7
SEMINAR-- NASIONAL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN Oleh djoko adi walujo SURABAYA MINGGU 25 MEI 2008 usia-dini.blogspot.com PENGANTAR: ita sadar bahwa bermain adalah sebuah dunia yang penuh keragaman dan menyenangkan, barangkali lebih tepat bila dinyatakan “mengasyikkan”. Siapa saja yang terlibat akan merasa terhibur dan senang, bahkan akan menjadi sebuah energi potensial yang tak tertandingi. Terminologi bermain, melekat pada realitasnya, artinya seorang-orang akan merasakannya ketika melakukan. Hampir setiap orang dapat dipastikan paham akan makna bermain, tanpa harus mencari ensiklopedi, orang jadi mengerti. Hal ini dikarenakan bermain itu adalah bagian hidup dari manusia. Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan, oleh karenanya harus difungsikan dengan optimal, serta dimanfaatkan untuk berbagai tujuan Proses pembelajaran seharusnya, memainkan fungsi-fungsi permainan, karena tujuan membelajarkan seorang orang akan tercapai manakala berada pada kondisi yang menyenangkan. Beberapa fenomena menunjukkan kepada kita, yakni munculnya sinyalemen negative kepada dunia pendidikan. Selanjutnya fenomena itu menjadikan seorang Paulo Fraire menorehkan potret empirinya, ke dalam buku “Pendidikan yang Menindas” [Pedagogy oppressed]. Fenomena itu terkesan dan mengesankan bahwa pendidikan seperti memenjara siswa. Oleh karenanya anak perlu dibebaskan, demikian kata Ivan Illich. Bahkan Nail Postman mengatakan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas subversive. Tentunya hal ini tidak terjadi manakala permainan diijeksikan sebagai metode pembelajaran. Dengan penerapan itu, maka pernyataan pendidikan sebagai penindasan, atau pembelajaran sebagai aktivitas subversi akan tereduksi. Beberapa pakar psikologi berpendapat bahwa kegiatan bermain dapat menjadi sarana untuk perkembangan anak. Dengan melakukan permainan serta merta akan melatih fisiknya. Demikian juga akan terjadi pada kemampuan kognisinya.. K

PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW

SEMINAR-- NASIONAL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN

Oleh djoko adi walujo SURABAYA MINGGU 25 MEI 2008

usia-dini.blogspot.com

PENGANTAR:

ita sadar bahwa bermain adalah sebuah dunia yang penuh keragaman dan

menyenangkan, barangkali lebih tepat bila dinyatakan “mengasyikkan”.

Siapa saja yang terlibat akan merasa terhibur dan senang, bahkan akan menjadi sebuah

energi potensial yang tak tertandingi.

Terminologi bermain, melekat pada realitasnya, artinya seorang-orang akan

merasakannya ketika melakukan. Hampir setiap orang dapat dipastikan paham akan

makna bermain, tanpa

harus mencari

ensiklopedi, orang

jadi mengerti. Hal ini

dikarenakan bermain

itu adalah bagian

hidup dari manusia.

Bermain merupakan

aktivitas yang

menyenangkan, oleh

karenanya harus

difungsikan dengan

optimal, serta

dimanfaatkan untuk

berbagai tujuan

Proses pembelajaran

seharusnya, memainkan

fungsi-fungsi permainan, karena tujuan

membelajarkan seorang orang akan tercapai manakala berada

pada kondisi yang menyenangkan. Beberapa fenomena menunjukkan kepada kita, yakni

munculnya sinyalemen negative kepada dunia pendidikan. Selanjutnya fenomena itu

menjadikan seorang Paulo Fraire menorehkan potret empirinya, ke dalam buku

“Pendidikan yang Menindas” [Pedagogy oppressed]. Fenomena itu terkesan dan

mengesankan bahwa pendidikan seperti memenjara siswa. Oleh karenanya anak perlu

dibebaskan, demikian kata Ivan Illich. Bahkan Nail Postman mengatakan bahwa

pembelajaran merupakan aktivitas subversive.

Tentunya hal ini tidak terjadi manakala permainan diijeksikan sebagai metode

pembelajaran. Dengan penerapan itu, maka pernyataan pendidikan sebagai penindasan,

atau pembelajaran sebagai aktivitas subversi akan tereduksi.

Beberapa pakar psikologi berpendapat bahwa kegiatan bermain dapat menjadi sarana

untuk perkembangan anak. Dengan melakukan permainan serta merta akan melatih

fisiknya. Demikian juga akan terjadi pada kemampuan kognisinya..

K

Page 2: PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW

SEMINAR NASIONAL

PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN

Oleh djoko adi walujo : usia-dini.blogspot.com

2

MANUSIA ADALAH MAKHLUK BERMAIN

ada hakikatnya dalam diri manusia tersimpan hasrat bermain yang tak terhingga

kadarnya, oleh karenanya manusia tidak dapat dilepaskan dari masalah bermain.

Misalnya kebutuhan akan berkumpul, berkelompok, bersinergi ataupun bersosialisasi,

rasanya tidak dapat meninggalkan masalah bermain. Hampir tidak ada perbedaan dari

jenjang usia, apakah itu orang dewasa, atau pun anak-anak. Dengan bermain, anak-anak

akan mendapatkan berbagai pengalaman, melalui permainan anak-anak juga akan dapat

mengekplorasi alam sekitarnya. Sementara orang dewasa membutuhkan daya relaksasi

yang tinggi, karena berbagai hamparan permasalah hampir pasti datang dan jarang

berhenti. Permainan adalah sarana yang mampu menyapu, dan menjadi solusi tetap dan

tepat, karena permainan akan mengambil peran mediasi sekaligus mereduksi.

PENDAPAT PAKAR TENTANG PERMAINAN:

Sederet Ahli Filsafat seperti Plato, Aristoteles, kemudian beberapa Ahli Pendidikan

seperti Comenius, Rouseau, Pestalozi, Froebel, al-Ghazali, Avecenna [Ibnu Sina], dan

Ibnu Khaldun menekankan betapa pentingnya permainan bagi seorang anak. Bagi

mereka, bermain dipandang sebagai kegiatan alamiah, dalam memperoleh

pengetahuan, pengalaman, alat menemukan kreativitas, serta sarana untuk

mengembangkan kecerdasan.

Montenssori [1961], menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada dalam

situasi keserasian, akan merekonstruksi sebuah kreativitas.

Zakiyah Derajat [1976], permainan mempunyai peranan penting dalam dalam

pembinaan pribadi anak

P

Page 3: PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW

SEMINAR NASIONAL

PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN

Oleh djoko adi walujo : usia-dini.blogspot.com

3

Joan Freman dan Utami Menandar [1995], menyebutkan bahwa pada umumnya

bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan

yang utuh, baik fisik,intelektual, sosial, moral, dan emosional.

Hughes [199], suatu kegiatan bermain harus memiliki lima syarat yakni:

1. Mempunyai tujuan, yaitu permainan itu sendiri untuk mendapatkan

kepuasan

2. Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada paksaan

3. Menyenangkan dan dapat dinikmati

4. Mengkhayal untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas

5. Melakukan secara aktif dan sadar

Frank dan Theresia Caplan, enam belas hakikat bermain

1. Membantu pertumbuhan anak

2. Merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela

3. Memberikan kebebasan anak untuk bertindak

4. Memberikan dunia khayal yang disukai anak

5. Mempunyai unsur berpetualang di dalamnya

6. Meletakkan dasar pengembangan bahasa 7. Mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antar

pribadi.

8. Memberikan kesempatan untuk menguasai diri secara fisik

9. Memperluas minat dan pemusatan perhatian

10. Merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu

11. Merupakan cara anak memepelajari peran orang dewasa

12. Merupakan cara dinamis untuk belajar 13. Menjernihkan pemikiran anak

14. Dapat distruktur secara akademis

15. Merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian

hidup 16. Merupakan kekuatan hidup

MENGAPA PEMBELAJARAN PERLU

RAGAM PERMAINAN

Ketika permainan menjadi wahana pembelajaran,

Page 4: PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW

SEMINAR NASIONAL

PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN

Oleh djoko adi walujo : usia-dini.blogspot.com

4

menjadikan seorang pembelajar bukanlah hal yang sulit,. Karena dalam bermain terdapat

unsur imajinasi dan kreasi. Disamping itu pula permainan memiliki kemampuan untuk

mestimuli orang untuk berani. Permainan akan melepaskan simbol-simbol diri, dan

menjadi sebuah entitas baru.

Selanjutnya alasan-alasan lain yang melatari perlunya permainan, adalah:

Pada umumnya manusia sangat senang mobilitas, dari pada duduk berdiam diri,

bergerak dan dinamis itulah jatidirinya.

Manusia dewasa maupun anak-anak sangat membutuhkan pengalaman yang kaya,

bervariasi, bermakna sekaligus mengasyikkan.

Otak usia anak-anak sangat senang dengan hadirnya sesuatu yang baru, menarik,

menantang, dan menakjubkan

Permainan cenderung menstimuli otak, apalagi dengan melibatkan indra manusia

secara keseluruhan [visual, audio, dan kinetic]. Dalam permainan semuanya akan

terlibat.

Pengulangan [repetitive] diperlukan dalam pembelajaran, namun nuansa acapkali

membonceng kebosanan. Permainan akan menjadi jembatannya

Fetique [kelelahan] selalu muncul dalam situasi yang kurang menyenangkan,

dengan permainan hambatan ini menjadi terkurangi.

TUJUAN PERMAINAN:

Membangun konsep diri

Mengembangkan kreativitas

Mengembangkan komunikasi

Mengembangkan aspek fisk dan motorik

Mengembangkan aspek sosial

Mengembangkan aspek emosi dan kepribadian

Mengembangkan aspek kognisi

Mengasah ketajaman penginderaan

Mengembangkan ketrampilan tari dan olahraga

Page 5: PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW

SEMINAR NASIONAL

PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN

Oleh djoko adi walujo : usia-dini.blogspot.com

5

KECERDASAN YANG MUNCUL DALAM PERMAINAN:

Linguistic intelligence [word smart];

Logical-mathematical intelligence [number/reasoning smart]

Spatial intelligence [picture smart]

Bodily-Kinesthetic intelligence [body smart]

Musical intelligence [music smart]

Interpersonal intelligence [people smart]

Interpersonal intelligence [self smart]

Naturalist intelligence [nature smart]

MANFAAT BERMAIN MENURUT PAKAR:

[Diambil dari buku “Cerdas dan Cemerlang”. Prof, Joan Freeman dan Prof Utami

Munandar 1966]

1. Sebagai penyalur energi berlebihan yang dimiliki anak. Anak memiliki energi

berlebihan karena terbebas dari segala macam tekanan, baik tekanan ekonomis

mampun sosial, sehingga ia menggungkapkan energinya dalam bermain. (Sciller

& Spericer)

2. Sebagai sarana untuk menyiapkan hidupnya kelak dewasa. Melalui bermain,

seorang-orang anak menyiapkan diri untuk hidupnya kelak jika dewasa. Misalnya,

dengan bermain peran secara tidak sadar ia menyiapkam diri untuk peran atau

pekerjaannnya di masa depan [Karl Groos]

3. Sebagai pelanjut citra kemanusiaan. Melalui bermain anak melewati tahap-tahap

perkembangan yang sama dari pekerjaan sejarah umat manusia [Teori

Rekapitulasi]. Kegiatan-kegiatan seprti lari, melempar, memanjat, dan melompat,

merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari generasi ke generasi [Stanley Hall]

4. Untuk membangun energi yang hilang. Bermain merupakan medium untuk

menyegarkan badan kembali [recovery] setelah bekerja selama berjam-jam

[Lazarus]

5. Untuk memperoleh kompensasi atas hal-hal yang tidak diperolehnya. Melalui

kegiatan bermain, anak memuaskan keinginan-keinginannya yang terpendan atau

tertekan. Bermain juga memungkinkan anak melepaskan perasaan-perasaan dan

Page 6: PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW

SEMINAR NASIONAL

PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN

Oleh djoko adi walujo : usia-dini.blogspot.com

6

emosi-emosinya, yang dalam realitas tidak dapat diungkapkan [Mazhab

Psikoanalisis].

6. Memberi stimuli pada pembentukan kepribadian. Kepribadian terus berkembang

dan untuk pertumbuhan yang normal, perlu ada rangsangan [stimuli], dan bermain

memberikan stimulus ini untuk pertumbuhan [Appleton]

FUNGSI PERMAINAN UNTUK MEMBENTUK KELOMPOK [TEAM BUILDING]

ermainan sangat representative untuk membangun kekompakkan tim, kepemipinan,

dan memecahkan permasalahan. Dengan permainan akan mengkodisi setiap individu

untuk berempati terhadap orang lain, belajar bertanggungjawab dalam setiap tindakan,

serta menerima perbedaan sebagai bentuk kekayaan kelompok. Dengan kekompakan

kelompok dapat diberdayakan guna meningkatkan daya saing antar kelompok.

FUNGSI PERMAINAN SEBAGAI PENYEGAR SUASANA [ENERGIZER]

Perimanan dapat digunakan sebagai selingan ketika suasana sudah jenuh dan

membosankan.Tak dapat dipungkiri bahwa suasana yang penuh relaksasi akan

mengembalikan sikap mental yang telah mengendor, kembali bersemangat.. Kunci

keberhasilan sebuah pembelajaran, pelatihan, semiloka atau sejenisnya, bila permainan

penyegar suasana telah disiapkan.

FUNGSI PERMAINAN SEBAGAI PEMECAH KEBEKUAN [ICE BREAKER]

Sering kali muncul suasana beku ketika dalam kegiatan yang membutuhkan konsentrasi

besar, seperti kegiatan belajar, pelatihan, atau perkenalan anggota baru. Hal ini dapat

disebabkan karena keteganggan. Bahkan “bab mood” dapat juga bisa merusak suasana

yang pada awalnya kondusif. Permainan harus dihadirkan segera.

RUJUKAN YANG DIGUNAKAN

Andang Ismail [2006], Education Games, Menjadi Cerdas dan Ceria Dengan

Permainan Edukatif, Penerbit, Pilar Media, Yogyakarta

Dandam Riskomar [2004] Outdoor & Fun Games, Penerbit PT Mandar Utama Tiga

Book Division, Jakarta

P

Page 7: PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN - DJOKO AW

SEMINAR NASIONAL

PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN

Oleh djoko adi walujo : usia-dini.blogspot.com

7

Fried Robert L.[2005], The Game of School [Why We All Play It, How It Hurts Kids, and

What It Will Take to Change It] Jossey Bass, San Farncisco.CA

Jene kemp & Clare Walter [2004], Brain Games [permainan yang merangsang otak],

Karisma Publishing Group, Jakarta

Pepen Supendi Dkk [2007], 50 Permainan fun game, menyenangkan di indoor dan

outdoor, Penerbit Penebar Swadaya Jakarta