Upload
msetiawan11
View
43
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap
Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
A. Latar Belakang
Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997,
sementara ini telah berlangsung hampir sebelas tahun dan telah berubah menjadi
krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak
perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur.
Memang krisis ini tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter
saja, karena sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang
secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di
banyak tempat karena musim kering yang panjang dan terparah selama 50 tahun
terakhir, hama, kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa
kerusuhan yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu dan
kelanjutannya.
Krisis moneter ini terjadi, meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa
lalu dipandang cukup kuat dan disanjung-sanjung oleh Bank Dunia. Yang
dimaksud dengan fundamental ekonomi yang kuat adalah pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi, laju inflasi terkendali, tingkat pengangguran relatif rendah,
neraca pembayaran secara keseluruhan masih surplus meskipun defisit neraca
berjalan cenderung membesar namun jumlahnya masih terkendali, cadangan
devisa masih cukup besar, realisasi anggaran pemerintah masih menunjukkan
sedikit surplus.
Sekarang ini banyak orang berpendapat bahwa perekonomian Bangsa Indonesia
sekarang ini memang sudah terlepas dari dampak krisis ekonomi, tetapi
pembangunan ekonomi cenderung mengalami stagnasi yang dicirikan dari
rendahnya angka pertumbuhan dan semakin rendahnya tingkat kesejahteraan dari
sebagian besar masyarakat.
1
Krisis ekonomi kini sudah berusia lebih dari sebelas tahun, namun tanda-tanda
pemulihan yang diharapkan agaknya masih berjalan sangat lambat dan terseok-
seok, walaupun nilai tukar rupiah semakin menguat dan kondisi sosial politik
nasional sudah semakin membaik. Pemulihan ekonomi yang berjalan lambat ini
ditunjukkan antara lain dari masih rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi
nasional, tingginya angka pengangguran dan kemiskinan serta berhentinya
perkembangan kegiatan usaha berskala besar. Di tengah pemulihan ekonomi yang
masih lambat ini, perekonomian nasional dihantui pula dengan ambisi nasional
untuk melakukan otonomi daerah dan desentralisasi.
Dalam situasi dan kondisi ekonomi yang belum kondusif ini, pengembangan
kegiatan usaha kecil dan menengah (UKM) dianggap sebagai salah satu alternatif
penting yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian
nasional dan daerah. Selain itu pengembangan kegiatan UKM relatif tidak
memerlukan kapital yang besar dan dalam periode krisis selama ini, UKM relatif
“tahan banting”. UKM memang bisa dikatakan tahan terhadap krisis ekonomi
karena bahan baku yang digunakan kebanyakan tersedia di dalam negeri.
UKM, khususnya sektor perdagangan menjadi pilihan menarik masyarakat
untuk mengatasi dampak krisis ekonomi setelah produksi pertanian terus menurun
akibat hasil panen yang kurang baik. Terbukti dari beberapa usaha yang ada,
ternyata hanya sektor perdagangan yang kontibusinya terus meningkat sejak krisis
ekonomi.
Berdasar latar belakang tersebut, maka perlu untuk diketahui pemahaman
mengenai pengaruh krisis ekonomi terhadap usaha kecil dan menengah (UKM)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh krisis ekonomi terhadap usaha kecil dan menengah (UKM)?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh krisis ekonomi terhadap usaha kecil menengah dan
(UKM).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Potensi dan Kontribusi UKM Dalam Perekonomian
Usaha kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan penting dalam ekonomi
Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan
lapangan kerja. Besarnya peran UKM ini mengindikasikan bahwa UKM
merupakan sektor usaha dominan dalam menyerap tenaga kerja.
UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara
ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai gambaran, kendati
sumbangannya dalam output nasional dan ekspor non migasnya hanya sedikit,
namum UKM memberi kontribusi besar dalam jumlah badan usaha di Indonesia
serta mempunyai andil yang besar pula pada penyerapan tenaga kerja. Namun
dalam kenyataannya, selama ini UKM kurang mendapatkan perhatian. Dapat
dikatakan bahwa kesadaran akan pentignya UKM dapat dikatakan barulah muncul
belakangan ini saja.
Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan
ini memandang penting keberadan UKM. Alasan pertama adalah kinerja UKM
cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua,
sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan
produktvitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena
sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas daripada
usaha besar.Selain itu,usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah
memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah
unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.
Ciri dan problem UKM terdiri dari enam aspek. Pertama, kegiatannya
cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki rencana usaha. Kedua, struktur
organisasinya bersifat sederhana. Ketiga, sebagaian besar UKM tidak melakukan
3
pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan persahaan. Keempat, sistem
akuntansinya kurang baik, bahkan kadang-kadang tidak memilikinya sama sekali.
Kelima, skala ekonominya kecil sehingga sulit untuk bisa menekan biaya. Dan
yang keenam, kemampuan pemasaran dan diversifikasi pasarnya cenderung
terbatas.
Untuk perkembangannya, UKM tidak hanya terdapat di Pulau Jawa saja,
melainkan juga tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Umumnya UKM ini
bergerak di berbagai sentra industri yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Sentra industri kecil ini umumnya bergerak di industri yang mengolah sumber
daya alam dan menghasilkan barang-barang yang khusus diproduksi daerah-daerah
tersebut. Kebanyakan UKM yang relatif besar (dengan rata-rata penjualan di atas
Rp. 1 Miliar setahun) yang bergerak di sektor indusri manufaktur relatif lebih
banyak terdapat di Pulau Jawa, sedangkan UKM yang relatif lebih kecil (dengan
penjualan kurang dari Rp. 1 Miliar setahun) lebih banyak terdapat di daerah luar
Jawa.
Potret dominasi UKM di Pulau Jawa tentu saja bukan merupakan hal yang
mengejutkan. Hal ini karena kegiatan ekonomi nasional berpusat di Jawa dengan
penduduk melebihi dua per tiga total penduduk Indonesia, sehingga berfungsi
sebagai daya tarik pengembangan kegiatan usaha. Daya tarik lain yakni karena
akses dan fasilitas untuk pengembangan kegiatan ekonomi di Pulau Jawa jauh
lebih baik dibandingkan pulau-pulau lain di luar Pulau Jawa.
RencanaTingkat Jangka Menengah (RTJM) UKM merekomendasikan tiga
strategi pengembangan UKM yang akan dilaksanakan secara bertahap.
Rekomendasi ini merupakan bentuk pendekatan keterpaduan antara program
pengembangan UKM. Tiga strategi pengebangan UKM dalam RencanaTingkat
Jangka Menengah (RTJM) adalah :
1. Menciptakan lingkungan usaha yang kondusif bagi UKM.
2. Menguatkan daya saing UKM dengan meningkatkan akses kepada jasa
keuangan dan kualitas dari jasa keuangan. 4
3. Meningkatkan akses UKM pada jasa keuangan.
Suatu faktor penting di beberapa daerah yang sangat mengurangi daya saing
UKM adalah pungutan liar (pungli) atau sumbangan waib yang dikenakan pejabat
aparat pemerintah. Pungutan liar ini tentu saja akan meningkatkan biaya operasi
UKM sehingga mengurangi daya saing mereka. Dengan demikian, pungutan liar
maupun beban fiskal yang memberatkan perkembangan UKM di daerah harus
dihapuskan.
Selain penciptaan lingkungan yang kondusif, pengembangan program UKM
yang berorientasi pasar harus dikembangkan. Pengembangan program UKM yang
berorientasi pasar ini didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan kebutuhan riil
UKM. Fokus dari program ini adalah yakni pertumbuhan UKM yang efisien
ditentukan oleh pertumbuhan produktivitas UKM yang berkelanjutan, dan pada
gilirannya akan mendorong pertumbuhan UKM yang berkelanjutan pula.
Pengembangan UKM berorientasi pasar terebut, terdiri dari empat unsur pokok,
yaitu :
1. Pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM.
2. Pengembangan lembaga-lembaga finansial yang bisa memberikan akses
kredit yang lebih mudah kepada UKM atas dasar transparansi.
3. Pelayanan jasa-jasa pengembangan bisnis non-finansial kepada UKM yang
lebih efektif.
4. Pembentukan aliansi strategis antara UKM yang satu dengan yang lainnya
atau dengan usaha besar di Indonesia maupun di luar negeri.
Untuk pengembangan lembaga-lembaga finansial yang memberikan akses
kredit kepada UKM atas dasar terbuka dan transparan diperlukan pengembangan
lembaga-lembaga finasial yang sehat. Lembaga finansial wajib memudahkan akses
kredit kepada UKM atas dasar terbuka dan transparan. Pengalaman dengan
berbagai kredit untuk UKM telah menunjukkan bahwa akses yang mudah ke
berbagai sumber pendanaan jauh lebih efektif dalam membantu operasi UKM
daripada suku bunga kredit.5
B. Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap UKM
Indonesia dilanda krisis moneter sejak pertengahan tahun 1997 dan berlangsung
sampai sekarang yang kemudian menyebar ke semua aspek kehidupan kenegaraan
dan kemasyarakatan. Mata uang rupiah yang awalnya bernilai Rp. 2400 per 1 $
AS, terpuruk mencapai Rp. 14.000 per 1 $ AS. Anjloknya harga mata uang rupiah
tersebut membawa akibat banyaknya sektor riil mengalami kebangkrutan dan
harga suku cadang semua sarana melambung sehingga banyak sarana yang tidak
dapat berungsi sebagaimana yang diharapkan. Dengan keadaan yang demikian,
maka banyak sektor usaha yang tidak dapat lagi melaksanakan fungsinya. Akibat
selanjutny adalah pasokan bahan pokok menurun drastis, daya beli masyarakat
merosot tajam, pengangguran semakin meluas, penerimaan negara berkurang,
keamanan semakin rawan dan berbagai hal yang kurang menguntungkan. Guna
mengatasi keadaan tersebut, semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat
luas diharapkan dapat berperan sesuai dengan bidang tugas dan kemampuannya
masing-masing.
Krisis ekonomi sekarang ini, tentu telah menyulitkan masyarakat dalam
kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini bukanlah hal yang mengejutkan apabila
pengangguran, hilangnya penghasilan serta kesulitan memenuhi kebutuhan pokok
merupakan persoalan-persoalan sosial yang sangat dirasakan masyarakat sebagai
akibat dari krisis ekonomi. Dengan kata lain, ketiga hal tersebut merupakan
persoalan sangat pelik yang dihadapi masyarakat pada umumnya.
Sejak gejala krisis muncul dan pekembangan usaha besar tidak memberikan
dampak yang signifikan terhadap pembangunan, perhatian berbagai pihak
dialihkan pada pengembangan usaha berskala kecil dan menengah. Usaha besar
yang rentan terhadap gejolak nilai tukar karena banyak menggunakan bahan baku
impor serta beban utang konglomerasi dengan perbankan, dianggap sebagai salah
satu sumber yang memperburuk dampak krisis di Indonesia. Sebaliknya UKM
yang sebenarnya menunjukkan kinerja yang lebih baik dari sisi daya tahan
terhadap krisis maupun kemampuan untuk menembus pasar ekspor, ternyata luput 6
dari perhatian akibat kebijakan yang bias pada usaha besar. Ketika krisis ekonomi
menimpa Indonesia, usaha kecil terbukti memiliki daya tahan terhadap krisis,
bahkan UKM dapat menggerakkan perekonomian nasional.
Sementara itu, belakangan ini banyak diungkapkan bahwa UKM memiliki
peran penting bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi. Dengan memupuk UKM
diyakini pula akan dapat dicapai pemulihan ekonomi. Usaha kecil sendiri pada
dasarnya sebagian besar bersifat informal. Oleh karena itu relatif lebih mudah
untuk dimasuki oleh pelaku-pelaku usaha yang baru. Pendapat mengenai peran
UKM atau sektor informal tersebut ada benarnya, setidaknya bila dikaitkan dengan
perannya dalam meminimalkan dampak sosial dari krisis ekonomi khususnya
persoalan pengangguran dan hilangnya penghasilan masyarakat.
UKM sebetulnya juga mempunyai keunggulan dalam menyerap tenaga kerja di
masa krisis ekonomi. Krisis ekonomi rupanya telah mempertinggi kemampuan
masing-masing UKM untuk menyerap tenaga kerja. Dengan kata lain, sektor
tersebut telah turut berperan dalam mengatasi persoalan pengangguran yang
diakibatkan oleh krisis ekonomi.
UKM boleh dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap
bertahan dalam mengadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas
usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. Dengan hal ini maka
persoalan pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan impikasinya adalah
juga dalam hal pendapatan. Bagaimana dengan menurunnya pendapatan
masyarakat yang tentu saja mengurangi daya beli masyarakat terhadap produk-
produk yang sebelumnya banyak disuplai oleh usaha berskala besar? Bukan tidak
mungkin produk-produk UKM justru menjadi substitusi bagi produk-produk usaha
besar yang mengalami kebangkrutan atau setidaknya masa-masa sulit akibat krisis
ekonomi. Jika demikian halnya maka kecenderungan tersebut sekaligus juga
merupakan respon terhadap merosotnya daya beli masyarakat.
Peranan UKM dalam ekspor sebelum terjadinya krisis ekonomi relatif rendah
bila dibandingkan dengan kontribusinya pada periode krisis. Kontribusi UKM 7
terhadap penerimaan ekspor yang meningkat tersebut paling tidak mempunyai tiga
arti penting. Pertama, UKM merupakan kegiatan ekonomi yang relatif tahan
banting dibandingkan dengan kegiatan usaha besar. Kedua, peran UKM dalam
penerimaan ekspor nasional cukup penting dan berpotensi untuk lebih ditingkatkan
lagi di masa datang. Ketiga, pengembangan potensi ekspor UKM ini dapat
membantu meringankan tekanan pada neraca pembayaran internasional sebagai
akibat dari besarnya hutang luar negeri.
Namun demikian, kondisi ekonomi para pengusaha kecil dan menengah dinilai
masih buruk. Pemerintah selama ini dinilai oleh sebagian besar masyarakat lebih
memperhatikan para konglomerat daripada pengusaha kecil dan menengah.
Dibandingkan dengan pengusaha besar atau konglomerat, pengusaha kecil dan
menengah dirasakan lebih sering menghadapi kendala dalam permasalahan, seperti
perizinan usaha, memperoleh atau menambah modal usaha, atau dalam
kemampuan membayar hutang. Semua keluhan tersebut membuahkan
ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, karena masyarakat melihat
pemerintah cenderung menganaktirikan keberadaan UKM.
8
BAB III
PENUTUP
Ketika krisis ekonomi menimpa Indonesia, usaha kecil terbukti memiliki daya
tahan terhadap krisis, bahkan UKM dapat menggerakkan perekonomian nasional. Akan
tetapi pengandaian bahwa sektor UKM tahan terhadap krisis itu perlu dikritisi lebih
lanjut. Karena sebagaimana unit usaha pada umumnya, UKM pun tak akan bisa lepas
dari hukum demand and supply. Artinya, ada persoalan pada sisi demand (daya beli
masyarakat) tentu akan berdampak pada volume permintaan terhadap komoditas yang
dihasilkan oleh UKM.
Dalam siuasi tertentu, UKM memang bisa dikatakan tahan terhadap krisis karena
bahan baku yang digunakan sebagain besar tersedia di dalam negeri. Melambungnya
nilai dollar AS tidak akan memiliki dampak serius bagi UKM, karena komponen impor
dari produk mereka nyaris tidak ada. Tetapi yang pasti, krisis ekonomi telah
berdampak serius terhadap penurunan daya beli masyarakat.
Penurunan daya beli masyarakat secara umum itu jelas akan sangat mempengaruhi
terjadinya penurunan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan oleh UKM.
Perkembangan semacam ini memberikan sinyal betapa UKM pun ternyata tidak bisa
menghindar dari dampak krisis ekonomi.
Dampak krisis itupun diperparah lagi dengan fenomena ekonomi biaya tinggi,
terutama sejak pelaksanaan otonomi daerah. Tingginya pungutan,uang preman,
kebersihan, dan sebagainya,mulai dari resmi, setengah resmi, maupun illegal, semakin
menjadi masalah serius bagi UKM.
Pungutan itu kemudian dimasukkan dalam komponen produksi yang pada
akhirnya nanti akan memperbesar harga (ongkos produksi) dan berakibat mahalnya
komoditas yang dihasilkan oleh UKM. Kalau kita mau sedikit melihat pengusaha kecil
dan menengah dengan seksama, kita akan mendapatkan informasi yang sangat
mengejukan, yaitu ternyata rentetan pungutan yang mereka hadapi tak kalah besarnya,
9
entah itu uang kebersihan, uang keamanan, uang lingkungan, sampai pada “uang
preman”.
Prospek bisnis UKM di Indonesia masih menghadapi ujian berat, walaupun dari
sisi potensi jumlah dan kemampuan menyerap tenaga kerja, UKM memiliki
keunggulan mutlak. Ujian berat yang dihadapi UKM masih berkutat dalam hal
peningkatan kemampuan internalnya sendiri, maupun juga permasalahan eksternal
lainnya. Kondisi UKM yang belum baik ini, jika tidak diperbaiki segera akan menjadi
bertambah terpuruk dengan adanya perdagangan bebas dan otonomi daerah yang
sekarang sudah berjalan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kemelut yang dihadapi
UKM maka tidak lain kebijakan yang mendorong langsung perkembangan UKM pada
masa kini dan di masa datang sangat diperlukan. Kebijakan langsung yang dimaksud
bukan hanya dalam hal penyediaan faktor-faktor produksi dan lingkugan bisnis yang
sangat diperlukan UKM, melainkan juga kebijakan proteksi terhadap UKM tertentu.
Kebijakan proteksi ini jangan ditafsirkan bahwa kita harus segera menghentikan
komiten kita terhadap semangat liberalisme dan globalisasi yang telah kita setujui,
namun lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk menyeleksi kegiatan-kegiatan ekonomi
yang masih harus dilindungi, terutama UKM yang baru tumbuh maupun UKM yang
mempunyai keterkaitan dengan rakyat banyak. Ini karena apabila tidak dilindungi,
maka UKM dalam kelompok ini akan tergilas dengan adanya perdagangan bebas.
Singkatnya, prospek bisnis UKM saat ini dan yang akan datang dalam menghadapi
krisis ekonomi sangat tergantung tidak hanya pada upaya kita dalam meningkatkan
daya saing UKM, melainkan juga pada komitmen nasional untuk secara serius
mengembangkan kegiatan usaha ini. Tanpa semua itu, krisis ekonomi hanya akan
menjadi bencana bagi kelangsungan pembangunan Indonesa saat ini dan yang akan
datang.
Terlepas dari semua itu, bisa dibuktikan bahwa UKM juga memiliki kemampuan
untuk menjadi pilar penting bagi perekonomian masyarakat dalam menghadapi terpaan
krisis ekonomi. Hal ini tidak lepas dari kemampuan UKM untuk merespon krisis
ekonomi secara tepat dan fleksibel dibandingkan kemampuan usaha besar. 10
DAFTAR PUSTAKA
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0203/04/nasional/bers08.htm
http://209.85.175.104/search?qcache:xJTAezwCmYEJ:www.iptekda.li...
http://209.85.175.104/search?qcache:xJTAezwCmYEJ:www.smecda...
http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=328&db=gis
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_20/artikel_7.htm
http://www2.kompascom/kompas-cetak/0203/05/NASIONAL/kabu08.htm
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0303/19/jatim/192443.htm
http://www.kosasih.org/demo1/page.php?display=dinamis&kategori=1...
http://www.smecda.com/deputi7/file_infokop/edisis%2023/CARUNY...
11