Upload
shelly-intan-permatasari
View
13.337
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
RANGKUMAN/MAKALAH
TEORI EKONOMI MAKRO
UANG DAN BANK
DISUSUN OLEH :
NANDA SETYAWATI WULANDARI (1313015001)
SHELLY INTAN PERMATASARI (1313015006)
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang mana kami dapat
menyelesaikan tugas merangkum Teori Ekonomi Makro tentang “Uang dan Bank”.
Makalah ini digunakan mahasiswa semester I program study Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, yang
dimaksudkan untuk mempermudah mahasiswa dalam pemahaman materi mata
kuliah tersebut.
Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
yang besar pada para mahasiswa/i.
Akhirnya kami sangat menghargai kepuasan dan kritik yang datang dari para
mahasiswa dan dosen untuk perbaikan pada periode mendatang.
Dan terima kasih atas sumbang sarannya.
Surabaya, 10 Maret 2014
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ....................................................................................... 3
A. TINJAUAN TENTANG UANG ..................................................... 4 - 5
B. TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG ..................... 6 - 8
1. Teori Permintaan Uang ........................................................ 6
2. Teori Penawaran Uang ....................................................... 7
3. Pasar Uang dan Suku Bunga ....................................................... 8
C. TINJAUAN TENTANG BANK ..................................................... 8 - 10
1. Bank Sentral .............................................................................. 8
2. Bank Umum .............................................................................. 9
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 10
D. BANK SYARIAH ............................................................................. 11 - 16
1. Pengertian dan Perbedaan Bank Syariah - Bank Konvensial .... 11
2. Prinsip Dasar Bank Syariah ....................................................... 12 - 13
3. Sistem Operasional Bank Syariah ............................................ 14 - 16
E. KEBIJAKAN PENGENDALIAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR 17 - 18
D. PENCIPTAAN UANG MELALUI SISTEM PERBANKAN ……..…..... 19
3
Uang dan Bank
Uang dan Bank merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan ekonomi
masyarakat. Semakin tinggi aktivitas ekonomi masyarakat, semakin tinggi pula
peran kedua hal tersebut. Kestabilan dan kemantapan uang dan bank menjadi
kekuatan untuk perkembangan ekonomi suatu negara.
A. Tinjauan tentang Uang
Uang sendiri memiliki arti yaitu segala sesuatu yang dapat diterim masyarakat
secara umum, dan dipercaya sebagai alat pembayaran yang sah untuk keperluan
transaksi, sebagai satuan hitung dan sebagai alat penyimpanan nilai.
Dengan uang, disamping untuk mempermudah transaksi juga dapat digunakan
untuk satuan hitung dalam menilai aset – aset yang dimiliki individu – individu di
masyarakat dan menyimpan kekayaan yang dimiliki seseorang.
Pada awal peradapan manusia, orang belum mengenal uang. Kegiatan transaksi
dilakukan secara “barter”. Kegiatan barter memerlukan syarat yang disebut double
coincidence of want, yaitu kesesuaian ganda dari setiap individu yang ingin
melakukan transaksi jual beli. Misalnya A mempunyai beras, dan ingin menukarnya
dengan kain. Artinya A harus menemukan orang yang mempunyai kain dan mau
menukar kainnya dengan beras milik A. Apabila B yang memiliki kain tidak
membutuhkan beras, melainkan telur, maka diantara mereka tidak tercipta double
coincidence of want.
4
Uang memiliki empat fungsi (Dornbusch dan Fisher, 2001) yaitu :⫈
1. Satuan Hitung (unit of account) uang dapat menentukan satuan ukur yang ⩺
sama terhadap semua barang.
2. Alat pembayaran dalam transaksi (medium of exchange) dapat digunakan ⩺
untuk mempermudah transaksi jual beli.
3. Penyimpan nilai (store of value) uang dapat digunakan untuk menyimpan ⩺
nilai dari kekayaan yang dimiliki.
4. Standar pembayaran pada masa yang datang (standar of deferred payment) ⩺
uang dapat juga digunakan untuk pembayaran yang mungkin terjadi pada masa
mendatang, misalnya pembayaran gaji.
Perubahan atau evaluasi uang mengalami perubahan sesuai dengan ⫈
perkembangan ekonomi.
Uang komoditas (uang dlam bentuk barang), pada umumnya uang komoditas
nilai nominalnya sama dengan nilai intrisiknya (nilai komoditasnya)
Uang fiat (fiat money atau token money), yaitu uang yang terbuat dari kertas
atau logam yang murah harganya agar uang tersebut mempunyai nilai
nominal lebih besar daripada nilai intrisiknya
Uang giral, uang bank yang apabila digunakan untuk transaksi hanya bisa
dengan menggunakan cek (demand deposit). Namun tidak semua pelaku
ekonomi mau menerimanya, karena tidak bersifat liquid sempurna (harus
memakai proses pencairan atau penukaran terlebih dahulu)
Near Money, misalnya seperti kartu ATM, kartu kredit(credit card), deposito
dan buku tabungan.
5
B. Teori Permintaan dan Penawaran Uang
- Teori Permintaan Klasik, bila produk nasional meningkat, maka permintaa
uang meningkat, begitu juga sebaliknya (nilai nominal dibandingkan dengan
tingkat harga).
L = kY L = Md = kY P
Ket :
L = Permintaan dalam arti riil
Md = Nilai nominal pendapatan
P = Tingkat harga
Y = Produk nasional
k = Proporsi pertambahan permintaan uang terhadap pertambahan produk nasional.
- Teori menurut pandangan Keynesian, pemintaan uang digunakan untuk
keperluan transaksi, untuk berjaga – jaga, dan untuk spekulasi yang berkaitan
dengan upaya mencari keuntungan.
Fungsi permintaan uang adalah ⩺ L = L1 + L2 L = kY + Mo + mi
L1 permintaan uang untuk transaksi dan berjaga – jaga yang besarnya sangat
ditentukan oleh tingkat pendapatan. Fungsi L1 adalah L1 = kY
L2 permintaan uang untuk keperluan spekulasi, besarnya sangat dipengaruhi oleh
tingakt bunga. Fungsi L2 adalah L2 = Mo + mi
6
- Teori Penawaran Uang ( Money Supply) merupakan jumlah uang yang
tersedia dalam kegiatan ekonomi suatu negara atau jumlah uang yang beredar.
1. Penawaran Uang M1
Jumlah uang yang beredar yang sering digunakan untuk keperluan transksi.
M1 terdiri dari :
a. Uang koin/ logam dan uang kertas yang biasa disebut uang kartal
b. Uang giral atau uang bank : giro yang terdapat di bank – bank umum dan dapat
dikeluarkan dengan menggunakan cek.
2. Penawaran Uang M2
M2 disebut juga Broad Money yang terdiri dari M1 (uang logam, kertas, dan
uang giral/ cek) ditambah dengan Near Money ( rekening tabungan dan kekayaan
lain yang ditukarkan/dicairkan dalam waktu dekat.
Total penawaran uang atau jumlah uang beredar M2 = M1 + Near Money
3. Pasar Uang dan Suku Bunga.
Pasar uang adalah pasar yang berkaitan dengan transaksi permintaan dan
penawaran uang dan dipengaruhi oleh keinginan masyarakat untuk memegang
uang dan kebijakan moneter bank sentral.
Suku bunga adalah harga uang, yang nilainya ditentukan oleh interaksi kurva
permintaan dan penawaran uang. Kurva penawaran uang berbentuk garis
vertikal, karena untuk jangka waktu tertentu sejumlah uang (supply money)
adalah tetap (ditentukan oleh bank sentral). Kurva permintaan berbentuk kurva
kemiringan negatif.
7
Suku bunga akan mengalami kenaikan apabila supply money berkurang, suku
bunga juga akan naik apabila terjadi pertambahan permintaan akan uang.
C. Tinjauan tentang Bank
Definisi Bank menurut UU Perbankan No. 10/1998 (revisi dari UU Perbankan No.
7/1992) sebagai berikut :
Bank adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya.
Secara lebih spesifik fungsi bank sebagai berikut :
1. Agen of trust, suatu lembaga yang dapat dipercaya untuk mengelola dana
masyarakat.
2. Agen of development, suatu lembaga yang memobilisasi dana untuk
pembangunan.
3. Agen of services, suatu lembaga yang memberikan pelayanan jasa kepada
masyarakat untuk mempermudah melakukan transaksi, seperti pengiriman uang,
pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
Klasifikasi bank menurut UU No. 10/1998 adalah bank sentral, bank umum, dan
bank perkreditan rakyat.
1. Bank Sentral
Bank sentral di negara Republik Indonesia adalah Bank Indonesia (BI), yang
merupakan lembaga negara independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah, kecuali untuk hal – hal lain
yang secara tegas diatur dalam undang – undang (UU nomor 23/1999).
8
2. Bank Umum
Bank umum adalah suatu lembaga keuangan yang komersial dan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Kegiatan usaha bank umum antara lain :
Menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
berjangka , tabungan, dll
Memberikan kredit para nasabahnya terutama pinjaman jangka pendek.
Menerbitka surat pengakuan hutang.
Menciptakan uang giral.
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kegiatan bank perkreditan rakyat hampir sama dengan bank umum. Namun
dalam kegiatannya, BPR tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Kegiatan usaha BPR menurut UU No. 7/1998 adalah :
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
Memberikan kredit.
Menyediakan pembiayaan pada nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil.
Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito, atau tabyngan di bank.
Otoritas Moneter di Indonesia
Otoritas moneter di Indonesia berdasarkan masa pemberlakuannya di bagi pada
dua masa, yaitu :
1. Masa berlakunya UU No. 13 Tahun 1968
Di masa ini terdapat dua lembaga utama sebagai pelaksana kebijakan
moneter yaitu Bank Indonesia dan Dewan Moneter, otoritas moneter tetap pada
pemerintah.
9
2. Masa berlakunya UU No. 23 Tahun 1999 dan UU No. 3 Tahun 2004
Di masa ini BI ditempatkan sebagai otoritas moneter di Indonesia, artinya BI
diberi wewenang yang besar dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
moneter di Indonesia, sedangkan dewan moneter ditiadakan. Kemudian muncul
UU No. 3 Tahun 2004 tentang perbankan, tujuannya untuk merevisi beberapa
pasal dan menambah beberpa pasal. Tetapi otoritas moneter tetap padaBI.
10
D. Bank Syariah
Bank Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada tahun 1992. Dengan berdirinya bank
ini, ditunjukkanlah adanya sistem perbankan ganda (dual banking system) dimana
terdapat 2 (dua) sistem bank yang diizinkan untuk beroperasi secara berdampingan,
yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Sitem bank syariah ini mulai benar-benar diterapkan semenjak dikeluarkannya
perubahan Undang-Undang Perbankan (UU No. 10 tahun 1998), dimana Undang-
Undang tersebut memberikan landasan huTerkum yang kuat bagi bank syaiah.
Selain itu hal tersebut mamberikan kesempatan yang besar bagi para investor
maupun bank konvensional untuk mendirikan atau membuka unit usaha syariah.
Sejak saat itulah pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen untuk
menempuh kebijakan dalam mengembangkan bank syariah di Indonesia.
1. Pengertian dan Perbedaan Bank Syariah – Bank Konvensional
Bank Syariah merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Dimana aturan perjanjiannya berdasarkan
hukum islam dan/atau sesuai dengan syariah.
Bank Konvensional merupakan bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya berdasarkan kesepakatan (konvensi) yang berlaku umum dan
bersifat tradisional.
Untuk Perbedaan Utama antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional
terdapat pada landasan operasionalnya. Yaitu pada Bank Konvensional
beroperasi berlandaskan bunga, sedangkan pada Bank Syariah beroperasi
berlandaskan bagi hasil yang ditambah dengan jual beli dan sewa. Yang
dimaksud berbagi hasil dalam Bank Syariah ini adalah sistem berbagi resiko
11
dan keuntungan antara peminjam dan yang meminjamkan yang pastinya
sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
Berikut ini adalah klarifikasi perbedaan bunga dan bagi hasil yang
dikemukakan oleh Ascarya dan Diana Yumanita (2005).
Menurut klarifikasi diatas, dapat didefinisikan bahwa Bank Syariah merupakan
sebuah lembaga keuangan yang melakukan intermediasi untuk mengalirkan
dana berupa tabungan umat kepada pembiayaan/investasi yang dibutuhkan
secara optimal, bersifat produktif serta sesuai dengan nilai, etika, moral dan
prinsip islam.
2. Prinsip Dasar Bank Syariah
Telah dikemukakan oleh Ascarya dan Diana Yumanita (2005) bahwa
operasional Bank Syariah didasarkan pada prinsip-prinsip agama islam, yang
biasa disebut MAHGRIB (maysir, grahar, riba dan bathil) dan berorientasi
pada kegiatan yang bersifal halal.
Bebas dari kegiatan spekulatif yang non-produktif dimana
mengandung unsur judi, taruhan dan resiko tinggi (Masyir).
Bebas dari hal-hal yang meragukan atau tidak jelas yang bisa
menimbulkan penipuan dan kejahatan lainnya (Gharar).
Bebas dari bunga (Riba).
Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (Bathil) dimana bisa ada
salah satu pihak yang dirugikan terutama dari sudut pandang
peminjam.
Sedangkan menurut M.S. Antonio (2002), prinsip dasar Bank Syariah meliputi
12
Prinsip titipan atau simpanan (Al-Wadi’ah). Disini bank syariah wajib
menjaga dan bertanggung jawab atas titipan para nasabahnya. Pihak
bank juga bisa memanfaatkan simpanan nasabah untuk tujuan produk
giro dan tabungan berjangka.
Prinsip Bagi Hasil.
1. Al-Musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak member
kontribusi dana dengan kesepakatan keuntungan dan resiko yang
ditanggung bersama.
2. Al-Mudharabah, yaitu akad kerjasama dan pembagian hasil antara
dua pihak dimana pihak pertama sebagai penyandang dana/modal,
sedangkan pihak kedua sebagai pengelola.
Prinsip Jual Beli
1. Bai’ Al-Murabah, yaitu jual belli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang telah disepakati dalam negosiasi
sebelumnya antara pihak bank syariah dengan nasabah.
2. Bai’ As-Salam, yaitu pembelian barang yang diserahkan
dikemudian hari langsung oleh produsen penjual, sedangkan
pembayarannya dilakukan dimuka kepada pihak bank syariah
setelah barang diterima oleh nasabah.
3. Bai’ Al-Istishna, yaitu sebuah kontrak penjualan antara pembeli dan
produsen. Dimana pihak nasabah (pembeli) memesan barang
kepada Bank Syariah (penjual) kemudian bank syariah membeli
barang yang dipesan oleh nasabah kepada pihak
13
produsen/pembuat, dan selanjutnya barang dijual kepada nasabah
kembali.
Prinsip Sewa (Al-Ijarah), merupakan pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melalui pembayaran tanpa diikuti dengan
pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut.
Prinsip Jasa, merupakan kontrak transaksi yang didasarkan pada
pelimpahan perwakilan dan tanggungan/jaminan yang artinya terdapat
pelimpahan/pendelegasian kekuasaan oleh seseorang kepada pihak
lain (bank) dengan berpegang pada tanggung jawab sebagai penjamin.
3. Sistem Operasional Bank Syariah
Terdapat 3 (tiga) sistem yang didasarkan pada syariat islam, yaitu :
1) Sistem penghimpun dana
Sumber dana bank syariah terdiri dari :
a. Modal, dana yang diserahkan oleh para pemilik kepada bank dan
sebagai pemegang saham mereka akan menerima deviden.
b. Titipan, jika titipan ini dimanfaatkan oleh nasabah pengguna dana,
maka antara bank dengan nasabah pengguna dana akan membuat
perjanjian bagi hasil. Sedangkan nasabah yang menitipkan dana
atas kebijakan bank, mereka akan mendapatkan bonus.
2) Sistem menabung
Terdapat perbedaan yang mendasar antara bank konvensional dengan
bank syariah dalam hal menabung, yaitu :
a. Terletak pada akad
- Bank Syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang
dibenarkan oleh syariat.
14
- Bank Konvensional, semua transaksi berdasarkan perjanjian
titipan dengan tingkat bunga yang telah ditetapkan.
b. Terdapat pada imbalan
- Bank Syariah, menggunakan pendekatan profit sharing (bagi
hasil) dimana dan ayang diterima bank disalurkan kepada
pembiayaan kegiatan ekonomi yang akan dilakukan nasabah.
Dan keuntungan yang didapat akan dibagi dua sesuai dengan
kesepakatan.
- Bank Konvensional, menggunakan konsep bunga yang
dipandang sebagai biaya dalam menghitung keuntungan,
artinya bunga yang dijanjikan dimuka merupakan ongkos yang
harus dibayar oleh bank kepada penabung.
c. Terletak pada sasaran kredit/pembiayaan
- Bank Syariah, penyaluran dana simpanan dilandasi oleh prinsip
syariah dan prinsip keuntungan. Artinya pembiayaan/kredit yang
akan diberika harus memiliki kriteria syariah disamping
pertimbangan mengenai keuntungan.
- Bank Konvensional, uang yang ditabungkan oleh nasabah
kepada bank akan diputarkan kepada semua bisnis tanpa
memandang halal haramnya bisnis tersebut.
3) Sistem pembiayaan
Sistem ini merupakan salah satu tugas pokok bank dalam bentuk
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk pihak-pihak yang
membutuhkan. Menurut M.S. Antonio (2002), pembiayaan dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu :
15
1. Menurut sifat penggunaannya
a. Pembiayaan produktif, diberikan untuk kegiatan produksi dalam
arti luas, yaitu jumlah untuk peningkatan usaha produksi,
perdagangan maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, diberikan untuk kegiatan konsumsi yang
akan habis pakai, baik kebutuhan primer maupun sekunder.
2. Menurut sifat keperluannya
a. Pembiayaan modal kerja, diberikan untuk meningkatkan modal
kerja suatu usaha baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bank
syariah sendiri memberikan pembiayaan modal kerja dengan
cara menjalin hubungan partnership dengan nasabah, dimana
bank bertindak sebagai penyandang dana, sedangkan nasabah
sebagai pengusaha.
b. Pembiayaan investasi, diberikan kepada nasabah untuk
keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna
mengadakan rehabilitas, peluasan usaha ataupun pendirian
proyek baru.
c. Pembiayaan konsumsi, Bank syariah memberikan pembiayaan
untuk kebutuhan konsumsi primer dan sekunder. Dapat melalui
zakat atau sedekah, atau diberikan pinjaman kebijakan, yaitu
pinjaman dengan kewajiban pengembalian pokoknya saja tanpa
imbalan apapun. Sedangkan untuk pembiayaan konsumsi
sekunder, bank syariah dapat menggunakan jual beli dengan
angsuran.
16
E. Kebijakan Pengendalian Uang Yang Beredar
Salah satu fungsi penting bank sentral adalah untuk mengawasi atau mengendalikan
supply uang (uang yang beredar). Kebijakan ini juga mempunyai tujuan, yaitu :
1. Menyediakan jumlah uang yang cukup demi mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang mantap.
2. Mengataur dan membatasi jumlah uang yang beredar agar tidak terjadi inflasi
atau deflasi.
Kebijakan bank sentral mempunyai 2 (dua) sasaran, yaitu :
1. Memperbanyak jumlah uang yang beredar apabila terjadi kelesuan kegiatan
ekonomi. (kebijakan uang longgar).
2. Memperkecil jumlah uang yang beredar apabila terjadi inflasi (kebijakan uang
ketat).
Kebijakan-kebijakan yang diambil bank sentral dalam menjalankan fungsinya
(Sadono Sukirno, 1999), yaitu :
1. Kebijakan moneter kuantitatif yang bertujuan untuk mempengaruhi jumlah
penawaran uang.
2. Kebijakan moneter kualitatif uang bertujuan untuk mengatur jenis-jenis
pinjaman dan uang giral yang diciptakan.
Dalam menjalankan kebijakan moneter kuantitatif, bank sentral mempunyai tiga
instrument utama, yaitu :
1. Kebijakan operasi pasar terbuka
Kegiatan bank sentral membeli dan menjual surat-surat berharga dan obligasi
pemerintah dengan tujuan untuk mempengaruhi penawaran uang.
17
2. Kebijakan tingkat bunga
Bank sentral mempubyai tugas untuk mengendalikan dab menetapkan tingkat
bunga bagi bank umum yang meminjam uang atau menyimpan dana
cadangannya di bank sentral. Dimana tingkat bunga akan dinaikkan apabila
kondidi ekonomi mengalami inflasi dan apabila dalam keadaa resesi bunga
akan diturunkan.
3. Kebijakan cadangan wajib
Bagian dari dana deposito atau tabungan masyarakat yang disisihkan dan
disimpan oleh bank umum baik berupa uang tunai, deposito di bank lain atau
deposito di bank sentral.
Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Perkembangan Ekonomi
Menganalisis pengaruh kebijakan moneter terhadap perkembangan ekonomi,
dikemukakan sebagai berikut :
- Misalkan bank sentral mengkhawatirkan akan timbulnya resesi, bank sentral
merasa perlu untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar dnegan melakukan
pembelian surat berharga melalui pasar terbuka.
F. Penciptaan Uang Melalui Sistem Perbankan
Proses penciptaan uang giral dapatterjadi melalui aktivitas bank-bank umum yang
menerima dana masyarakat dalam bentuk tabungan atau giro dan meyalurkan dan
tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman. Berikut merupakan ketentuan
proses penciptaan uang giral :
1. Besarnya rasio cadangan wajib (cash ratio) yang ditahan bank umum dan
biasanya ditetapkan oleh bank sentral.
18
2. Semua kelebihan cadangan wajib dapat disalurkan oleh bank umum kepada
para nasabah lainnya.
3. Semua uang yang dipinjam nasabah bank umum seolah-olah dapat kembali
atau masuk keseluruhan pada bank umum lain.
Faktor-faktor yang membatasi penciptaan uang giral
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan uang giral dibatasi sehingga tidak bisa
mencapai jumlah yang maksimum, yaitu :
1. Masyarakat memegang sebagian uangnya dalam bentuk uang tunai.
2. Bank menyimpan cadangan melebihi dari yang ditetapkan.
3. Masyarakat mendepositokan sebagian dari uangnya dalam bentuk tabungan
atau deposito berjangka.
19