakar fosil tersebut. Bahan bakar fosil tersebut selain dapat merusak lingkungan, juga tidak dapat diperbaharui (nonrenewable). Briket arang atau arang aktif digunakan sebagai energi alternatif karena ramah lingkungan dan dapat meningkatkan perekonomian domestik. Briket arang yang akan digunakan berasal dari kayu bakau dan kayu rambai yang merupakan vegetasi mangrove. Kata kunci: briket arang, energi alternatif, ramah lingkungan.
Citation preview
(REVIEW JURNAL)ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG
BERDASARKAN BENTUK DARI KAYU BAKAU (Rhizophora Mucronata Lamck) DAN RAMBAI (Sonneratia Acida Linn)
Oleh:
Nurul Huda. S
(H1E112005)
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK
Saat ini kebutuhan pemanfaatan energi semakin hari semakin bertambah
khususnya dalam penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas, batubara,
dsb. Sedangkan bahan bakar fosil tersebut tidak akan selamanya ada sehingga
diperlukan energy pengganti atau alternative lain. Hal ini tidak lepas dari
kebutuhan masyarakat yang setiap harinya menggunakan bahan bakar fosil
tersebut. Bahan bakar fosil tersebut selain dapat merusak lingkungan, juga tidak
dapat diperbaharui (nonrenewable). Briket arang atau arang aktif digunakan
sebagai energi alternatif karena ramah lingkungan dan dapat meningkatkan
perekonomian domestik. Briket arang yang akan digunakan berasal dari kayu
bakau dan kayu rambai yang merupakan vegetasi mangrove.
Kata kunci: briket arang, energi alternatif, ramah lingkungan.
PENDAHULUAN
Jenis vegetasi yang banyak
tumbuh khususnya di hutan
mangrove daerah Kalimantan Selatan
yaitu jenis bakau dan rambai.
Keberadaan mangrove dapat
berfungsi sebagai biofilter, agen
pengikat dan perangkap polusi.
Selain itu juga mangrove memiliki
fungsi utama diantaranya fungsi fisik,
biologi, dan ekonomis.
Fungsi fisik dapat berupa
proteksi garis pantai dari hempasan
gelombang. Fungsi biologis atau
ekologis seperti feeding ground,
nursery ground dan spawning
ground. Pada sisi ekonomis yang
dihasilkan oleh tumbuhan mangrove
yaitu kayu bangunan, kayu bakar,
kayu lapis, bubur kertas, tiang
pancang, bagan penangkap ikan,
dermaga, kayu untuk mebel dan
kerajinan tangan.
Jenis kayu bakau dan rambai
tidak hanya menghasilkan buah
rambai dan kayu bakau saja akan
tetapi juga dapat diolah menjadi
briket arang dengan menggunakan
cuka kayu yang menghasilkan limbah
dimana limbah tersebut akan menjadi
briket arang yang digunakan sebagai
energy alternative yang dimanfaatkan
secara efisien.
Selama ini sumber utama dalam
keperluan rumah tangga dan industry
di berbagai negara khususnya
Negara Indonesia adalah bahan
bakar fosil karbon dimana
keberadaan bahan bakar fosil ini
tidak sebanding dengan pertumbuhan
industry dan keperluan rumah tangga
sehigga dapat terjadi kemungkinan
kelangkaan bahan bakar fosil.
Permasalahan ini didorong harga
minyak mentah internasional yang
terus naik akhir-akhir ini semakin
mempersulit perekonomian
Indonesia karena untuk konsumsi
dalam negeri sangat tergantung
pada impor minyak sebanyak 487
ribu barel per hari. Hal ini mendorong
manusia untuk menemukan energy
alternative, pengganti bahan bakar
fosil tersebut. Tidak tanggung-
tanggung saat ini pemerintah
Indonesia juga mensubsidi bahan
bakar minyak tanah sebesar 49
triliun rupiah per tahun untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Disisi lain penggunaan bahan
bakar fosil dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan dimana sisa
gas bebas hasil pembakaran dan
aktivitas dari bahan bakar fosil
tersebut menyebabkan polusi udara.
Untuk itu, muncul berbagai pemikiran
penggunaan energi alternatif yang
bersih dan aman untuk lingkungan.
Di tengah krisis energi fosil
BBM, pemerintah harus mencari
solusi terbaik mengingat energi
merupakan kebutuhan pokok rakyat
dan menentukan keberlangsungan
pembangunan. Salah satu solusi
yang ditawarkan adalah briket arang
yang sudah familiar pada masyarakat
Indonesia sehingga bisa
dimaksimalkan pemanfaatannya.
Kebutuhan briket arang nasional
cukup tinggi, lebih dari 200 ton per
bulan atau 2.400 ton per tahun. Briket
arang sebagai pengganti sumber
energi alternatif ini harus didasarkan
pada bahan baku yang mudah
diperoleh, dapat diperbaharui, dan
produknya mudah digunakan oleh
seluruh manusia.
Indonesia menjadi Negara
pengekspor terbesar dari 34 negara
produsen arang karena kebutuhan
pasar dunia akan produk industry
pengolahan arang yang sebagian
besar dipenuhi oleh Indonesia. Hal ini
didukung dengan tersedianya bahan
baku yang tersedia dalam jumlah
cukup banyak. Bahan baku
pembuatan briket arang dapat berupa
bahan yang mengandung karbon,
baik organik maupun bahan
anorganik. Beberapa di antaranya
adalah kayu, limbah kayu, tempurung
kelapa, batubara dan limbah
pertanian seperti kulit buah kopi,
sabut buah coklat, sekam padi,
jerami, tongkol dan pelepah jagung,
bahkan bahan polimer seperti
poliakrilonitril, rayon dan resin fenol.
Sebagai bahan bakar, kayu
rambai dan bakau memiliki nilai mutu
dan nilai ekonomi rendah dan tidak
memenuhi standart apabila
digunakan sebagai bahan pondasi
suatu bangunan. Pemanfaatan kayu
rambai dan kayu bakau yang
ekonomis dapat ditingkatkan secara
lestari salah satunya dengan
pembuatan bahan bakar arang yang
terus dikembangkan nilai mutunya.
Apabila briket arang yang dihasilkan
memiliki nilai kalor yang tinggi tentu
saja dapat menjadi alternatif lain bagi
masyarakat untuk menanggulangi
kondisi pemanfaatan bahan bakar
fosil yang semakin menipis.
Penggunaan energi alternatif berupa
briket arang dari kayu, menghemat
penggunaan kayu sebagai bahan
bakar, mengurangi penggunaan
minyak tanah dengan memanfaatkan
arang kayu tersebut, serta hasil
produk dapat bernilai ekonomi, jika
dijadikan home industry bagi
masyarakat dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Untuk memproduksi briket arang
ini dapat dilakukan dengan
pengolahan secara sederhana
ataupun menggunakan mesin.
Pengolahan dengan menggunakan
mesin tergolong lebih praktis karena
dapat menghemat waktu dan tenaga,
akan tetapi memerlukan biaya yang
cukup besar. Sedangkan pengolahan
secara sederhana tidak perlu
mengeluarkan banyak biaya dan
efisien sehingga menghasilkan briket
arang yang terbaik sesuai dengan
standart sangat diperlukan karena
dapat memberikan keuntungan bagi
pihak yang membutuhkan.
Keuntungan pengolahan secara
sederhana tersebutlah yang menjadi
factor dalam menentukan penilaian
apakah briket arang yang dihasilkan
dapat dipasarkan dan bagaimana
rantai pemasarannya. Selain itu juga
perlu adanya penilaian berbagai
aspek pengolahan briket arang, dari
proses pembuatan, penggunaan
bahan baku dan bahan pembantu,
ukuran dan penggunaan peralatan,
proses pengujian, serta penggunaan
tenaga kerja sehingga briket arang
yang dihasilkan memiliki kualitas
yang bagus dan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai energy
alternative pengganti bahan bakar
fosil.
PEMBAHASAN
Sejak dulu kayu dijadikan
sebagai bahan bakar yang masih
bersifat sederhana, tetapi sekarang
kayu dapat ditingkatkan kualitasnya
menjadi briket arang. Kebutuhan
kayu sebagai arang akan meningkat
seiring kebutuhan konsumsi energy.
Untuk mencegah pengambilan kayu
secara liar, dapat diatasi dengan
memilih bahan baku secara bijak.
Arang merupakan residu
berbentuk padatan yang berasal dari
sisa pengkarbonan bahan berkarbon
dengan kondisi terkendali di dalam
ruangan tertutup seperti dapur arang.
Proses pembuatan briket arang dari
kayu bakau dan rambai ini terlebih
dahulu dibakar dan dibiarkan
mengering kemudian arang tersebut
dihancurkan hingga menjadi serbuk
arang. Serbuk arang inilah yang
nantinya akan menjadi briket arang.
Kualitas briket arang tersebut
dipengaruhi oleh kehalusan briket.
Semakin halus briket yang dihasilkan
maka kualitas briket arang tersebut
akan semakin meningkat,
Pengolahan arang ini juga tidak
lepas dari pengaruh pencampuran
serbuk arang dengan perekat.
Dimana perekat yang ditambahkan
pada pembuatan briket arang dari
kayu bakau dan rambai ini adalah
perekat molase (sari tetes tebu).
Tujuan dari pencampuran serbuk
dengan perekat molase adalah untuk
memberikan lapisan tipis dari perekat
pada permukaan partikel arang
sehingga ikatan antar partikel akan
semakin kuat.
Banyaknya lubang pada briket
berpengaruh pada nilai kalor yang
dihasilkan oleh arang. Semakin
banyak lubang yang dicetak pada
arang dari kayu bakau dan rambai
tersebut maka nilai kalor yang
dihasilkan cenderung menurun. Hal
ini tidak lepas dari pengaruh tekanan
dan kerapatan yang diberikan selama
proses pencetakan briket arang
tersebut. Semakin tinggi tekanan
yang diberikan akan semakin baik
kerapatan briket karena bentuk briket
yang dihasilkan lebih padat dan
teratur bentuknya apabila cetakan
yang digunakan berbentuk silinder
ataupun berbentuk persegi. Besar
kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh
ukuran serbuk dan kekuatan tekanan
saat proses pencetakan. Nilai
kerapatan inilah yang mempengaruhi
laju pembakaran dan nilai kalor
briket. Nilai kalor bertujuan untuk
mengetahui nilai panas pembakaran
yang dihasilkan briket.
Penetapan nilai kalor bakar briket
merupakan salah satu parameter
untuk menentukan kualitas briket
dalam penggunaanya, layak atau
tidaknya digunakan sebagai bahan
bakar. Nilai kalor yang tinggi akan
membuat pembakaran menjadi lebih
efisien dan dapat menghemat
kebutuhan briket yang digunakan.
Semakin tinggi nailai kalor, semakin
baik kualitas briket yang dihasilkan
dan harga jualnya pun akan semakin
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai alternative pengganti minyak
tanah maupun kayu bakar.
Syarat yang harus dipenuhi oleh
briket arang untuk skala impor,
terutama untuk Negara Jepang,
Amerika dan Inggris yaitu memiliki
nilai karbon sisa yang telah
memenuhi standar untuk Negara-
negara besar tesebut berkisar antara
60-30%. Selain itu untuk standar
kualitas briket arang yang dihasilkan
dari negara-negara tersebut berkisar
antara 6000 - 7300 kal/gr. Sehingga
untuk briket arang impor itu sendiri
harus memenuhi standar tersebut.
Nilai kalor dari briket arang kayu
bakau dan rambai juga dipengaruhi
oleh kandungan lignin yang
terkandung dalam kayu tersebut.
Semakin rendah kandungan lignin,
maka ikatan molekul atom karbonnya
juga semakin kecil dan dan nilai
kalornya juga akan rendah. Begitu
pula hal sebaliknya semakin tinggi
kandungan lignin, maka ikatan
molekul atom karbonnya juga
semakin besar dan dan nilai kalornya
juga akan tinggi. Seperti yang kita
ketahui bahwa kayu tersususun dari
beberapa komponen kimia,
diantaranya selulosa, hemiselulosa,
lignin, dan zat ekstraktif. Kayu yang
mempunyai kandungan lignin dan
resin yang tinggi bisa menghasilkan
nilai kalor yang tinggi pula.
Selain itu juga, nilai kadar air
yang terkandung dalam briket arang
menurut Standar Nasional Indonesia
(1995) yaitu kurang dari 15%. Kadar
air briket arang atau arang aktif
dipengaruhi oleh sifat higroskopis
arang aktif, jumlah uap air di udara,
lama proses pendinginan,
penggilingan dan pengayakan.
Prinsip penetapan kadar air adalah
dengan menguapkan bagian air
bebas yang terdapat dalam briket
sampai terjadi keseimbangan antara
kadar air briket dengan udara sekitar
dengan menggunakan energi panas.
Kadar air briket berpengaruh
terhadap nilai kalor. Semakin kecil
nilai kadar air maka semakin bagus
nilai kalornya.
Pengaruh kadar air ini dapat
dilihat dari briket arang yang
dihasilkan dari kayu bakau dan
rambai. Arang kayu bakau
mempunyai kemampuan yang besar
untuk menyerap dan melepaskan air,
sedangkan briket arang dari kayu
rambai mempunyai kemampuan yang
lebih kecil untuk menyerap dan
melepaskan air. Perbedaan
kemampuan ini berpengaruh pada
kadar air briket arang kayu bakau dan
kayu rambai. Semakin tinggi kadar air
yang dimiliki briket arang, maka nilai
kalor yang dimilikinya akan semakin
rendah karena adanya kandungan air
dalam briket dapat menurunkan nilai
kalor briket arang.
Untuk nilai abu yang dihasilkan
oleh briket arang umumnya
memenuhi persyaratan SNI-06-3730-
1995 (1995), dimana nilai abu
tersebut kurang dari 10%. Abu
merupakan bagian yang tersisa dari
proses pembakaran yang sudah tidak
memiliki unsur karbon lagi. Kadar abu
briket arang dipengaruhi oleh
kandungan abu, silika, bahan baku,
dan kadar perekat yang digunakan.
Salah satu unsur utama penyusun
abu adalah silika dan pengaruhnya
kurang baik terhadap nilai kalor briket
arang yang dihasilkan.
Ketentuan kualitas pada briket
arang yang dihasilkan oleh Inggris
dan persyaratan yang berlaku di
Jepang, dimana ketentuan yang
harus dipenuhi yaitu briket tersebut
mengandung nilai kalor yang tinggi.
Apabila nilai kalor yang dihasilkan
kurang baik maka akan menurunkan
nilai kegunaan bahan bakar. Jika nilai
kalor rendah maka sumber energy
yang dihasilkan juga semakin kecil,
dimana akan berpengaruh terhadap
layak atau tidaknya briket tersebut
sebagai alternative pengganti minyak
tanah maupun kayu bakar. Briket
arang dengan nilai kalor yang tinggi
tentu saja dapat menjadi alternatif
lain bagi masyarakat untuk
menanggulangi kondisi pemanfaatan
bahan bakar yang semakin menipis.
Dalam pengukuran waktu dan
analisa biaya dalam pembuatan
briket arang dari kayu bakau dan
rambai perlu diperhatikan beberapa
hal. Pada waktu selama proses
pembuatan briket arang cenderung
dipengaruhi seberapa banyak lubang
yang dicetak pada arang tersebut.
Semakin banyak lubang yang dicetak
maka waktu yang diperlukan semakin
meningkat pula. Hal ini dikarenakan
sulitnya meletakkan posisi lubang
agar briket arang tersebut tidak
rusak. Untuk biaya yang diperlukan
dalam proses pembuatan briket
arang tergolong relative tergantung
bahan-bahan yang digunakan selama
proses pembuatan.
KESIMPULAN
Briket arang merupakan salah
satu solusi sebagai alternatif lain bagi
masyarakat untuk menanggulangi
kondisi pemanfaatan bahan bakar
fosil yang semakin menipis, dimana
dengan adanya briket arang kita
dapat mengurangi penggunaan
minyak tanah, kayu bakar, energy
batubara dan migas.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada proses pembuatan
briket arang dari kayu bakau dan
kayu rambai, yaitu pengaruh
pencampuran serbuk arang dengan
perekat, nilai kalor yang dihasilkan
oleh arang, waktu dan biaya yang
dipergunakan.
Nilai kalor yang dihasilkan oleh
briket arang tidak lepas dari pengaruh
beberapa factor diantaranya tekanan
dan kerapatan dari arang, kandungan
lignin dan resin pada kayu khususnya
kayu bakau dan rambai, kadar air,
dan nilai abu yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ampubolon, Agustinus. 2008. Kajian Kebijakan Energi Biomassa Kayu Bakar.
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 5 No. 1, April 2008 : 29 – 37.
Bogor.
Budi, Esmar dan Nasbey, Hadi. 2011. Pemanfaatan Briket Arang Tempurung
Kelapa Sebagai Bahan Bakar Pengganti. Spektra: Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, Vol. XII No. 2 Des 2011. Jakarta.
Hanifa, Aurora., Pribadi, Rudhi., Nirwani. 2013. Kajian Valuasi Ekonomi Hutan
Mangrove Di Desa Pasar Banggi, Kecamatan Rembang, Kabupaten
Rembang. Journal Of Marine Research Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013,
Halaman 140-148. Semarang.
Jahiding., Dkk. 2011. Pengembangan Briket Hybrid Berbasis Sekam Padi dan
Batubara Muda (Brown Coal) Sebagai Bahan Bakar Alternative. Jurnal
Aplikasi Fisika Vol.7, No.1, edisi Februari 2011.
Jamilatun, Siti. 2008. Sifat-Sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa,
Briket Batubara dan Arang Kayu. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2,
2008. Yogyakarta.
Lusyiani. 2011. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang Dari Campuran Kayu
Galam (Melaleuca Leucadendronlinn) dan Tempurung Kemiri (Aleurites
Moluceana Wild). Jurnal Hutan Tropis Volume 12 No. 32, Edisi September
2011, ISSN 1412-4645. Banjarbaru.
Mahdie, Muhammad Faisal. 2010. Briket Arang Dari Limbah Arang PT. Citra
Prima Utama Banjarbaru. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret
2010. Banjarbaru.
Mulyadi, Edi dan Fitriani, Nur. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata.
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.2 No. 1. Surabaya.
Rahmawati, Sitti. 2013. Pemanfaatan Kulit Rambutan (Nephelium sp.) Untuk
Bahan Pembuatan Briket Arang Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Prosiding
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013 (SNIPS 2013) 3-
4 Juli 2013. ISBN 978-602-19655-4-2. Bandung.
Wibowo, Santiyo., dkk. 2010. Karakteristik Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung (Linn). Jurnal
Penelitian Hasil Hutan Vol. 28 No. 1, Maret 2010: 43-54. Bogor.
Mahdie, Muhammad Faisal. 2010. Briket Arang Dari Limbah Arang PT. Citra
Prima Utama Banjarbaru. Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret
2010. Banjarbaru.
Mulyadi, Edi dan Fitriani, Nur. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata.
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.2 No. 1. Surabaya.
Rahmawati, Sitti. 2013. Pemanfaatan Kulit Rambutan (Nephelium sp.) Untuk
Bahan Pembuatan Briket Arang Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Prosiding
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013 (SNIPS 2013) 3-
4 Juli 2013. ISBN 978-602-19655-4-2. Bandung.
Wibowo, Santiyo., dkk. 2010. Karakteristik Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung (Linn). Jurnal
Penelitian Hasil Hutan Vol. 28 No. 1, Maret 2010: 43-54. Bogor.