5

Click here to load reader

Thanks a lot patra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ketika cinta terlambat disadari♥

Citation preview

Page 1: Thanks a lot patra

THANKS A LOT, PATRA! By : AVL

Ini kisah hidupku, kisah yang menyesakkan. Satu titik hitam merusak segalanya. Yang pasti,

mengapa tak ku sadari sejak dulu...

*****

Sore yang mendung, Aku duduk di cafe sekolah, sembari melihat ke arah anak – anak asrama

yang berada di sekolahku bermain bola. Teriakan, keseruan, keceriaan tergambar di wajah mereka

yang sedang bermain. Patra menghampiriku dengan membawa kopi hangat. “Hey, sendirian aja”

Ucap Patra sembari memberikan secangkir kopi. “Eh, iya. Males pulang, hehe”. Patra tersenyum

“Ciee, lagi lihat siapa sih? serius amat? pasti liatin Dino!”. “Apaan sih lo? gue liatin satpam, puas lu!

sensi amat lo kalo gue suka sama Dino”. “Dino itu bukan yang terbaik untuk lo! lo bakal dapet sakit

hati doang dari dia,” Patra meneguk kopinya. Aku langsung menunjukan muka bete, “Lo itu jangan

sok tau deh. Dino itu sayang sama gue. Buktinya kalo dia menang bola dia selalu persembahkan

pialanya untuk gue. Dia selalu ngomong ‘Piala ini Aku persembahkan untuk seseorang yang spesial

dihatiku Ms.R’ dan dia melihat ke arah gue. Apa itu belum cukup? udah ah gue mau pulang!” Aku

pergi dengan muka tertekuk tapi kemudian disusul senyuman karena hari ini Aku kembali melihat

Dino, sang puajaan hati.

*****

“Good morning world! hari ini harus jadi hari paling mengesankan,” Teriakku. Bunda

mengetuk pintu kamarku seolah mendengar semua teriakanku. Aku tertawa kecil karena malu.

Mandi, siap – siap, sarapan, langsung CABUT!. Dijalan, ponselku berbunyi dan ternyata ada sms dari

Patra. “Patra...?” Batinku. Aku membaca sms dari Patra. *Cepetan dateng yaaa, gue udah ganteng

nih cuma buat lo loh! hehe*. “Yaelaaah, apa banget sih bang lo ini?” Gerutuku. Taksi terus berjalan

menuju ke gedung yang telah ditentukan sekolahku. Aku berharap, Dino udah datang. Hari ini

mungkin kali terakhirnya Aku bertemu Dino, ya Dino!. Setelah sampai, Aku masuk ke gedung yang

terbilang ‘PERFECT’. Satu panggung utama dan dua panggung pendamping. Kursi yang disusun

dengan baik, lighting yang mengagumkan. Aku melirik ke arah rombongan kelas dua belas. Mencari

Dino, tapi nihil. Mungkin belum datang, atau mungkin macet? atau mungkin ...

Page 2: Thanks a lot patra

Tiba – tiba Dino dan rombongan anak asrama lainnya datang dengan gagahnya. Jas hitam,

dasi merah marun, dengan kacamata yang membuatnya semakin manis. Aku segera menghampiri

Dino dengan membawa kamera bak wartawan. Aku menepuk pundak Dino. Dino menoleh lalu

tersenyum “Eh Resha, kenapa dek?”. ya ampun! satu kalimat yang dia ucapkan udah bisa buat hatiku

cenat-cenut. “Hemm, boleh minta foto nggak kak?” Tanyaku. Patra menarik lenganku “Heh, katanya

mau foto sama gue?”. Aku melepas genggaman Patra. Saat Aku berbalik Dino sudah tak ada di

tempat. Aku menatap Patra dengan penuh amarah. Aku mencari Dino dan tak mau semuanya

menjadi terlambat. Dino melambaikan tangannya padaku. Aku berlari kencang, kencang sekali. Dino

merangkul pundakku. Tapi, Aku bingung, siapa yang akan mengambil foto kami berdua. Tangan

seseorang mengambil kameraku. Itu tangan Patra! mungkin dia merasa bersalah karena

menggagalkan acara fotoku dengan Dino. Kami tersenyum and CEKREK!.

Aku kembali duduk ke kursi penonton. Kini, masuk ke acara inti. Yaitu, pembacaan prestasi

dan kata – kata persembahan. Aku berharap namaku disebut oleh Dino. Pembawa acara memanggil

nama Dino “Kita sambut, Dino Saptyawardana Hartawan!”. semua hadirin bertepuk tangan dengan

meriah, apalagi Aku. Aku tunggu kata- kata persembahannya. Huh, akhirnya sampai juga pada kata

persembahan. “Prestasi ini, Aku persembahkan untuk Allah , Ayah, Bunda, dan Ms. R, Rasti...”. Aku

tercengang, shock bukan main. Karena merasa kurang yakin, Aku bertanya kepada penonton yang

duduk di sampingku. “Tadi, nama yang disebut siapa ya?”. “Rasti mbak,” Jawabnya. Kekecewaan

muncul di hatiku. Mataku berkaca-kaca. Aku berlari pulang karena tak kuat dengan semua ini. Apa

sebenarnya arti Aku di mata Dino? jadi selama ini, Ms.R itu bukan Aku? Perhatian kamu selama ini,

perlakuan yang berbeda dari adik kelas yang lain, semua itu hanya salah paham? OH GOD!

*****

“Resha, bangun!” Panggil Bunda. Aku terbangun dan menyadari kamarku yang sudah

berantakan tak karuan. Foto Dino yang sudah kurobek-robek berceceran di lantai. Saat Aku

bercermin, mataku sembab. “Hahahahahaha bodoh Resha! lo nangisin cowok yang salah,” Aku

tertawa sendiri. Aku melirik ke arah bingkai foto yang berisi fotoku dan Patra. Aku merasa bersalah,

karena kemarin udah nyuekin Patra. Mandi lalu bergegas ke rumah Patra. Sampai disana, Aku

mendengar kabar yang mencengangkan. “Patra kan sudah pergi ke UK Res! memangnya kamu

belum diberitahu sama Patra?”. Aku tersenyum pedih “Aku nggak tau Tante”. “Dia menitipkan surat

ini buat kamu”. Aku mengambil surat itu lalu membacanya.

Page 3: Thanks a lot patra

“Resha..., maafin gue yaaa! mungkin selama ini gue udah buat lo marah dengan sikap gue yang

melarang lo untuk suka sama Dino. Dan gue rasa, lo udah tau sekarang kenapa gue melarang lo saat

itu. Bukan karena gue iri ataupun cemburu. Gue Cuma nggak mau lo kenal sama yang namanya

‘kecewa’. Hari ini, tepatnya saat lo baca surat ini, gue udah di perjalanan menuju ke tempat pertama

kita ketemu. Gue tunggu lo disana! dan gue harap, lo mau ketemu gue mungkin untuk terakhir

kalinya. I will wait you”

“Aku pamit ya Tante!” Aku segera pergi ke cafe, cafe sekolah. Dijalan, terbayang olehku

wajah Patra dan sejuta kenangan antara Aku dan dirinya. Akhirnya Aku sampai di cafe itu, tempat

kami pertama bertemu. Tak tampak sosok Patra disana. Aku masuk ke cafe dan benar saja, Patra

sudah tak ada. Aku menuju ke kursi yang biasa kami tempati. Ada secangkir kopi tanpa krimer

kesukaan Patra dan secangkir kopi biasa yang biasa kuminum. Ada bill dan sebuah surat. Aku

membaca surat itu, surat kedua dari Patra, lagi.

“Berat hati melangkahkan kaki dari cafe ini, namun kamu tak kunjung datang. Apa boleh buat, kopi

yang sudah kupesan untuk kita berdua, dan terakhir kalinya kubiarkan mendingin dan kutitipkan

pesan padanya agar ia yang menggantikanku menunggumu. Ku pinta bill dan secarik kertas. Kamu

masih ingat, waktu itu kamu punya janji untuk mentraktirku minum kopi. Dan secarik kertas itu?

secarik kertas itu kutulis sebuah perasaan yang dalam beberapa detik lagi akan kamu baca.

Perasaan seorang sahabat yang tak wajar. Ya, mencintai sahabatnya sendiri. Sakit rasanya saat

ayah menyuruhku untuk meneruskan kuliah di luar negri tanpa membawamu, sahabatku. Perasaan

yang sudah lama kupendam, kubiarkan meleleh dan hancur. Betapa perihnya saat kamu

menceritakan lelaki pujaanmu dihadapanku dengan wajah bahagia, tanpa kamu tau bagaimana

rasanya Aku saat itu. Tapi maaf, Aku melarangmu suka dengan lelaki pujaanmu saat itu bukan

karena Aku cemburu, melainkan karena Aku tak mau kamu terluka. Aku berharap, saat perpisahan

Aku bisa berfoto denganmu untuk yang terakhir kalinya. Sayangnya, semua itu tidak terwujud.

Karena kamu lebih memilih foto dengan lelaki yang menurutmu lebih ‘penting’ daripada Aku. Aku

menarikmu dan menyuruhmu foto itu bukan karena Aku egois, tapi karena Aku sadar betul bahwa

hari itu hari terakhir kita berjumpa. TERLUKA! itu yang kurasakan saat Aku melihatmu menangis

karena cintamu yang bertepuk sebelah tangan dengan lelaki itu. Kamu berlari keluar dan Aku tak

mengejarmu. Kucoba untuk bertemu kamu sesaat sebelum Aku pergi. Sepertinya memang kita

belum berjodoh. Kita tetap tidak bertemu. Biarlah, kisah kita tersimpan rapat dalam secangkir kopi

ini. Bila kamu rindukan Aku, lakukanlah hal yang biasa kita lakukan- PATRA”

Page 4: Thanks a lot patra

Aku menutup surat itu dengan air mata. Kuambil sendok lalu kuketukkan ke cangkir. Itu

kebiasaan kami saat sedang ada masalah atau perasaan kangen melanda. Betapa terkejutnya Aku

saat kulihat lampu menyala dan ada satu lampu yang berkelap-kelip. Lampu itu betuliskan ‘PATRA

SAYANG RESHA’. Belum selesai lampu itu berkelip disusul dengan video yang entah siapa telah

memutarnya.

“HALO Resha, gue udah di pesawat nih! lihat tuh, rame ya penumpangnya. Lo jangan nangis yaa...,

masa sahabat gue cengeng sih? oh ya, maafin gue ya atas kesalahan gue selama ini. Gue yakin lo

udah tau maksud gue. Sampai kapanpun, dan dimanapun kita berada, seberapa jauh jarak antara

kita, kita tetep sahabat kan? tunggu gue ya empat tahun lagi eh lima, eh enam, eh nggak tau ah

pokoknya tunggu gue yaa!” Video itu berakhir.

Video webcam yang membuat ku kagum. Berapa besar pengorbanan Patra selama ini

kepadaku, namun semua itu tak pernah kusadari. Aku menghubungi nomor ponsel Patra, namun

tidak aktif. Aku tertunduk sedih. Tiba – tiba mas – mas cafe menghampiriku lalu memberikanku

sebuah foto , itu foto Patra. Foto Patra sedang mencium cangkir kopiku. “Maafin gue Patra...,

semoga kita bisa bertemu lagi. Lo sahabat terbaik gue...,posisi lo tak akan tergantikan. Thanks a Lot,

Patra!”.

Aku hanya bisa tersenyum perih di cafe itu, sendiri lagi. Angin berhembus begitu kencang

menyelimuti dinginnya suasana di cafe kenangan Aku dan Patra. Hanya foto Patra, ya foto terakhir

Patra yang menemaniku saat ini. Datang seorang pengamen menyanyikan sebuah lagu yang

menggambarkan keadaanku dengan Patra seolah dunia pun tau masalah kami. Aku tersenyum dan

memang cuma itu yang bisa kulakukan, seraya menikmati dinginnya malam.

Masihkah ada padamu

Sedikit bayang diriku

Akankah suatu saat kau berubah fikiran dan kembali

Masihkah ada padamu

Sedikit cinta untuku

Akankah suatu saat kau kembali kepadaku

Memang kita tlah jauh rasanya

Memang kita sudah tak bersama

Page 5: Thanks a lot patra

Jika memang kita ditakdirkan tuk bersama selamanya

Cinta tak kan kemana - mana

[ cinta tak'kan kemana-mana - PETRA SIHOMBING ]