21
BATUBARA INDONESIA 1. PENDAHULUAN Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri(domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara. Adanya rencana pembangunan PLTU baru di dalam dan luar Pulau Jawa dengan total kapasitas 10.000 MW, meningkatnya produksi semen setiaptahun, dan semakin berkembangnya industri-industri lain seperti industri kertas (pulp) dan industri tekstil merupakan indikasi permintaan dalam negeri akan semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan permintaan batubara dari negara-negara pengimpor mengakibatkan produksi akan semakin meningkat pula. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 sebagai pembaruan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) tahun 1998. KEN mempunyai tujuan utama untuk menciptakan keamanan pasokan energi nasional secara berkelanjutan dan pemanfaatan energi secara efisien, serta terwujudnya bauran energi (energy mix) yang optimal pada tahun 2025. Untuk itu ketergantungan terhadap satu jenis sumber energi seperti

Batubara indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

batubara indonesia

Citation preview

Page 1: Batubara indonesia

BATUBARA INDONESIA

1. PENDAHULUAN

Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak

hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri(domestik), tetapi juga untuk memenuhi

permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih

melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan

bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara.

Adanya rencana pembangunan PLTU baru di dalam dan luar Pulau Jawa dengan total kapasitas

10.000 MW, meningkatnya produksi semen setiaptahun, dan semakin berkembangnya industri-industri lain seperti industri kertas (pulp) dan industri tekstil merupakan indikasi permintaan dalam

negeri akan semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan permintaan batubara dari

negara-negara pengimpor mengakibatkan produksi akan semakin meningkat pula.

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui PP

No.5 Tahun 2006 sebagai pembaruan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) tahun 1998. KEN

mempunyai tujuan utama untuk menciptakan keamanan pasokan energi nasional secara

berkelanjutan dan pemanfaatan energi secara efisien, serta terwujudnya bauran energi (energy mix)

yang optimal pada tahun 2025. Untuk itu ketergantungan terhadap satu jenis sumber energi seperti

BBM harus dikurangi dengan memanfaatkan sumber energi alternatif di antaranya batubara.

Untuk mendukung pencapaian sasaran bauran energinasional yang dicanangkan pemerintah, salah

satunya adalah melakukan kajian batubara secara nasional untuk mengetahui kondisi sumberdaya,

pengusahaan, dan pemanfaatan batubara, serta permasalahannya, yang dapat digunakan untuk

membuat langkah-langkah yang diperlukan. Dan untuk mendukung kajian tersebut perlu melakukan

terlebih dahulu membangun data base batubara nasional dari hasil pengumpulan data baik

sekunder maupun primer.

2. SUMBERDAYA

Jumlah sumber daya batubara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan Pusat Sumber Daya

Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 61,366 miliar ton. Sumber

daya batubara tersebut tersebar di 19 propinsi (Tabel 2.1).

Page 2: Batubara indonesia

3. KEBIJAKAN

Dalam kebijakan bauran energi nasional 2025, pemakaian batubara diharapkan mencapai 33%

(Gambar 3.1), Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang digunakan sebagai landasan di

dalam kebijakan pengusahaan batubara, yaitu :

1) Kepmen ESDM No.1128 Tahun 2004, tentang Kebijakan Batubara Nasional.

2) Perpres No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

3) Inpres No.2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan

Sebagai Bahan Bakar Lain..

Di dalam sasaran bauran energi nasional tersebut, batubara menempati urutan pertama di dalam

penggunaan energi. Hal tersebut dikarenakan oleh :

a) Sumber daya batubara cukup melimpah, yaitu 61,3 miliar ton, dengan cadangan 6,7 miliar ton

(Pusat Sumber Daya Geologi, 2005).

b) Dapat digunakan langsung dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas (gasifikasi) dan

cair (pencairan).

c) Harga batubara kompetitif dibandingkan energi lain.

d) Teknologi pemanfaatan batubara yang ramah lingkungan telah berkembang pesat, yang

dikenal sebagai Teknologi Batubara Bersih (Clean Coal Technology).

Gambar 3.1

Sasaran Bauran Energi Nasional 2025

Tabel 2.1 Kualitas, Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Tiap Propinsi, 2005

Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan

Kriteria No. Provinsi

Kelas

(Kal/gr, adb)

Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)

Kalori Sedang 5100 - 6100 5,47 2,78 0,00 0,00 10,34 0,00

Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 2,97 0,00 0,00 2,97 0,00 1. BANTEN

Page 3: Batubara indonesia

5,47 5,75 0,00 0,00 13,31 0,00

Kalori Rendah <5100 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00

2 JAWA TENGAH

0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00

3 JAWA TIMUR

0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00

Kalori Rendah <5100 0,00 20,92 6,70 64,14 91,76 0,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 325,43 6,70 26,26 351,69 0,00 4

NANGROE ACEH

DARUSALAM

0,00 346,35 13,40 90,40 443,45 0,00

Kalori Rendah <5100 0,00 0,00 0,00 19,97 19,97 0,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 7,00 0,00 0,00 7,00 0,00 5 SUMATERA UTARA

0,00 7,00 0,00 19,97 26,97 0,00

Kalori Rendah <5100 0,00 1.345,69 0,00 268,06 1.613,75 0,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 30,62 0,00 51,57 82,19 0,00

Kalori Tinggi 6100 - 7100 12,79 359,60 0,00 16,99 389,38 16,54

6 R I A U

12,79 1.735,91 0,00 336,62 2.085,32 16,54

Kalori Sedang 5100 - 6100 19,19 284,36 42,72 22,97 369,24 2,83

Kalori Tinggi 6100 - 7100 5,76 164,58 0,00 144,27 314,61 19,24

Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 27,00 0,00 14,00 41,00 14,00

7 SUMATERA BARAT

24,95 475,94 42,72 181,24 724,85 36,07

Kalori Rendah <5100 0,00 51,13 0,00 0,00 51,13 0,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 190,84 1.200,09 36,32 90,24 1.517,49 18,00

Page 4: Batubara indonesia

Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 210,81 0,00 82,96 293,77 0,00

8 J A M B I

190,84 1.462,03 36,32 173,20 1.862,39 18,00

Lanjutan Tabel 2.1

Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan

Kriteria No. Provinsi

Kelas

(Kal/gr, adb)

Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)

Kalori Rendah <5100 0,00 11,34 0,00 10,58 21,92 0,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 0,81 0,00 5,86 6,67 3,79

Kalori Tinggi 6100 - 7100 15,15 100,62 8,11 45,49 169,37 17,33

Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 0,32 0,00 0,37 0,69 0,00

9 BENGKULU

15,15 113,09 8,11 62,30 198,65 21,12

Kalori Rendah <5100 326,55 7.400,27 2.300,07 1.358,00 11.384,89 2.426,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 198,93 1.629,28 9.139,87 366,01 11.334,10 186,00

Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 31,00 433,89 14,00 478,89 67,00

10 SUMATERA SELATAN

525,48 9.060,55 11.873,83 1.738,01 23.197,88 2.679,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 14,00 0,00 0,00 14,00 0,00

Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 92,95 0,00 0,00 92,95 0,00 11 LAMPUNG

0,00 106,95 0,00 0,00 106,95 0,00

Kalori Tinggi 6100 - 7100 42,12 378,60 0,00 0,00 420,72 0,00

Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 104,00 1,32 1,48 106,80 0,00 12 KALIMANTAN BARAT

42,12 482,60 1,32 1,48 527,52 0,00

Kalori Rendah <5100 0,00 483,92 0,00 0,00 483,92 0,00

Page 5: Batubara indonesia

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 296,75 5,08 44,36 354,80 4,05

Kalori Tinggi 6100 - 7100 114,11 262,72 0,00 72,64 449,47 0,00

Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 247,62 0,00 77,02 324,64 44,54

13 KALIMANTAN TENGAH

114,11 1.291,01 5,08 194,02 1.612,83 48,59

Kalori Rendah <5100 0,00 370,87 0,00 600,99 971,86 536,33

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 4.793,13 301,36 2.526,46 7.620,95 1.287,01

Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 336,19 33,12 109,64 478,95 44,36

Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 17,62 0,00 12,00 29,62 0,14

14 KALIMANTAN SELATAN

0,00 5.517,81 334,48 3.249,09 9.101,38 1.867,84

Lanjutan Tabel 2.1

Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan

Kriteria No. Propinsi

Kelas

(Kal/gr, adb)

Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)

Kalori Rendah <5100 0,00 201,93 13,76 89,83 305,52 0,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 2.285,84 10.630,35 121,61 2.609,46 15.682,72 941,62

Kalori Tinggi 6100 - 7100 502,96 2.611,07 191,77 1.558,62 4.918,92 1.064,82

Kalori Sangat Tinggi > 7100 90,11 60,84 4,48 14,40 169,82 65,24

15 KALIMANTAN TIMUR

2.878,90 13.504,19 331,62 4.272,31 21.076,98 2.071,68

Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 131,03 32,31 53,10 216,44 0,06

Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 13,90 0,78 0,00 14,68 0,00 16 SULAWESI SELATAN

0,00 144,93 33,09 53,10 231,12 0,06

Kalori Rendah <5100 0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00

Page 6: Batubara indonesia

17 SULAWESI TENGAH

0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00

Kalori Rendah <5100 0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00

18 MALUKU UTARA

0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00

Kalori Sedang 5100 - 6100 89,40 30,95 0,00 0,00 120,35 0,00

Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 5,38 0,00 0,00 5,38 0,00

Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 25,53 0,00 0,00 25,53 0,00

19 P A P U A B A R A T

89,40 61,86 0,00 0,00 151,26 0,00

JUMLAH SUMBERDAYA BATUBARA TIAP PROPINSI 3.899,22 34.320,97 12.679,98 10.371,74 61.365,86 6.758,90

Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi, 2006

4. PRODUKSI, KONSUMSI, DAN EKSPOR

4.1 Perkembangan Produksi

Perkembangan produksi batubara selama 13 tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan yang

cukup pesat, dengan kenaikan produksi rata-rata 15,68% pertahun. Tampak pada tahun 1992,

produksi batubara sudah mencapai 22,951 juta ton dan selanjutnya pada tahun 2005 produksi

batubara nasional telah mencapai 151,594 juta ton.

Perusahaan pemegang PKP2B merupakan produsen batubara terbesar, yaitu sekitar 87,79 % dari

jumlah produksi batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang KP sebesar 6,52 % dan BUMN sebesar

5,68 %.

Perkembangan produksi batubara nasional tersebut tentunya tidak terlepas dari permintaan

dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya.

Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72,11%,

dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri (Gambar 4.1).

4.2 Perkembangan Konsumsi Dalam Negeri

Pemanfaatan batubara di dalam negeri meliputi penggunaan di PLTU, industri semen, industri

Page 7: Batubara indonesia

kertas, industri tekstil, industri metalurgi, dan industri lainnya (Tabel 4.1).

4.2.1 PLTU

PLTU merupakan industri yang paling banyak menggunakan batubara. Tercatat dari seluruh

konsumsi batubara dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 35,342 juta ton, 71,11% di antaranya

digunakan oleh PLTU. Hingga saat ini, PLTU berbahan bakar batubara, baik milk PLN maupun yang

dikelola swasta, ada 9 PLTU, dengan total kapasitas saat ini sebesar 7.550 MW dan mengkonsumsi

batubara sekitar 25,1 juta ton per tahun.

Berdasarkan data dalam kurun waktu 1998-2005, Penggunaan batubara di PLTU untuk setiap

tahunnya meningkat rata-rata 13,00%. Hal tersebut sejalan dengan penambahan PLTU baru

sebagai dampak permintaan listrik yang terus meningkat rata-rata 7,67% per tahun.

Namun demikian, sejak tahun 2003 krisis energi listrik nasional sudah mulai terasa sebagai dampak

dari ketidakseimbangan antara penyediaan dan permintaan. Dalam upaya mengantisipasi

kekurangan listrik dan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian BBM secara nasional, pemerintah

merencanakan percepatan pembangunan PLTU berbahan bakar listrik 10.000 MW hingga akhir

2009.

GAMBAR 4.1

TREND PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI

TAHUN 1992 - 2005

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

Page 8: Batubara indonesia

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Juta Ton

Produksi

Penjualan DN

Penjualan LN

TABEL 4.1

KONSUMSI BATUBARA MENURUT JENIS INDUSTRI DI INDONESIA

TAHUN 1998 - 2005

(TON)

JENIS

INDUSTRI 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

PLTU 10,911,341 13,047,717 13,943,613 19,165,256 21,902,161 23,810,054 23,492,328 25.132.174

SEMEN 1,279,973 2,762,831 3,763,884 5,938,172 5,355,460 5,068,194 6,070,825 6.023.248

Industri

Tekstil - - - - - 274,160 381,440 1.307.610

Industri

Kertas 692,737 805,397 766,549 804,202 471,751 1,680,304 1,106,227 2,272,443

METALURGI 144,907 123,226 134,393 220,666 236,802 225,907 122,827 160.490

Briket 29,963 38,302 36,799 31,265 24,708 24,976 23,506 28,267

Lain - Lain 2,600,550 2,573,355 5,545,609 2,407,667 3,792,481 4,715,840 5,237,639 417,583

Jumlah 15,659,471 19,350,828 24,190,847 28,567,228 31,783,364 35,799,436 36,434,791 35.341.816

Sumber : - Hasil Survei Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), 2006

- Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB), 2006

4.2.2 Industri Semen

Selama delapan tahun terakhir ini, perkembangan pemakaian batubara pada industri semen

berfluktuasi. Antara tahun 1998-2001, pemakaian batubara rata-rata naik sangat signifikan, yaitu

Page 9: Batubara indonesia

64,03%, namun pada tahun 2002dan 2003 sempat mengalami penurunan hingga 7,59%.

Memasuki tahun 2004, kebutuhan batubara pada industri semen mengalami perubahan yang

positif, yaitu 19,78% seiring perkembangan ekonomi yang mulai membaik di dalam negeri. Tahun

2005, tercatat sekitar 17,04% kebutuhan batubara dalam negeri digunakan oleh industri semen

atau 5,77 juta ton.

4.2.3 Industri Tekstil

Industri tekstil memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak (BBM),

oleh karena itu dengan melambungnya harga BBM, banyak yang beralih ke bahan bakar ke

batubara, walaupun harus melakukan modifikasi terhadap boileratau mengganti boiler yang

baru berbahan bakar batubara.

Pada tahun 2003 jumlah perusahaan tekstil yangmenggunakan bahan bakar batubara hanya 18

perusahaan saja, namun pada tahun 2006 sudah bertambah menjadi 224 perusahaan tersebar di

Pulau Jawa terutama di Propinsi Jawa Barat.Kebutuhan batubaranya pun meningkat sangat

signifikan, yaitu dari 274.150 ton pada tahun 2003 naik menjadi 3,07 juta ton pada tahun 2006.

4.2.4 Industri Kertas

Seperti halnya pada perusahaan tekstil, batubara dalam industri kertas digunakan sebagai bahan

bakar dimana energi panas yang dihasilkan digunakan untuk memasak air pada boilersehingga

menghasilkan uap yang diperlukan untuk memasak pulp(bubur kertas).

Perkembangan pemakaian batubara pada industri kertas selama kurun waktu 1998-2005 naik

sangat signifikan, rata-rata 42,36%. Namun untuk waktu mendatang diperkirakan

perkembangannya akan stabil pada kisaran 3,0 – 6,0 % per tahun. Pada tahun 2005, jumlah

kebutuhan batubara untuk industri ini mencapai sekitar 2,207 juta ton.

4.2.5 Industri Metalurgi dan Industri Lainnya

Perkembangan kebutuhan batubara oleh industri metalurgi berfluktuasi, namun ada trend

perkembangan yang meningkat sejalan dengan kondisi produksi perusahaan yang mengalami

turun naik. Tahun 1998 tercatat 144,907 ribu ton, meningkat hingga mencapai 236,802 ribu ton

pada tahun 2002, namun kemudian menurun hingga 112,827 ribu ton tahun 2005.

Page 10: Batubara indonesia

Di samping industri metalurgi, masih banyak industri lainnya yang menggunakan batubara sebagai

bahan bakar dalam mendukung proses produksinya, antara lain industri makanan, kimia,

pengecoran logam, karet ban, dan lainnya. Di Propinsi Banten dan Jawa Barat ada 21

perusahaan yang telah menggunakan batubara dengan total kebutuhan diperkirakan mencapai

416.708 ton untuk tahun 2005.

4.2.6 Briket Batubara

Dari data tahun 1998 – 2005, perkembangan briket batubara berfluktuatif, namun cenderung ada

peningkatan. Konsumsi terendah sebesar 23.506 ton pada tahun 2004 dan tertinggi pada

mencapai 38.302 ton tahun 1999. Pada sisi lain potensi konsumsi BBM yang dapat disubstitusi briket

batubara untuk IKM dan rumahtangga sebesar 12,32 juta ton, dan jumlah optimisnya sebesar 1,3

juta ton per tahun atau ekivalen dengan 936.000 kilo liter minyak tanah per tahun. Kondisi pasar

akan menentukan bagaimana prospek perbriketan batubara di Indonesia sebagai bahan

alternative substitusi minyak tanah khususnya, bersama-masa dengan energi alternative lainnya

seperti bahan bakar nabati (biofuel) dan LPG.

4.2.7 Upgrading Brown Coal,Gasifikasi, dan Pencairan Batubara

Terkait dengan upaya ketahanan bauran energi nasional, adalah pengembangan teknologi

batubara, dimana skala pilot plantnya dikembangkan oleh Puslitbang Teknologi Mineral dan

Batubara (tekMIRA) meliputi antara lain upgrading brown coal(UBC), gasifikasi, dan pencairan

batubara. Direncanakan tidak lama lagi akan dirintis ke arah demo plant sebelum skala komersialisasi.

4.3 Perkembangan Ekspor

Kebutuhan batubara dunia saat ini ternyata meningkat sangat cepat, antara lain dipicu oleh

boomingharga dan semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar negeri yang menggunakan

bahan bakar batubara, serta kran ekspor China ditutup. Hal ini yang mengantarkan Indonesia

sebagai pemasok (eksportir) terbesar pada tahun ini menyaingi Australia dan Afrika Selatan.

Ekspor batubara Indonesia pada tahun 1992 hanya sebesar 16,288 juta ton, sedangkan pada

tahun 2005 tercatat sebesar 106,767 juta ton. Ini berarti volume ekspor rata-rata naik sebesar

16,00%. Perusahaan pemegang PKP2B merupakan eksportir batubara terbesar, yaitu sekitar 95,36%

Page 11: Batubara indonesia

dari jumlah ekspor batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang BUMN sebesar 2,52% dan KP sebesar

2,12%.

5. MASA DEPAN

Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat; tidak

hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri(domestik), tetapi juga untuk memenuhi

permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih

melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan

bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara.

5.1 Proyeksi Penyediaan-Permintaan (Supply-Demand)

Produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada tahun

1992 tercatat sebesar 22,951 juta ton, naik menjadi 151,594 juta ton pada tahun 2005, atau naik rata-rata 15,68 % per tahun. Jika diasumsikan proyeksi untuk tahun-tahun mendatang mengikuti

kecenderungan (trend) tersebut di atas, maka kondisi pada tahun 2025, produksi akan meningkat

menjadi sekitar 628 juta ton.

Dari sisi konsumsi, hingga saat ini segmen pasar batubara di dalam negeri meliputi PLTU, industri

semen, industri menengah hinggaindustri kecil dan rumahtangga. Dalam kurun waktu 1998-2005,

konsumsi batubara di dalam negeri berkembang 13,29%. Kondisi saat ini (2005) konsumsi batubara

tercatat 35,342 juta ton, di antaranya, 71,11% dikonsumsi PLTU, 16,84% dikonsumsi industri semen, dan

6,43% dikonsimsi industri kertas. Dari karakteristik tersebut dan adanya rencana pemanfaatan

batubara melalui pengembangan teknologi UBC, gasifikasi, dan pencairan, maka diproyeksikan

pada tahun 2025 kebutuhan batubara dalam negeri akan mencapai sekitar 191,130 juta ton.

Sedangkan dari trend ekspor batubara yang peningkatannya sangat signifikan sekitar 16,00%

pertahun, maka pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai 438 juta ton.

Kondisi tersebut tidak diharapkan, karena tidak sejalan dengan rencana pengembangan

batubara Indonesia. Untuk tahun 2025, jumlah rencana produksi sebesar 318 miliar ton untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri sebesar 214 miliar ton dan untuk memenuhi permintaan luar

negeri sebesar 104 miliar ton.

Page 12: Batubara indonesia

Kunci perbedaan dari kedua proyeksi tersebut terletak pada penjualan ke luar negeri. Sehingga agar

rencana pengembangan batubara Indonesia dapat terealisasi, maka perlu membuat kebijakan

pengendalian produksi melalui pembatasan penjualan ke luar negeri dan jaminan pasokan untuk

kebutuhan dalam negeri yang tercantum di dalam kontrak harus dilaksanakan.

GAMBAR 5.1

POYEKSI PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI BATUBARA INDONESIA

TAHUN 2006 - 2025

41 44

65

97

135

181

109

118

168

243

333

438

150

162

233

343

474

628

0

100

200

Page 13: Batubara indonesia

300

400

500

600

700

2005 2006 2010 2015 2020 2025

Tahun

Milyar Ton

Penjualan DN

Penjualan LN

Produksi

GAMBAR 5.1

POYEKSI PRODUKSI, PENJUALAN DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI BATUBARA INDONESIA

TAHUN 2006 - 2025

41 44

65

97

135

181

109

118

168

243

333

438

150

162

Page 14: Batubara indonesia

233

343

474

628

0

100

200

300

400

500

600

700

2005 2006 2010 2015 2020 2025

Tahun

Milyar Ton

Penjualan DN

Penjualan LN

Produksi

5.2 Langkah-Langkah Yang Diperlukan

Dari hasil gambaran trend suppy-demandbatubara nasional hingga tahun 2025 termasuk

didalamnya permasalahan yang mungkin muncul, maka untuk memberikan dukungan terkait

dengan pengembangan batubara dalam mencapai bauran energi pada tahun 2025 lebih besar

dari 33% (214 juta ton), diperlukan langkah-langkah strategis meliputi :

a Sumber daya

� Melakukan upaya pencarian (inventarisasi) sumber daya dan cadangan batubara yang

representatif dan secara berkelanjutan.

b. Pengusahaan

Page 15: Batubara indonesia

� Pendataan kontrak (jangka panjang, menengah, pendek, spot) perusahaan dengan

konsumen luar negeri. Kemudian pelaku eksportir ditata secara konprehensif dan

proporsional berdasarkan tingkat produksi dan kondisi kebutuhan di dalam negeri.

� Setiap pengajuan peningkatan tingkat produksi yang diajukan oleh perusahaan perlu

disesuaikan dengan kebijakan bauran energi nasional.

c. Kebijakan/ Insentif

� Menetapkan batubara sebagai komoditi strategis.

� Mengubah komposisi penjualan dalam negeri dan ekspor yang saat ini 28 : 72, secara

bertahap hingga tercapai komposisi yang ideal sampai tahun 2025.

� Mendorong pengusahaan batubara peringkat rendah di dalam negeri untuk memenuhi

kebutuhan energi melalui paket insentif, seperti penentuan tarif nilai bagi hasil (PKP2B)

untuk batubara mutu rendah.

� Meningkatkan diversifikasi pemanfaatan batubara melalui program pembakaran

langsung, pengembangan briket batubara, pencairan batubara, gasifikasi, up grading

batubara, dan pengembangan Coal Bed Methane,dengan memperhatikan faktor

lingkungan.

� Memberikan insentif bagi investor (penambangan dan pengolahan) yang

mengembangkan UBC, pencairan, dan gasifikasi batubara, antara lain jaminan hasil

produk dibeli oleh pihak pemerintah.

� Menetapkan nilai bagi hasil bagian pemerintah dari penambangan batubara mutu

rendah dan tambang bawah tanah.

d. Insfrastruktur

� Untuk menunjang kelancaran distribusi batubara dari hulu hingga hilir perlu membangun

dan mengembangkan prasarana transportasi seperti jaringan keretaapi dan pelabuhan

bongkar muat

� Mengembangkan pelabuhan bongkar, saranaangkutan, dan jalur distribusi, serta stock

yardbatubara yang dekat dengan sentra industri (konsumen) di wilayah Pulau Jawa yang

Page 16: Batubara indonesia

merupakan konsumen terbesar di dalam negeri.

Dikompilasi oleh

Tim Kajian Batubara Nasional

Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara

Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara

2006