BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya reaksi kimia berlangsung dengan laju atau kecepatan
yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung seketika, seperti bom atau
petasan yang meledak, ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat,
seperti perkaratan besi atau fosilasi sisa organisme. Selain itu, laju reaksi
kimia ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti temperatur,
konsentrasi, luas permukaan, katalisator, tekanan, dan volume. Laju
menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung.
Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satuan waktu.
Satuan waktu tersebut dapat berupa detik, menit, jam, hari, bulan, ataupun
tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk.
Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksinya
akan semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi
dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau terbentuknya produk.
Setiap pereaksi disertai suatu perubahan fisis yang diamati, seperti
pembentukan endapan, gas, atau perubahan warna. Kelajuan atau laju reaksi
dapat dipelajari dengan mengukur salah satu atau dari perubahan tersebut.
Bagi reaksi yang menghasilkan gas seperti reaksi magnesium dengan asam
klorida, maka kelajuan reaksinya dapat dipelajari dengan mengukur volume
gas yang dihasilkan. Bagi reaksi yang disertai dengan perubahan warna, maka
laju reaksinya dapat ditentukan dengan mengukur perubahan intensitas
warnanya. Bagi reaksi yang menghasilkan endapan, maka laju reaksinya
dapat ditentukan dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk membentuk
sejumlah endapan.
Laju reaksi kimia sangat berkaitan erat dengan kinetika kimia.
Kinetika kimia menjelaskan bagaimana reaksi terjadi dengan mengkaji laju
dan mekanismenya. Ahli kimia menggunakan kinetika sebagai piranti untuk
81
memahami aspek-aspek fundamental mekanisme reaksi. Ahli kimia terapan
menggunakan kinetika untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
pencapaian reaksi kimia yang diinginkan. Insinyur kimia menggunakan
kinetika untuk perancangan reaktor dalam reaksi kimia.
Berdasarkan hal-hal tersebut dan mengingat bahwa laju reaksi
merupakan konsep penting dari kinetika kimia dan sangat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari sehingga untuk lebih memahami mengenai laju reaksi
maka dilakukan percobaan “Laju Reaksi” ini.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Menentukan laju reaksi atau persamaan laju suatu reaksi
b. Mengetahui pengaruh suhu pada laju reaksi suatu reaksi kimia
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
82
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi
ataupun produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya
konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter,
tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan atmosfer, milimeter merkurium, atau
pascal, dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi. Satuan waktu dapat detik,
menit, jam, hari, atau bahkan tahun, bergantung apakah reaksi itu cepat ataukah
lambat.(Keenaan, 1984)
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya yaitu sebagai
berikut:
1. Sifat Dasar Pereaksi
Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka mengalami
perubahan kimia. Molekul hidrogen dan fluor bereaksi secara meledak,
bahkan pada temperatur kamar, dengan menghasilkan molekul hidrogen
fluorida.
H2 + F2 2HF (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu
lambat, sehingga tak nampak sesuatu perubahan kimia:
2H2 + O2 2H2O (sangat lambat pada temperatur kamar)
Nikel dan besi berkarat dalam atmosfer dengan laju yang berlainan,
bahkan bila temperatur dan konsentrasi sama untuk keduanya. Dalam waktu
yang relatif singkat, besi oksida (karat) akan nampak pada besi, tetapi
permukaan nikel nampaknya tak berubah.
Natrium bereaksi sangat cepat dengan air pada temperatur kamar,
tetapi bereaksi lebih lambat dengan metil alkohol dan etil alkohol.
Masing-masing reaksi tersbeut bersifat sertamerta, artinya
perubahan energi bebasnya, G, negatif. Selisih kereaktifan dapat
diterangkan dengan perbedaan struktur yang berlainan dari atom dan
83
molekul bahan yang bereaksi. Jika suatu reaksi melibatkan dua spesi
molekul dengan atom yang sudah terikat oleh ikatan kovalen yang kuat,
tabrakan antara molekul-molekul ini pada temperatur biasa mungkin tak
menyediakan cukup energi untuk memutuskan ikatan-ikatan ini. Misalnya,
dalam reaksi H2 dan O2 masing-masing ialah 436,0 kJ/mol dan 498,3
kJ/mol. Harga-harga yang tinggi ini menyatakan bahwa ikatan kovalen ini
sangat kuat. Sebaliknya, energi disosiasi ikatan untuk F2 ialah 157 kJ/mol
kurang dari sepertiga dari energi untuk O2. Selisih energi disosiasi ikatan ini
membantu menjelaskan mengapa H2 dan F2 bereaksi lebih cepat daripada H2
dan O2 pada temperatur kamar.
Selama perubahan kimia, perlulah bagi molekul-molekul yang
bereaksi untuk bertabrakan ketika mereka bergerak kian-kemari secara acak
untuk membentuk kompleks teraktifkan atau keadaan transisi, energi ini
disebut energi pengaktifan.(Oxtoby, 2001)
2. Temperatur
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur.
Biasanya kenaikan sebesar 10oC akan melipatkan dua atau tiga laju suatu
reaksi antara molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan
sebagian sebagai lebih cepatnya molekul-molekul bergerak kian-kemari
pada temperatur yang lebih tinggi dan karenanya bertabrakan satu sama lain
lebih sering. Tetapi, ini belum menjelaskan seluruhnya, kecuali bila energi
pengaktifan praktis nol. Dengan naiknya temperatur, bukan hanya molekul-
molekul lebih sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan
dampak (benturan) yang lebih besar, karena mereka bergerak lebih cepat.
Pada temperatur yang ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan
reaksi kimia akan lebih besar, karena makin banyak molekul yang memiliki
kecepatan lebih besar dan karenaya memiliki energi cukup untuk bereaksi.
3. Katalis
84
Sebuah katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan suatu
reaksi kimia tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen.
Proses ini disebut katalisis.
Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah
satu jalan:
a. Pembentukan Senyawa Antara
Dirujuk analogi mekanis yang dilukiskan dalam Gambar 1.
Bola akan menggelinding ke kaki bukit jika mula-mula didorong ke
atas tanggul. Jika tanggul itu sangat tinggi relatif terhadap lekukan,
mungkin diinginkan untuk mula-mula merendahkan tanggul itu atau
barier energi dengan memotong puncaknya. Dalam reaksi-reaksi kimia
yang mempunyai energi pengaktifan yang besar, dapatlah pereaksi-
perekasi itu diangkat melewati barier energi dengan menaikkan
temperatur. Namun seringkali tak diinginkan melakukan suatu reaksi
pada temperatur tinggi, karena produk-produk reaksi mungkin tak stabil
atau karena mungkin pereaksi itu lebih cepat terbentuk kembali pada
temperatur tinggi, oleh karenanya rendemen produk yang diinginkan
menjadi berkurang. Suatu pendekatan lain ialah mencari cara
menurunkan barier energi, yakni menyediakan suatu jalan dengan
energi pengaktifan yang lebih rendah sehingga molekul yang energinya
tidak tinggi dapat bereaksi.
Bagaimana jalan reaksi dapat diubah? Salah satu cara adalah
mencari suatu zat, yakni katalis yang dapat bereaksi baik dengan
molekul miskin energi maupun molekul kaya energi untuk membentuk
suatu senyawa antara, yang kemudian bereaksi membentuk zat yang
diinginkan.(Nana,2007)
85
Gambar 1 : Jalan Benda
Perhatikan reaksi umum A + B AB, dengan C menyatakan
katalisnya, seperti yang dilukiskan dalam Gambar berikut.
Perhatikan bahwa C tidak mengalami perubahan kimia yang
permanen, sekali telah dipisahkan dari produk reaksi itu, zat ini dapat
digunakan berulang-ulang.
Banyak reaksi kimia yang diketahui mengikuti jalan semacam
itu bila digunakan katalis. Satu contoh semcam itu adalah reaksi fase
86
Energi pengaktifan
Energi terbebaskan netto
gas antara belerang dioksida, SO2 dan oksigen untuk menghasilkan
belerang trioksida, SO3.
b. Adsorpsi
Banyak zat padat yang bertindak sebagai katalis, dapat
mengikat cukup banyak kuantitas gas dan cairan pada permukaan
mereka berdasarkan adsorpsi. Nikel yang dibubuk halus dan platinum
dikenal akan kemampuannya mengadsorpsi sejumlah besar aneka
ragam gas. Molekul yang teradsorpsi seringkali lebih reaktif daripada
molekul yang tak teradsorpsi. Dalam beberapa hal naiknya kereaktifan
ini dapat disebabkan oleh naiknya konsentrasi molekul yang
teradsorpsi; mereka berjejalan pada permukaan zat padat itu, sedangkan
dalam keadaan gas mereka terpisah jauh satu sama lain. Dalam hal-hal
lain, gaya-gaya tarik antara molekul zat padat dan molekul gas atau
cairan yang teradsorpsi mengakibatkan molekul yang teradsorpsi
menjadi aktif secara kimiawi. Ini menyebabkan reaksi antara molekul A
dan B yang berlangsung pada permukaan zat padat lebih cepat daripada
jika katalis itu tidak ada. Katalis tidak boleh mengadsorpsi hasil reaksi
dengan terlalu kuat. Ketika reaksi berlangsung, produk meninggalkan
permukaan dan ada lagi pereaksi yang teradsorpsi. Jadi permukaan itu
digunakan berkali-kali.(Hadyana,1980)
4. Konsentrasi
Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya
semakin besar pula dan sebaliknya, jika konsentrasi semakin kecil maka laju
reaksinya semakin kecil pula.(Keenaan, 1984)
Seperti disebut sebelumnya, laju suatu reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju
bertambahnya konsentrasi suatu produk. Perhatikan reaksi umum berikut:
A B + C
Konsentrasi A pada waktu t1 dinyatakan sebagai A1 dan
konsentrasi pada t2 sebagai A2, dengan tanda kurung siku berarti
87
konsentrasi dalam mol/liter. Laju rata-rata berkurangnya konsentrasi A
dinyatakan sebagai
Laju rata-rata berkurangnya A =
[ A2 ]−[ A1 ]t2−t1
=Δ [ A ]Δt
Laju rata-rata bertambahnya konsentrasi B dan C dinyatakan
sebagai
Laju rata-rata bertambahnya B =
[B2]−[ B1 ]t 2−t 1
=[C2−C1 ]
t 2−t1
=Δ [ B ]Δt
=Δ [ C ]Δt
Dalam pernyataan untuk laju rata-rata berkurangnya A, kuantitas
(A / t) adalah negatif karena A1 lebih besar A2. Karena laju
dinyatakan sebagai berharga positif menurut perjanjian, maka ditaruh tanda
minus di depan kuantitas ini sehingga -(-) = +. Hubungan satu sama lain
ketiga rumus itu adalah
−( Δ [ A ]Δt )= Δ [ B ]
Δt=
Δ [C ]Δt
5. Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat berbeda
dengan reaksi yang berlangsung dalam sistem heterogen. Pada reaksi yang
homogen, campuran zatnya bercampur seluruhnya, hal ini dapat
mempercepat berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini
dapat bersentuhan satu sama lainnya. Dalam sistem heterogen, reaksi hanya
berlangsung pada bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang
bersentuhan dari kedua fase.(Sutresna, 2007)
Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom,
atau ion-ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dulu bertumbukan. Makin
halus suatu zat, maka makin luas permukaannya sehingga makin besar
kemungkinan bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung.
Persamaan Laju Reaksi
1. Bentuk Persamaan Laju Reaski
Bentuk persamaan laju reaksi dinyatakan sebagai berikut
Reaksi : mA + nB pC + qD
88
Persamaan laju : v = kAxBy
dengan, k = tetapan jenis reaksi
x = orde reaksi terhadap pereaksi A
y = orde reaksi terhadap pereaksi B
Tetapan jenis reaksi (k) adalah suatu tetapan yang harganya
bergantung pada jenis pereaksi, suhu, dan katalis.
Pangkat konsentrasi pereaksi pada persamaan laju reaksi disebut
orde atau tingkat reaksi. Orde reaksi biasanya adalah suatu bilangan bulat
positif sederhana, tetapi ada juga yang bernilai 0,
12 , atau suatu bilangan
negatif, misalnya -1.
2. Makna Orde Reaksi
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi
pada laju reaksi.
a. Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya
jika perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju
reaksi. Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan
konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi.
b. Orde Satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu
pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi
itu. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan
menjadi 31 atau 3 kali lebih besar.
c. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi
jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.
Apabila konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan
menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.
89
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
- 3 buah beker gelas
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Stopwatch
- Termometer
- Pipet tetes
- Hot plate
- Elenmeyer
- Penjepit tabung
3.1.2 Bahan-bahan
- 10 ml Larutan Na2S2O3 0,1 M
- 10 ml Larutan Na2S2O3 0,2 M
- 10 ml Larutan HCl 1 M
- 10 ml Larutan HCl 2 M
- Kertas
- Tissue
- Pulpen
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
- Dipotong kertas persegi sesuai dengan diameter gelas kimia yang
digunakan.
- Diberi tanda silang dengan pena pada kertas tersebut.
- Diambil larutan HCl 1 M dengan pipet tetes dan dimasukkan ke
dalam gelas ukur hingga volumenya 10 ml.
- Diambil larutan Na2S2O3 0,1 M dengan pipet tetes dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga volumenya 10 ml.
90
- Diambil gelas kimia dan diletakkan di atas kertas yang telah
diberi tanda silang.
- Dimasukkan larutan Na2S2O3 tersebut ke dalam gelas kimia dan
kemudian dimasukkan juga larutan HCl yang telah diukur
sebelumnya.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan HCl
hingga tanda silang tidak terlihat lagi dari atas dengan
menggunakan stopwatch.
- Diulangi langkah ketiga sampai ketujuh untuk konsentrasi larutan
10 ml HCl 1 M 10 ml Na2S2O3 0,2 M dan HCl 2 M Na2S2O3 0,2
M.
3.2.2 Pengaruh suhu pada laju reaksi
- Dipotong kertas persegi sesuai dengan diameter gelas kimia yang
digunakan.
- Diberi tanda silang dengan pena pada kertas tersebut.
- Diambil larutan HCl 1 M dengan pipet tetes dan dimasukkan ke
dalam gelas ukur hingga volumenya 10 ml.
- Diambil larutan Na2S2O3 0,2 M dengan pipet tetes dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga volumenya 10 ml.
- Dimasukkan larutan Na2S2O3 tersebut ke dalam gelas kimia dan
dipanaskan dengan menggunakan hot plate sampai suhunya 28oC
atau suhu ruangan (digunakan termometer).
- Diletakkan gelas kimia yang berisi larutan Na2S2O3 di atas kertas
yang telah diberi tanda silang.
- Dimasukkan larutan HCl ke dalam gelas kimia tersebut.
- Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan HCl
hingga tanda silang tidak terlihat lagi dari atas dengan
menggunakan stopwatch.
- Diulangi langkah ketiga sampai kedelapan untuk konsentrasi
larutan 10 ml HCl 1 M 10 ml Na2S2O3 0,2 M hingga suhu 60oC.
91
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Pengaruh Konsentrasi pada Laju reaksi
[Hcl] [Na₂S₂O₃] T V
1 M 0,1 M 106 s 0,0094
1 M 0,2 M 39,58 s 0,025
2 M 0,2 M 31,79 s 0,031
4.1.2. Pengaruh Suhu pada Laju Reaksi
[Hcl] [Na₂S₂O₃] T t
1 M 0,2 M 28° C 55,613
1 M 0,2 M 60° C 27,16
4.2. Reaksi
Reaksi yang terjadi dari pencampuran larutan Na2S2O3 dan HCl adalah:
Na2S2O3(aq) + 2HCl(aq) 2NaCl(aq) + H2O(l) + S(s) + SO2(g)
4.3. Perhitungan
4.3.1. Pengaruh Konsentrasi pada Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi v = kHClmNa2S2O3n
a. Orde reaksi terhadap Na2S2O3 ditentukan dari percobaan 1 dan 2
92
v2
v1
=k [Na2 S2O3 ]2
m [ HCl ]2n
k [Na2 S2O3 ]1m [ HCl ]1
n
0,0250,0094
=k [0,2 ]2
m [ 1 ]2n
k [0,1 ]1m [ 1 ]1
n
2,66=2m
m=log 2log 2,66
m=0,30,42
m=0,71
b. Orde reaksi terhadap HCl ditentukan dari percobaan 2 dan 3
v3
v2
=k [Na2 S2O3]3
m [ HCl ]3n
k [Na2 S2O3]2m [ HCl ]2
n
0,0310,025
=k [ 0,2 ]3
m [2 ]3n
k [ 0,2 ]2m [1 ]2
n
1,24=2n
n=log 1,24log 2
n=0,0930,301
n=0,31
c. Orde reaksi total
m + n = 0,71 + 0,31
= 1,02
d. Konstanta reaksi
k= v
[Na2 S2O3 ]0,71 [HCl ]0,31
Berdasarkan percobaan 1
k= v
[0,1 ]0,71 [1 ]0,31
=0 ,00940,2×1
93
=0,05 M2 S−1
e. Persamaan laju reaksi lengkap
v = 0,05Na2S2O30,71 HCl0,31
4.4. Grafik
4.4.1. Pengaruh Konsentrasi
1+0,1 1+0,2 2+0,220
40
60
80
100106
39.58 31.79
Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi
KONSENTRASI (mol/Liter)
WAK
TU (S
)
4.4.2. Pengaruh Suhu
28 402530354045505560 55.61
27.16
Grafik Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi
SUHU (C)
WAK
TU (S
)
4.5. Pembahasan
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi ataupun produk dalam
suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi
94
suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi
untuk reaksi fase gas, satuan tekanan atmosfer, milimeter merkurium, atau
pascal, dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi. Satuan waktu dapat
detik, menit, jam, hari, atau bahkan tahun, bergantung apakah reaksi itu
cepat ataukah lambat.
Di dalam laju reaksi ada yang dinamakan dengan laju reaksi rata-
rata dan laju reaksi sesaat. Laju reaksi rata-rata adalah laju reaksi untuk
selang waktu tertentu. Sedangkan laju reaksi sesaaat adalah laju reaksi pada
saat waktu tertentu. Biasanya ditentukan dengan grafik yang menyatakan
hubungan antara waktu reaksi (sumbu X) dengan konsentrasi zat (sumbu Y).
Besarnya laju reaksi sesaat adalah kemiringan (gradien) garis singgung pada
saat t tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi, di antaranya
yaitu:
1. Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dapat dijelaskan
dengan menggunakan teori tumbukan. Semakin tinggi konsentrasinya
berarti semakin banyak molekul dalam setiap satuan luas ruangan,
dengan demikian tumbukan antar molekul akan semakin sering terjadi.
Semakin banyak tumbukan yang terjadi, berarti kemungkinan untuk
menghasilkan tumbukan yang efektif akan semakin besar sehingga
reaksi berlangsung lebih cepat.
2. Luas Permukaan
Pada reaksi heterogen (reaksi yang fase reaktannya tidak
sama), misalnya logam Zn dengan larutan HCl. Selain dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan HCl, laju reaksi juga dipengaruhi oleh kondisi
logam Zn tersebut. Dalam jumlah (massa) yang sama, butiran logam Zn
akan bereaksi lebih lambat daripada serbuk Zn. Reaksi akan terjadi
antara molekul-molekul HCl dengan atom-atom Zn yang bersentuhan
langsung dengan HCl lebih sedikit daripada serbuk Zn sebab atom-atom
Zn yang bersetuhan hanya atom Zn yang ada dipermukaan butiran. Jika
95
butiran Zn tersbeut dihaluskan menjadi serbuk, maka atom-atom Zn
yang semula ada di bagian dalam akan berada di bagian permukaan dan
terdapat lebih banyak atom Zn yang secara bersamaan bereaksi dengan
larutan HCl. Jadi, semakin luas permukaan bidang sentuh zat padat,
semakin banyak tempat terjadinya tumbukan antar partikel zat yang
bereaksi sehingga laju reaksi akan semakin meningkat juga.
3. Temperatur
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur.
Biasanya kenaikan sebesar 10oC akan melipatkan dua atau tiga laju
suatu reaksi antara molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat
diterangkan sebagian sebagai lebih cepatnya molekul-molekul bergerak
kian-kemari pada temperatur yang lebih tinggi dan karenanya
bertabrakan satu sama lain lebih sering. Tetapi, ini belum menjelaskan
seluruhnya, kecuali bila energi pengaktifan praktis nol. Dengan naiknya
temperatur, bukan hanya molekul-molekul lebih sering bertabrakan,
tetapi mereka juga bertabrakan dengan dampak (benturan) yang lebih
besar, karena mereka bergerak lebih cepat. Pada temperatur yang
ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan reaksi kimia akan
lebih besar, karena makin banyak molekul yang memiliki kecepatan
lebih besar dan karenaya memiliki energi cukup untuk bereaksi.
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi,
tanpa dirinya mengalami perubahan yang permanen sehingga pada
akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Suatu katalis mungkin
dapat terlibat dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama
reaksi berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalis akan
diperoleh kembali dalam jumlah yang sama. Katalis dapat mempercepat
reaksi dengan cara mengubah jalannya reaksi. Jalur reaksi yang
ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah
daripada jalur reaksi yang ditempuh tanpa katalis. Artinya katalis
berperan untuk menurunkan energi aktivasi.
96
Ada dua cara yang dilakukan katalis dalam mempercepat reaksi, yaitu:
a. Pembentukan senyawa antara (senyawa kompleks teraktivasi)
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lambat jika
energi aktivasi reaksi tersebut terlalu tinggi. Agar reaksi dapat
berlangsung dengan lebih cepat, maka dapat dilakukan dengan
cara menurunkan energi aktivasinya. Untuk menurunkan energi
aktivasi dapat dilakukan dengan mencari senyawa antara (transisi)
lain yang mempunyai energi aktivasi lebih rendah. Fungsi katalis
dalam hal ini adalah mengubah jalannya reaksi sehingga
diperoleh senyawa antara yang energinya lebih rendah. Katalis
yang bekerja dengan metode ini adalah jenis katalis homogen
(katalis yang mempunyai fase yang sama dengan fase reaktan
yang dikatalis).
b. Adsorpsi
Proses katalisasi dengan cara adsorpsi umumnya
dilakukan oleh katalis heterogen. Pada proses adsorpsi, molekul-
molekul reaktan akan teradsorpsi (terserap) pada permukaan
katalis. Akibatnya molekul-molekul reaktan tersebut akan
terkonsentrasi pada permukaan katalis sehingga daat
mempercepat reaksi. Kemungkinan lain, antar molekul yang
bereaksi tersebut akan terjadi gaya tarik sehingga menyebabkan
molekul-molekul tersebut menjadi reaktif. Agar katalis
berlangsung efektif, katalis tidak boleh mengadsorpsi zat hasil
reaksi. Bila zat hasil reaksi atau pengotor teradsorpsi dengan kuat
oleh katalis, maka menyebabkan permukaan katalis mejadi tidak
aktif. Keadaan seperti ini disebut katalis telah teracuni dan akan
menghambat terjadinya reaksi.
Umumnya bentuk persamaan laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Untuk reaksi : mA + nB pC + qD
Persamaan laju : v = kAxBy
97
x dan y disebut sebagai orde reaksi. Orde reaksi adalah pangkat
konsentrasi pereaksi pada persamaan laju reaksi. Orde reaksi menyatakan
besarnya pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju rekasi. Macam-macam
orde reaksi:
a. Orde reaksi nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu reaktan, jika
perubahan konsentrasi reaktan tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.
Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi
reaktan itu tidak mempengaruhi laju reaksi. Besarnya laju reaksi hanya
dipengaruhi oleh besarnya konstanta laju reaksi (k).
b. Orde reaksi satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu reaktan,
jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan itu. Jika
konsentrasi reaktan itu dilipat-tigakan maka laju reaksinya akan menjadi
3 kali lebih besar.
98
v
X
v
X
c. Orde reaksi dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu reaktan,
jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi rekatan itu. Jika
konsentrasi reaktan itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 32
atau 9 kali lebih besar.
d. Orde reaksi negatif
Suatu reaksi berorde negaif, jika laju reaksi berbanding terbalik
dengan konsentrasi reaktan tersebut. Jika konsentrasi reaktan tersebut
diperbesar, maka laju reaksi akan semakin kecil.
Selama perubahan kimia, perlulah bagi molekul-molekul yang
bereaksi untuk bertabrakan ketika mereka bergerak kian-kemari secara acak.
Energi aktivasi atau pengaktikfan adalah energi minimum yang harus
dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga menghasilkan tumbukan efektif atau
untuk menghasilkan suatu reaksi.
Pada hasil pengamatan, percobaan pertama, yaitu pengaruh
konsentrasi pada laju reaksi menunjukkan konsentrasi mula-mula Na2S2O3
0,1 M dengan HCl 1 M membutuhkan waktu 106 detik untuk bercampur,
Na2S2O3 0,2 M dengan HCl 1 M membutuhkan waktu 39,58 detik untuk
bereaksi atau bercampur, Na2S2O3 0,2 M dengan HCl 2 M membutuhkan
waktu 31,79 detik. Jadi, dapat dilihat bahwa Na2S2O3 0,2 M dengan HCl 2 M
bereaksi paling cepat atau memiliki laju reaksi yang paling cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap laju
99
X
v
reaksi. Larutan yang memiliki konsentrasi tinggi akan mengalami laju reaksi
yang lebih cepat pula. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasinya
berarti semakin banyak molekul dalam setiap satuan luas ruangan, dengan
demikian tumbukan antar molekul akan semakin sering terjadi, berarti
kemungkinan untuk menghasilkan tumbukan yang efektif akan semakin
besar sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.
Bukti lainnya yang menunjukkan bahwa konsentrasi berpengaruh
pada laju reaksi yaitu dengan melihat orde reaksinya. Dari perhitungan
diperoleh orde reaksi terhadap Na2S2O3 adalah 0,71 dan orde reaksi terhadap
HCl adalah 0,31, sehingga orde reaksi totalnya dalah 1,02.
Pada percobaan pertama dilakukan pencampuran larutan 0,1M
Na2S2O3 10 dengan 1M HCl 10 ml, kemudian ditunggu beberapa saat
kemudian ternyata tanda silang yang ada dikertas hilang pada hitungan ke
106 detik, dimana pada saat itu pun campuran berubah menjadi keruh. Pada
percobaan kedua, dilakukan pencampuran larutan 0,2M Na2S2O3 10 ml
dengan 1M HCl 10 ml, pada percobaan kedua ini waktu yang dibutuhkan
oleh tanda silang untuk hilang (tidak terlihat) lagi lebih cepat dari percobaan
pertama yaitu 40 detik.
Hal ini disebabkan konsentrasi larutan Na2S2O3 ditambah menjadi
0,2 M, dimana seperti yang kita ketahui bahwa semakin besar konsentrasi
maka laju reaksinya semakin cepat. Hal ini dikarenakan larutan yang
konsentrasinya besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat, jika
dibandingkan dengan larutan yang konsentrasinya kecil (encer). Sehingga
lebih sering dan lebih mudah bertumbukan.
Hal ini terjadi pula pada percobaan ketiga pencampuran larutan
0,2M Na2S2O3 10 ml dengan 0,2 M HCl 10 ml memerlukan waktu yang
lebih cepat dibandingkan percoban ke-1 dan ke-2 sebelumnya, dimana
waktu yang diperlukan agar tanda silang tidak terlihat lagi adalah 32 detik.
Hal ini dikarenakan bertambahnya konsentrasi Na2S2O3 menjadi 0,2 M dan
HCl menjadi 0,2 M. Dimana waktu yang dibutuhkan agar tanda silang tidak
terlihat lagi adalah 32 detik sehingga pada percobaan ketiga inilah yang
100
paling cepat. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar (pekat)
konsentrasi maka semakin cepat laju reaksinya.
Pada percobaan ke-4 berdasarkan pengaruh temperatur
pencampuran 0,2 M Na2S2O3 10 ml dengan HCl 10 ml, dimana Na2S2O3
pada suhu ruangan 28°C ternyata membutuhkan waktu hingga tanda silang
tidak terlihat lagi adalah 55,61 detik. Pada percobaan ke-5 pencampuran
0,2M Na2S2O3 10 ml dengan 1 M HCl 10 ml, dimana pada suhu 60°C
memerlukan waktu untuk menghilangnya tanda silang adalah 27,16 detik.
Dari hasil pengamatan percobaan ke-4 dan ke-5 terjadi perbedaan waktu,
dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya sehingga
pada suhu kamar hanya 55,61 detik sedangkan pada suhu 60°C waktu yang
diperlukan 27,61 detik.
Dalam percobaan yang dipengaruhi konsentrasi, dapat kita lihat
bahwa konsentrasi yang paling besar laju reaksinya atau paling cepat
terproses yaitu larutan Na2S2O3 0,2 M dengan HCl 2 M. Paling cepat
bereaksi karena larutan tersebut sangat pekat, moekul-molekul tersebut
sangat mudah saling bertumbukan sehingga menyebabkan laju reaksi
semakin cepat.
Dalam percobaan yang dipengaruhi suhu, dapat kita lihat bahwa
suhu yang tinggi laju reaksinya yaitu larutan Na2S2O3 0,2 M dan HCl 1 M
pada suhu 60°C. Hal ini dikarenakan suhu yang tinggi molekul-molekul itu
paling mudah untuk bertumbukan. Dalam prosedur percobaan kertas yang
dipotong dan diberi tanda silang dengan pulpen digunakan supaya pada
larutan Na2S2O3 dengan HCl yang bereaksi dapat terlihat, tidak tampak
tanda silang tersebut dinyatakan telah bereaksi meski memerlukan waktu
yang lama maupun waktu yang cepat laju reaksinya.
Fungsi dari Na2S2O3 dan HCl adalah sebagai pereaksi yang dalam
percobaan ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan suhu. Pada saat Na2S2O3 dan
HCl dengan konsentrasi yang berlainan direaksikan maka akan terjadi suatu
reaksi dari masing-masing percobaan. Dengan begitu akan memperoleh orde
101
reaksi, harga k, dan persamaan laju reaksinya. Prinsip percobaan pada laju
reaksi ini adalah didasarkan pada perubahan konsentrasi terhadap waktu.
Dari percobaan yang dilakukan diketahui bahwa larutan Na2S2O3
yang direaksikan dengan HCl ternyata menghasilkan endapan berwarna
kuning muda dan endapan tersebut adalah endapan sulfur. Dari percobaan
pula diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi pereaksi semakin cepat
laju reaksinya. Semakin tinggi suhu pereaksi maka semakin semakin cepat
pula bereaksi.dari hasil percobaan didapatkan orde reaksi dari Na2S2O3+HCl
adalah orde reaski X=-1,4 dan reaksi Y= 1,3
Na2S2O3 adalah salah satu jenis dari garam. Garam terhidrat adalah
garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang dapat mengikat
molekul-molekul air pada suhu kamar. Garam ini memiliki sifat hidroskopis
(mudah menyerap air di udara) hingga sering kali dijumpai dalam bentuk
hidratnya dibandingkan bentuk murninya.
Hcl merupakan elektrolit kuat dan merupakan asam kuat. Asam
klorida adalah salah satu senyawa yang sangat penting dalam industry
kimia. Asam klorida banyak memiliki kegunaan diantaranya adalah sebagai
bahan kimia untuk menggenerasikan kationtesin, menetralisirkan air limbah
ber-pH tinggi, pembuatan bahan kimia organik (seperti PVC) dan
pembuatan bahan kimia anorganik. HCl sangat korosif, uap HCl bias
menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Kontak fisik dengan asam yang
satu ini harus dihindari karena akan mengalami iritasi hebat.
Sifat-sifat fisik dan kimia dari larutan Na2S2O3 dan larutan HCl
antara lain:
1. Sifat fisik Na2S2O3
- Berupa hablur besar
- Tidak berwarna
- Serbuk kasar
2. Sifat kimia Na2S2O3
- Larutan netral atau basa lemah terhadap lakmus
- Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol
102
- Bersifat hidroskopis (menyerap air dalam udara)
- Densitas 1,667 g/cm³
- Massa molal 158,108 g/mol
- Titik leleh 48,3°C
- Titik didih 100°C
3. Sifat fisik HCl
- Titik didih, titik leleh, massa jenis, dan pH tergantung pada
konsentrasi atau molaritas HCl dalam suatu larutan asam.
- Konsentrasi HCl mendekati 0% sampai dengan asam klorida
berasap 40% HCl
4. Sifat kimia HCl
- Asam monoprofik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi
melepaskan satu H+ sekali.
- Larutan asam klorida, H+ bergabung dengan molekul air
membentuk ion Hidronium.
- Massa molar 36,46 g/mol
- Densitas 1,18 g/cm3
- Titik leleh -27,32°C
- Titik didih 48°C
- Tidak reaktif
- Asam kuat
Adapun faktor-faktor kesalahan yang terjadi dalam percobaan kali
ini di antaranya yaitu praktikan kurang teliti dalam menggunakan alat
percobaan, misalnya menggunakan pipet yang sama untuk mengambil
larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Pada saat mencatat waktu,
praktikan kurang teliti sehingga waktu yang diperoleh terlalu lama atau
terlalu cepat. Adanya perbedaan pendapat mengenai tanda silang yang tidak
terlihat lagi sehingga akan berpengaruh terhadap perhitungan waktunya.
103
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan “Laju Reaksi” ini maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Laju suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan metode laju awal,
yaitu laju diukur pada awal reaksi dengan konsentrasi yang berbeda-
beda. Dengan menggunakan persamaan v = kAxBy, maka dapat
diperoleh orde reaksi dan tetapan jenis reaksi untuk menghitung laju
reaksi. Atau dengan menggunakan persamaan perubahan konsentrasi
per satuan waktu. Berdasarkan percobaan, diperoleh laju reaksi v = 0,05
Na2S2O30,71HCl0,31.
b. Semakin besar suhu semakin besar laju reaksi. Hal ini dapat dilihat pada
percobaan keempat 10 ml Na2S2O3 0,2 M dengan 10 ml HCl 1 M
membutuhkan waktu 55,613 detik. Setelah dipanaskan berbeda dengan
tanpa pemanas yaitu pada percobaan kelima yaitu 10 ml Na2S2O3 0,2 M
dengan 10 ml HCl 1 M yang hanya membutuhkan waktu 27,16 detik.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi di antaranya yaitu
konsentrasi, suhu, luas permukaan, dan katalis.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya yang diamati tidak hanya
pengaruh konsentrasi dan suhu saja, tetapi juga pengaruh katalis dan
permukaan zat terhadap laju reaksi. Dalam praktikum sebaiknya untuk
menghitung waktu menggunakan stopwatch bukan stopwatch handphone.
Perlunya ketelitian dengan hati-hati terhadap hot plate.
104
DAFTAR PUSTAKA
Goldberg, Daud E.Ph.D. 1998. Kimia Untuk Pemula Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Hadyana, Aloysius. 1980. Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
105