16
TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Leadership Dosen pengampu : Drs. Rudi Kusubagio, M.M. Oleh : Rizky Widiyanto (1310411050)

Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tipe dan gaya kepemimpinan

Citation preview

Page 1: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Leadership

Dosen pengampu : Drs. Rudi Kusubagio, M.M.

Oleh :

Rizky Widiyanto (1310411050)

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2015

Page 2: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam memimpin sebuah komunitas atau organisasi, setiap pemimpin

memiliki ciri dan khas masing-masing yang nantinya akan berdampak terhadap

performa setiap anggotanya. Tipe dan gaya kepemimpinan setiap pemimpin

memiliki nilai positif dan nilai negatif terhadap anggota organisasi, hal tersebut

menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi pemimpin untuk menerapkan gaya

manakah yang akan ia terapkan yang sesuai dengan kondisi anggota organisasinya

tentu saja.

Stoner, mengatakan bahwagaya kepemimpinan (leadership style)

adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses

mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Stoner membagi dua gaya

kepemimpinan yaitu:

1. Gaya yang berorientasi dalam mengawasi tugas pegawai secara ketatuntuk

memastikan tugas dilaksanakan dengan memuaskan. Pelaksanaan tugas

lebih ditekankan pada pertumbuhan pegawai dan kepuasan pribadi

2. Gaya berorientasi pada pegawai lain, menekankan pada memotivasi

ketimbang mengendalikan bawahan. Gaya ini menjalin hubungan

persahabatan, saling percaya, dan salaing menghargai dengan pegawai

yang sering kali diizinkan untuk berpartisipasi dalam membuat

keputusanuntuk melaksanankan sesuatu.

 1.2. RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah apa

sajakah tipe dan gaya kepemimpinan yang dapat diketahui sisi positif dan

negatifnya.

1.3. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka diharapkan makalah ini

dapat menjelaskan tentang berbagai macam tipe dan gaya kepemimpinan.

Page 3: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gaya Kepemimpinan Autokratis (Otoriter)

Menurut Rivai (2003:61), kepemimpinan autokratis adalah gaya

kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam

mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang

paling diuntungkan dalam organisasi.

Robbins dan Coulter (2002:460) menyatakan gaya kepemimpinan

autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan

kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat

keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan.

Lebih lanjut Sukanto (1987:196-198) menyebutkan ciri-ciri gaya

kepemimpinan autokratis :

a. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.

b. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap

waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak

pasti untuk tingkatan yang luas.

c. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama

setiap anggota.

Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997:304), ciri-ciri

gaya kepemimpinan autokratis :

a. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.

b. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.

c. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan

kecamannya terhadap kerja setiap anggota.

d. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali

bila menunjukan keahliannya.

2.2. Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif

 Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang

pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang

kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral

Page 4: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri

sendiri (Rivai, 2006:61).

Menurut Robbins dan Coulter (2002:460), gaya kepemimpinan

demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan

karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong

partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang

ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk

melatih karyawan. Jerris (1999:203) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang

menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan

kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan

banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987:196-198) :

a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan

diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.

b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk

tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk

teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur

yang dapat dipilih.

c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan

pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.

Lebih lanjut ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan

Reksohadiprodjo, 1997:304) :

a. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.

c. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan

kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa

dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.

2.3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang

secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam

Page 5: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut

karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002:460).

Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas

(pp.196-198) :

a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan

partisipasi minimal dari pemimpin.

b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin

yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi

pada saat ditanya.

c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan

tugas.

d. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan

anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau

mengatur suatu kejadian.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan

Reksohadiprodjo, 1997:304):

a. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya

sendiri.

b. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.

c. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai

tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

2.4. Tipe Kepemimpinan Partisipatif

Mitch Mc Crimmon (2007) menulis bahwa menjadi pemimpin yang

partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini

terutama penting manakala pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan

masalah yang kompleks atau membuat keputusan yang akan berdampak pada

anggota tim.

Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya

dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan.

Gaya pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai

“partisipatif” karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan

keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipatif ini,

Page 6: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan

pembuatan keputusan.

Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan

gaya ini cenderung berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih

memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat. Mereka

mendorong para anggota untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan

kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan,

menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai

dan menghormati dengan para anggota kelompok.

Selain itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran bawahan

terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat

perspektif baru. Melalui gaya ini, pemimpin terus merangsang kreativitas

bawahan dan mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru

terhadap masalah-masalah lama. Bawahan didorong untuk berpikir mengenai

relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan, dan bentuk organisasi yang ada.

Bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan

berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri, didorong untuk menetapkan

tujuan atau sasaran yang menantang. Dengan kata lain, bawahan diberi

kesempatan untuk mengekspresikan dan mengembangkan dirinya melalui tugas-

tugas yang dihadapinya. Pemimpin gaya partisipatif menunjukkan perilaku dan

perhatian terhadap anak buah yang sifatnya individual (individual consideration).

Artinya dia bisa memahami dan peka terhadap masalah dan kebutuhan tiap-tiap

anak buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buah yang merasa bahwa sang

pemimpin mampu memahami dirinya sebagai individu. Setiap anak buah merasa

dekat dengan pemimpinnya dan merasa mendapat perhatian khusus. Perhatian

individual dapat berupa aktivitas pembimbingan dan mentoring, yang merupakan

proses pemberian feedback yang berkelanjutan dan pengkaitan misi organisasi

dengan kebutuhan individual sang anak buah. Dengan demikian anak buah akan

merasakan pentingnya berusaha dan bekerja semaksimal mungkin atau

menunjukkan kinerja yang tinggi karena itu terkait langsung dengan

kebutuhannya sendiri. Bawahan lebih merasa memiliki respek terhadap atasan

yang kompeten dibandingkan atasan yang lebih mengedepankan aspek struktur.

Page 7: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-usaha seorang

pemimpin untuk mendorong dan memudahkan partisipasi oleh orang lain dalam

membuat keputusan-keputusan yang tidak dibuat oleh pemimpin itu sendiri. Gaya

kepemimpinan partisipatif adalah seorang pemimpin yang mengikutsertakan

bawahan dalam pengambilan keputusan (Yukl, 1998). Adapun aspek-aspek dalam

gaya kepemimpinan partisipatif mencakup konsultasi, pengambilan keputusan

bersama, membagi kekuasaan, desentralisasi dan manajemen yang demokratis.

Indikator langsung dari adanya kepemimpinan partisipatif ini terletak pada

perilaku para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi karyawan terhadap gaya

kepemimpinan yang digunakan (Riyono dan Zulaifah, 2001).

Partisipatif adalah berkaitan dengan tingkat kematangan dari sedang ke

tinggi. Seorang pengikut atau bawahan pada tingkat perkembangan ini memiliki

kemampuan tetapi tidak berkeinginan untuk melakukan suatu tugas yang

diberikan. Ketidakinginan mereka itu seringkali disebabkan karena kurangnya

keyakinan. Namun bila mereka yakin atas kemampuannya tetapi tidak mau maka

keengganan mereka untuk melaksanakan tugas tersebut lebih merupakan

persoalan motivasi dibandingkan persoalan keamanan. Dalam kasus-kasus seperti

ini pemimpin perlu membuka komunikasi dau arah dan secara aktif mendengar

dan mendukung usaha-usaha para pengikut untuk menggunakan kemampuan yang

telah mereka miliki. Dengan demikian gaya yang mendukung, tanpa

mengarahkan, partisipatif mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi untuk

diterapkan bagi individu dengan tingkat kematangan seperti ini. Gaya ini disebut

partisipatif karena pemimpin atau pengikut selain tukar-menukar ide dalam

pembuatan keputusan, dengan peranan pimpinan yang utama memberikan fasilitas

dan berkomunikasi. Gaya ini melibatkan perilaku hubungan kerja yang tinggi dan

perilaku berorientasi tugas yang rendah. Pada gaya kepemimimpinan ini, seorang

pengikut memungkinkan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya

sehingga mereka memperoleh kesempatan untuk mewujudkan perannya dalam

kelompok, dimana mereka memiliki kemampuan yang setiap saat dapat

diberdayakan pemimpin bagi kemajuan kelompok dan organisasi yang dikutinya.

Alasan kenapa harus kepemimpinan partisipatif :

Page 8: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

Secara sadar kita ingin membangun kemampuan tim kita. Tetapi ketika

kita akan membuat keputusan, apakah kita akan melibatkan anggota tim ataukah

kita buat keputusan sendiri dengan alasan untuk menghemat waktu ? Seorang

pemimpin yang partisipatif berarti melibatkan tim dalam membuat beberapa

keputusan kunci, bukan seluruh keputusan.

Tapi pertama-tama, mari kita lihat mengapa ada manager yang tidak

terlalu partisipatif ? Alasan utama ialah karena mereka berpikir bahwa mereka

harus terlihat kuat, tegar, independen dan tegas; agar bisa dilihat sebagai manager

yang efektif. Mereka merasa bahwa kalau menerapkan kepemimpinan partisipatif

maka mereka terlihat lemah atau tidak tegas. Memang pada organisasi yang

anggotanya masih memiliki pandangan "bergaya lama", anggota tim atau

pekerja/staf berharap agar manager mereka mampu membuat keputusan dan tidak

perlu meminta masukan dari anggotanya. Di pihak lain, beberapa manager

memang masih senang dengan perasaan memiliki kontrol dan kekuasaan untuk

membuat keputusan. Yang terakhir, keterbatasan waktu kerap mendorong para

manager untuk membuat keputusan sendiri.

Konsep kepemimpinan partisipatif tentunya diperkenalkan karena

sejumlah keunggulan yang dimilikinya. Mengapa kita perlu mengadopsi gaya

kepemimpinan partisipatif? Sekarang ini, begitu banyak staf yang pandai,

profesional yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang tinggi. Memotivasi

para staf yang pandai dan profesional bisa dimulai dengan membuat mereka

merasa dihargai. Tidak ada yang lebih sederhana dan baik untuk membuat mereka

merasa dihargai selain meminta mereka, secara ikhlas, memberikan saran. Kita

bisa menepuk punggung mereka dan menghargai apa yang sudah mereka lakukan

tetapi ini tidak seefektif memotivasi melalui pelibatan mereka dalam pembuatan

keputusan. Alasan kedua pada dasarnya merupakan akibat dari yang pertama. Staf

yang terlibat dalam pembuatan keputusan akan lebih merasa memiliki terhadap

program.

Tambahan lagi, sebagian besar pekerjaan kita sehar-hari menuntut

orang untuk berpikir dan memecahkan masalah. Pekerjaan kita pada dasarnya juga

adalah pekerjaan mental (mental work). Bila suatu tim perlu berpikir kreatif untuk

memecahkan masalah, meningkatkan produktivitas atau efektivitas program;

Page 9: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

maka cara terbaik untuk mencapai mental work melalui staf adalah dengan

meminta saran mereka.

Pertanyaan yang menggelitik adalah apakah kita sudah benar-benar

menerapkan kepemimpinan partisipatif? Bila kita meminta saran dan masukan

dari staf untuk meningkatkan kualitas keputusan yang akan dibuat, tetapi pada

akhirnya kita mementahkan segala masukan itu; apakah itu dapat kita sebut

sebagai kepemimpinan partisipatif ?

Ada hal penting yang harus dimiliki seorang manager untuk bisa

menerapkan kepemimpinan partisipatif secara pas. Dia harus memiliki pandangan

positif tentang staf. Seorang manager harus menempatkan atau memandang staf

sebagai kekayaan/asset yang mampu (capable) memberikan sumbangan

pemikiran. Seorang manager juga perlu open minded atau berpikiran terbuka. Hal

ini mutlak diperlukan karena kadang atau bukan tidak mungkin, masukan dari staf

berdeda atau bahkan bertentangan dengan pemikiran awal para manager. Yang

terakhir, positive thinking. Manager yang memiliki pikiran positif tidak akan

secara serta merta menduga apalagi menuduh staf yang berpikiran 'berbeda'

sebagai penentang. Hanya manager yang berpikiran positif yang akan mampu

membaca "kemurnian" ide dan saran staf. Manager yang pikirannya diwarnai

dengan segala macam hal negatif tentang staf, akan sulit menerima saran dan

masukan dari staf. Pada akhirnya, masukan dari staf tidak dijadikan bahan

pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Bila ini terjadi, maka pelibatan staf

dalam pembuatan keputusan hanya bersifat semu. Bukan yang sebenarnya.

Singkat kata, Kepemimpinan partisipatif hanya bisa dijalankan oleh

manager yang telah memiliki kesiapan dan kematangan. Sikap dan pandangan

manager yang belum siap dan matang; yang dicirikan oleh ketidaksiapan

menerima masukan yang berbeda, pandangan 'curiga' dan 'tidak percaya' pada

kesungguhan dan kemurnian pemikiran staf; justru akan menjadi bumerang bagi

organisasi, tim atau perusahaan. Alih-alih merasa dihargai, staf justru akan merasa

dipermainkan dan tidak dihargai.

Sudahkah kita menjalankan kepemimpinan partisipatif ? Tentu tidak

mudah kita menemukan jawabannya. Apalagi bila kita belum bisa 'membaca' dan

'memahami' staf atau anggota tim kita.

Page 10: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan
Page 11: Tipe Dan Gaya Kepemimpinan

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Gaya dan ttipe kepemimpinan sangat mempengaruhi partisipasi

anggota terhhadap suatu organisasi. Oleh karena itu sudah menjadi tugas dari

sdeorang pemimpin untuk mempelajari sifat dari para anggotanya untuk dapat

menerapkan gaya dan tipe mana yang akan dipakai untuk melakukan pendekatan

terhadap anggotanya, karena setiap anggota memiliki keinginan dan cara dipimpin

yang berbeda pula.