Upload
ainurrohmah
View
143
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN “Kepemimpinan dalam Sistem Informasi Manajemen Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi”
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengenalan Teknologi Informasi
Dosen Pengampu Hari Agung B., M.Kom
Penyusun :
FARAH ADIBA 14.120.0012
PRODI KOMPUTER AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
WIDYA PRATAMA 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya dan upaya bersama untuk
menggerakkan semua sumber dan alat (resources) yang tersedia dalam suatu organisasi.
Untuk itu dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sengat tergantung atas kemampuan pempinannya untuk menumbuhkan
iklim kerja sama agar dengan mudah dapat menggerakkan sumber daya tersebut, sehingga
dapat mendayagunakannya dan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem yang menyediakan informasi untuk
kebutuhan pimpinan tingkat menengah (manajer), baik pada unit-unit kerja maupun pada sub-
unit dalam lingkungan organisasi. SIM menggunakan data dari sistem pengolahan transaksi
bersama dengan data lainnya, untuk diolah menjadi laporan tertentu. Sistem Informasi
Manajemen (SIM) sering juga disebut sebagai Management Reporting System (MRS) atau
sistem pelaporan manajeman, karena sistem ini menghasilkan berbagai macam laporan untuk
kepentingan manajemen, terutama tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan,
pengontrolan, dan pengembangan organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya dan upaya bersama untuk
menggerakkan semua sumber dan alat (resources) yang tersedia dalam suatu organisasi.
Untuk itu dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sengat tergantung atas kemampuan pempinannya untuk menumbuhkan
iklim kerja sama agar dengan mudah dapat menggerakkan sumber daya tersebut, sehingga
dapat mendayagunakannya dan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu:
kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership).
Kepemimpinan formal terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam
organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi.
Sedangkan kepemimpinan informal terjadi, dimana kedudukan pemimpin dalam suatu
organisasi diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena
kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan
persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.
Kepemimpinan yang efektif dapat ditunjukkan dengan kemampuan seseorang dalam
membaca situasi dan kondisi yang berkaitan dengan iklim kerja dalam sebuah organisasi
yang ditunjukkan, misalnya dengan tinggi-rendahnya angka ketidakhadiran bawahan dalam
bekerja, banyak-sedikitnya pengawai yang minta berhenti, rendahnya kedisiplinan kerja
pegawai, tinggi-rendahnya produktivitas kerja pegawai dan banyak-sedikitnya keluhan
pengawai, baik yabg disampaikan secara terang-terangan maupun secara sembunyi-
sembunyi. Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan kepada anggota
kelompoknya untuk bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab serta dapat bekerjasama
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
B. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem yang menyediakan informasi untuk
kebutuhan pimpinan tingkat menengah (manajer), baik pada unit-unit kerja maupun pada sub-
unit dalam lingkungan organisasi. SIM menggunakan data dari sistem pengolahan transaksi
bersama dengan data lainnya, untuk diolah menjadi laporan tertentu. Sistem Informasi
Manajemen (SIM) sering juga disebut sebagai Management Reporting System (MRS) atau
sistem pelaporan manajeman, karena sistem ini menghasilkan berbagai macam laporan untuk
kepentingan manajemen, terutama tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan,
pengontrolan, dan pengembangan organisasi.
Beberapa karakteristik utama dari SIM adalah:
Beroperasi pada tugas-tugas yang terstruktur, dimana prosedur, pengambilan
keputusan, arus informasi, format laporan dsb, sudah terdefinisi.
Bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya.
Menyediakan laporan untuk keperluan pengambilan keputusan
Mempermudah akses informasi untuk keperluan manajemen
Pada organisasi yang telah mapan SIM biasa ditemukan dalam bentuk sistem informasi
fungsional seperti: Sistem Informasi Personalia, Sistem Informasi Persediaan, Sistem
Informasi Manufaktur, Sistem Informasi Keuangan, Sistem Informasi Pemasaran, dan
berbagai sistem informasi lainnya sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap unit kerja dalam
lingkungan organisasi. Namun yang perlu ditekankan adalah sistem-sistem fungsional ini
jangan sampai menjadi sistem yang ter-isolasi, berdiri sendiri, tanpa ada koneksi dengan
sistem lainnya, karena sistem-sistem tersebut harus ber-sinergi dalam penyediaan informasi
untuk kebutuhan manajemen organisasi.
C. PENERAPAN TIK DALAM KEPEMIMPINAN PEMERINTAH DAERAH
Tuntutan tata kelola yang baik, benar dan transparan pada suatu pemerintahan semakin
meningkat. Sebenarnya keinginan untuk mengembangkan tatakelola suatu organisasi bukan
hal baru, tapi hal ini mencuat sejak awal tahun 2000.
Pemanfaatan IT pada pemerintahan bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan tata
kelola organisasi yang lebih baik, sehingga mampu menyediakan layanan informasi tepat
guna bagi stake holder. Layanan digitasi pemerintah dapat dilaksanakan melalui pemanfaatan
internet. Misalnya layanan pengaduan masyarakat berbasis sms, absensi online (e-absensi),
laporan kinerja SKPD (e-laporan), persuratan (e-office) yang kesemua layanan tersebut
terpublish pada web induk pemerintah daerah, sekaligus bisa digunakan sebagai alat untuk
monitoring dan evaluasi kinerja dilingkup Pemerintah tingkat satuan kerja perangkat daerah
(SKPD).
Kondisi pemanfaatan IT pemerintahan pada saat ini masih terkesan semrawut dan
sporadis, padahal secara teoritis, terdapat banyak manfaat dan kemudahan yang dapat
dirasakan dengan pemanfaatan IT. Bisa disimpulkan, pemanfaatan IT pemerintahan e-
goevrnment belum optimal? Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kendala. Kendala
tersebut antara lain adalah kemampuan tingkat manajerial pemerintah yang sebagian besar
tidak memiliki basis pengetahuan tentang teknologi informasi termasuk Internet, tidak adanya
kesinambungan program saat ini dengan sebelumnya padalah dari sudut pandang efesiensi
masih bisa di lanjutkan dengan melakukan peremajaan, kustomisasi tanpa perlu membuat
program yang baru dimana substansi operasinya adalah sama dan perbedaannya sekedar
istilah saja.
Tidak adanya perencanaan yang matang dimana efek yang ditimbulkan adalah
pemborosan anggaran daerah, ada banyak kasus yang bisa dijadikan alasan bahwa masing-
masing SKPD apakah itu badan, Dinas, Bagian, unit kerja dll memiliki paradigma beragam
dalam menerapkan IT sehingga implementasi yang dilakukan terkesan berdiri sendiri, tidak
terintegrasi padahal selayaknya sebuah organisasi yang memiliki banyak struktur harusnya
berada dalam satu induk yang saling bersinergi, bagaimana mungkin keuangan tidak
membutuhkan data kepegawaian yang ada di BKD begitupun sebaliknya.
Pimpinan yang paham dengan pemanfaatan IT namun tidak didukung dengan sumber
daya manusia dan infrastruktur yang memadai juga menjadi masalah tersendiri dibuktikan
dibeberapa daerah yang pemimpin daerahnya sangat paham betapa pentingnya IT dimasa
kepemimpinannya menerapakan IT untuk pelayanan publik namun ketika masa
kepemimpinannya berakhir digantikan dengan pimpinan yang baru maka apa yang telah
dibangun sebelumnya tidak lagi digunakan atau bahkan di hentikan.
Budaya kerja di era informasi yang menuntut produktifitas dan kreatifitas dewasa ini,
masih banyak pegawai pemerintah yang tidak mau beradaptasi dengan teknologi ICT,
mereka kebanyakan menggunakannya hanya sebagai trend bahkan status sosial bukan
sebagai kebutuhan apalagi untuk sebagai problem solving dari rutinitas kerja sehari-hari.
Sering dijumpai baik kepala atau pimpinan jika terjadi masalah mereka mencari konsultan
atau vendor membuat suatu kegiatan dengan label proyek yang semata-mata berorientasi
pada keuntungan dan bukan pemanfaatan.
Kendala lainnnya yaitu luasnya wilayah pemerintahan suatu daerah sehingga penerapan
IT belum merata karena tidak semua staff bisa menggunakan komputer khususnya bagi
kecamatan dan kelurahan yang ada di pelosok, perlu adanya tenaga khusus yang menjalankan
media teresebut. Minimnya infrastruktur pendukung ICT seperti jaringan telepon dan listrik
juga menjadi kendala, kondisi ini merupakan masalah yang perlu diatasi.
Kendala selanjutnya adalah persepsi yang salah terhadap internet. alasan yang sering
didengar, mengapa para pegawai negeri sipil (PNS) enggan memanfaatkan internet karena
pekerjaannya menjadi terganggu digunakan untuk hal lain seperti bermain game, sosial
network, dll. Kondisinya cukup memprihatinkan. Artinya persepsi terhadap media ini masih
keliru.
Setelah membahas sekian banyak kendala penerapan IT, saya menawarkan beberapa
solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Antara lain, perlu disadari dan dipahami betul
bahwa pemerintah punya peran yang sangat penting dalam peningkatan penggunaan
teknologi informasi dan komputer guna peningkatan kinerja yang tidak lain adalah untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Dibutuhkan komitmen dan kesungguhan dari pemerintah untuk menerapakan IT untuk
layanan publik. Untuk itu pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi, harus lebih
dioptimalkan.
Kemudian pentingnya membuat perencanaan yang mantang pemerintah bisa
memulainya melalui sebuah research atau penelitian dengan melibatkan akademisi, praktisi
dan disiplin ilmu terkait yang nantinya akan melahirkan masterplan ICT Pemerintah daerah
yang berlaku hingga beberapa tahun mendatang, ini merupakan tindakan nyata untuk
menggunting carut marutnya penerapan ICT yang berlangsung saat ini, bila tidak ingin
kondisinya akan semakin parah. Dengan masterplan IT tersebut dirumuskan standarisasi,
sinkronisasi, kolektifitas dan integrasi antara tiap unit, bagian, badan dinas dan lainnya lalu
dijadikan sebagai pedoman, rujukan bagi siapapun, dan langkah tersebut harus diproteksi
dalam sebuah kebijakan instruksional regional bila perlu dibuatkan lembaga khusus untuk itu
yang langsung berada dibawah struktur pimpinan daerah. Jadi siapa? yang mengerjakan apa?
terkait implementasi ICT harus berpedoman pada plan tersebut tak terkecuali vendor atau
pihak ketiga bahkan pimpinan daerah berikutnya.
Dewasa ini sistem layanan publik kepada masyarakat haruslah terintegrasi dapat
diakses secara realtime kapan saja dan dimana saja oleh siapapun, dukungan teknologi yang
memungkinkan untuk itu adalah sistem informasi manajemen berbasis web, diakses melalui
internet, bersifat multiplatform karena dijalankan oleh aplikasi browser dalam artian meski
berbeda sistem operasinya namun tetap bisa diakses oleh pengguna, tentunya dengan
klasifikasi hak akses yang diberikan. Meski demikian persoalan keamanan perlu menjadi
perhatian untuk bisa melindungi sistem yang dijalankan pada dua modus konfigurasi yaitu
secara online dan offline.
Dalam pemanfaatan teknologi informasi. Para pegawai hendaknya juga diberikan
pelatihan secara berkelanjutan agar dapat memproses tugasnya dengan memberdayakan
media ICT, dengan demikian tidak diperlukan lagi tenaga khusus untuk pemeliharaaan dan
biaya yang dikeluarkan pemerintah pun akan berkurang. Penting untuk pimpinan dan
karyawan menyadari manfaat dari penggunaan IT. Anggapan bahwa pemanfaatan internet
bagi pegawai terkesan mahal dan mengganggu harus dihilangkan. pegawaipun juga harus
dilatih dan terbiasa untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan bantuan media ICT, tugas harian
pegawai tersebut harusnya bisa diselesaikan secara konpreherensif dan cepat karena internet
bisa dijadikan alat untuk navigasi solusi efektif.
Masalah infrastruktur yang belum merata di seluruh daerah, tentu sebagian besar
merupakan tanggung jawab pemerintah setempat. Namun untuk daerah-daerah yang sulit
terjangkau oleh teknologi informasi, perlu diterapkan penggunaan alat-alat teknologi
alternatif yang pada saat ini telah banyak ditemukan. Sehingga tidak perlu mengeluarkan
biaya yang besar, agar dapat merasakan manfaat dan kemudahan yang diberikan oleh
teknologi informasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kondisi pemanfaatan IT pemerintahan pada saat ini masih terkesan semrawut dan
sporadis, padahal secara teoritis, terdapat banyak manfaat dan kemudahan yang dapat
dirasakan dengan pemanfaatan IT. Bisa disimpulkan, pemanfaatan IT pemerintahan e-
goevrnment belum optimal? Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kendala. Kendala
tersebut antara lain adalah kemampuan tingkat manajerial pemerintah yang sebagian besar
tidak memiliki basis pengetahuan tentang teknologi informasi termasuk Internet, tidak adanya
kesinambungan program saat ini dengan sebelumnya padalah dari sudut pandang efesiensi
masih bisa di lanjutkan dengan melakukan peremajaan, kustomisasi tanpa perlu membuat
program yang baru dimana substansi operasinya adalah sama dan perbedaannya sekedar
istilah saja.