Upload
nasuprawoto-sunardjo
View
133.154
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM
(CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik)
Materi Pelatihan Penguatan Penguatan Pengawas Sekolah
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKANDIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKANKEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
2010
SAMBUTANDIREKTUR JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Di dalam pelaksanaan program penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawas sekolah yang merupakan agenda dari program 100 hari Mendiknas, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) telah menyusun materi untuk penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Di dalam pengembangan materi tersebut telah mengacu kepada standar pengawas sekolah sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 12 tahun 2007. Saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada Direktorat Tenaga Kependidikan atas dihasilkannya materi penguatan kemampuan pengawas sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas sekolah.
Materi ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi individu pengawas sekolah dan lembaga yang terkait dalam penguatan kemampuan pengawas sekolah di Propinsi dan Kab/Kota. Berbagai pihak yang ingin berkontribusi terhadap program penguatan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan berbagai referensi dan khasanah bacaan lainnya untuk mewujudkan pengawas sekolah yang profesional dan akuntabel.
Semoga semua usaha kita untuk penguatan kemampuan pengawas sekolah sesuai dengan standar pengawas sekolah sebagaimana diamanahkan dalam Permendiknas No. 12 tahun 2007 dapat diwujudkan, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya dan menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif, inovatif dan berpikir kritis.
Jakarta, Januari 2010Direktur Jenderal PMPTK
Prof. Dr. Baedhowi, M.SiNIP 19490828 197903 1 001
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah i
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah ii
KATA PENGANTAR
Pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK bekerjasama dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berhasil merumuskan standar pengawas sekolah/madrasah yang ditetapkan melalui Permendiknas No 12 tahun 2007. Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan Permendiknas tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun materi pelatihan sesuai dengan masing-masing komponen kompetensi pengawas sekolah yang diatur dalam Permendiknas No 12 tahun 2007.
Materi yang telah disusun ini merupakan bagian dari rencana pelaksanaan program penguatan pengawas sekolah, program kedua dari delapan program 100 hari Mendiknas. Program penguatan kemampuan pengawas sekolah sangat penting mengingat peran strategis pengawas sekolah di dalam proses peningkatan mutu pendidikan.
Pengawas sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong guru untuk malakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Materi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi peningkatan kompetensi pengawas sekolah sesuai yang diamanahkan Permendiknas No 12 tahun 2007.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, namun kami perlu menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun buku ini yang telah berusaha dan berhasil mempersiapakan materi yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi usaha peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Berbagai pihak yang terkait dengan penguatan kemampuan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan materi yang lain sepanjang mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kompetensi pengawas sekolah sesuai dengan Permendiknas No 12 tahun 2007.
Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha penguatan kemampuan pengawas sekolah di seluruh Kab/Kota di Indonesia.
Jakarta, Januari 2010Direktur Tenaga Kependidikan
Surya Dharma, MPA, Ph.D 19530927 197903 1 001
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah iii
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIRJEN PMPTK ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ................………………………….…………..……… iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
v
PENDAHULUAN ...…………………………….…………..……………….. 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Dimensi Kompetensi .............................................................................. 1
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai ....................................................... 2
D. Indikator Pencapaian Kompetensi ....................................................... 2
E. Alokasi Waktu ...................................................................................... 2
F. Skenario .................................................................................................. 2
PEMBELAJARAN PAIKEM ……………………….……..………..…………………………. 4
A. Latar Belakang ………………………................…………………….... 4
B. Konsep Dasar Pembelajaran ………………………………………..…….…………………………..
…7
C. Tujuan PAIKEM …………..…………………………………………… 14
D. Karakteristik PAIKEM ……………………………………….......….... 15
E. Jenis-jenis PAIKEM ……………………………………………………………………………16
F. Penerapan 17
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah v
PAIKEM……………………………………………………
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) ……………………..........… 21
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis ......………………………… 22
B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ................................................ 25
C. Langkah-langkah CTL ………………………………………………... 27
D. Karakteristik Pembelajaran CTL……………….......………………… 27
E. Strategi Pembelajaran Kontekstual ..................................................... 30
F. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional ...............................................................................................
33
G. Evaluasi Otentik dalam CTL ................................................................. 35
H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas ................................. 36
PEMBELAJARAN TERPADU ..........................................................………. 55
A. Latar Belakang ........................................................................................
57
B. Tujuan Pembelajaran Terpadu ............................................................. 60
C. Jenis-jenis Pembelajaran ......................................................................
61
D. Pembelajaran IPA Terpadu .................................................................. 61
E. Pembelajaran IPS Terpadu ................................................................... 93
PEMBELAJARAN TEMATIK ....................................................................... 109
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah vi
A. Latar Belakang ........................................................................................
113
B. Kerangka Berpikir ..................................................................................
115
C. Pengertian Pembelajaran Tematik ....................................................... 120
D. Landasan Pembelajaran Tematik ......................................................... 123
E. Karakteristik Pembelajaran Tematik ................................................... 124
F. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik ................................................. 126
G. Implikasi Pembelajaran Tematik .......................................................... 126
H. Tahap Persiapan Pembelajaran ............................................................ 128
I. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................ 133
J. Penilaian Pembelajaran Tematik .......................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah vii
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan
supervisi manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru
melalui supervisi aka-demik. Dalam pembinaan guru tentu harus
mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional
berkaitan dengan proses pembelajaran. Se-jalan dengan
perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru
pun dituntut mampu menguasai dan memilih pendekatan, strategi
dan metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa
aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai
strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date.
Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya
mengandalkan pengalaman tan-pa didukung teori-teori, maka
pengawas tidak akan mandapatkan respek dari para guru yang
dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang pendidikan dasar pe-ngawas
harus memahami garis besar strategi pembelajaran mata pelajaran
utama antara lain: matematika, IPA, IPS, bahasa Indonesia, dan
bahasa Inggris.
Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan dan
pengalaman langsung melalui praktek-praktek simulasi bagi
pengawas dalam melaksanakan tugas supervisi akademik di
tingkat TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB.
B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir Diklat ini
adalah dimensi Kompetensi Supervisi Akademik.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 1
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai
Setelah mengikuti pelatihan ini pengawas diharapkan dapat
membim-bing guru dalam memahami, memilih dan menggunakan
strategi/metode/tek-nik pembelajaran/bimbingan yang dapat
mengembangkan potensi siswa agar kritis, kreatif, inovatif, mampu
memecahkan masalah melalui mata-mata pelajaran yang relevan.
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian hasil diklat ini adalah apabila pengawas
dapat:
1. Memahami Hakikat Pendekatan Pembelajaran
2. Mengidentifikasi Berbagai Jenis Pembelajaran PAIKEM
3. Membimbing guru dalam menggunakan Berbagai Metode
Pembelajaran Berbasis PAIKEM pada setiap mata pelajaran
sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik.
E. Alokasi Waktu
No. Materi Diklat Alokasi
1. Pembelajaran Berbasis CTL 4 jam
2. Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, IPS
Terpadu)
4 jam
3. Pembelajaran Tematik 4 jam
F. Skenario
1. Perkenalan
2. Pejelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu
dan skenario pendidikan dan pelatihan strategi pembelajaran.
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan strategi
pembelajaran, melalui pendekatan andragogi.
5. Penyampaian Materi Diklat:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 2
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih
mengutamakan pe-ngungkapan kembali pengalaman peserta
pelatihan, menganalisis, me-nyimpulkan, dan mengeneralisasi
dalam suasana diklat yang aktif, ino-vatif, kreatif, efektif,
menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih sebagai
fasilitator.
b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan strategi
pembelajaran.
c. Praktik pengembangan strategi pembelajaran.
6. Post test.
7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai
jalannya pelatihan.
8. Penutup
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 3
PEMBELAJARANPAIKEM
A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di
sekolah sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas
guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi
tanggung jawab untuk menghafal semua pengetahuan. Memang
pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam
kehidupan jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para
pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba
untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat
dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah
guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya
sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri
ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat
memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 4
mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di
upayakan sendiri siswa yang memanjat tangga itu.
Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat
dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar
isyarat, (2) stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian
verbal, (5) membedakan, (6) pembentukan konsep, (7)
pembentukan aturan dan (8) pemecahan masalah (problem
solving).
Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe
belajar paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar
pemecahan masalah, siswa berusaha menyeleksi dan
menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk
membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih jauh Gagne (1985)
mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan (discovery)
dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii
pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning /CTL), Pembelajaran Pembelajaran Terpadu ,
Pembelajaran Inkuiri dengan menggunakan metode pembelajaran
berbuat seperti: kerja kelompok, eksperimen, pengamatan,
penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan pembelajaran
praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori seperti
ceramah, tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan
pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi harapan itu.
Pendekatan atau model-model pembelajaran tersebut menjadi
tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 5
upaya menghidupkan kelas secara optimal. Kelas yang hidup
diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar
sekolah yang demikian cepat.
Setiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau karakteristik sendiri.
Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan
mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada siswa yang meliputi
perkembangan, kemampuan berpikir, aktivitas, pengalaman siswa.
Pendekatan pembelajaran berfokus pada guru yang meliputi
fungsi, peran, dan aktivitas guru. Pendekatan pembelajaran
berfokus pada masalah meliputi masalah personal, sosial,
lingkungan, atau pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
teknologi, sistem instruksional, sistem informasi, media, sumber
belajar, dll.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tergantung
pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti
pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi
Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, krativitas, dan kemadirian sesuai denganbakat, minat,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 6
dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan
pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
B. Konsep Dasar Pembelajaran
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling
berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah
laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar
berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan.
Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam
bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran
mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi
memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2)
perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3)
tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5)
memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek
perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan
perbuatan.
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam
proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga
terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 7
termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude),
keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan
mental.
Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik
yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor
eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
(keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan
masyarakat).
Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-
anak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada
kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki
kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan
kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini
proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta
didik melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru
di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan pembelajaran
yang disiapkan oleh guru.
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang
untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung
di dalam peserta didik (Winkel, 1991).
Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama
dengan maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna
(Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 8
ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan
pelaksanaannya (Miarso, 1993)
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik,
metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik
tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga
diperlukan strategi yang tepat dan efektif.
Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk
membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang
telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T.
Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun
strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan
yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta
didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya
terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk
di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick
and Carey).
Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas.
Guru harus dapat melaksanakan proses pembelajaran, oleh
sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian
antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi
fisik, dan motivasi kerja.
Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari
luar pribadi guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 9
di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada
dua strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada
guru (teacher centre oriented) dan strategi yang berpusat pada
peserta didik (student centre oriented). Pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi
ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri
(discovery inquiry).
Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan
atas pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi
tujuan yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan,
serta karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki.
Oleh karena itu tidak ada strategi yang tepat untuk semua
kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan
mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang
digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum
memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek
pengetahuan) atau bahan banyak.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 10
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori
adalah sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci
kompetensi atau materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup
memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri
adalah sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan
masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang
melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 11
berupa instruksional langsung (direct instructional) yang
dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah
atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun
demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara
interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-
sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru
agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan
pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang
difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta
didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi,
diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan
sebagainya.
2. PAIKEM Sebagai Model Pembelajaran Berbasis
Kompetensi
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis
kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara
akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi
peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan,
dan keterampilannya.
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai
berikut:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 12
a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang
diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran
sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran
tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran
agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar
secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan
dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi
yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan
terintegrasi menjadi satu kesatuan.
c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya
keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik
memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang
beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah
tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar
dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus
menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning)
sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta
didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial,
sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan
atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah,
sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis,
kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang
berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks
kehidupan peserta didik dan lingkungan. B erpikir kritis
adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 13
dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian
ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk
meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman
pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu
(generating). Kemampuan memecahkan masalah (problem
solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa dalam
mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu
metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan
mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan
multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar
beragam bagi peserta didik.
C. Tujuan PAIKEM
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif
(critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu
kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam
menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi
keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir
kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan
masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 14
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual
atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika
memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri,
dan diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk
diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri,
umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu
lintas, pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen,
pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran
yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, Dsb.
D. Karakteristik PAIKEM
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang
berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan
kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini
memiliki 4 ciri yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan
refleksi.
1. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
Melakukan pengamatan
Melakukan percobaan
Melakukan penyelidikan
Melakukan wawancara
Siswa belajar banyak melalui berbuat
Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
2. Komunikasi, bentuknya antara lain:
Mengemukakan pendapat
Presentasi laporan
Memajangkan hasil kerja
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 15
Ungkap gagasan
3. Interaksi, bentuknya antara lain:
Diskusi
Tanya jawab
Lempar lagi pertanyaan
o Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
o Makna yang terbangun semakin mantap
o Kualitas hasil belajar meningkat
4. Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang
diperbuat/dipikirkan.
mengapa demikian?
apakah hal itu berlaku untuk …?
Untuk perbaikan gagasan/makna
Untuk tidak mengulangi kesalahan
Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan
dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya
dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang be-
rada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab dalam mem-
berikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian,
persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai bentuk tang-
gung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
E. Jenis-Jenis PAIKEM
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
PAIKEM antara lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL), Pembe-
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 16
lajaran Terpadu (Tematik, IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran
berbasis TIK (ICT), Pembelajaran Pengayaan dengan menggunakan
berbagai strategi antara lain dengan Lesson Study.
F. Penerapan PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan
PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien
sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan
penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari
kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya
dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam
pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40
menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas
Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini
guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas
terstruktur dan kegiatan mandiri.
1. Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi
baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan
seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi
kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif,
demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 17
kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Tapi
jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka
kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi
ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan
seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya
jawab, atau demonstrasi.
2.Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas
terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun
dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran
dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang
digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau
proyek.
Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran
yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran
guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang
disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan
strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi
kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif,
demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan
kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 18
digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti
penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang
sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning),
yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai
kompetensi secara maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum
memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek
pengetahuan) atau bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori
adalah sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci
kompetensi atau materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 19
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup
memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri
adalah sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan
masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang
melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran
berupa instruksional langsung (direct instructional) yang
dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah
atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun
demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara
interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-
sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru
agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan
pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 20
difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta
didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi,
diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan
sebagainya.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 21
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis
Penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) di Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli
pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan
teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan
dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran
kontekstual berakar dari paham progressivisme John Dewey.
Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta
proses belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses
belajar di sekolah. Pokok-pokok pandangan progressivisme antara
lain:
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat
mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang
diajarkan oleh guru.
2. Siswa harus bebas agar dapat berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk
merangsang belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk
melakukan eksperimen.
Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif
melatarbelakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa
akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif
dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 22
menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar dalam bentuk apa
yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar
dipendang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk
membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.
Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan
bahawa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus
dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi
belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang
lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi
yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak
mereka sendiri.
Berpijak pada dua pandangan itu, filosofi konstruksivisme
berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa
diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Siswa yang harus mengkontruksikan sendiri pengetahuannya.
Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan
menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi, siswa
diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.
Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-
objektif, temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat
temporer, berubah dan tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan
pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar
diartikan sebagain kegiatan atau menggali makna, bukan
memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak atau
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 23
akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi
sehingga muncul makna yang unik.
Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat
membangun pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan
terdahulu. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui
pengalaman-pengalam belajar bermakna. Siswa diharapkan
memapu mempraktikkan pengetahuan/pengalaman yang telah
diperoleh dalam konteks kehidupan. Siswa diharapkan juga
melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan
tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman
yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman
ini diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar
yang bebas yang merupakan unsur yang sangat esensial.
Hakikat teori kontruksivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan
informasi itu menjadi miliknya sendiri. teori kontruksivisme
memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-
informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dn
memperbaiki aturan-aturan yang tidak sesuai lagi. Teori
konstruksivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran
mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa aktif, maka
strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada
siswa (student-centered instruction). Di dalam kelas yang
pengajarannya terpusat kepada siswa, peranan guru adalah
membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri
mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan
seluruh kegiatan di kelas.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 24
Beberapa proposisi yang dapat dikemukakan sebagai implikasi dari
teori kontruktivistik dalam praktek pembeljaran di sekolah-sekolah
kita sekarang adalah sebagai berikut:
1. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru
2. Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan
belajar.
3. Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil
belajar.
4. Belajar pada hakikatnya memiliki aspeksosial dan budaya.
5. Kerja kelompok dianggap sangat berharga.
Dalam pandangan kontruksivistik, kebebasan dipandangan sebagai
penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa
sendiri. Tujuan pembelajaran konstruktivistik menekankan pada
penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan
produktif dalam konteks nyata. Dengan demikian, paham
konstruktivistik menolak pandangan behavioristik.
B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan
/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan
situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 25
dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang
sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying,
cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai
kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang baru datang
dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 26
(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment).
C. Langkah-langkah CTLCTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa
saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
dengan berbagai cara.
D. Karakteristik Pembelajaran CTL
1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 27
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil
karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih
merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang
berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran,
media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, lang-
kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar
rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama
siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format
antara program pembelajaran konvensional dengan program
pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional
lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (je-las
dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual le-bih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual
menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai
berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful
connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari
pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat
mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu
pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya
mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 28
memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses
belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant
works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti
bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan sisw
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran
yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan
masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara
yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa
sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya
belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja
secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja
secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir
kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 29
masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis
asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman
pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the
individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya
mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan
keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas
pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif
berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga
berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan
yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang
secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa
bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya
dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic
assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan
informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata
untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis
dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka
sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
E. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 30
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan
materi yang sedang dipelajari (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004:
56). Strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual
adalah sebagai berikut.
1. Belajar berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh pegetahuan dan konsep yang esensi
dari materi pelajaran. Dalam pengetahuan dan konsep yang
esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam
penyelidikan untuk pemecahan masalah yang
mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi
materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan
informasi yang berkaitan dengan pertanyaan, mensintesis, dan
mempresentasikan penemuannya kepada orang lain.
2. Pembelajaran Autentik (Authentic Instruction)
Suatu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa
untuk mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting
di dalam konteks kehidupan nyata.
3. Belajar Berbasis Inquiry (Inquiry-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi
sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran
bermakna.
4. Belajar berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran komprehensif di mana
lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 31
melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk
pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini
memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam
mengkonstruk pembelajarannya, dan mengkulminasikan
dengan produk nyata.
5. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi
pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut
dipergunakan kembali di tempat kerja. Jadi dalam hal ini,
tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktifitas dipadukan
dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa.
6. Belajar Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa
layanan masyarakat dengan suatu struktu berbasis sekolah
untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut, jadi menekankan
hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran
akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu
penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan
berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam
masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
lainnya.
7. Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi
belajar dalam mencapai tujuan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 32
F. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran
Tradisional
Terlihat jelas perbedaan proses pembelajaran kontekstual yang
berpijak pada pandangan kontrukstivisme dengan pembelajaran
tradisional yang berpijak padangan behaviorisme-objektivis.
Menurut Sanjaya (2006 : 256) ada beberapa perbedaan yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat
dalam proses pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran
tradisional siswa adalah penerima informasi yang pasif.
2. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman
melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, sedangkan
dalam pembelajaran tradisional siswa belajar secara individual.
3. Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan
dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan,
sedangkan dalam pemebelajaran tradisional pembelajaran
sangat abstrak.
4. Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas
kesadaran sendiri sedangkan dalam pembelajaran tradisional
perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Dalam pembelajaran kontekstual, keterampilan dibangun atas
kesadaran diri,, sedangkan dalam pembelajaran tradisional
ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan.
6. Dalam pembelajaran kontekstual, hadiah untuk perilaku baik
adalah kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran
tradisional hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai
(angka) rapor.
7. Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan
yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan.,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 33
sedangkan dalam pembelajaran tradisional seseorang tidak
melakukan yang jelek karena dia takut hukuman.
8. Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan
pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan
bahasa dalam konteks nyata, sedangkan dalam pembelajaran
tradisional, bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural:
rumus diterapkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill).
9. Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus
dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri
siswa, sedangkan dalam pembelajaran tradisional rumus itu
ada di luar diri siswa, yang harus dikembangkan, diterima dan
dilafalkan, dan dilatihkan.
10. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menggunakan
kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam pengupayakan
terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut
bertanggungjawab atas terjadinya proses pembelajaran yang
efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam
proses pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran
tradisional siswa secara pasif menrima rumus atau kaidah
(membaca, mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa
memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki
oleh manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia
menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara
memberi arti dan memahami pengalamannya sedangkan
dalam pembelajaran tradisional pengetahuan adalah
penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum
yang brada di luar diri manusia.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 34
G. Evaluasi Otentik Sebagai Ciri Penilaian Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menuntur evaluasi yang bersifat
komprehensif, menyeluruh dan terus menerus, karena dilakukan
oleh guru kontekstual sepanjang proses pembelajaran. Setiap saat
terjadi perubahan dan perkembangan pada para siswa. Perubahan
dan perkembangan bidang atau aspek tertentu mungkin sangat
banyak/tinggi, tetapi pada bidang atau aspek lainnya sedikit,
sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada. Perubahan atau
perkembangan tersebut mungkin berkenaan dengan aspek yang
menjadi tujuan atau terumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Evaluasi dilakukan pada waktu para siswa merencanakan sesuatu
kegiatan, melaksanakan maupun melaporkan hasil kegiatannya.
Evaluasi juga dilakukan pada waktu siswa berdiskusi, mengerjakan
tugas, mengerjakan tugas, melakukan latihan, percobaan,
pengamatan, penelitian, pemecahan masalah, dan penyelesaian
soal. Bagaimana siswa melakukan berbagai kegiatan tersebut serta
hasil-hasil yang mereka tunjukkan, baik berupa rancangan,
makalah, laporan, rangkuman, gambar, model, ataupun hasil
pemecahan dan jawaban soal, merupakan wujud dari
perkembangan dan kemampuan hasil belajar mereka.
Evaluasi terhadap proses pembelajaran dan hasil karya merupakan
evaluasi otentik, evaluasi kenyataan, karena mengevaluasi apa
yang secara nyata dilakukan dan dihasilkan oleh para siswa. Hal ini
tidak berarti, bahwa evaluasi dengan menggunakan tes tidak bisa
digunakan, karena evaluasi dengan menggunakan tes, mengukur
hasil pembelajaran pada akhir periode, akhir semester, tengah
semester atau akhir unit. Makin pendek periode waktu
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 35
pembelajaran yang dievaluasi, maka makin mendekati evaluasi
otentik.
Dalam evaluasi hasil pembelajaran, biasanya hanya digunakan tes,
berbentuk tes obyektif atau essay, maka dalam evaluasi proses
juga digunakan evaluasi perbuatan (pengamatan), lisan, hasil
karya dan portfolio. Portfolio merupakan kumpulan dokumen yang
disusun secara sistematik dan terarah yang menggambarkan
perkembangan atau kemajuan siswa dalam bidang tertentu.
H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari
penerapan pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen
itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling) refleksi (reflection), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment)
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan
kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Tetapi siswa harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalaui pengalaman
nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut
dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 36
Esensi dari teori kontruksivisme adalah ide bahwa siswa haarus
menemukan dan mentransfomasikan suatu informasi kompleks
ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi
milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan mnerima
pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda
dengan kaum objektif, yang lebih menekaankan pada hasil
pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi
memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak
siswa memperoleh dan mengingat diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakana dan
relevan bagi siswa; (2) memberi kesempatan siswa menemukan
dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa
agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
bertanya karena bertanya merupakan strategi utama
pembelajaran yang produkstif, kegiatan bertanya berguna
untuk: (1) menggaliinformasi baik administrasi maupun
akademia; (2) mengecek pemahaman siswa; (3) membangkitkan
respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingin tahuan
siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6)
memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki
gur; (7) untuk membangkitkan lebihbanyak lagi pertanyaan dari
siswa; (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pada
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 37
semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara
siswa dengan siswa, antara guru dan siswa, antara siswa dengan
guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas
dan sebagainya.
3. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari
menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah (1) observasi, (2)
bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4) pengumpulan data, (5)
penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa
menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan
menemukan sendiri adalah: (1) merumuskan masalah dalam
mata pelajaran apapun; (2) mengamati atau melakukan
observasi; (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar,laporan, bagan tabel, dan karya lainnya; dan (4)
mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman kelas, guru, atau audience lainnya.
4. Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil
belajar didapat dari berbagi anatara kawan, kelompok, dan
antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas ini, di
sekitar sini, juga dengan orang-orang yang diluar sana semua
adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas yang
menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan dalam
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 38
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu
memberiyahu yang belum tahu, yang cepat menangkap
mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan
segera memberikan usul dan seterusnya. Kelompok siswa bisa
sanagt bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan
bisa melibatkan siswa di dalam kelas atasnya, atau guru
mengadakan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke
kelas.
5. Permodelan (modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu, memberi
peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara
mngerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model
tentang bagaimana belajar. Dalam pendekatan kontekstual guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk
memberikan contoh temannya, misalnya cara melafalkan suatu
kata. Siswa contoh tersebur dikatakan sebagai model, siswa lain
dapat menggunakan model tersebut sebagai standar
kompetensi yang harus dicapai.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari
atau berpikir kebelakng tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan dalam hal belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan
apa yang dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru,
yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 39
sebelummnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
7. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui olehb guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran
yang benar. Apabila data yang dikumpulkan guru
mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam
belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat
agar siswa agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena
gambaran tentang kemajuanbelajar itu diperlukan disepanjang
proses pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan diakhir
periode seperti akhir semester. Kemajuan belajar dinilai dari
proses, bukan melalui hasil, dan dengan berbagai cara. Tes
hanyalah salah satunya, itulah hakekat penilaian yang sebarnya.
Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang
lain. Karakteristik penilain sebenarnya adalah (1) dilaksanakan
selama dan sesuadah proses pembelajaran berlangsung; (2) bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur
keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta; (4)
berkesinambungan; (5) terintegrasi; (6) dapat dipergunakan
sebagaifeed back. Dengan demikian pembelajaran yang benar
memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa
agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi
diakhir periode pembelajaran.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 40
Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis
CTL pada mata pelajaran IPA di SMP.
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)BERBASIS CTL
Sekolah : SMP ..........................................Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Kelas/Semester : IX (Sembilan)/ 2 (Dua)Alokasi Waktu : 10 x 40 menit (5 pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar : 4.1. Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet.
C. Tujuan PembelajaranPertemuan 1:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:1. mengidentifikasi bahan magnetik dan bahan bukan magnetik.2. menunjukkan kutub-kutub magnet.3. menentukan daerah gaya di sekitar magnet (medan magnet).4. mendeskripsikan sifat kutub-kutub magnet.5. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kutub-kutub
magnet (kutub utara dan kutub selatan).6. memberikan pemaknaan terhadap sifat-sifat interaksi antara
kutub-kutub magnet.
Pertemuan 2:Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara menggosok.
2. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara induksi.3. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara
elektromagnetik.4. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan
cara menggosok.5. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan
cara induksi.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 41
6. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
Pertemuan 3:Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. menyebutkan cara-cara menghilangkan sifat kemagnetan.2. mendeskripsikan kemagnetan bumi.3. memberikan pemaknaan terhadap cara-cara menghilangkan
sifat kemagnetan.4. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kemagnetan
bumi.
Pertemuan 4:Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan secara kualitatif sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik.
2. memberikan pemaknaan terhadap sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik.
Pertemuan 5:Penilaian pencapaian KD 4.1 (Ulangan Harian, materi Pertemuan 1 s.d. 4).
D. Materi Pelajaran: Kemagnetan
KEMAGNETANLebih dari 2000 tahun yang lalu, orang Yunani yang hidup di suatu daerah di Turki yang dikenal sebagai Magnesia menemukan batu aneh. Batu tersebut menarik benda-benda yang mengandung besi. Karena batu tersebut ditemukan di Magnesia, orang Yunani memberi nama batu tersebut magnet. Sifat benda yang teramati sebagai suatu gaya tarik atau gaya tolak antara kutub-kutub magnet disebut kemagnetan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 42
Secara sederhana kita dapat mengelompokkan bahan-bahan menjadi dua kelompok, yaitu: bahan magnetik dan bahan bukan magnetik. Bahan-bahan yang dapat ditarik oleh magnet disebut bahan magnetik. Sedangkan bahan-bahan yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut bahan bukan magnetik. Besi, baja, nikel, dan kobalt termasuk bahan magnetik. Sedangkan kayu, kaca, aluminium, dan plastik adalah contoh-contoh bahan bukan magnetik.
Semua magnet mempunyai sifat-sifat tertentu. Setiap magnet, bagaimanapun bentuknya, mempunyai dua ujung di mana pengaruh magnetiknya paling kuat. Dua ujung tersebut dikenal sebagai kutub magnet, yang diberi nama kutub utara (U) dan kutub selatan (S). Jika kutub-kutub magnet senama (U dan U atau S dan S) saling didekatkan, kedua kutub tersebut akan tolak-menolak. Namun, jika kutub utara (U) salah satu magnet didekatkan ke kutub selatan (S) magnet lain, kutub-kutub tersebut akan tarik-menarik.
Sifat-sifat magnetik suatu bahan bergantung pada struktur atomnya. Para ilmuwan mengetahui bahwa atom itu sendiri memiliki sifat-sifat magnetik. Sifat-sifat magnetik tersebut disebabkan gerak elektron atom-atom tersebut. Oleh karena itu, tiap atom di dalam suatu bahan magnetik adalah seperti sebuah magnet kecil yang disebut magnet atom (magnet elementer).
PEMAKNAAN
Semua magnet memiliki dua kutub yang berlawanan, yaitu utara (U) dan selatan (S).”Allah, Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia secara berpasang-pasangan.” Hanya Allah-lah dzat yang tunggal, Allah itu satu, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Bagi ajaran agama Islam, hal ini sesuai dengan kandungan dalam Surat Al-Ikhlas.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 43
Secara kodrati, manusia mempunyai dua jenis kelamin, yaitu: laki-laki (L) dan perempuan (P).
Kutub-kutub magnet yang senama (U-U atau S-S), jika didekatkan akan tolak-menolak. Sedangkan kutub-kutub magnet yang tidak senama (U-S), jika didekatkan akan tarik-menarik.Agama melarang manusia sesama jenis untuk saling jatuh cinta. Manusia hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya. Perilaku ”menyimpang” seperti homoseksual (L-L) atau lesbian (P-P) dilarang oleh agama.
Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menggosokkan magnet pada logam tersebut. Penggosokan magnet harus dilakukan secara terarah, dan semakin lama penggosokan semakin kuat serta bertahan lama sifat kemagnetannya.”Rajin pangkal pandai.” Apabila kita ingin pandai, kita harus rajin belajar, dan tidak mudah menyerah.
Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menginduksi logam tersebut dengan magnet pada logam tersebut.Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku dan perkembangan kognitif seseorang. Apabila kita ingin menjadi orang ”baik-baik” maka kita harus bergaul dan berteman dengan orang yang berperilaku baik pula. Apabila kita ingin menjadi orang yang pandai, maka kita juga harus banyak bergaul dan berteman dengan orang yang pandai.
Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara melilitkan kawat pada logam dan mengalirkan arus listrik pada kawat yang dililitkan pada logam tersebut.Agar kemampuan (pengetahuan) kita semakin bertambah, kita harus sering berdiskusi dan mendapat masukan-masukan dari banyak orang yang memiliki kemampuan melebihi kemampuan kita.
Sebuah magnet dapat hilang sifat kemagnetannya diantaranya apabila kita bakar dan kita pukul-pukul. Sifat kemagnetan dimiliki oleh suatu bahan apabila magnet-magnet elementer bahan itu tersusun secara teratur.”Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Dalam suatu komunitas, apabila kita rukun tidak terjadi saling permusuhan,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 44
maka apapun yang kita cita-citakan akan dengan lebih mudah untuk kita capai. Namun, dengan adanya suatu pengaruh ”negatif” dari luar, misalnya munculnya para provokator-provokator, maka adanya provokasi tersebut dapat memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa.
E. Alat/Bahan/Sumber belajar1. Buku Siswa CTL untuk SMP Direktorat PSMP2. Buku Sumber (Referensi) lain3. LKS Kemagnetan4. Alat peraga magnet, bel listrik, dan motor listrik5. Serbuk besi6. Animasi pemaknaan untuk penanaman sikap7. Kabel/kawat listrik (kawat untuk kumparan)8. Catu daya (baterai)
F. Model Pembelajaran:Pembelajaran Kooperatif (CL) dengan ”Pemaknaan”
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Tahap Pembelajaran
Terlaksana
YaTida
kKegiatan Awal Demonstrasi menarik benda-benda dari logam (besi)
dengan sebuah ”magnet”. Menanyakan kepada siswa, mengapa benda tersebut dapat menempel?
Menginformasikan bahwa magnet banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita sambil memberikan contoh misalnya bel listrik, motor listrik, tape recorder, dll.
Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 1).
Kegiatan Inti Memperlihatkan magnet batang,
mendemonstrasikan bahwa ada beberapa benda yang dapat ditarik oleh magnet dan ada yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
Menginformasikan magnet batang mempunyai dua kutub yang dinamai kutub utara dan selatan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 45
Tahap Pembelajaran
Terlaksana
YaTida
ksambil mendemonstrasikan menggantungkan magnet batang dengan benang. Menjelaskan konsep kemagnetan.
Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 2 “Panduan Belajar Pengaruh magnet”.
Meminta siswa membaca Pengaruh Magnet dan membimbing mengerjakan LKS tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing.
Membagikan LKS 1 serta alat dan bahan yang dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut.
Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan tulis Tabel 1 yang telah diisi dan ditanggapi kelompok lain.
Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, antara lain berkaitan dengan:- magnet dapat menarik benda;- magnet memiliki dua kutub, yaitu: U dan S;- sifat gaya magnet antar kutub-kutub magnet.
(Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang
”Pengaruh Magnet” guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 1 ini.
Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 1 dan LKS 2.
Pertemuan 2
Tahap PembelajaranTerlaksanaYa Tidak
Kegiatan Awal
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 46
Tahap PembelajaranTerlaksanaYa Tidak
Mendemonstrasikan dengan menempelkan sebuah paku besar ke paku-paku kecil dan meminta siswa memperhatikan paku-paku kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar tersebut.
Demonstrasi dilanjutkan dengan menempelkan paku besar tersebut dengan sebuah magnet batang dan kemudian menempelkannya pada paku-paku kecil. Siswa diminta memperhatikan paku-paku kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar tersebut.
Menginformasikan bahwa hari ini akan dilakukan percobaan membuat magnet dengan cara meng-gosok, induksi, dan mengalirkan arus listrik.
Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 2).
Kegiatan Inti Menyajikan informasi bahwa dalam besi yang
bukan magnet susunan atom-atomnya masih acak. Agar besi menjadi magnet, susunan atom-atomnya harus dibuat searah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara mendekatkan sebuah magnet ke besi tersebut.
Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif.
Membagikan LKS 3 dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS tersebut.
Meminta salah satu kelompok untuk menuliskan hasil kegiatannya di papan tulis dan kelompok lain diminta menanggapinya.
Memberi penghargaan pada siswa/kelompok yang kinerjanya bagus.
Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, antara lain berkaitan dengan:- pembuatan magnet dengan cara menggosok;- pembuatan magnet dengan cara induksi;- pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
(Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang ”Cara
Pembuatan Magnet” guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 47
Tahap PembelajaranTerlaksanaYa Tidak
Pertemuan 2 ini. Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-
tujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 3.
Pertemuan 3
Tahap PembelajaranTerlaksanaYa Tidak
Kegiatan Awal Sambil menggantung bebas sebuah magnet batang,
menanyakan kepada siswa: ”ke arah mana magnet batang itu selalu menghadap?” Mengapa?
Menanyakan kepada siswa, apakah suatu magnet, sifat kemagnetannya tidak dapat dihilangkan?
Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 3).
Kegiatan Inti Menginformasikan bahwa garis gaya magnet
dapat digambar untuk memperlihatkan lintasan medan magnet, menjelaskan pola-pola garis gaya untuk berbagai macam susunan magnet batang.
Menginformasikan bahwa terdapat perbedaan antara kutub magnetik dan kutub geografik bumi, serta menjelaskan bagaimana kompas dapat membantu untuk menentukan arah.
Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 5.
Meminta siswa membaca Buku Siswa, tentang Pengaruh Magnet; Kemagnetan Bumi, dan membimbing mengerjakan LKS 5 tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing.
Membagikan LKS 4 serta alat dan bahan yang dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut.
Meminta satu dua kelompok untuk menggambar pola serbuk besi untuk tiap susunan magnet batang dan ditanggapi kelompok lain.
Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 48
Tahap PembelajaranTerlaksanaYa Tidak
pemaknaan, antara lain berkaitan dengan:- cara menghilangkan sifat kemagnetan;- keberadaan kemagnetan bumi.
(Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang cara
menghilangkan sifat kemagnetan dan keberadaan kemagnetan bumi, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 3 ini.
Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 4 dan LKS 5.
Pertemuan 4
Tahap PembelajaranTerlaksanaYa Tidak
Kegiatan Awal Mendemonstrasikan terjadinya penyimpangan suatu
jarum kompas ketika diletakkan dekat suatu magnet. Menanyakan pada siswa, mengapa jarum kompas itu dapat mengalami penyimpangan arah?
Mengingatkan kembali tentang cara membuat magnet dengan mengalirkan arus listrik.
Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 4).
Kegiatan Inti Menginformasikan bahwa arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar akan menimbulkan medan magnet yang arahnya bergantung pada arah arus listrik.
Menginformasikan bahwa medan magnet solenoida dapat diperbesar dengan memperbesar jumlah lilitan maupun besar arus yang mengalir melaluinya.
Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingatkan keterampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut dan membagikan LKS 8.
Meminta siswa membaca Buku Siswa, subbab
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 49
Tahap PembelajaranTerlaksanaYa Tidak
Medan Magnet di Sekitar Arus Listrik, dan membimbing mengerjakan LKS 8 tersebut dan menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya masing-masing.
Membagikan LKS 7 serta alat dan bahan yang dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok mengerjakan LKS tersebut.
Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan tulis untuk melengkapi Tabel 1 hasil penyelidikan dan ditanggapi kelompok lain.
Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan, yaitu:- sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik.
(Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang medan
magnet di sekitar kawat berarus listrik, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada Pertemuan 4 ini.
Meminta siswa merangkum materi sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan mempresentasikan jawaban benar dari LKS 7 dan LKS 8.
H. Penilaian (Instrumen Penilaian Terlampir pada Lembar Penilaian)
Bentuk tes tertulis: pilihan ganda dan uraian singkat Kinerja saat melakukan kegiatan Laporan/presentasiTes tertulis dilaksanakan setelah proses pembelajaran (Pertemuan 5) dengan menggunakan Lembar Penilaian (LP) 4.1.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 50
CONTOH 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS CTL
Sekolah : SMPMata Pelajaran : IPAKelas / Semester : VII / 1
Standar Kompetensi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia.
6. Memahami keanekara-gaman makhluk hidup.
Kompetensi Dasar 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat
fisika dan sifat kimia6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
Indikator Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara fisika Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik
campuran Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik
campuran
PERTEMUAN 1
A. Tujuan PembelajaranPeserta didik mampu:1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara
penyaringan2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik
campuran3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik
campuran4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan,
melakukan inferensi, berkomunikasi B. Materi Pembelajaran Pemisahan campuran dengan cara penyaringan
C. Metode Pembelajaran 1.Model :Cooperatif Learning 2.Metode : Demonstrasi Eksperimen
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 51
Diskusi
D.Langkah-langkah 1. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi: Menunjukkan pada siswa air kotor dan air jernih, kemudian menanyakan kepada siswa: “Terdiri dari apa sajakah campuran tersebut, apakah terdapat organisme di dalamnya? Apakah air tersebut dapat dijernihkan?”Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang pengertian campuran
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti - Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemo-
tivasian.- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelom-
pok terdiri dari 4-5 siswa.- Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan
dalam kelompok sebelum melakukan percobaan.- Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan
peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar. - Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat
melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
- Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah
melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kin-erja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan den-gan diskusi tentang berbagai kemungkinan pemisahan campuran selain penyaringan.
3. Kegiatan Penutup- Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.- Penugasan Terstruktur: Memberikan tugas lanjutan dari kegiatan
yang telah dilakukan yaitu menggunakan bahan-bahan lain yang dapat digunakan untuk menyaring air dan membandingkan hasil-nya dengan kelompok lain. Tugas dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.ahan- apakah yang kamu pikir dapat digunakan sebagai penyaring air? Lakukan kegiatan ini dengan menggunakbahan-ba-han yang
E. Sumber Belajar1. Buku siswa2. LKS3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi:
a. botol plastik 2l bekas air mineral
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 52
b. air kolamc. kerikild. pasire. ijukf. pisau
PERTEMUAN 2
A.Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat :
1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara destilasi
2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan inferensi, berkomunikasi
B.Materi Pembelajaran Pemisahan campuran dengan cara destilasi dan kristalisasi
C.Model Pembelajaran Pendekatan : Pembelajaran Kooperatif Metode : Pengamatan, Diskusi D.Langkah-langkah 1. Kegiatan pendahuluan
Motivasi: Menanyakan kegiatan tugas lanjutan, selanjutnya menanyakan: “Bagaimanakah memperoleh air tawar dari air asin? ” (Arahkan dalam konteks penjernihan air untuk memperoleh air tawar)Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang penguapan dan pengembunan
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti- Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemo-
tivasian dan berdiskusi tentang penguapan dan pengembunan.- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelom-
pok terdiri dari 4-5 siswa.- Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan
dalam kelompok sebelum melakukan percobaan.- Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan
peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 53
- Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
- Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah
melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kin-erja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan den-gan diskusi tentang penerapan lain destilasi. Mendiskusikan pemisahan campuran selain penyaringan dan destilasi, yakni kristalisasi.
3. Kegiatan penutup- Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil be-
lajar - Guru memberikan kuis untuk mengetahui daya serap materi yang baru
saja dipelajari
E. Sumber Belajar1. Buku siswa2. LKS3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi:
a. botol plastik 2l bekas air mineralb. air kolamc. kerikild. pasire. ijukf. pisau
PERTEMUAN KETIGAA. Tujuan
Peserta didik dapat1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia
(koagulasi)2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik
campuran3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik
campuranB. Materi Pembelajaran Pemisahan campuran
C.Model Pembelajaran Pendekatan : Pembelajaran Kooperatif Metode : Diskusi dan Penerapan Strategi Belajar (membuat peta konsep)
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 54
D. Langkah-langkah 1. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan apersepsi
- Menanyakan:”Pernahkah kamu melihat tawas?” Guru menunjukkan tawas. Menanyakan kegunaan tawas (diarahkan untuk penjernihan air)
- Menyampaikan tujuan pembelajaran2. Kegiatan inti
- Guru meminta peserta didik membaca secara individual materi ten-tang cara pemisahan campuran secara kimia dalam di Buku Siswa (Pengelolaan Air Minum)
- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelom-pok terdiri dari 4-5 siswa.
- Meminta kelompok untuk membuat poster tentang proses pengola-han air sungai atau danau menjadi air minum. Poster dapat berupa diagram alir, peta konsep, atau sesuai kreasi anak.
- Membinbing siswa melakukan kegiatannya. - Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat
melakukan dengan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
- Peserta didik menempelkan poster hasil kerja kelompoknya dan diamati kelompok lain
- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan percobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kin-erja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan den-gan diskusi tentang pemisahan campuran secara kimia yang lain.
3. Kegiatan penutup- Guru besama peserta didik membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar - Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur: Guru menginformasikan untuk
membaca dan mempelajari Buku Siswa dan sumber belajar yang lain.
E. Sumber belajar 1.Buku Siswa 2.Peralatan untuk membuat poster
F. Penilaian 1.Teknik penilaian dan bentuk instrumen
Teknik Bentuk InstrumenTes unjuk kerja Lembar Observasi (rating
scale)Tes tulis Isian
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 55
2. Contoh instrumenTes Tulis:Misalkan terdapat campuran air asin dan pasir. Tuliskan langkah-langkah pemisahannya, sehingga kamu mendapatkan air tawar, garam, dan pasir!Kriteria penskoran:4: semua langkah teridentifikasi, urutan langkah ditulis dengan benar3: ada langkah yang tidak terlalu prinsip tidak teridentifikasi, urutan langkah ditulis dengan benar2: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah yang ditulis
tidak urut1: ada langkah prinsip tidak teridentifikasi, ada langkah prinsip tidak
tertulis0: tidak mengerjakan
Lembar Observasi yang dikembangkan sebagai berikut.
Lembar Observasi terhadap Kinerja Ilmiah SiswaNo
Aspek Yang Diamati
Skor0 (tidak
ada)1
(kurang)2
(sedang)3
(baik)1 Melakukan
pengamatan2 Menuliskan data
pengamatan3 Melakukan tafsiran
terhadap data4 Mengkomunikasikan
Kriteria Penilaian
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 56
PEMBELAJARAN TERPADU
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran terpadu merupakan proses pembelajaran yang
bersifat menyeluruh atau holistik. Pendekatan ini menempatkan
siswa dalam posisi sentral, siswa sebagai peserta didik yang aktif,
terutama dalam keterampilan berpikir. Beberapa keterampilan
berpikir dikembangkan dalam pembelajaran ini, seperti:
mengamati, membedakan, mengurutkan, menduga dan mengukur,
mengelompokan, bertanya, merumuskan hipotesis,
membandingkan, menganalisis, memadukan, menggenarilasisikan,
menilai, memperkirakan, menginterpretasikan, merencanakan,
melakukan percobaan, berkomunikasi, berpikir konvergen, berpikir
divergen, berpikir induktif, berpikir deduktif, menyimpulkan,
mengambil keputusan.
Kemungkinan Bentuk Penerapan Pembelajaran Terpadu (IPA
Terpadu, IPS Terpadu. Tematik) Menurut Joni (1996) didasarkan
pada pengaitan konseptual intra dan/atau antar bidang studi yang
terjadi secara spontan, dengan program kegiatan belajar-mengajar
yang dilaksanakan secara sepenuhnya mengikuti kurikulum yang
isinya masih terkotak-kotak berdasarkan bidang studi agar
terorganisasi secara terstruktur, lebih eksplisit dan bertolak dari
tema-tema. Model Pengintegrasian Kurikulum tersebut menurut
Forgaty (1991) digambarkan seperti pada tabel berikut:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 57
PENGINTEGRASIAN KURIKULUM
MODEL RENTANGAN DESKRIPSI
Mata Pelajaran Terpisah
fragmented Tiap Mapel disampaikan terpisah.connected Suatu konsep dipertautkan
dengan konsep lain.nested Selain target di Mapel ada target
multiketerampilan
Integrasi beberapa Mata Pelajaran
Sequenced beberapa topik diatur ulang serta diurutkan agar dapat serupa satu sama lain.
shared dua mata pelajaran yang sama-sama diajarkan dengan menggunakan konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan yang tumpang tindih (overlap).
Webbed (terjala/tematik)
Berangkat dari tema yang dibangun bersama-sama antara guru dengan siswa, atas dasar beberapa topik pada beberapa mata pelajaran yang berhubungan.
threadedpendekatan metakurikuler digunakan untuk mencapai beberapa keterampilan dan tingkatan logika para siswa dengan berbagai mata pelajaran.
integratedguru masing-masing mata pelajaran bekerja sama melihat dan memberikan topik-topik yang berkaitan dan tumpang tindih.
Lintas Peserta didik immersed berpusat untuk mengakomodasikan kebutuhan para siswa, di mana mereka akan melihat apa yang dipelajarinya dari minat dan pengalaman mereka sendiri.
networked jaringan kerja dengan orang-orang yang memiliki keahlian untuk membantu bagian dari pekerjaannya yang lebih bersifat implementatif. Mereka akan bekerja secara terpadu sesuai dengan topik pekerjaan yang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 58
mengikat mereka.
Model-model pembelajaran berpikir yang dapat digunakan dalam
pembelajaran terpadu adalah: pemecahan masalah, evaluasi kritis,
penyelidikan, pengambilan keputusan, berpikir kritis, berpikir kreatif.
Beberapa kegiatan utama dari model-model pembelajaran berpikir
ini diuraikan sebagai berikut:
1. Pemecahan Masalah
Menghimpun fakta-fakta,
Merumuskan masalah,
Mengembangkan ide, pemikiran, alternative pemecahan,
Menentukan alternatif pemecahan,
Menyusun rencana tindakan pelaksanaan.
2. Berpikir Kritis
Menjelaskan ide dan pemikiran
Menentukan tingkat ketepatan informasi dasar (hasil
pengamatan dan komunikasi).
Menyusun argumentasi dan penyimpulan (berdasarkan data dan
konsep)
3. Berpikir Kreatif
Pengembangan ide-ide dalam beberapa kategori (kelenturan
berpikir)
Pengembangan ide baru (kemurnian berpikir)
Penyempurnaan ide (elaborasi pemikiran)
4. Evaluasi Kritis
Menentukan kriteria
Menyusun alternative pemikiran, pemecahan,
Membuat perkiraan dan menentukan keputusan,
Memberikan alas an, argumentasi bagi keputusan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 59
B. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN TERPADU
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
• Meningkatkan minat dan motivasi
• Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
• Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
• Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif
yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta
didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga
pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam,
sehingga memudahkan memahami hubungan materi dari satu
konteks ke konteks lainnya.
• Akan terjadi peningkatan kerja sama antar guru sub bidang
kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga
belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan
dalam konteks yang lebih bermakna.
• Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi
penghematan waktu, karena ketiga atau lebih disiplin ilmu dapat
dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat
dikurangi bahkan dihilangkan.
• Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar
konsep dalam disiplin ilmu tersebut.
• Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena
peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang
lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi
pembelajaran.
• Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang
dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 60
memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi
dari mata pelajaran yang dipadukan.
C. JENIS-JENIS PEMBELAJARAN TERPADU
Pembelajaran yang dimungkinkan untuk dipadukan adalah mata
pelajaran Kimia, Biologi dan Fisika menjadi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Terpadu. Sedangkan kajian tentang sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, psikologi sosial
menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu.
Dalam hal ini Guru bekerja sama melihat dan memberikan topik-
topik yang berkaitan dan tumpang tindih (dengan mencermati
indikator yang telah disusun) dan memadukannya. Kemungkinan
pada pemaduan IPA adalah Connected, Webbed (tematik) dan
Integrated.
D. PEMBELAJARAN IPA TERPADU
1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan (discovery). Pendidikan IPA diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 61
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs,
meliputi mata pelajaran fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia
yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu anak untuk
memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami
uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif,
metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan
segala isinya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai
“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,
berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa
hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan
masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar; IPA bersifat open ended;
proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan;
produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 62
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang
sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan
dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses
pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui
kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara
ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan
pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya
mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori
dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang
beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses,
sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak
berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru
hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik
menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari
IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak
dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang
cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir
yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh
domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering
dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana,
lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang
terlalu banyak.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 63
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan
teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat,
terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu,
diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta
didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis,
kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam
kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai
mata pelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan
kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat
menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka
tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat
disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai
peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu,
makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya,
energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah,
disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta
lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan
agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi
dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum. Melalui
pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat
membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja
sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi,
serta bersikap ilmiah.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 64
2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN IPA
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen,
pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan
tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga
kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui
apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang
belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut
hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan
pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan
“bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam
sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam
lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode
ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan
sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang
meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa,
memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen
untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang
sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan
eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori
melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 65
sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan
pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses
“mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut
dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau
“enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur,
menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,
merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,
mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data,
menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan
sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai
cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya.
Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang
meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya
tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap
lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama
dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1)
memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka
kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2)
menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris
dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 66
dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari
yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir
kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu
sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata
yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan
dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan
perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun
penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab
berbagai masalah.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus
dicapai peserta didik masih dalam lingkup disiplin ilmu fisika,
kimia, dan biologi. Banyak ahli yang menyatakan
pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan
dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak
pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir
operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak
melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu,
pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang
utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang
disajikan terpisah-pisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-
alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan
pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang
lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila
konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat
dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 67
Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk
mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan
untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan
materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan,
kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat
memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun
metodologi.
b. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk
mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis,
dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta
kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran
terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan
memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima,
menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara
konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat
dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang
terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta
didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk
menangkap dan memahami hubungan konseptual yang
disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa
berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan
analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar
bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 68
baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah
dipelajarinya.
c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan
sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar
dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena
adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki
kesamaan atau keterkaitan.
4. PEMADUAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas
beberapa mata pelajaran adalah menyediakan lingkungan
belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman
belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari
berbagai submata-pelajaran. Pengertian terpadu di sini
mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai
mata pelajaran (Carin 1997;236). Lintas submata pelajaran
dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu
seperti biologi, fisika, kimia, geologi, dan astronomi. Sebenarnya
IPA dapat juga dipadukan dengan mata pelajaran lain di luar
bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang
pendidikan Sekolah Dasar.
Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi
semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan
SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 69
pada mata pelajaran yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat,
yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam
pembelajaran dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang
pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman
konsep yang harus diserap oleh peserta didik.
Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena
penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa
aspek yaitu:
a. peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan
lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
b. peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam
belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah
dipelajarinya;
c. peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat
karena mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’,
‘menulis’ dan ‘melakukan’ kegiatan menyelidiki masalah yang
sedang dipelajarinya;
d. memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;
e. belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif
melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan
teman, guru, dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran
terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang
menghubungkaitkan antara IPA–lingkungan- teknologi-
masyarakat.
Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan
tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 70
Contoh 1: TEMA SERANGGA/INSEKTA
Insekta merupakan hewan invertebrata yang banyak ditemukan
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Insekta merupakan
salah satu kelas dari Phylum Arthropoda dengan anggota yang
terbanyak dan tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi.
Pada umumnya insekta bersayap, namun ada pula yang tak
bersayap. Ada yang bermetamorfosis sempurna dan ada pula
yang tidak. Habitat insekta juga tersebar sangat luas, di darat
sebagai hewan yang hidup di tanah, di pohon,di dalam air, dan
sebagai hewan terbang. Peranannya dalam kehidupan juga
sangat luas, sebagai komponen penting dalam rantai makanan,
sebagai hama tanaman, sebagai penyerbuk tanaman, sebagai
vektor berbagai penyakit pada hewan dan manusia, dan masih
banyak lagi peranan insekta.
Begitu luasnya pembahasan tentang insekta, sehingga bila
disampaikan dalam pembelajaran akan memerlukan waktu yang
cukup banyak, dan mungkin juga konsepnya sulit dipahami
peserta didik. Topik/pokok bahasan tentang Insekta juga tidak
ditemukan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
akan tetapi guru dapat memilih tema insekta mengingat banyak
masalah kesehatan dan lingkungan yang terkait dengan insekta.
Misalnya, merebaknya penyakit demam berdarah, malaria,
penyakit kaki gajah yang vektor penyebarannya adalah insekta.
Jadi pembahasan topik ini dapat menjadi bahan pengayaan
untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang
peranan insekta dalam ekosistem, mengasah kepekaan peserta
didik terhadap kebersihan lingkungan, memahami rantai
makanan, dan penyebab timbulnya ledakan hama. Topik ini
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 71
bersifat kontekstual di daerah pertanian dan daerah pantai,
tetapi untuk daerah perkotaan mungkin agak sulit dilaksanakan,
namun dapat dicoba. Dengan insekta sebagai tema sentral,
maka dapat dibuat jaringan tema berikut:
Gambar 2.1. Jaringan tema insekta
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 72
INSEKTAseran
Mencari informasi dari
buku yang relevanProyek:Koleksi
insekta
Kunjungan ke tempat
pemeliharaan lebah dan mewawancarai
peternak
Mempelajari klasifikasi insekta
Menyelidiki tentang
serangga penyerbuk
Menyelidiki pengaruh perubahan lingkungan thd populasi serangga
vektor penularan penyakit
Menyelidiki siklus hidup
berbagai insekta
Penyelidikan tentang siklus hidup nyamuk
Mempelajari istilah tentang bagian tubuh
insekta
Menyelidiki habitat
serangga dalam ekosistem
Kompetensi dasar untuk jaringan tema ”insekta” pada gambar
2.1 di atas mungkin tidak termuat dalam Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar seluruhnya, namun dapat menjadi
inspirasi untuk memotivasi peserta didik yang berminat
melakukan penyelidikan tentang insekta. Dalam pembelajaran
ini sekaligus kita menerapkan metode ilmiah dan
mengembangkan keterampilan proses IPA dan kemampuan
pemecahan masalah. Inilah contoh fleksibilitas kurikulum untuk
mengembangkan potensi peserta didik.
5. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
a. PERENCANAAN
Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika
perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta
didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta
didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar per submata pelajaran IPA.
Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran
IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan
perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 73
Menetapkan mata pelajaran yang akan
dipadukan
Menetapkan mata pelajaran yang akan
dipadukan
Mempelajari Standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang
dipadukan
Mempelajari Standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang
dipadukan
Memilih/menetapkan tema atau topik
pemersatu
Memilih/menetapkan tema atau topik
pemersatu
Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan
tema atau topik pemersatu
Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan
tema atau topik pemersatu
Menyusun silabus pembelajaran
terpadu
Menyusun silabus pembelajaran
terpadu
Menyusun desain pembelajaran/rencan
a pelaksannan pembelajaran
terpadu
Menyusun desain pembelajaran/rencan
a pelaksannan pembelajaran
terpadu
Merumuskan indikator
pembelajaran
Gambar 3.1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran TerpaduLangkah (1):Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar. Contoh lihat lampiran.
Langkah (2):Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada semester dan kelas yang sama, antarsemester pada kelas yang sama, antarsemester dan kelas yang berbeda dari beberapa submata pelajaran IPA yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu. Berikut ini contoh peta kompetensi dasarIPA terpadu untuk SMP kelasVII
CONTOH PETA KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU Mata Pelajaran : IPA Kelas : VII
KD MP Fisika KD MP Kimia KD MP Biologi Tema Waktu
1.1 Mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan
2.2 Melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang
5.1 Melaksanakan pengamatan objek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala
Kerja Ilmiah
20 x 40’
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 74
beserta satuannya
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
alam biotik dan a-biotik.
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
2.3 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
Penjernihan Air
20 x 40’
Langkah (3):Memilih dan menetapkan tema atau topik pemersatu. Dalam memilih tema/topik dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran.
Langkah (4):Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan. Contoh lihat lampiran.
Langkah (5): Menyusun dan merumuskan indikator pencapaian hasil belajar
untuk setiap kompetensi dasar dari submata pelajaran yang dipadukan. Contoh lihat lampiran.
Langkah (6):Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator submata pelajaran IPA menjadi beberapa pengalaman belajar yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara beberapa submata pelajaran IPA. Contoh lihat lampiran.
Langkah (7):
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 75
Menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Contoh lihat lampiran.
b. MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
(Desain Pembelajaran/Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)
Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus
menjadi desain pembelajaran/rencana pelaksanaan
pembelajaran terpadu, dikemas dalam kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.
Kegiatan Awal/Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus
ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan
pembelajaran terpadu. Fungsinya untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta
didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan,
karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10
menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan
guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik
sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan
seksama.
Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan ini terdiri atas
beberapa tahap yaitu:
1. menarik perhatian peserta didik untuk menumbuhkan
kesiapan belajar;
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 76
2. memotivasi peserta didik: membangkitkan semangat dan
minat peserta didik untuk siap menerima pelajaran;
3. memberikan acuan topik yang akan dibahas;
4. mengaitkan topik yang akan dipelajari dengan topik yang
telah dipelajari yang dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan tentang topik yang sudah dipelajari sebelumnya
dan memberikan komentar atas jawaban peserta didik
Dalam kegiatan pendahuluan ini guru dapat pula melakukan
penilaian awal peserta didik (tes awal) yang dapat diberikan
secara lisan maupun tertulis.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran
terpadu yang menekankan pada proses pembentukan
pengalaman belajar peserta didik (learning experience).
Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka
dan kegiatan nontatap muka. Kegiatan tatap muka
dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik
dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan
peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan
sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik
dengan sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah.
Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti
pembelajaran terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 77
Kegiatan yang paling awal: Guru memberitahukan tujuan
atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik
beserta garis besar materi yang akan disampaikan. Cara
yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis
dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya
kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh peserta didik.
Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik.
Guru menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar
yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema
atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya
lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau
berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru hanya sebagai
fasilitator yng memberikan kemudahan kepada peserta didik
untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk menemukan
sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar sesuai dengan
’konstruktivisme’ hendaknya dilaksanakan dalam
pembelajaran terpadu
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar
terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan
tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara
terpadu melalui penghubungan konsep di mata pelajaran
yang satu dengan konsep di mata pelajaran lainnya. Guru
harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan
strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta
didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui
pembelajaran yang bersifat klasikal, kelompok, dan
perorangan.
Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 78
Waktu yang tersedia untuk kegiatan penutup atau kegiatan akhir
pembelajaran terpadu ini cukup singkat. Oleh karena itu guru
perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin.
Secara umum kegiatan penutup ini terdiri atas hal-hal sebagai
berikut ini.
a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang
telah diajarkan.
b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian
tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah,
menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta
didik, membaca materi pelajaran tertentu, memberikan
motivasi atau bimbingan belajar.
c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya.
d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.
c. MODEL PENILAIAN IPA TERPADU
Model penilaian yang dikembangkan mencakup prosedur yang
digunakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang
digunakan. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian
berbasis kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Objek penilaian mencakup penilaian terhadap proses dan hasil
belajar peserta didik.
Hasil belajar pada hakikatnya merupakan kompetensi-
kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak. Kompetensi dapat diukur melalui sejumlah hasil
belajar yang indikatornya dapat diukur dan diamati. Penilaian
proses dan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 79
lainnya karena hasil belajar merupakan akibat dari proses
belajar.
Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem
penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian
konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan
kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil
belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran
maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi
gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi
dengan non-tes.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 80
PENILAIAN
Non tes
TesPengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai
Tes lisan Tes tertulis Tes perbuatan
Skala sikapDaftar periksaKuesionerCatatan anekdotPortofolio Catatan sekolahJurnalCuplikan kerja
Tes tertulis/ uraian
Tes tertutup/ terbatas/ terstrukturBebas terbuka
Tes tertulis/ objektifPilihan gandaBenar salahMenjodohkanIsian singkatIsian panjangIsian khusus
Model penilaian pembelajaran terpadu
Berikut ini adalah contoh penilaian untuk tema/topik tentang LINGKUNGAN SEKITAR KITA
TEMA: LINGKUNGAN SEKITAR KITAKD Indikator Sistem penilaian
Prosedur Jenis dan bentuk
Jenis tagihan
Instrumen
Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem
Mengidentifikasi satuan dalam ekosistem dan menyatakan bahwa matahari merupakan sumber energi utama dalam biosfer
Tes awalDapat dilakukan dapat pula tidak tergantung kondisi
Penugasan
Pilihan ganda dan isian
Nontes
Laporan hasil pengamatan
Soal pilihan ganda yang berkaitan dengan pemahaman awal peserta didik mengenai tema
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 81
KD Indikator Sistem penilaianProsedur Jenis dan
bentukJenis
tagihanInstrumen
Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan dan menjelaskan peranan masing-masing tingkat trofik
Lembar penilaian laporan
Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan
Memperkirakan hubungan antara populasi penduduk dengan kebutuhan air bersih dan udara bersih
Memperkirakan hubungan ukuran penduduk dengan kebutuhan pangan
Memperkirakan hubungan ukuran penduduk dengan kebutuhan lahan
Menjelaskan pengaruh meningkatnya populasi penduduk dengan kerusakan lingkungan
Penugasan
Praktikum
Nontes
1. Nontes2. Tes
perbuatan
Laporan hasil pengamatan
Laporan praktikum
Lembar penilaian laporan
Lembar penilaian laporanLembar penilaian kinerja
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 82
KD Indikator Sistem penilaianProsedur Jenis dan
bentukJenis
tagihanInstrumen
Menjelaskan pengaruh meningkatnya populasi penduduk dengan kesehatan
Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan
Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara, dan tanah dalam kaitannya dengan kegiatan manusia
Mengemukakan contoh langkah-langkah upaya pengelolaan lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia
Penugasan Nontes Karya tulis Lembar penilaian karya tulis
Mencari informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan bahan kimia dari kemasan yang digunakan sebagai pemutih, pembersih, pengharum, dan pembasmi serangga
Menyelidiki pengaruh penggunaan bahan kimia yang digunakan
Praktikum Nontes
Tes perbuatan
Lembar penilaian laporanLembar penilaian kinerja
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 83
KD Indikator Sistem penilaianProsedur Jenis dan
bentukJenis
tagihanInstrumen
sebagai pemutih, pembersih, pengharum, dan pembasmi serangga
Menjelaskan efek samping penggunaan bahan kimia dalam rumah tangga
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahan-nya, prinsip "usaha dan energi" serta penerapan-nya dalam kehidupan sehari-hari
Menunjukkan bentuk energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari
Penugasan Nontes Laporan hasil pengamatan
Lembar penilaian laporan
Menjelaskan hubungan antara proses yang terjadi di lapisan litosfer dan atmosfer dengan kesehatan dan permasalah-an lingkungan
Menjelaskan proses pelapukan di lapisan bumi berkaitan dengan masalah lingkungan
Menjelaskan proses pemanasan global dan pengaruhnya
Penugasan
Tes akhir
Nontes
Soal Pilihan ganda
Soal uraian singkat
Laporan Lembar penilaian
Kunci jawaban dan cara penilaian
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 84
KD Indikator Sistem penilaianProsedur Jenis dan
bentukJenis
tagihanInstrumen
terhadap masalah lingkungan
Menjelaskan pengaruh proses-proses di lingkungan terhadap kesehatan manusia
Berdasarkan contoh itu, maka guru dapat mempraktikkan
beberapa teknik penilaian, baik yang termasuk dalam ranah
kognitif, afektik, maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik
secara individu maupun kelompok sebaiknya berupa tugas
aplikasi, misalnya merupakan hasil pengamatan di luar kelas.
Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi, misalnya tugas
pemecahan masalah lingkungan dan usulan cara
penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka kemampuan
berpikir dan kepekaan peserta didik akan terasah.
Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian guru dapat
memberikan bobot bagi setiap tugas yang diberikan tergantung
pada pertimbangan guru sesuai dengan karakteristik tugas, baik
tes maupun nontes. Penilaian untuk pelaporan mengacu pada
pedoman penilaian dari Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Oleh karena keterpaduan pembelajaran IPA meliputi mata
pelajaran fisika, kimia, biologi, maka dalam pelaporan hasil
penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan
menjadi nilai mata pelajaran IPA .
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 85
6. IMPLIKASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Sesuatu yang baru atau merupakan inovasi tentu tidak mudah
untuk dilaksanakan, karena memerlukan penyesuaian diri dan
kemauan untuk beradaptasi. Begitu pula dengan pembelajaran
IPA Terpadu. Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang
pendidikan usia dini, namun tidak menutup kemungkinan untuk
diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang
SMP/MTs dan SMA/MA. Hasil uji coba menunjukkan bahwa
pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan.
a. Guru
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dapat dilakukan oleh
tim pengajar atau guru tunggal. Hal ini tergantung pada
kondisi sekolah. Bila di suatu sekolah guru IPA terdiri atas
guru fisika, kimia, biologi, maka dalam penyusunan silabus,
perencanaan pembelajaran, penggunaan media, dan strategi
mengajar sebaiknya dibuat bersama hingga penyusunan alat
penilaiannya. Namun dalam pembelajarannya dapat dilakukan
oleh guru tunggal. Bila di sekolah, seorang guru mengajar
semua mata pelajaran IPA, dan mengalami kesulitan untuk
memadukan kompetensi dasar, indikator, dan materi, maka
sangat dianjurkan agar guru tersebut bekerja sama dalam
kelompok MGMP agar dapat terjadi diskusi tentang
perencanaan strategi dan pelaksanaan KBM. Indikator yang
sudah dipadukan tidak perlu diajarkan dua kali karena tujuan
pembelajaran terpadu adalah efisiensi dan efektivitas dalam
pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, pembelajaran IPA
Terpadu terbentur pada masalah-masalah berikut ini.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 86
1. Jadwal pelajaran yang sudah diatur sedemikian rupa dan
tak dapat diubah begitu saja.
2. Masalah guru mata pelajaran IPA yang terpisah.
3. Program semester yang telah memuat urutan materi yang
akan diajarkan.
4. Penguasaan bahan ajar.
5. Keterpaduan kompetensi yang terjadi lintas kelas.
Dalam mengajarkan bahan ajar dilakukan oleh guru mata
pelajaran yang dominan. Misalnya bahan ajar tersebut
dominan biologi maka yang mengajar sebaiknya guru biologi,
atau bersama-sama. Oleh karena itu, pembelajaran IPA
terpadu dapat diajarkan oleh guru tunggal atau tim pengajar
tergantung pada kesepakatan dan waktu.
Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang
terpenting adalah kerja sama antarguru IPA yang ada di
suatu sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran,
mulai dari silabus, desain pembelajaran/rencana pelaksanaan
pembelajaran hingga kesepakatan dalam bentuk penilaian.
Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka pembelajaran terpadu
dapat meningkatkan kerja sama antarguru IPA, baik yang ada
di sekolah maupun dalam lingkup MGMP. Kerja sama ini
meliputi saling mempelajari materi dari mata pelajaran yang
lain. Selain meningkatkan kerja sama, pembelajaran terpadu
juga meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas
wawasan pengetahuannya. Pembelajaran terpadu oleh guru
tunggal dapat memperkecil masalah pelaksanaannya yang
menyangkut jadwal pelajaran. Secara teknis, pengaturannya
dapat dilakukan sejak awal semester atau awal tahun
pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan adalah pembahasan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 87
materi yang tidak seimbang karena wawasan pengetahuan
tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal
utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model
pembelajaran terpadu secara konseptual maupun praktikal.
b. Peserta didik
Bagi peserta didik, pembelajaran terpadu dapat
mempertajam kemampuan analitis terhadap konsep-
konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan
kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep.
Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi
metode yang tidak membosankan. Aktivitas
pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta
didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang
dimilikinya.
c. Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan tidak hanya buku mata
pelajaran saja, tetapi dapat dari berbagai mata pelajaran
yang direkatkan oleh tema. Peserta didik dapat juga mencari
berbagai sumber belajar lainnya. Bahkan bila memungkinkan
mereka dapat menggunakan teknologi informasi yang ada.
Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat menjadi nilai
tambah yang menguntungkan.
Dalam pembelajaran terpadu, suatu bahan ajar dapat dibahas
dari berberapa mata pelajaran sehingga wawasan peserta
didik diharapkan akan lebih terbuka. Di samping itu karena
konsep-konsep itu dipadukan dalam suatu pembelajaran,
maka akan mengurangi kebosanan peserta didik terhadap
pengulangan bahan ajar pada berbagai mata pelajaran.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 88
d. Sarana dan Prasarana
Dalam pembelajaran terpadu diperlukan berbagai alat dan
media pembelajaran. Karena digunakan untuk pembelajaran
konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana
pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan
pemisahan mata pelajaran. Memang tidak semua konsep
dapat dipadukan. Konsep-konsep yang dipilih untuk direkat
oleh tema dapat menghemat waktu dan ruang.
Berikut contoh Pemetaan Kompetensi Dasar untuk menjadi
Tema dalam pembelajaran IPA Terpadu.
e. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA
dikembangkan dalam submata pelajaran, pada tingkat
pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam
membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai
kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan
dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat
mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu
tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang
terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan
dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang
kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA .
Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan
pembelajaran terpadu antara laian sebagai berikut.
Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan
terjadi penghematan waktu, karena ketiga disiplin ilmu
(Fisika, Kimia, dan Biologi) dapat dibelajarkan sekaligus.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 89
Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan
dihilangkan.
Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna
antarkonsep Fisika, Kimia, dan Biologi.
Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena
peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang
lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi
pembelajaran.
Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang
dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan
kompetensi IPA.
Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan
ditingkatkan.
Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur
kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal
peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait,
sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan
mendalam, sehingga memudahkan memahami hubungan
materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru submata pelajaran
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,
peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih
menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
lebih bermakna.
Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model
pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu
disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran
yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 90
pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan
diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA
memiliki beberapa kelemahan, akan tetapi kelemahan tersebut
sebagai tantangan untuk terus berupaya diatasi oleh pihak-pihak
yang terlibat di sekolah. Beberapa kelemahan yang perlu diatasi
diuraikan sebagai berikut ini.
a. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki
kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal,
rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut
untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak
membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus
pada mata pelajaran tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka
pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut
kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik
dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini
terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada
kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif
(menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan
elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak
dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini
sangat sulit dilaksanakan.
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran
terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi
yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas
internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan
mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 91
dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan
terhambat.
d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada
pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan
pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu
diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode,
penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara
penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan
keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa mata
pelajaran terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru
selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur
pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif,
juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila
materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
f. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu
berkecenderungan mengutamakan salah satu mata pelajaran
dan ‘tenggelam’nya mata pelajaran lain. Dengan kata lain,
pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan
substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman,
selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa
kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk
inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas
bersama antara guru mata pelajaran terkait dengan sikap
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 92
terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.
E. PEMBELAJARAN IPS TERPADU
1.PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu
merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari
isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi
sosial.
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang
memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi
memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan
wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode.
Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan
dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-
aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan
spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-
budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam
ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 93
berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan
psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti
konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol
sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-
ilmu sosial dan studi-studi sosial.
Gambar 1: Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial
2. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN IPS
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu-Ilmu Sosial di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan
kajian: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi,
filsafat, psikologi sosial. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPS bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmaja, 1980;20)
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 94
Sejarah
Geografi
Sosiologi
IlmuPengetahua
n Sosial
Ilmu Politik
Ekonomi
Psikologi Sosial
FilsafatAntropologi
Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang
mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan
dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi
pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas
implementasi kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model
pembelajaran kurikulum.
Karateristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs
antara lain sebagai berikut.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-
unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik,
kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora,
pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001).
Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi,
sejarah, ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik
(tema) tertentu.
Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah
sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner
dan multidisipliner.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan
prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan
lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-
upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan
kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan
(Daldjoeni, 1981).
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS
menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 95
memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia
secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut terlihat
pada tabel berikut.
Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia
Dimensi dalam kehidupan manusia
Ruang Waktu Nilai/Norma
Area dan substansi pembelajaran
Alam sebagai tempat dan penyedia potensi sumber daya
Alam dan kehidupan yang selalu berproses, masa lalu, saat ini, dan yang akan datang
Kaidah atau aturan yang menjadi perekat dan penjamin keharmonisan kehidupan manusia dan alam
Contoh Kompetensi Dasar yang dikembangkan
Adaptasi spasial dan eksploratif
Berpikir kronologis, prospektif, antisipatif
Konsisten dengan aturan yang disepakati dan kaidah alamiah masing-masing disiplin ilmu
Alternatif penyajian dalam mata pelajaran
Geografi Sejarah Ekonomi, Sosiologi/Antropologi
Sumber: Sardiman, 2004
3.TUJUAN PEMBELAJARAN IPS
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 96
program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan
secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai
berikut (Awan Mutakin, 1998).
Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai
sejarah dan kebudayaan masyarakat.
Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial
yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah
yang berkembang di masyarakat.
Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah
sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya
mampu mengambil tindakan yang tepat.
Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian
bertanggung jawab membangun masyarakat.
4.KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU DALAM IPS
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut
dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu
pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah
satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar melalui
pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 97
langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk
menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang
hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari.
Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran
disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial.
Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat
mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu,
kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam
dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat
dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang
berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat
dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang,
contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK,
mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari
berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
a. Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan
berdasarkan topik yang terkait, misalnya ‘pariwisata’.
Pariwisata dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari
berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial. Pengembangan pariwisata dalam hal ini ditinjau dari
persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam
disiplin Geografi.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 98
Secara sosiologis, pariwisata itu juga dapat ditinjau dari
partisipasi masyarakat, pengaruhnya terhadap kondisi sosial
budaya setempat, dan interaksi antara wisatawan dengan
masyarakat lokal. Secara historis dapat dikembangkan
melalui sejarah daerah pariwisata tersebut. Keadaan politik
juga dapat dikaji pula pada topik pengembangan pariwisata
berkaitan dengan pengaruhnya terhadap perkembangan
pariwisata. Selanjutnya, dampak pariwisata terhadap
perkembangan ekonomi lokal maupun nasional dapat
dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan
ekonomi. Skema berikut memberikan gambaran keterkaitan
suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.
Gambar 2: Model Integrasi IPS Berdasarkan Topik/Tema
b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang
didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah
setempat; sebagai contoh, “Potensi Bali Sebagai Daerah
Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran yang dikembangkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 99
Sejarah perkembangan daerah wisata
Pengaruh terhadap perkembangan masyarakat di sekitar objek wisata
Partisipasi masyarakat
Dampak terhadap kesejahteraan masyarakat
Geografi
PENGEMBANGAN PARIWISATA
Sosiologi
Politik
Ekonomi
Persebaran, kondisi fisik daerah objek wisata
Sejarah
dalam Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam,
sosial/antropologis, historis kronologis dan kausalitas, serta
perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi
utama yang terdapat di daerahnya, maka siswa selain dapat
memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami
Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang
tergabung dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.
1. Potensi objek wisata
2. Memupuk aspirasi
terhadap kesenian
3. Keamanan dan stabilitas daerah
4. Azas manfaat terhadap kesejahteraan penduduk
Gambar 3: Model Integrasi IPS Berdasarkan Potensi Utama
c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah
berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah
“Pemukiman Kumuh”. Pada pembelajaran terpadu,
Pemukiman Kumuh ditinjau dari beberapa faktor sosial yang
mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor ekonomi,
sosial, dan budaya. Juga dapat dari faktor historis kronologis
dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap
aturan/norma.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 100
BALI SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA
Ekonomi
Sosiologis/antropologis
Keadaan Alam
Keadaan Politik
Gambar 4. Model Integrasi IPS Berdasarkan Permasalahan
5. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERPADU
a. Perencanaan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung
pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan
potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan).
Untuk menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu
dilakukan langkah-langkah berikut ini.
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
2. Penentuan Topik/tema
3. Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam
indikator sesuai topik/tema
4. Pengembangan Silabus
5. Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah tersebut secara rinci dijelaslan sebagai
berikut ini.
1) Pemetaan Kompetensi Dasar
Langkah pertama dalam pengembangan model
pembelajaran terpadu adalah melakukan pemetaan pada
semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
pelajaran IPS per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 101
PEMUKIMAN KUMUH
Faktor historis
Faktor Ekonomi Faktor sosial,dan budaya
Perilaku terhadap aturan
pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara
lain dengan:
mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan
dalam satu tingkat kelas yang sama; dan
menentukan tema/topik pengikat antar-Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam
pengembangan model pembelajaran terpadu Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah sebagai berikut.
Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam
berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk
dipadukan.
Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi
dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam
pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan
dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.
Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua
Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPS pada
kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau
tiga Kompetensi Dasar saja.
Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu
topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Berikut ini contoh pemetaan Kompetensi Dasar pada mata
pelajaran IPS yang dapat diintegrasikan/dipadukan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 102
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 103
Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS TerpaduKelas VII
No.
Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema
1. Semester 26.1
Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
Semester 12.1
Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial.
Semester 26.2
Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
Semester 25.1
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya
Kegiatan Ekonomi Penduduk
2 Semester 24.3
Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk
6.1
Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
Semester 22.1
Mendeskripsikan interkasi sebagai proses sosial.
2.3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial
2.4 Menguraikan proses interaksi sosial
Semester 13.1
Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam kaitannya dengan usaha memenuhi kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia.
Semester 25.3
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
Kelangkaan Sumber Daya
3. Semester 24.1 Menggunakan
peta, atlas dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan.
Semester 26.2
Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi dan distribusi barang/jasa.
Semester 15.1
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha, serta peninggalan-
Pemanfaatan Peta
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 104
No.
Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema
peningalannya
5.2
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peningalannya
5.3
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS TerpaduKelas VIII
No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema
1. Semester 11.1
Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk.
Semester 26.1
Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial
6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian
Semester 14.3 Mengidentifikasi
bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Semester 12.1Menjelaskan
proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah di Indonesia.
Globalisasi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 105
No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema
penyimpangan sosial
2. Semester 11.1
Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk.
Semester 16.2
Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
Semester 27.2
Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia.
Peran Indonesia dalam Pergaulan Antarbangsa
3. Semester 11.1
Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk.
Semester 26.2
Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
Semester 27.1
Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran pemerintah dalam upaya penanggulangan-nya.
7.2 Mendeskripsikan palaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia.
Semester 12.2Menguraikan
proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia.
Otonomi Daerah
4. Semester 21.3
Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penang-gulangannya dalam pembangunan berkelanjutan.
Semester 26.1
Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial
6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial
Semester 24.1
Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
2.1Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah di Indonesia.
Pelestarian Lingkungan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 106
Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS TerpaduKelas IX
No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema
1. Semester 25.1
Menginterpretasi-kan peta tentang bentuk dan pola muka bumi.
Semester 13.1Mendeskripsi-
kan perubahan sosial-budaya pada masyarakat
3.2
Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan
Semester 17.1Mendeskripsik
an uang dan lembaga keuangan.
Semester 27.2 Menguraikan
perkembangan lembaga-lembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
Pengemba-ngan Pariwisata
2 Semester 25.2
Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara
Semester 27.3
Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial-budaya di era global
Semester 27.4
Mendeskripsikan kerjasama antar negara di bidang ekonomi
Semester 27.2Menguraikan
perkembangan lembaga-lembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
Modernisasi
3. Semester 25.2
Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara
Semester 11.1 Mengidentifikasi
ciri-ciri negara berkembang dan negara
Semester 27.3
Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial-budaya di era global
Semester 27.4
Mendeskripsikan kerjasama antar negara di bidang ekonomi
7.5
Mengidentifikasi dampak kerjasama
Semester 27.2
Menguraikan perkembangan lembaga-lembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
Kerjasama Inter-nasional
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 107
No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema
maju. antar negara terhadap perekonomian Indonesia
2) Penentuan Topik/Tema
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah
selanjutnya dilakukan penentuan topik/tema. Topik/tema
yang ditentukan harus relevan dengan Kompetensi Dasar
yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata
pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa
topik yang akan dibahas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan
topik/tema pada pembelajaran IPS Terpadu antara lain
meliputi hal-hal berikut.
Topik, dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan
perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam
satu rumpun mata pelajaran IPS.
Topik yang ditentukan selain relevan dengan
Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu
tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan
pengalaman pribadi siswa, dalam arti sesuai dengan
keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar pembelajaran
yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi siswa;
contohnya, untuk kelas VII ada 3 (tiga) topik/tema yaitu:
aktivitas ekonomi penduduk, kelangkaan sumber daya
alam, dan pemanfaatan peta.
Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang
berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 108
dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-
Kompetensi Dasar pada satu rumpun yang telah
dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan Otonomi Daerah,
Pertumbuhan Industri, Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit
Folio, Penyakit Busung Lapar.
Berikut ini beberapa contoh Topik yang relatif relevan
dengan pemetaan Kompetensi Dasar.
Kelas VII SMPi) Topik: Kegiatan Ekonomi Penduduk
No Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah1. Semester 2
6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
Semester 12.1 Mendeskripsikan
interaksi sebagai proses sosial.
Semester 26.2 Mendeskripsikan
kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
Semester 25.2 Mendeskripsikan
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya
Kelas VIII SMPii) Topik : Pelestarian Lingkungan
No Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah1. Semester 2
1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penang-gulangannya dalam pembangunan berkelanjutan.
Semester 26.1 Mendeskripsikan
bentuk-bentuk hubungan sosial
6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial
Semester 24.1 Mendeskripsikan
hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
2.1Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah di Indonesia.
Kelas IX SMP.iii) Topik: Pengembangan Pariwisata
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 109
No Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah1. Semester 2
5.1Menginterpretasi-kan peta tentang bentuk dan pola muka bumi.
Semester 13.1 Mendeskripsi-kan
perubahan sosial-budaya pada masyarakat
3.2 Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan
Semester 17.1Mendeskripsikan
uang dan lembaga keuangan.
Semester 27.2 Menguraikan
perkembangan lembaga-lembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional
3)Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator
Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar
dan Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan,
maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke
dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya
digunakan untuk penyusunan silabus.
Contoh perumusan Kompetensi Dasar ke dalam berbagai
indikator pencapaian
Kompetensi Dasar Geografi:
Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk,
pengunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan
kondisi fisik permukaan bumi.
Perumusan indikatornya:
Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk
(pertanian, nonpertanian).
Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan
dan perkotaan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 110
Mendiskripsikan persebaran permukiman penduduk di
berbagai bentang lahan dan mengungkapkan alasan
penduduk memilih bermukim di lokasi tersebut.
Kompetensi Dasar Sosiologi:
Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial.
Perumusan indikatornya:
Mengidentifikasi pola-pola keselarasan sosial dalam
keluarga dan masyarakat.
Menentukan sikap dalam keragaman sosial untuk
mewujudkan keselarasan sosial.
Kompetensi Dasar Ekonomi:
Mendeksripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi
kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
Perumusan indikatornya:
Menguraikan kegiatan konsumsi barang dan jasa.
Menguraikan kegiatan produksi barang dan jasa.
Menguraikan kegiatan distribusi barang dan jasa.
Kompetensi Dasar Sejarah :
Mendeksripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan,
dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta
peninggalan-peninggalannya.
Perumusan indikatornya:
Menyusun kronologis proses masuk berkembangnya
Islam di Indonesia dengan menggunakan ensiklopedi dan
referensi relevan lainnya.
Menjelaskan peranan pedagang dan ulama dalam proses
awal perkembangan Islam di Indonesia.
4)Penyusunan Silabus
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 111
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-
langkah sebelumnya dijadikan sebagai dasar dalam
penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Komponen
penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPS
(Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi), Kompetensi
Dasar, Indikator, Pengalaman belajar, alokasi waktu, dan
penilaian.
5) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Pelaksanaan Proses Pembelajaran serta Penilaian Hasil Pembelajaran.
Penyusunan RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan peserta didik dalam upaya
mencapai KD. Demikian pula untuk pelaksanaan proses
pembelajaran, maupun penilaian hasil pembelajaran untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa,
menggunakan prinsi-prinsip minimal sesuai dengan standar
isi, standar proses, standar penilaian, dan dikembangkan
dengan prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran dan
penilaian pada pembelajaran kontekstual (CTL).
b. Implikasi Pembelajaran IPS Terpadu
Implikasi pembelajaran IPS terpadu terhadap guru, peserta
didik, bahan ajar, sarana dan prasarana dalam
pelaksanaannya bergantung pada sekolah masing-masing
sama seperti pada pembelajaran IPA terpadu. Diharapkan
guru yang profesional sesuai dengan PP 74 dan minimal
standar proses dapat melaksanakan pembelajaran IPS
terpadu tanpa mengalami kendala.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 112
PEMBELAJARAN TEMATIK
A. LATAR BELAKANG
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan
tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh
aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh
dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara
konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung
kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara
langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III
kelas awal) untuk setiap mata pelajaran masih banyak dilakukan
secara terpisah. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara
murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran
itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih
melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic),
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah
akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Seperti pada Mata pelajaran Matematika, perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 113
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Demikian pula untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
tujuan agar peserta didik dapat berkomunikasi secara efektif dan
efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Demikian
pula pada Kompetensi dasar Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan
Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan
perlu dikaji
Jika mata pelajaran- mata pelajaran tersebut dipadukan menjadi
sebuah tema akan diperoleh suatu kemampuan berkomunikasi
secara baik sebagai indikator dalam kemampuan peserta didik
dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama, yang pada akhirnya
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 114
pembelajaran menjadi menyenangkan.
Permasalahan menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian
besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup
rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa
peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki
kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik
yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu,
perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran
antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-
sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah
mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas
atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi
Standar Isi, standar proses yang termuat dalam Standar Nasional
Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar
yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam
pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang
dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model
pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga
kelas III.
B. KERANGKA BERPIKIR
1. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada
pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa
yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 115
kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan
berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga
SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan,
mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.
Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian,
dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola
dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat
memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu,
perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD
antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya
tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan
teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan
mandiri.
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah
dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat
mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua
dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk
perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi,
mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan,
meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara,
memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman
terhadap ruang dan waktu.
2. Cara Anak Belajar
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 116
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara
tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan
lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya,
setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata
yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses
asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah
ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan
konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua
proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat
pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang.
Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat
membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar
anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya
dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin
dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks
interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret.
Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku
belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara
objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara
reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai
berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir
operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4)
Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 117
akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair,
panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut,
kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga
ciri, yaitu:
a. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-
hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui,
diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih
bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu
yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum
mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal
ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal
umum ke bagian demi bagian.
c. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar
berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang
sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 118
urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan
serta kedalaman materi .
3. Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam
kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan
kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi
antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak
dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi
bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang
nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar
bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi
dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan
lingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu
proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar
ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-
konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-
komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses
belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta
belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-
konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga
konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak
mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar
bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 119
menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan
membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep
tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan
mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya
mendengarkan orang/guru menjelaskan.
C. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara
anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka
kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan
dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah
pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran
atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema
yang sama;
3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan;
4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi
siswa;
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 120
5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar
karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam
satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan
diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya
dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
pengayaan.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa
dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan
yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt,
termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah
bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan
anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena
itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar
yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.
Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur
konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 121
skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik
di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai
dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1)
Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2)
Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan
belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu
mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan
kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya;
dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema
ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan
menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi
mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih
materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu
melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan
tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan
mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak
terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 122
pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan
meningkat,
D. LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Landasan Pembelajaran tematik mencakup:
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2)
konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme
memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana
yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa
(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut
aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan
manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui
interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri
oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang
sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus
menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya
sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran
humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama
berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan
psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 123
dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar
memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan
bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan
berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut
adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan
dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal
9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
E. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered),
hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih
banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan
guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan
aktivitas belajar.
3. Memberikan pengalaman langsung
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 124
4. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman
langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
5. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
6. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
7. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
8. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan
demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
9. Bersifat fleksibel
10. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya
dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana
sekolah dan siswa berada.
11. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa
12. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
13. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 125
F. RAMBU-RAMBU
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas
semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan
dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak
diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus
tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara
tersendiri.
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa,
minat, lingkungan, dan daerah setempat.
G. IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK
Implikasi implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar
mencakup implikasi terhadap guru, terhadap siswa, terhadap
sarana-prasarana, sumber belajar media, pengaturan ruangan, dan
pemilihan metode pembelajaran.
Implikasi bagi guru
Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam
menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam
memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan
mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik,
menyenangkan dan utuh.
Implikasi bagi siswa
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 126
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara
individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang
bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok,
mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah
Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa
baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara
holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya
memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar
baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan
pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar
yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by
utilization).
Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-
masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk
menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar
yang terintegrasi
Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 127
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu
melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan.
Pengaturan ruang tersebut meliputi:
Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang
dilaksanakan.
Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan
dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di
tikar/karpet
Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas
Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya
peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan
menyimpannya kembali.
Implikasi terhadap Pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam
pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi
kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan,
bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.
H. TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan
beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup
kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan
tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 128
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran
yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang
dilakukan adalah:
a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar ke dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam
indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran
Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur
dan/atau dapat diamati.
1) Menentukan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara
yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing
mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang
sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema
pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut,
guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 129
2) Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa
prinsip yaitu:
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
Dari yang termudah menuju yang sulit
Dari yang sederhana menuju yang kompleks
Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya
proses berpikir pada diri siswa
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan
kemampuannya
b. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi,
Kompetensi dasar dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok
untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.
2. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar
dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema
tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar
dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat
dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
3. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap
sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus.
Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 130
dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan
penilaian.
4. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana
pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar
siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran.
Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
1) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan
dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam
pertemuan yang dialokasikan).
2) Standar kompetensi
3) Kompetensi dasar
4) Indikator pencapaian kompetensi
5) Tujuan pembelajaran
6) Materi ajar beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
7) Alokasi waktu
8) Metode pembelajaran dan strategi pembelajaran (kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa
dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber
belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator,
kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembelajaran mulai
dari pendahuluan, inti dan penutup).
9) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang
akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta
didik serta tindak lanjut hasil penilaian).
10) Sumber belajar, alat dan media yang digunakan untuk
memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 131
bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 132
I. TAHAP PELAKSANAAN
1. Tahapan kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan
menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan
pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit),
kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan
penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit)
a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan
dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan
baik.
Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk
pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian
terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan
disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan
adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan
hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan
dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun
perorangan.
c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan.
Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 133
dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil
pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng,
membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral,
musik/apresiasi musik.
Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari dapat dijabarkan menjadi:
Contoh 1:
Kegiatan Jenis kegiatanKegiatan pembukaan
Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikluti irama musik
Kegiatan inti Kegiatan untuk pengembangan membaca
Kegiatan untuk pengembangan menulis Kegitan untuk pengembangan berhitung
Kegiatan penutup Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita
Contoh 2:
Kegiatan Jenis kegiatanKegiatan pembukaan
Waktu berkumpul (anak m,enceritakan pengalkaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema)
Kegiatan inti Pengembnagan kemmapuan menulis (kegiatan kelompok besar)
Pengembnagan kemampuan berhitung kegiatan kelompok kecil atau berpasangan)
Melakukan pengamatan sesuai dengan tema, misalnya mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema transporasi, menggambar hewan hasil pengamatan
Kegiatan penutup Mendongeng Pesan-pesan moral Musik/menyanyi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 134
2. Pengaturan Jadwal pelajaran
Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam
penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran
pendidikan agama, guru pendidikan Jasmani dan guru muatan
lokal perlu bersama-sama menyusun Jadwal pelajaran.
Contoh jadwal yang dapat dikembangkan seperti pada tabel
berikut:
JADWAL PELAJARAN SD KELAS I, II
Wakt
u
Senin Selasa Rabu Kami
s
Jumat Sabtu
7.00-
7.35
Matematik
a
B. Ind. Matematik
a
B.
Ind.
Penjask
es
IPA
7.35-
8.10
Matematik
a
B.Ind. Matematik
a
B.Ind. Penjask
es
IPA
8.10-
8.45
Matematik
a
B.Ind. Matematik
a
KTK P.Agam
a
MULOK
8.45-
9.00
Istirahat
9.00-
9.35
B.ind Matematik
a
IPS KTK P.
Agama
Mulok
9.35-
10.10
B.Ind Matematik
a
IPS KTK
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 135
J. PENILAIAN PEMBELAJARAN TEMATIK
1. Prinsip
a. Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-
mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa
kelas I SD belum semuanya lancar membaca dan menulis,
maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian
secara tertulis.
b. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I
dan II. Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga
kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
c. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari
masing-masing Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar dari mata-
mata pelajaran.
d. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama
proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa
bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti
dan menyanyi pada kegiatan akhir.
e. Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan
masukan guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya:
Penggunaan tanda baca, ejaan kata, maupun angka.
2. Alat Penilaian
Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup:
tertulis, lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan
siswa, dan porto folio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas
awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 136
pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui
pengamatan yang lalu dicatat pada sebuiah buku bantu.
Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan
menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang
penggunaan tanda baca, Jean, kata atau angka.
Berikut adalah contoh penilaian yang dapat dilakukan guru:
A. Kewarganegaraan danPengetahuan Sosial
Tes Lisan
Menyebutkan peristiwa/kegiatan yang dialami
Mengemukakan peristiwa/kegiatan yang berkesan
Mengekspresikan perasaan waktu memberi kesan.
B. Bahasa Indonesia : Perbuatan Kelancaran membaca Melafalkan kata Melagukan/intonasi Cara bertanya jawab Tugas Melengkapi kalimat
C. Ilmu Pengetahuan Alam : Perbuatan Mendemonstrasikan cara menggosok
gigi
: Lisan Menyebutkan cara memelihara gigi Menjelaskan manfaat menggosok gigi
3. Aspek Penilaian
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji
ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap
mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan
demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema,
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 137
melainkan sudah terpisah-pisah sesuai dengan Kompetensi
Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata pelajaran.
Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi
mata pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua Sekolah
Dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan
Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan kesehatan.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 138
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMP. 2008. Bahan Sosialisasi
KTSP. Jakarta.
Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan
Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP.
Jakarta.
Depdiknas. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Bahan TOT
untuk Calon Master Trainer Pengawas Sekolah. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan
Belajar. Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn &
Bacon: London
Lestari, Tita. 1997. Dampak Penerapan Metode Pemecahan
Masalah Terhadap Tingkat Kemampuan Berpikir SMA Pada
Pembelajaran Matematika. Tesis-S-2 Program Studi
Pengembangan Kurikulum. Pasca Sarjana IKIP Bandung.
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
dan Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media
Prenada
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses
Belajar Menga-jar. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 139
Syaodih, Nana. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.
andung. Kesuma Karya.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 140
LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU
A. PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR YANG BERPOTENSI IPA TERPADU
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 141
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 142
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 143
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 144
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 145
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 146
Lampiran3: CONTOH SILABUS
Mata PelajaranKOMPETENSI
DASARINDIKATOR
KEGIATAN BELAJAR
SARANA/SUMBER
PENILAIAN
BAHASA INDONESIA
MENDENGARKANMembedakan bunyi bahasa
Menirukan bunyi/suara tertentu seperti: suara burung, ombak, kendaraan, dan lain-lain.
Menirukan bunyi suara burung
Bermain peran menjadi berbagai kendaraan
Menirukan suara ombak
Kaset dan tape Pengamatan
BERBICARAMemperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun
Menyebutkan nama orangtua dan saudara kandung
tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan)
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 147
Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas
tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan)
melakukan permainan menanyakan data diri temannya
Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana
melakukan permainan menanyakan data diri
bercerita tentang data dirinya
MENULISMenjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf
Menjiplak berbagai bentuk gambat, lingkaran, dan bentuk huruf
Menjiplak kartu kata
Menjiplah bentuk-bentuk gambar
Menjiplak bentuk-bentuk geometri
Kartu kata Kartu
bentuk gambar
Kartu bentuk geometri
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 148
MATEMATIKA Membilang banyak benda
Membilang atau menghitung secara urut
Membilang benda-benda di kelas
Membilang sambil Memantulkan bola
Bola
Menyebutkan banyak benda
Mengamati lalu menyebutkan nama benda yang Membandingkan
dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau sama banyak
Praktek langsung mengambil dua kumpulan benda lalu dihitung
Batu-batuan
Menentukan waktu (pagi, siang, malam, hari dan jam (bulat)
Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari
Bercerita tentnag pengalamannya
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 149
IPS Menguindentifikasi identitas diri,keluarga, dan kerabat
Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
Menyebutkan nama lengkapnya
Menyebutkan alamat tempat tinggal
Menyebutkan alamat rumahnya
IPA Makhluk Hidup dan Proses kehidupannyaMengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya
Menyebutkan nama bagian-
Menggambarkan tubuhnya lalu
menyebutkan nama bagian-bagian tubuhnya dan kegunaannya
Menyebutkan kegunaan bagian-bagian tubuh
Mengindetifikasi benda yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan
Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak.
Praktek pengelompokkan
Batu, daun, biji salak
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 150
cirinya melalui pengamatannya
Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
Praktek langsung mengamati lingkungan dan menyebutkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan loncat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri
Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.
Praktek langsung Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan
Berjalan dengan berbagai pola langkah dan kecepatan
Praktek langsung berjalan dengan pola
SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
SENI RUPAMengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar
Menyebutkan unsur rupa di lingkungan sekolah
Mengamati lingkungan lalu menyebutkan benda-benda yang dilihatnya
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 151
Mengelompokkan berbagai jenis: bintik gari, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar
Mengamati lingkungan lalu mengelompokkan benda berdasarkan garis, bintik dsb
SENI MUSIKMengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia
Bertepuk tangan dengan pola
Bermain tepuk tangan dengan berbagai pola yang dicontohkan
SENI TARIMengidentifikasi fungsi tubuh dalam melaksanaan gerak di tempat
Bergerak bebas sesuai irama musik
Mendengarkan musik dan bergerak bebas mengikuti irama
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 152
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Menyebutkan jenis kelamin anggota keluarga.
Menyebutkan jenis kelamin teman sebangkunya
Meyebutkan agama-agama yang ada di Indonesia
Menyebutkan agama yang dikenalnya
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 153
Lampiran 4: Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS : ITEMA : LINGKUNGAN MINGGU/HARI : I/SeninALOKASI WAKTU : 5 x 35 menit
INDIKATOR:Bahasa Indonesia: Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara
teman sekelas Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk
huruf Matematika: Membilang atau menghitung secara urut Menyebutkan banyak benda Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam
hariIPA Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai
warna, bentuk dan ciri tertentuIPS Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN Bertepuk tangan dengan polaPENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan
melompat.
SARANA DAN SUMBER BELAJAR: Kartu-kartu kata Lembar kerja (jam) Bola
STRATEGI KEGIATAN
A. Pembukaan (1 X 35 menit) Berdoa bersama
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 154
Menyanyi lagu kasih ibu sambil bertepuk dengan variasi 1-2-1-2 Guru meminta beberapa anak untuk menyebutkan identitas dirinya
seperti nama dan alamatnya, dan menceritakan suatu pengalaman yang menyenangkan dirinya
Guru meminta anak untuk berkeliling di kelas sambil melompat satu kaki dengan membilang (menghitung secara urut) lompatannya
Guru meminta beberapa anak mengemukakan tentang kegiatan yang dapat dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam hari
B. Inti (3 x 35 menit)
Di kelas anak secara individual diminta untuk mengamati berbagai benda yang ada dalam kelasnya. memilih benda yang ada di kelas, menghitungnya dan menuliskan lambang bilangan dari jumlah benda yang dihitungnya (kegiatan ini dilakukan beberapa kali)
Kegiatan berikutnya (atau bagi yang sudah menyelesaikan kegiatan pertama) dapat membaca kalimat sederhana dari kartu-kartu kata yang sudah disiapkan guru
Guru meminta anak untuk melihat jam dinding dikelasnya, lalu anak diminta untuk menggambarkan jam didinding tersebut dilengkapi dengan penunjukkan jarum jam pada saat anak melihat dan menggambarkannya.
C. Penutup (1 x 35 menit)
Guru bercerita tentang perlunya air bagi makhluk hidup, yang dilanjutkan dengan tanya jawab
Pesan-pesan moral bagi anak misalnya tentang perlunya hemat air, perlunya mandi/menjaga kebersihan
Berdoa pulang
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 155