31
Bagian satu: PARADIGMA DAN PRINSIP 1. Dari Dalam Ke Luar Persepsi mempengaruhi cara kita memandang dan memandang mempengaruhi bagaimana kita berprilaku. Untuk mengubah situasinya, kita harus mengubah diri secara efektif dan mengubah persepsi terlebih dulu. Etika karakter mengajarkan prinsip kehidupan yang efektif. Orang bisa sejatinya berhasil dan abadi dalam kebahagiaan jika belajar mengintegrasikan prinsip ke dalam karakter, bukan dengan tehnik kepribadian yang jelas menipu dan manipulatif. Tehnik epribadian melahirkan sikap bermuka dua yang bila dekatuhi melahirkan ketidak percayaan. Semua berjalan sesuai hukum alam, apa yang ditabur itu yang dipanen. Sebenarnya apa yang kita lihat bukan sebagaimana hal itu adanya dan seharusnya, melainkan sebagaimana kita adanya terkondisikan melihatnya. Benar atahu salah suatu paradigma adalah sumber dari sikap dan prilaku kita yang akhirnya merupakan sumber hubungan kita dengan orang lain. Paradigma berubah berarti melihat, berfikir, merasa dan berprilaku dengan cara berbeda. Kita tidak dapat mengubah cara pandang tanpa sekaligus mengubah keberadaan kita begitupun sebaliknya. Prinsip adalah wilayah, nilai adalah peta, dengan prinsip yang benar, kita memiliki kebenaran pengetahuan tentang segala sesuatu sebagaimana adanya. Nilai yang benar akan memberiiiii efektivitas pribadi dan antarpribadi yang jauh lebih besar dibandingkan upaya apa pun yang dikerahkan untuk mengubah sikap dan prilaku kita. Jika ingin perubahan kecil ubahlah kebiasaan, tetapi jika ingin perubahan quantum ubahlah paradigma. Dari dalam ke luar berarti memulai dari diri sendiri lebih mendasar dari bagian paling dalam dari diri dengngan paradigma, karakter dan motif. Pendekatan dari dalam ke luar menyatakan bahwa kemenangan pribadi mendahului kemenangan publik. Yang Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 1

The 7 Habits of Highly Effective People

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: The 7 Habits of Highly Effective People

Bagian satu: PARADIGMA DAN PRINSIP

1. Dari Dalam Ke Luar

Persepsi mempengaruhi cara kita memandang dan memandang mempengaruhi

bagaimana kita berprilaku. Untuk mengubah situasinya, kita harus mengubah diri secara

efektif dan mengubah persepsi terlebih dulu.

Etika karakter mengajarkan prinsip kehidupan yang efektif. Orang bisa sejatinya

berhasil dan abadi dalam kebahagiaan jika belajar mengintegrasikan prinsip ke dalam

karakter, bukan dengan tehnik kepribadian yang jelas menipu dan manipulatif. Tehnik

epribadian melahirkan sikap bermuka dua yang bila dekatuhi melahirkan ketidak

percayaan. Semua berjalan sesuai hukum alam, apa yang ditabur itu yang dipanen.

Sebenarnya apa yang kita lihat bukan sebagaimana hal itu adanya dan seharusnya,

melainkan sebagaimana kita adanya terkondisikan melihatnya. Benar atahu salah suatu

paradigma adalah sumber dari sikap dan prilaku kita yang akhirnya merupakan sumber

hubungan kita dengan orang lain. Paradigma berubah berarti melihat, berfikir, merasa dan

berprilaku dengan cara berbeda. Kita tidak dapat mengubah cara pandang tanpa

sekaligus mengubah keberadaan kita begitupun sebaliknya.

Prinsip adalah wilayah, nilai adalah peta, dengan prinsip yang benar, kita memiliki

kebenaran pengetahuan tentang segala sesuatu sebagaimana adanya. Nilai yang benar

akan memberiiiii efektivitas pribadi dan antarpribadi yang jauh lebih besar dibandingkan

upaya apa pun yang dikerahkan untuk mengubah sikap dan prilaku kita. Jika ingin

perubahan kecil ubahlah kebiasaan, tetapi jika ingin perubahan quantum ubahlah

paradigma.

Dari dalam ke luar berarti memulai dari diri sendiri lebih mendasar dari bagian paling

dalam dari diri dengngan paradigma, karakter dan motif. Pendekatan dari dalam ke luar

menyatakan bahwa kemenangan pribadi mendahului kemenangan publik. Yang dilihat

dari paradigma luar ke dalam adalah orang yang tidak bahagia yang merasa jadi korban

dan yang berfokus pada kelemahan orang lain dan keadaan yang dirasa tidak

bertanggung jawab.

2. Tujuh Kebiasaan Sebuah Tinjauan Umum

Karakter adalah gabungan dari kebiasaan. Kebiasaan adalah faktor kuat yang berupa

pola tidak disadari terus-menerus setiap hari mengekspresikan karakter, efektif atahu

tidak. Kebiasaan adalah titik pertemuan dari pengetahuan (apa yang harus kita lakukan

dan mengapa), Keterampilan (bagaimana melakukannya) dan keinginan (motivasi untuk

melakukan

Orang yang tergantung membutuhkan orang lain untuk mendapatkan apa yang

mereka kehendaki. Orang yang mandiri dapat memperoleh apa yang mereka kehendaki

dengan usaha mereka sendiri. Orang yang saling tergantung menggabungkan upaya

mereka sendiri dengan upaya orang lain untuk keberhasilan terbesar bersama.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 1

Page 2: The 7 Habits of Highly Effective People

Efektivitas yang sebenarnya adalah suatu fungsi dari dua hal: apa yang dihasilkan

atahu diproduksi dan aset yang menghasilkannya atahu kapasitas produksi. Efektivitas

terletak pada keseimbangan (P) produksi hasil yang diinginkan dan kemampuan produksi

(KP) atahu asset untuk menghasilkan kapasitas produksi.

Efektivitas terletak pada keseimbangan P/KP. Fokus yang berlebihan pada P

mengakibatkan kesehatan KP yang jelek. Terlalu berfokus pada KP tidak akan pernah

menghasilkan. Mempertahankan keseimbangan P/KP merupakan inti dari efektifitas.

Keseimbangan ini diabsahkan dalam setiap arena kehidupan.

Bagian dua: KEMENANGAN PRIBADI

Kebiasaan I: Jadilah Proaktif

Pada dasarnya adalah bahwa kita dikondisikan untuk berespon dengan cara tertentu

terhadap stimulus tertentu. Di antara stimulus dan respons, manusia memiliki kebebasan

untuk memilih. Sejauh mana kita melatih dan mengembangkan anugrah ini memberiiii kita

kekuatan untuk memenuhi potensi manusia yang unik.

Proaktivitas lebih dari sekedar mengambil inisiatif, kata ini berarti bahwa kita

bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Prilaku adalah fungsi dari keputusan bukan

kondisi, bertanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Mendahulukan

nilai daripada perasaan berpusat pada lingkaran pengaruh, sedangkan reaktif digerakan

oleh perasaan, kondisi dan lngkungan dan berpusat pada lingkaran kepedulian. Victor

Frankl mengemukakan tiga pokok kehidupan: pengalaman (yang terjadi pada diri kita),

kreatifitas (yang kita adakan) dan sikap (respon kita menghadapi keadaan).

Sifat dasar manusia adalah bertindak bukan menjadi sasaran tindakan, inisiatif berarti

memilih jawaban terhadap keadaan dan menciptakan keadaan. Inisiatif dalam

menciptakan keseimbangan P/KP efektivitas hidup.

Bahasa adalah indikator yang riil mengenai tingkatan kita memandang diri kita

sebagai orang yang proaktif. Proaktif berarti memfokuskan waktu dan energy kita untuk

memfokuskan upaya di dalam zona pengaruh.

Masalah yang dihadapi dibagi 3 bidang: kontrol langsung (masalah yng melibatkan

prilaku hanya kita) diatasi dengan memperbaiki kebiasaan kita. Kontrol tak langsung

(masalah yang melibatkan prilaku orang lain) diatasi dengan mengubah metode pengaruh

kita dan tanpa kontrol (masalah yang kita tidak bisa berbuat langsung terhadapnya)

memerlukan pengambilan tanggung jawab.

Menyadari dalam memilih respon terhadap keadaan berarti kita dapat dengan kuat

mempengaruhi keadaan kita. Pendekatan proaktif adalah dari dalam ke luar, untuk

menjadi berbeda untuk mengadakan perubahan yang positif. Orang proaktif dapat

membawa cuaca fisik atahu sosial kita sendiri, menjadi bahagia dan menerima hal-hal

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 2

Page 3: The 7 Habits of Highly Effective People

yang sekarang tidak bisa kita kontrol, sementara kita berfokus pada hal-hal yang dapat

kita kontrol.

Dua hal yang perlu diperhatikan dalam lingkaran kepedulian yaitu konsekuensi dan

kesalahan. Bebas memilih tindakan dan tidak bebas memilih konsekuensi. Bagian inti dari

kepedulian adalah kemampuan kita membuat komitmen dan janji yang merupakan inti

dari pengembangan kebiasaan dasar yang efektif.

Kebiasaan 2: Merujuk Pada Tujuan Akhir

Aplikasi pada merujuk pada tujuan akhir adalah memulai hari ini dengan paradigma

akhir kehidupan sebagai acuan yang menjadi dasar untuk menguji segala sesuatu

keseluruhan dari apa yang dianggap penting pada akhirnya. Kebiasaan ini didasarkan

pada prinsip bahwa segala diciptakan dua kali, dalam mental dan dalam ciptaan fisik.

Kebiasaan 2 didasarkan pada prinsip kepemimpinan (menerjakan hal-hal yang benar)

dan manajemen (mengerjakan segalanya dengan benar) Kepemimpinan menentukan

anak tangga dan manajemen efesiensi untuk menaiki tangga keberhasilan. Efektifitas

tidak bergantung berapa pada banyak usaha kita tetapi apakah usaha itu berada pada

tangga yang benar atahu tidak

Proaktifitas didasarkan pada kesadaran diri. Tambahan anugrah untuk meluaskan

proaktifitas serta menjalankan kepemimpinan yaitu dengan imanjinasi dan suara hati.

Cara yang paling efektif untuk merujuk pada tujuan akhir adalah memngembangkan

pernyataan misi pribadi yang berfokus ingin menjadi apakah kita (karakter). Kunci menuju

kemampuan untuk berubah adalah perasaan tak berubah dengan siapa kita, bagaimana

kita dan apa nilai kita.

Pusat kehidupan kita (paradigma) akan menjadi sumber dari rasa aman (perasaan

diri berguna, identitas, dan kekuata pribadi), pedoman (Sumber arah hidup kita),

kebijaksanaan (perspektif hidup, pengertian, penilaian dan keutuhan), dan daya kita

(kapasitas untuk bertindak, kekuatan, potensi). Lokasi faktor-faktor ini yang dihasilkan dari

nintegrasi, keselarasan dan keseimbangan merupakan fungsi pusat, paradigma dasar

pada inti kita sendiri.

Ada beberapa pusat alternatif yang mempengaruhi dimensi dasar di atas yaitu

berpusat pada pasangan, berpusat pada keluarga, berpusat pada uang, berpusat pada

kerja, berpusat pada harta, berpusat pada kesenangan, berpusat pada teman/musuh,

berpusat pada gereja, tahupun yang paling lazim adalah berpusat pada diri sendiri.

Idealnya tentu saja menciptakan pusat yang jelas yang menciptakan fondasi kokoh untuk

pengembangan keempat faktor kehidupan.

Rasa aman yang berpusat pada prinsip tidak pernah berubah. Kebijaksanaan dan

pedoman memungkinkan pengambilan keputusan yang akurat dan membuat

pelaksanaan keputusan itu bermakana. Daya yang berpusat pada prinsip yaitu daya dari

individu yang sadar diri , proaktif tidak dibatasi lingkungan.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 3

Page 4: The 7 Habits of Highly Effective People

Kita sering tidak sadar akan potensi. Ketika kita sadar akan kapasitas yang berbeda,

kita secara sadar dapat menggunakan pikiran kita untuk memenuhi kebutuhan spesifik

dengan cara yang lebih efektif. Ada dua cara untuk menyadap otak kanan yaitu

meluaskan perspektif (membuat hubungan yang lebih luas ketimbang hari ini dan esok)

serta visualisasi dan afirmasi. Bahan dasar afirmasi yaitu pribadi, positif, sekarang visual

dan emosional. Otak kanan kreatif dan visual adalah aset yang terpenting.

Sasaran yang efektif berpusat pada hasil bukan aktivitas. Sasaran akan memberiiiii

struktur arah pada misi pribadi.

Kebiasaan 3: Dahulukan yang Utama

Selain kesadaran diri, imajinasi dan sura hati anugrah manusia yaitu kehendak

bebas. Kehendak bebas adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dan membuat

pilihan serta bertidak sesuai dengan keputusan dan pilihan tersebut. Kehendak bebas

adalah kemampuan untu bertindak dan bukannya menjadi sasaran tindakan.

Manajemen yang Efektif adalah mendahulukan yang utama. Sementara

kepemimpinan memutuskan hal apa saja yang utama. Intisari dari manajemen waktu

adalah organisasi dan laksanakan menurut prioritas. Tantangannya bukan mengatur

waktu, melainkan mengaturu diri. Kekuasan merupakan fungsi dari harapan sekaligus

realisasi. Fokus prioritas terletak pada pemeliharaan dan peningkatan hubungan serta

pencapaian hasil, yaitu memelihara keseimbangan P/KP.

Fokus prioritas adalah pada hal yang penting, bukan hal mendesak. Hal penting

berhubungan dengan hasil misi dan nilai. Masalah yang penting tetapi tidak genting

memerlukan banyak inisiatif dan proaktifitas. Seringkali kita mudah dialihkan untuk

berespon pada masalah yang genting. Ada empat kuadran matriks manajemen I (genting

dan penting), II (tidak genting tapi penting), III (genting tapi tidak penting) dan IV (tidak

genting dan tidak penting).

Kuadran I bisa disebut krisis atahu masalah, seolah menjadi prioritas utama. Orang

yang menghabiskan pada kuadran III dan IV pada dasarnya menjalani hidup yang tidak

bertanggung jawab. Kuadran II (preventif) adalah inti dari manajemen pribadi yang efektif.

Sebuah pusat dari prinsip yang benar akan memberiiiidaya kita untuk membuat

keputusan secara efektif. Masalah mendasar adalah belum bisa menentukan prioritas.

Manajemen kuadran II mengatur hidup kita secara efektif dalam rangka pemeliharaan

keseimbangan P/KP. Ada beberapa alat untuk masuk ke dalam kuadran dua, yaitu:

koherensi (keselarasan, integritas antara visi dan misi, mencakup tujuan jangka panjang

dan jangka pendek), keseimbangan (mengidentifikasi semua bidang penting untuk tetap

ada), dan fokus (motivasi untuk mencegah daripada memprioritaskan krisis). Kuncinya

dengan menjadwalkan prioritas bukan memprioritaskan jadwal.

Pengorganisasian kuadran II memerlukan empat aktivitas utama yaitu

pengidentifikasian peran, pemilihan tujuan, penjadwalan, dan pengadaptasian harian.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 4

Page 5: The 7 Habits of Highly Effective People

Dalam menjalaninya merupakan fungsi dari kehendak bebas kita, disiplin, integritas, dan

komitmen, bukan pada sasaran jangka pendek, tetapi pada prinsip yang benar dan nilai

kita, memberiiiii makna dan konteks pada sasaran, jadwal dan hidup kita. Kita berfikir

efektivitas dengan orang dan efisiensi dengan benda.

Manajemen diri mencakup lima hal penting yaitu: berpusat pada prinsip (memberiiii

daya melihat waktu dalam konteks apa yang benar-benar penting dan efektif), berpusat

pada suara hati (mngorganisasi hidup dengan dan selaras dengan nilai yang paling

dalam), mendefinisikan misi unik (memberiiiii arah tujuan dalam memanfaatkan hari),

menyeimbangkan hidup dengan mengidentifikasi peran, dan pengorganisasian mingguan

(mengatasi perspektif terbatas dari harian). Benang merahnya dengan fokus utama pada

hubungan dan hasil dan fokus sekunder pada waktu.

Cara yang paling efektif untuk pendelegasian adalah didasarkan pada paradigma,

penghargaan akan kesadaran diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas orang lain.

Stewardship delegation mencakup 5 aspek yaitu: hasil yang diinginkan, patokan, sumber

daya, akuntabilitas, dan konsekuensi. Kepercayaan adalah bentuk tertiggi dari motivasi

manusia yang terbaik dalam diri manusia. Kunci manajemen yang efektif atas diri atu

orang lain melalui pendelegasian bukan pada tehnik atahu alat, melainkan pada

paradigma kuadran II (melihat kepentingan ketimbang kegentingan).

Bagian Tiga: KEMENANGAN PUBLIK

Dalam situasi yang saling tergantung, produksinya adalah efektivitas, sinergi yang

mengagumkan, hasil dari komunikasi yang terbuka, dan interaksi positif.

Rekening bank emosi adalah kiasan untuk menggambarkan jumlah kepercayaan

yang sudah kita tambahkan ke dalam suatu hubungan yang menjadi perasaan aman yang

dimiliki kita miliki dengan orang lain. Semakin besar jumlahnya, kepercayaan terhadap

kita semakin besar, komunikasi mudah, seketika dan makin efektif. Ada enam deposit

utama untuk menambahkan rekening bank emosi yaitu: mengerti si individu, melakukan

hal sepele, memenuhi komitmen, menjelaskan harapan, memeperlihatkan integritas

pribadi, dan meminta maaf dengan tulus ketika membuat penarikan.

Ketika kita mengasihi orang tanpa sarat, tanpa ikatan, kita membantu mereka merasa

terjamin, aman, sah dan diteguhkan dalam nilai esensial, identitas, dan integritas mereka.

Pada situasi kesalingtergantungan, setiap masalah P adalah peluang KP,

kesempatan membangun rekening bank emosi yang mempengaruhi produksi yang saling

tergantung. Kesalingtergantungan yang efektif hanya dapat dicapai melalui orang-orang

yang mandiri.

Kebiasaan 4: Berfikir Menang/Menang

Menang/menang melihat kehidupan sebagai arena kooperatif bukan kompetitif. Ada 5

paradigma interaksi yang negatif yaitu: menang/kalah (pendekatan otoriter),

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 5

Page 6: The 7 Habits of Highly Effective People

kalah/menang (mencari popularitas dengan menyenangkan orang), kalah/kalah (saya

menderita semua orang menderita), dan berfikir menang (hanya mendapat apa yang

diinginkan). Jika tidak dihasilkan solusi sinergistik, kita akan masuk pada tingkat

menang/menang yang lebih tinggi, yaitu menang/menang atahu tidak sama sekali.

Interaksi ini berarti jika tidak mendapat hasil yang menguntungkan keduanya, kita sepakat

memilih untuk tidak sepakat. Prinsip menang/menang adalah dasar untuk keberhasilan

pada semua interaksi kita, meliputi 5 dimensi yang saling bergantung. Didasari dengan

karakter (integritas, kematangan dan mentalitas kelimpahan), bergerak ke arah

hubungan, munculah kesepakatan (hasil yang diinginkan, patokan, sumber daya,

akuntabilitas dan konsekuaensi), kemudian membentuk struktur dan system.

Dalam mencari solusi menang/menang ada empat langkah yang harus ditempuh:

Pertama lihatlah masalah dari sudut pandang pihak lain, kenali persoalan dan perhatian

pokoknya, tentukan hasil atahu solusi yang dapat diterima sepenuhnya dan terakhir kenali

pilihan-pilihan baru yang mungkin dapat diambil untuk mencapai hasil itu.

Kebiasaan 5: Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengeti

Komunikasi adalah keterampilan paling penting dalam hidup. Berusaha mengerti

terlebih dulu memerlukan perubahan paradigma yang sangat mendalam, adalah

mendengar dengan empatik. Maksudnya adalah mendengar untuk mengerti bukan

semata untuk menjawab.

Kunci untuk penilaian yang baik adalah pengertian. Dengan menghakimi dahulu

orang tidak akan mengerti sepenuhnya. Karena kita mendengarkan secara autobiografis,

kita cenderung berespon dalam salah satu dari empat cara. Menyelidik (mengajukan

pertanyaan dari kerangka acuan kita), menasehati (berdasarkan pengalaman kita),

menafsirkan (mencoba memahami berdasarkan motiv kita sendiri).

Sebelum kita mendefinisikan kematangan sebagai keseimbangan antara keberanian

dan tenggang rasa, berusaha mengerti memerlukan tenggang rasa, dan berusaha

dimengerti memerlukan keberanian. Menang/menang memerlukan kadar yang paling

tinggi dari keduanya. Jadi dalam situasi salingketergantungan penting sekali untuk

mengerti dan dimengerti.

Ada empat keterampilan mendengarkan empatik yaitu, meniru isi, menyatakan isi

dengan cara lain, merefleksikan perasaan, menyatakan isi dan perasaan dengan kata-

kata sendiri, peka terhadap komunikasi. Seorang pendengar empatik dapat membaca apa

yang terjadi secara mendalam dan memperlihatkan penerimaan sebegitu rupa agar orang

lain merasa aman untuk membuka diri sampai tempat pada inti terdalam sebuah masalah.

Disaat semuanya terbuka, kita bisa mentrasnformasi maksud dan tujuan kita. Tetapi

sekali lagi keterampilan tidak akan efektif jika tida datang dari keinginan tulus. Kunci dari

mendengarkan adalah dengan mata dan hati.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 6

Page 7: The 7 Habits of Highly Effective People

Seperti halnya filosofi yunani ethos (kredibilitas), kepercayaan yang orang miliki akan

integritas dan kecakapan anda. Pathos (sisi empatik) yaitu perasaan, berarti ini selaras

dengan emosi dan komunkasi orang lain. Logos (logika), bagian penalaran dari

presentasi. Ini mewakili suatu perubahan yang besar.

Berusahalah terlebih dulu untuk mengerti. Sebelum masalah muncul, sebelum kita

berusaha untuk mengevaluasi dan membuat resep, sebelum kita menyajikan gagasan

kita sendiri. Ketika ita benar-benar mengerti satu sama lain secara mendalam, kita pun

membuka pintu solusi kreatif dan alternatif ketiga. Perbedaan kita tidak lagi menjadi batu

sandungan bagi komunikasi dan kemajuan. Sebagai gantinya perbedaan itu malah

menjadi sinergi dan batu loncatan sinergi.

Kebiasaan 6: Mewujudkan Sinergi

Bentuk-bentuk tertinggi dari sinergi memfokuskan empat anugah manusia yang unik,

motif menang/menang, dan keterampilan komunikasi empatik. Kita menciptakan alternatif

baru dari apa yang tidak ada di sana sebelumnya.

Sinergi adalah intisari dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip. Sinergi

sebagai katalisator, menyatukan dan melepas kekuatan terbesar manusia. Semua

kebiasaan disatukan dengan sinergi. Sinergi adalah keseluruhan hubungan antar bagian.

Tantangannya adalah menerapkan prinsip kerja sama kreatif. Intisari dari sinergis adalah

menghargai dan menghormati perbedaan, membangun kekuatan, dan mengimbangi

kelemahan. Ketika kita berkomunikasi sinergistik kita membuka fikiran, hati, ekspresi

kepada alternatif baru yang nantinya merujuk pada tujuan akhir.

Tingkat komunikasi terendah muncul dari kepercayaan yang rendah, dicirikan dengan

sikap defensive, protektif. Komunikasi ini hanya akan menghasilkan menan/kalah atahu

kalah/menang, tidak efektif dan tidak ada keseimbangan P/KP.

Kekuatan hubungan dengan orang lain adalah dengan memiliki sudut pandang orang

itu. Kesatuan bukan sama tetapi saling melengkapi. Kesamaan tidak kreatif dan

membosankan. Intsari sinergi adalah menghargai perbedaan. Kunci sinergi antar pribadi

adalah sinergi dalam diri kita sendiri.

Alat yang paling cocok untuk realitas kehidupan adalah akses otak kiri dan kanan.

Karena hidup tidak sekedar logis tetapi juga emosional.

Intisari sinergi adalah menghargai perbedaan, yang berarti menyadari bahwa semua

orang melihat dunia tidak sebagaimana adanya, tetapi sebagaimana mereka.

Sinergi adalah puncak kebiasaan sebelumnya, efektifitas dalam realitas yang saling

tergantung. Sinergi adalah kerja sama tim, pengembangan kesatuan dan kreatifitas

dengan manusia lain.

Kebiasaan 7: Asahlah Gergaji

Kebiasaan ini adalah Kp pribadi. Kebiasaan ini memlihara diri kita. Kebiasaan ini

berpengaruh pada empat dimensi alamiah kita yaitu fisik (olahraga nutrisis dan

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 7

Page 8: The 7 Habits of Highly Effective People

manajemen stress), mental (membaca, visualisasi, perencanaan dan menulis),

sosial/emosiona (pelayanan, empati, sinergi, dan rasa aman intrinsic) dan spiritual

(penjelasan nilai, komitmen, studi, meditasi)

Asahlah gergaji pada dasarnya berarti mengekspresikan keempat motivasi. Hal ini

berarti menjalankan keempat dimensi secara teratur, konsisten dengan cara-cara yang

bijaksana dan seimbang.

Dimensi Fisik

Dimensi fisik meliputi pemeliharaan fisik kita secara efektif, makan yang tepat, teratur,

istirahat cukup dan teratur berolahraga. Dengan ini kita tidak berurusan dengan perbaikan

cepat, tetapi berurusan dengan aktivitas kuadran II (preventive) yang memberiiii hasil

jangka panjang yang luar biasa

Dimensi Spiritual

Dimensi spiritual adalah inti, pusat dan komitmen pada suatu system nilai. Daerah

yang sangat pribadi dari kehidupan yang sangat penting. Dimensi ini memanfaatkan

sumber yang mengilhami dan mengangkat semangat serta mengikat pada kebenaran

tanpa batas waktu mengenai semua humanitas.

Dimensi Mental

Pendidikan yang berkesinambungan, pengasahan, dan perluasan fikiran yang terus-

menerus adalah pembaruan mental yang vital. Tidak ada yang lebih baik untuk

menginformasikan dan meluaskan fikiran secara teratur dibandingkan dengan

membiasakan membaca literatur yang baik atahu menulis gagasan untuk menyokong

kejelasan, ketepatan mental.

Karakter tidak dapat dibentuk selain dengan proses yang tetap, panjang dan berlanjut

terus-menerus.

Dimensi Sosial/Emosional

Hidup penuh integritas adalah sumber paling mendasar dari harga diri pribadi. Jelas

salah yang mengatakan bahwa harga diri adalah masalah perangkat pikiran, masalah

sikap, dan kita dapat membujuk diri ke kedamaian fikiran. Kedamaian fikiran datang ketika

hidup selaras dengan prinsip dan nilai yang benar dan tidak dengan cara lain.

Pembaruan yang seimbang akan sinergik dan maksimum. Hal yang dikerjakan untuk

mengasah gergaji pada dimensi manapun mempengaruhi dampak positif pada dimensi

lain. Kesehatan fisik mempengaruhi mental, kekuatan spiritual mempengaruhi emosional.

Pembaruan adalah prinsip dan proses yang memberiiiidaya kita bergerak pada spiral

ke atas dari pertumbuhan dan perubahan. Beregrak sepanjang spiral mengaruskan kita

belajar, berkomitmen, berbuat pada taraf yang lebih tinggi. Untuk terus maju kita harus

belajar, berkomitmen berbuat dan begitu seterusnya.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 8

Page 9: The 7 Habits of Highly Effective People

Buku ini tidak begitu bagus bahasanya, banyak sekali kata-kata yang rumit dan sulit

dimengerti sehingga membuat saya harus membaca beberapa bagian dari buku ini

berulang-ulang. Tetapi itu tertutup dengan isi bukunya yang sangat bagus, terutama kata-

kata bijak yang dilampirkan serta istilah-istilah yang dipakai membuat esensi buku ini

semakin tampak jelas dan semakin bermakna. Saya menganalisis beberapa pernyataan

dalam buku ini yang saya rasa mewakili ketujuh kebiasaan yang dijelaskan dalam buku ini.

Analisis yang lebih spesifik ke beberapa bagian yang menurut saya paling esensial dari apa

yang dibahas dalam keseluruhan isi buku.

Buku ini berisi tentang kebiasan-kebiasaan manusia yang sangat efektif. Kebiasaan yang

muncul jauh dari bagian terdalam dan dimiliki oleh semua orang baik disadari ataupun tidak.

Kebiasaan ini jauh lebih ajaib daripada tehnik-tehnik untuk hidup efektif dengan etika

kepribadian. Buku ini menjelaskan bagaimana sebuah kebiasaan mengubah kehidupan

menjadi lebih efektif dengan terlebih dahulu mengubah paradigma. Ketujuh Kebiasaan ini

mempunyai porsi masing-masing dalam mewujudkan kehidupan yang efektif.

Bagian satu Paradigma dan Prinsip membicarakan tentang pola atau kerangka berfikir.

Bagaimana suatu persepsi dapat merubah keseluruhan prilaku yang berarti merubah

keseluruhan hasil. Melihat fenomena dari sudut pandang yang berbeda, menjadi lebih

terbuka dan lebih luas.

“JIka ingin mengubah situasinya, kita harus mengubah diri terlebih dulu. Dan mengubah

diri secara efektif, harus terlebih dulu mengubah persepsi” (6)

Kalimat ini maknanya sangat dalam. Sesuatu tidak bisa berubah tanpa perubahan pikiran.

Atahu bisa saja berubah tanpa merubah mind set terlebih dahulu dan itu cenderung lebih ke

ikut-ikutan atahu trending. Sebuah pemikiran datang dari apa yang kita yakini benar.

Menurut saya potongan kalimat ini sangat bagus dan saya praktis setuju. Sesuatu

perubahan harus didasari pada perubahan kerangka berfikir terlebih dahulu agar kita tahu

benar kenapa kita berbuat begitu dan kenapa harus ada perubahan seperti itu. Jika

perubahan tidak melewati tahap itu, saya yakin perubahan apapun tidak akan berlangsung

lama dan tidak efektif. Atahu bahkan yang lebih buruk kita sama sekali tidak punya motiv dan

tujuan kenapa kita berubah. Dan hasilnya tentu bisa dibayangkan, kita bisa tersesat

atahupun terjerumus pada perubahan itu. Kita juga tidak bisa mengevaluasi atahupun

berbuat sesuatu untuknya. Tidak akan ada perubahan hasil jika kita tidak melakukan

perubahan pada prosesnya. Dan perubahan yang di maksud adalah dari pangkal pikiran ke

ujung, bukan sebaliknya.

“Etika karakter mengajarkan bahwa orang dapat mengalami keberhasilan yang sejati dan

kebahagiaan yang abadi jika belajar dan mengintegrasikan prinsip-prinsip tersebut ke dalam

karakter dasar” (7, 10)

Pernyataan ini membuat saya berfikir berulang-ulang apakah perbuatan baik saya selama

ini kepada orang lain adalah karakter atahu hanya sistem prilaku yang situasional saja.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 9

Page 10: The 7 Habits of Highly Effective People

Selama ini saya meyakini bahwa berpura-pura untuk maksud menghargai adalah lebih

mulia, dan saya rasa saya sering melakukannya untuk maksud yang saya yakini baik, yaitu

“menghargai”. Tapi tidak setelah saya membaca buku ini. Pernyataan ini membuat saya

mengevaluasi diri jauh lebih dalam dari sebelumnya. Saya menyadari bahwa kepura-puraan

hanya akan membuat karakter saya tidak berkembang. Saya mungkin dihargai banyak orang

tapi setelah itu saya bisa saja langsung dibenci banyak orang karena mereka melihat sikap

bermuka dua saya. “sekarang seperti ini dan dua jam kemudian seperti itu”, itu jelas

manipulasi. Dan jika orang melihat, mereka tidak akan percaya lagi kepada kita. Tetapi lain

halnya jika kita dengan tulus berniat menghargai. Setiap saat selalu berusaha seperti itu dan

sikap itu semakin lama akan melekat menjadi sebuah karakter pada diri siapapun yang

melakukannya. Semakin banyak hal baik dan semakin sering kita melakukannya, itulah yang

akan menjadi karakter kita.

“Harga harus di bayar dan proses harus diikuti. Anda selalu menuai apa yang anda tabur,

tidak ada jalan pintas” (10)

Satu lagi kalimat yang membuat saya terkesan. Misalkan, saya bisa saja cepat kaya

dengan mencuri, atahu jika saya merintis usaha dari bawah hingga akhirnya besar,

kemudian saya sukses dan saya menjadi kaya. Tidak ada jalan pintas adalah kata yang

paling saya setujui. Setiap perbuatan selalu ada jalannya masing-masing. Jalan pintas lain

dengan alternatif. Jalan pintas berarti memotong proses yang seharusnya tetapi

menginginkan hasil yang sama. Yang perlu di garis bawah adalah proses yang kita lakukan

akan mempengaruhi hasil yang kita peroleh. Tidak ada jalan pintas yang bisa memberiiiiikan

hasil yang sama dengan jalan yang seharusnya ditempuh untuk menghasilkan sesuatu itu,

dan itu mutlak.

“Kita melihat dunia bukan sebagaimana adanya dunia, melainkan sebagaimana kita

adanya” (17)

Pertama kali saya membaca potongan kalimat ini, saya tidak sama sekali mengerti.

Kemudian saya melihat ilustrasi gambar dan mebaca lembar berikutnya, saya masih tidak

mengerti. Saya melihat gambar itu sebagai gambar wanita muda, dan saya heran kenapa

ada yang bisa mengatakannya sebagai wanita tua. Saya terus melihat detail garisnya dan

saya sama sekali tidak menemukan sosok wanita tua. Kemudian setelah membaca kalimat

“kalung itu adalah mulutnya” saya baru bisa melihat perbedaan. Gambar yang sama yang

saya lihat adalah wanita muda yang sekaligus wanita tua. Saya sangat terkejut.

Yang saya tangkap adalah bahwa kita memang sering melihat sesuatu sebagaimana

persepsi, asumsi dan keyakinan atas pemikiran kita. Saya tadi mungkin berkata saya sudah

melihat dengan cara berbeda dan saya tidak menemukan apapun yang berbeda, tapi

ternyata saya tidak benar-benar membuka fikiran saya untuk melihat perbedaan itu. Dari

sana saya menyadari, kita tidak bisa menyalahkan orang lain yang mempunyai pendapat

berbeda dengan kita, pasti dia melihat dengan caranya dan kita juga. Untuk benar-benar

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 10

Page 11: The 7 Habits of Highly Effective People

melihat sesuatu itu sebagaimana adanya, saya perlu melihat dengan cara dia melihat dan

begitupun dengan dia. Dan dengan itu saya fikir kita bisa melihat sesuatu itu lebih objektif.

“Kebiasaan adalah titik temu antara pengetahuan, keterampilan dan keinginan” (36)

Pertama adalah pengetahuan. Pengetahuan yang membuat kita ingin melakukan

sesuatu. Saya ingin pintar, dan saya tahu jika ingin pintar saya harus rajin belajar.

Pengetahuan menjadi motiv yang paling utama kenapa kita melakukan dan mau melakukan

sesuatu. Yang kedua adalah keterampilan. Keterampilan berarti bagaimana kita

melakukannya. Cara belajar agar saya bisa pintar yaitu membaca buku, menghapal,

atahupun mengerjakan soal latihan. Saya tahu tapi saya tidak punya keterampilannya, saya

tidak mungkin bisa membuat membuat saya pintar, that is nothing. Yang ketiga adalah

keinginan. Jika kita tidak mempunyai keinginan untuk mengerjakan, sama saja pengetahuan

kita tidak ada artinya, tidak ada keinginan berarti tidak ada perbuatan. Kuncinya ada pada

kemauan kemauan untuk mencari tahu dan melakukan. Memang benar bahwa suatu

kebiasaan dibangun atas tiga dasar ini. Dasar ini akan membuat suatu system dimana

pengetahuan akan direalisasikan menjadi sebuah perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Dan tujuan tidak akan bisa dicapai hanya dengan sekali berbuat. Seperti halnya saya tidak

mungkin bisa menjadi pintar jika hanya belajar sekali. Perlu perbuatan yang harus terus

dilakukan yang kita namai kebiasaan.

“kesalingtergantungan hanya bisa diciptakan oleh orang yang mandiri, orang yang

tergantung tidak dapat menciptakan kesalingtergantungan” (38)

Saya sangat sependapat dengan kalimat ini. Kesalingtergantungan bisa saya artikan

sebagai saling melengkapi, saya melengkapi kekurangan saya dengan kelebihan kamu

begitu pula sebaliknya. Situasi ini hanya bisa dinikmati oleh orang yang mandiri dalam arti

bisa memperoleh apa yang dia kehendaki melalui usaha mereka sendiri.

Kesalingtergantungan adalah bentuk kerjasama orang-orang yang mandiri untuk mencapai

tujuan yang lebih besar dari apa yang bisa dicapai oleh orang seorangnya. Orang yang

tergantung hanya bisa mencapai apa yang dia inginkan dengan bantuan orang lain, tidak

ada bentuk saling melengkapi atahupun kerja sama. Hanya ada bentuk memanfaatkan

kelebihan orang lain dan orang lain tidak bisa melakukan hal yang sebaliknya untuk

mencapai apa yang dia inginkan.

“efektivitas terletak dalam keseimbangan produksi dan hasil produksi” (43)

Saya dulu berpendapat bahwa efektif itu berarti bisa menyelesaikan pekerjaan sebanyak-

banyaknya. Tetapi ternyata yang selama ini saya lakukan adalah salah. Suatu buah yang

bagus akan dihasilkan oleh tanaman yang bagus pula. Tanaman yang bagus bisa kita

dapatkan jika kita rajin menyirami, memupuk dan menyianginya. Suatu pekerjaan yang

maksimal bisa saya lakukan kalau saya ada pada kondisi yang sehat, fikiran saya tidak

tertekan dan tanpa beban. Istilahnya nothing to lose. Saya tidak bisa berlari cepat saat sakit

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 11

Page 12: The 7 Habits of Highly Effective People

secepat lari pada saya sedang sehat. Jadi bukan hanya hasil yang harus kita fikirkan tetapi

sesuatu yang menghasilkannya juga harus kita perhatikan.

* * *

Bagian dua adalah Kemenangan Pribadi. Kebiasaan satu adalah Proaktif. Proaktif bisa

diartikan melakukan tanpa disuruh, punya inisiatif tinggi, dan kreatif. Mengutamakan nilai

yang ingin dicapai daripada perasaan dalam situasi yang sedang dialami. Mengendalikan diri

secara utuh tanpa dikendalikan keadaan.

“Prilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita mempunyai inisiatif

dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi” (61)

Saya sangat setuju dengan kutipan ini. Hidup bukan sekedar apa yang harus kita lakukan

tapi yang perlu kita lakukan. Orang yang proaktif punya lebih dari sekedar inisiatif. Mereka

bahkan bisa menentukan suasana mereka sendiri terhadap suatu rangsangan. Misalkan

saya dihina orang, maka saya yang memutuskan apakah saya harus merespon dan sakit

hati atau biasa saja. Apapun yang terjadi itu adalah buah dari keputusan yang diambil, bukan

karena keadaan maka saya harus bersikap seperti itu. Orang proaktif tidak akan

menyalahkan keadaan, karena yang mereka lakukan adalah hasil dari pilihan sadar mereka

dan bukan korban dari pengkondisian yang sedang terjadi. Dalam kondisi apapun kita bebas

memilih ingin jadi apakah kita. Saya seperti ini karena saya yang meminta untuk menjadi

seperti ini, bukan keadaan yang mengharuskan saya seperti ini.

“Orang yang reaktif berfokus pada lingkaran kepedulian dan memberi kekuasaan pada

hal-hal didalamnya untuk mengendalikan kita” (74)

Orang reaktif sebaliknya dengan orang proaktif. Dia dikendalikan oleh keadaan dan selalu

menyalahkan keadaan atas apa yang terjadi. Dia tidak mengambil inisiatif untuk

membuatnya mengendalikan situasi. Orang reaktif cenderung bergantung kepada pencitraan

di dalam kehidupan sosialnya. Jika citranya bagus maka dia senang, dan akan terpuruk jika

citranya jelek. Orang reaktif terlalu merespon semua keadaan sebagaimana keadaan itu

membuat dirinya dikendalikan. Melakukan sesuatu bukan karena dia mau melakukan tetapi

harus melakukan. Orang reaktif tidak punya pilihan dan kesempatan untuk memilih.

“Pendekatan proaktif adalah berubah dari dalam ke luar, untuk menjadi berbeda dan

dengan jadi berbeda. Saya dapat menjadi lebih banyak akal, saya dapat menjadi lebih rajin,

saya dapat menjadi lebih kreatif, saya menjadi lebih mau bekerja sama” (79)

Menjadi berbeda dalam arti bahwa tidak semua yang seharusnya terjadi harus benar-

benar terjadi. Hal-hal yang terjadi adalah bukan yang apa adanya melainkan hal-hal yang

telah kita tentukan dan kita pilih (dengan menjadi berbeda). Kita tidak menjadi apa yang

kondisi katakan “kamu harus menjadi”. Seperti saya tidak menjadi sakit hati jika dihina orang

yang sebenarnya kondisi mengatakan saya seharusnya sakit hati. Ada sangat banyak situasi

yang tidak kita sadari mengendalikan kita. Kita merasa dituntut dan dipaksa untuk

melakukannya. Kita mengerjakannya bukan karena kita mau mengerjakan tetapi memang

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 12

Page 13: The 7 Habits of Highly Effective People

seharusnya dikerjakan. Orang proaktif melakukan tidak sekedar itu. Dia membuat sesuatu

yang terjadi berada dalam kendalinya, memilih untuk berbuat daripada dituntut untuk

berbuat. Bukan berarti orang proaktif tidak mendengarkan nasihat atahu tidak bisa disuruh

berbuat. Akan tetapi itu tadi, ia akan berbuat sebelum orang lain berkata kamu harus berbuat

demikian. Orang proaktif memiliki kreativitas yang tak terbatas bukan hanya sekedar

menginginkan, tetapi menjadi dan bahkan menjadi lebih dari. Selalu ada pilihan untuk orang

proaktif. Tetapi hal yang penting yang harus diingat adalah, “walaupun kita bebas memilih

tindakan kita, kita tidak bebas untuk memilih konsekuensinya” (81)

* * *

Kebiasaan dua adalah Merujuk Pada Tujuan Akhir. Kebiasaan ini berarti semuanya

diawali dari akhir fikiran kita yang ditarik mundur dan akhirnya sampai pada apa yang akan

kita kerjakan saat ini untuk mencapai hal tersebut. Apa yang kita kerjakan sekarang

berdasarkan tujuan yang benar-benar kita inginkan pada akhirnya.

“Tiap bagian dari kehidupan, perilaku hari ini, perilaku esok, dapat diuji dalam konteks

keseluruhan, dari apa yang benar-benar paling penting” (88)

Absolutely yes! Karena ini jelas berhubungan pada tujuan yang hendak kita capai pada

akhirnya. Pentingnya kita mentapkan tujuan sebelum kita memulai perjalanan. Tentunya

suatu tujuan berfungsi sebagai acuan kemana kita akan melangkah dan apa yang harus kita

lakukan agar sampai pada tujuan itu. Saya sangat setuju dengan pernyataan “keseluruhan

dari apa yang benar-benar penting”. Fungsi dari kerja kita dan aktivitas kita bisa dikatakan

sebagai puzzle untuk menyusun gambar yang utuh yaitu sesuatu yang terpenting dari segala

hal penting yang kita lakukan. Tujuan akhir bisa menjadi parameter apa yang telah, sedang

dan akan kita lakukan. Itu benar atahu salah, baik atahu buruk, tepat atahu tidak itu

tergantung tujuan yang kita tentukan. Tentunya suatu tujuan akhir harus yang benar-benar

paling hakiki dalam arti tidak ada tujuan lain lagi setelah itu. Tujuan yang membuat kita

melakukan hal-hal terbaik selama hidup dan berahir di suatu tempat paling baik juga. Itulah

keseluruhan dari yang terpenting.

“Manajemen adalah efesiensi dalam menaki tangga keberhasilan, kepemimpinan

menetukan apakan tangganya bersandar pada dinding yang benar”(91)

Saya setuju dengan kutipan ini karena rencana yang kita buat, benar atahu salah

tergantung dari cara kita memimpin dan mengarahkan pikiran kita pada tujuan yang akan

dicapai. Itulah kepemimpinan, menentukan pekerjaan, sikap, dan prilaku kita ada pada jalur

yang benar. Tujuan baik, tidak menutup kemungkinan cara untuk mencapainya selalu baik

juga. Tetapi tujuan yang tidak baik tidak mungkin dilakukan dengan cara yang baik.

Kemudian manajemen adalah alat atahu strategi untuk mencapai tujuan itu. Ini dilakukan

secara skematis dan sesuai prosedur yang dibutuhkan. Misalkan saya menggali harta karun,

saya melakukannya dengan kerja keras siang malam terus menggali, tetapi jika saya

menggali pada lubang yang salah? I just can find nothing! Itulah bedanya kepemimpinan dan

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 13

Page 14: The 7 Habits of Highly Effective People

manajemen. Jadi sudah semestinya kita harus punya kepemimpinan yang baik sebelum

melaksanakan manajemennya. Mengerjakan hal-hal yang baik sebelum mengerjakannya

dengan baik. “Efektifitas tidak bergantung pada berapa banyak usaha yang telah kita

kerahkan, tetapi pada usaha yang kita kerahkan ada pada jalur yang benar atahu tidak” (93)

“Apapun yang ada di pusat kehidupan kita akan menjadi sumber dari rasa aman,

pedoman, kebijaksanaan dan daya kita.(99) Dengan memusatkan kita pada prinsip yang

benar, kita menciptakan fondasi yang kokoh untuk pengembangan mereka” (113)

Saya membenarkan apa yang dia katakana buku ini. Pusat kehidupan punya pengaruh

yang besar terhadap perasaan kita. Senang, sedih, atahupun takut bergantung kepada pusat

apakah kita ditujukan. Saya punya pengalaman sewaktu SMP. Saya berpusat pada nilai.

Saya merasa sangat aman dan mempunyai kekuasaan penuh ketika saya mendapat nilai

yang paling besar, tetapi saya kemudian merasa terancam dan merasa rendah diri sewaktu

nilai saya kecil. Saya terjebak dalam situasi yang mengendalikan saya, Saya merasa tidak

tenang dan selalu khawatir, merasa takut kalah dan dikalahkan. Sekarang saya lebih tahu

bahwa berpusat pada sekulerisme tidak menjamin apapun untuk saya. Selama kita

berkomitmen pada prinsip yang benar, saya yakin tidak ada sesuatu apapun yang membuat

kita merasa terancam kecuali melanggar prinsip itu. Kita selalu punya kapasitas daya yang

cukup untuk melakukan apapun. Kita punya pedoman yang jelas untuk tujuan yang ingin kita

capai, dan kita selalu bersikap bijaksana dalam memilih perbuatan untuk dilakukan. Prinsip

selamanya tidak akan berubah, yang berubah adalah pengertian kita tentang prinsip itu.

Jujur saya masih belum tahu prinsip apa yang dimaksud dalam buku ini, tetapi saya

mengartikannya sebagai pusat dari segalanya yaitu Tuhan yang maha tunggal.

* * *

Kebiasaan tiga adalah Dahulukan Yang Utama. Istilahnya put first things first. Prioritas

berarti mendahulukan yang paling penting yang ada hubungannya dengan hasil.

“Intisari dari cara berfikir terbaik dalam bidang manajemen waktu adalah organisasi dan

laksanankan menurut prioritas. Manajemen yang efektif mendahulukan yang utama,

sementara kepemimpinan memutuskan apa saja hal yang utama” (141)

Kebiasaan tiga adalah kebiasaan yang paling saya sukai. Sebelum saya membaca bab ini

saya adalah orang yang menajdi sasaran tindakan dan selalu terjebak dalam kata

“mendesak” dan “harus”. Ternyata selama ini fikiran saya tentang tentang prioritas adalah

salah. Saya bukan mendahulukan yang utama tetapi saya mendahulukan yang pertama

yang saya fikir sesuatu yang sangat penting karena sifatnya yang mendesak. Kemudian

saya pun secara disiplin melakukannya.

Maksud prioritas disini bukanlah seperti antrian, dia yang pertama datang maka yang

pertama dilayani. Prioritas mementingkan keuntungan jangka panjang daripada sekedar

melakukan hal-hal yang harus segera dilakukan. Prioritas lebih dari sekedar jadwal yang

harus dikerjakan berurutan. Prioritas berarti memilih sesuatu yang benar-benar penting

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 14

Page 15: The 7 Habits of Highly Effective People

walaupun tidak dalam kondisi mendesak (proaktif). “kuncinya bukanlah untuk

memprioritaskan apa yang ada pada jadwal anda, melainkan menjadwalkan prioritas anda

”(154). Seringkali kita tidak melihat seberapa penting sesuatu karena dialihkan oleh kondisi

yang kemudian menjadi sasaran pengkondisian itu (reaktif). Mendesak berarti harus segera

dilakukan, tetapi hal mendesak tidak selalu merupakan hal penting yang harus dilakukan

(prioritas). Kepemimpinan berdasarkan pada prioritas berarti memilih hal apa yang paling

penting untuk dilakukan, dan manajemen mengerjakan yang terpenting untuk dilakukan.

“Masalah genting tampak jelas, masalah penting ada hubungannya dengan hasil,

masalah penting tidak genting perlu lebih banyak proaktivitas.(143) Inti manajemen yang efektif

berhubungan dengan hal-hal yang penting tetapi tidak genting.” (145)

Masalah yang genting sangat mudah menarik perhatian untuk segera diambilkan

tindakan. Masalah penting sekaligus genting, secara refleks pasti diberikan penyelesaian

segera. Tetapi seringkali masalah yang genting itu tidak penting. Dan sebaliknya masalah

yang tidak genting bisa saja sangat penting. Perlu inisiatif yang lebih untuk mengenali

masalah yang tidak genting tetapi penting. Penyelesaian masalah ini lebih bersifat keep and

preventif dan hasilnya jangka panjang. Saya mulai mengerti kenapa semua orang berbicara

lebih baik mencegah daripada mengobati, sedia payung sebelum hujan dan sebagainya.

Saya sangat suka dengan bab ini karena apa yang menjadi masalah yang dibahas sebagian

besar adalah refleksi diri saya. Dari banyak hal yang saya pelajari saya menyadari satu hal

bahwa tidak ada orang yang benar-benar sibuk menyelesaikan persoalan hidup mereka,

yang ada adalah orang yang tidak mengambil peluang untuk membuat masalah itu tidak

terjadi.

“Perlu alat yang mendorong untuk memotivasi dan benar-benar menggunakan waktu

yang diperlukan untuk fokus kuadran II (penting tapi tidak genting). Saran terbaik adalah

dengan mengorganisi hidup secara mingguan” (153)

Saya sangat setuju dengan saran ini. Karena organisasi secara mingguan lebih luas

jangkauannya dan dapat memperlihatkan kepada kita masalah yang benar-benar penting

pada hari besok atau lusanya. JIka kita mengorganisasi jadwal harian, jangkauannya sangat

sempit dan kita hanya akan menyadari hal yang penting dilakukan untuk hari ini, bukan hal

yang benar-benar penting yang bisa saja ada pada jadwal hari esoknya. Jika diorganisasi

secara mingguan, kita bisa benar-benar menetapkan bahwa beberapa hal perlu dilakukan

walaupun tidak dalam keadaan mendesak. Setelah itu kita bisa mem-breaking down ke

dalam prioritas harian untuk berfokus pada hal yang penting.

“Kepercayaan adalah bentuk dari motivasi tertinggi manusia. Kepercayaan menghasilkan

yang terbaik dari dalam diri manusia. (171)

Ini memang kenyataanya. Alasan utama orang melakukan sesuatu adalah dia percaya

bahwa apapun itu bisa memberiiiikan apa yang membuat dia merasa lebih baik, nyaman dan

aman. Walaupun kadang sisi baik itu hanya dilihat pada kesenangan yang dirasakan saja.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 15

Page 16: The 7 Habits of Highly Effective People

Jika sudah percaya, apapun pasti dilakukan agar siapapun yang diberikan kepercayaan itu

memberiiiikan apa yang kita butuhkan, mungkin dalam bentuk konkretnya atau hanya

sekedar perasaan saja. Seperti kita percaya kepada Tuhan, kita pasti selalu berusaha sebaik

mungkin untuk melakukan apa yang diperintahkan dan menghindari apa yang dibantahkan.

Karena apa? karena kita percaya dengan berbuat seperti itu Tuhan akan memberiiiikan

sesuatu yang sudah Dia janjikan untuk kita. Kepercayaan itu adalah motivasi yang abstrak

yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang memang sudah yakin benar atas apapun, entah

itu pada sesuatu ataupun seseorang. Sesuatu perbuatan yang dilandasi atas dasar

kepercayaan akan dilakukan dengan senang hati, penuh semangat, tekun dan tanpa beban.

Istilahnya Believe=Always try to make it for you all perfectly, walaupun hasil yang diinginkan

tidak selalu datang sesuai yang diharapkan dia tidak akan merasa percuma melakukannya.

Hanya saja kerugiannya jika apa yang dipercayai itu sesuatu yang salah, akan sangat sulit

juga untuk kita mengalihkan perhatiannya dari sesuatu itu. Perlu lebih dari sekedar

perubahan sikap, tetapi lebih mendalam ke arah paradigma, persepsi dan prinsip.

Dalam hubungannya dengan manusia lain “Ketika kepercayaan tinggi, komunikasi pun

menjadi mudah” (182). Atas dasar saling percaya, maka akan terbentuklah suatu interaksi

yang sehat dan menguntungkan. Komunikasi yang terbuka, lancar, dan efektif untuk

membicarakan apapun yang pada akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk keduanya.

Sedikit kesalahan yang bisa saja menjadikan buruknya komunikasi akan dengan otomatis

diabaikan, komunikasi pun tetap dan kian lancar.

* * *

Bagian ketiga adalah Kemenangan Publik. Kemenangn publik berarti lebih kepada

interpersonal, berhubungan dengan manusia lainnya. Menciptakan suatu keadaan yang

benar-benar menguntungkan semua orang yang terlibat. Kemenangan yang lebih besar

daripada kemenangan yang bisa didapatkan oleh orang-seorangnya.

“Benar-benar berusaha untuk mengerti orang lain merupakan salah satu deposit paling

penting.(185) Kebiasaan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting, bentuk ketiadaan

respek yang kecil menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan hal yang

kecil adalah yang besar.” (187)

Saya sangat setuju sekali dengan pernyataan ini terutama bagian terahirnya. Kebanyakan

dari kita selalu ingin dimengerti dan seolah-olah semua orang yang tidak sependapat dengan

kita tidak mengerti kita. Tetapi pernahkah kita berfikir mereka merasakan hal yang sama

dengan yang kita rasakan? Yaitu ingin dimengerti. Dengan bekal proaktivitas kita tentulah

kita yang mengambil inisiatif pertama untuk mengerti orang tersebut. Jika seseorang sudah

merasakan dimengerti, maka dia akan membuka diri dan kita bisa masuk kedalam

wilayahnya dengan leluasa, memberi nasihat, mentransformasi maksud kita dan yang

terpenting menanamkan kepercayaan.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 16

Page 17: The 7 Habits of Highly Effective People

Seringkali sesuatu yang sebenarnya sepele punya dampak besar. Tentu saya pernah

mengalaminya, dampak baik dan buruk dari sesuatu yang sepele itu. Saya juga pernah

diceritakan oleh teman saya karena memungut sampah bekas permen, kemudian dilihat oleh

direktur dia diangkat menjadi manajer perusahaan. Tentu hasil yang didapat sangat besar

untuk hanya bermodalkan memungut sampah permen. Pernahkah kita berfikir bahwa

ternyata hal-hal kecil ini lebih memerlukan kesadaran diri kita untuk melakukannya

ketimbang hal yang besar. Tetapi sesuatu yang punya pengaruh besar itu justru yang paling

sering dilupakan dan diabaikan orang kebanyakan. Melihat yang sepele itu tidak ada artinya

adalah kesalahan terbesar. Hal-hal kecil adalah kesan pertama bagi orang dalam menilai

kita. Untuk sesuatu yang besar pastilah tampak jelas dan semua orang nyaris tidak pernah

mengabaikannya, tetapi untuk hal-hal sepele seperti senyum, ramah, sopan sering dilupakan

orang. Akibatnya sebelum orang menilai kinerja kita, kita sudah punya nilai minus di mata

mereka. Dan artinya awal yang buruk untuk memulai suatu hubungan. Begitulah filosofi yang

kecil menjadi besar.

“Kejujuran adalah menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah

menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita” (190)

Sering kali kejujuran itu menyakitkan tapi no lie is white. Sebuah kejujuran itu amat sangat

baik tapi tidak sebaik yang dirasakan jika kejujuran yang dikatakan bertentangan dengan apa

yang kita yakini atau kita harapkan. Maka dari itu diperlukan lebih dari berkata jujur. Cara

penyampaian bisa merubah segalanya, maksud baik pun bisa saja tidak diterima karena

penyampaiannya yang salah. Disinilah peran integritas untuk menyatakan realita dengan

pernyataan yang lebih menyenangkan untuk didengar. Jika kejujuran mengatakan dia

bodoh, maka integritas mengatakan dia tidak bodoh, hanya saja potensi yang dimiliki belum

dioptimalkan. Dengan berkata bodoh, mungkin sesorang itu akan sangat marah dan sakit

hati, tapi dengan pernyataan yang kedua, akan lebih ada motivasi untuk menjadi lebih dari

sebelumnya, dan itu tentunya jauh lebih baik.

“Ketika kita benar-benar mengasihi orang tanpa syarat, tanpa ikatan, kita membantu

mereka merasa terjamin dan aman dan syah dan diteguhkan dalam esensial, identitas, dan

integritas mereka” (194)

Banyak orang menyayangi seseorang yang lain karena kebaikannya, mungkin juga

karena dia orang kaya, dia bisa dimanfaatkan atau bisa memberikan apa yang diinginkan. Itu

bukan kasih sayang, itu hanya sekedar perjanjian yang ada masanya. Perjanjian tidak abadi,

masa di mana perjanjian itu berakhir, tidak akan ada lagi kasih sayang. Menyayangi tanpa

syarat berarti menyayangi dirinya secara utuh terlepas dari siapa dia, apa yang dia punya

dan apa yang kita inginkan darinya. Tidak ada kata “karena” untuk kasih tanpa syarat.

Dengan kita memberikan kasih tanpa syarat, seseorang itu tidak hanya merasa diberikan

perhatian, perlindungan, lebih dari itu adalah kepercayaan.

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 17

Page 18: The 7 Habits of Highly Effective People

Kebiasaan empat adalah Berfikir Menang/Menang. Kemenangan bisa dinikmati

bersama dengan konsep kooperatif dan bukannya kompetitif yang harus mengalahkan

terlebih dulu untuk mendapatkan sebuah kemenangan. Kemenangan bisa diciptakan dan

dinikmati bersama.

Interaksi manusia lainnya adalah Menang/Kalah. Ini kebalikannya dari Menang/Menang,

karena untuk menang harus ada yang kalah. Secara langsung atau tidak kita dituntut untuk

menyingkirkan saingan kita (mengalahkan) untuk mencapai sebuah kemenangan berupa

hasil yang diinginkan.

Kemudian ada Kalah/Menang. Kalah/Menang sama saja dengan senang hati mengaku

kalah untuk kemenangan orang lain asalkan dia ikut dalam popularitas orang yang menang.

Mendapatkan pengakuan dari pemenang yang dia pakai sebagai kekuatan seolah-olah

Menang/Menang.

Interaksi lainnya adalah Kalah/Kalah. “Jika tak seorangpun pernah menang, barangkali

menjadi pecundang tidak begitu buruk”(207). Ini sama saja dengan perkumpulan orang-orang

yang putus asa dan tidak punya tujuan. Merasa bangga dengan dirinya sendiri walaupun dia

kalah asalkan orang lain pun tidak menang. Tidak akan ada pencapaian dari interaksi ini.

Yang terakhir adalah Menang. Yang seperti ini tidak peduli siapapun menang atau kalah

asalkan dia menang, mendapatkan apa yang dia inginkan.

“Intisari negosiasi berdasarkan prinsip adalah memisahkan orang dari masalahnya,

berfokus pada minat, dan bukan pada posisi, menemukan pilihan untuk keuntungan

bersama, menuntut kriteria yang objektif, semacam standar yang bisa diterima oleh kedua

pihak” (230)

Saya sangat sependapat dengan pernyataan ini. Tidak ada perbedaan posisi dalam

negosiasi terbaik, tidak ada yang mempunyai kekuatan paling besar untuk mengambil suatu

kebijakan selain kebijakan yang ditentukan bersama. Kebanyakan negosiasi hanya sekedar

mendengarkan dan menyetujui atau menolak. Dalam banyak peristiwa orang dengan posisi

tertinggi memiliki kekuasaan untuk memutuskan dan akan lebih didengar pedapatnya

daripada orang yang memiliki kekuasaan dibawahnya. Ini tentunya negosiasi yang salah

karena pusatnya bukan masalah yang sedang dinegosiasikan. Perlu lebih banyak kesediaan

sekaligus keberanian untuk memfokuskan diri kepada masalah, melupakan siapa dia, siapa

kita tetapi sepenuhnya tertuju untuk apa kita melakukan semua ini. Dengan seperti ini akan

terjadi komunikasi dan interaksi yang efektif dari semua pihak yang terlibat, melihat masalah

dan bentuk penyelesaian berarti lebih banyak alternatif untuk mencapai keputusan terbaik.

Mendapatkan kesepakatan bersama sama halnya kemenangan bersama tanpa ada yang

kecewa karena merasa terkalahkan atau terabaikan.

* * *

Kebiasaan lima adalah Berusaha Mengerti Dahulu Baru Dimengerti. Kebiasaan ini

memerlukan proaktifitas, mengambil inisiatif pertama untuk berusaha mengerti terlebih

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 18

Page 19: The 7 Habits of Highly Effective People

dahulu. Mendengarkan secara empatik berarti menerjemahkan apa yang dia katakan

menjadi apa yang sebenarnya dia rasakan. Setelah itu barulah meminta untuk dimengerti.

“Tekhnik mendengarkan empatik terdiri dari meniru isi, menyatakan dengan cara lain,

membuat otak kanan beroprasi dan mereflesikan perasaan, transformasi gagasan” (248)

Pernyataan ini ada yang saya setujui dan ada yang tidak. Setujunya, di satu sisi tehnik

seperti itu bisa saja membuka diri lawan bicara kita sehingga dia lebih mudah menerima

nasihat atas apa yang dia keluhkan. Setelah merasa dimengerti, dia akan lebih

mendengarkan apa yang kita katakan. Dengan kata lain lebih luas peluang kita untuk

memperbaiki tanpa sekaligus menyakitinya. Tapi di sisi lain tehnik ini bisa berlaku

sebaliknya. Dengan kita meniru isi misalnya, lawan bicara kita bisa saja merasa dibenarkan

atas apa yang dia keluhkan, dan menjadi lebih sulit untuk diberikan gagasan penyelesaian

karena dia terlalu meyakini apa yang dia rasakan dan bahkan melahirkan keputusan pribadi

yang dirasa terbaik untuk dirinya. Meniru isi berarti sebuah bentuk pembelaan. Setelah dia

merasa dibela dan kita melakukan transformasi gagasan dia mungkin saja malah tidak sama

sekali tertarik, dia berfikir tadi kamu setuju dengan saya kenapa sekarang nasehatnya

seperti ini? Bukan nasehat seperti ini yang saya harapkan. Menurut saya dalam hubungan

dengan manusia dengan berbagai macam karakter, tidak ada tehnik yang mutlak bisa

dilakukan, semuanya fleksibel tergantung situasi dan kondisi siapa lawan bicara kita. Tehnik

di atas bisa saja dilakukan untuk beberapa orang dengan karakter tertentu yang cocok.

“Berusahalah lebih dulu mengerti sebelum masalah muncul, sebelum mengevaluasi,

membuat resep dan sebelum menyajikan gagasan.” (258) Saya lebih setuju dengan penggalan

kalimat ini. Kita hanya perlu menaruh perhatian untuk berusaha mendengarkan dan mengerti

apa sebenarnya yang ia rasakan dan melihat kepada diri kita apa yang bisa kita lakukan

untuknya. Kesediaan kita yang tulus untuk mendengarkan saya yakin lebih baik daripada

tehnik apapun.

Berusaha untuk mengerti membutuhkan tenggang rasa dan untuk dimengerti butuh

keberanian. (254)

Ini memang mutlak perlu. Tidak ada keinginan tulus untuk mendengarkan berarti

resikonya kita tidak akan mengerti. Tenggang rasa berarti ikut merasakan dan memahami

seolah-olah kita berada ada pada posisinya. Memandang dengan cara dia memandang.

Tentulah sering sulit sekali meminta pengertian orang, sesulit kita mengerti orang tersebut.

Perlu keberanian untuk mengatakan “ini yang saya inginkan, ini yang saya maksud”.

Tentunya tidak bisa langsung berkata seperti itu, kuncinya adalah integritas, menyesuaikan

apa yang kita inginkan dengan kata-kata yang kita ucapkan. Bagaimana orang bisa mengerti

kalau kita sendiri takut untuk menyatakan, sama saja kita takut untuk dimengerti.

Tetapi dalam beberapa kasus kita berhubungan dengan orang yang resisten. Susah

untuk membuat dia mengerti kita. Apa yang kita maksud selalu dianggap salah karena dia

mempunyai standar tersendiri. Dia bisa saja sama sekali tidak ingin berusaha memandang

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 19

Page 20: The 7 Habits of Highly Effective People

dengan cara kita memandang karena dia sudah punya pandangan sendiri yang ekslusif,

yang menurut dia paling benar. Menurut teori yang saya tahu, sulit bukan berarti tidak bisa

“baja yang kuat akan lunak jika terus ditempa”. Perlu pengertian yang ekstra, proaktivitas

yang ekstra, tenggang rasa yang sangat, lebih banyak lagi inisiatif, dan kreativitas, bahkan

mungkin mengerahkan seluruh kemampuan mendengarkan empatik kita kepada orang

seperti ini. Tetapi saya ragu apakah ada orang yang melakukan semuanya ini, sampai saat

ini saya hanya mengetahui teorinya dan belum melihat realitasnya. Yang saya lihat pada

kenyataanya dalam meminta pengertian orang seperti ini seringkali keberanian yang muncul

melebihi apa yang seharusnya, membuat emosi kita meluap karena kesabaran yang dirasa

telah habis.

* * *

Kebiasaan enam adalah Mewujudkan Sinergi. Menyatukan kelebihan dan melengkapi

kelemahan. Mewujudkan kemenangan yang lebih besar dari kemenangan pribadi.

“Sinergi merupakan bagian yang paling bersifat katalisator, paling memberdaya, paling

menyatukan dan paling menyenangkan. Intisari dari sinergi adalah menghargai perbedaan,

membangun kekuatan dan mengimbangi kelemahan. (261) Kesatuan atau persatuan adalah

saling melengkapi, bukan kesamaan-kesamaan yang tidak kreatif dan membosankan.”

Saya setuju dengan pernyataan ini. Sinergi adalah katalis untuk menurunkan energy

aktivasi agar reaksi bisa berjalan lebih cepat, hasil lebih banyak dan energy yang dipakai

lebih rendah. Mendapatkan hasil yang lebih besar dengan lebih mudah karena dilakukan

oleh beberapa kemampuan terbaik manusia. Menutupi kelemahan saya dengan kelebihan

anda dan begitu sebaliknya sehingga seolah tidak ada kelemahan. Sinergi sangat erat

kaitannya dengan interaksi Menang/Menang. Sinergi bukan hanya berkumpul atas dasar

persamaan. Jika diartikan begitu berarti interaksi antar orang yang sama-sama kalah pun

bisa dikatakan sinergi. Sementara ini menyatukan kelemahan, sinergi berfokus pada

penyatuan kemampuan terbaik. Tentu sangatlah berbeda. Inti dari sinergi adalah jika orang

seorang menghasilkan masing-masing 1, maka dua orang menghasilkan 3.

“Ketika seseorang mempunyai akses ke otak kanan yang intuitif, kreatif, visual dan otak

kiri yang analistis, logis dan verbal keseluruhan otak pun bekerja. Alat ini paling cocok untuk

realitas kehidupan, karena kehidupan tidak sekedar logis tapi juga emosional. (274)

Inti dari kehidupan yang efektif adalah keseimbangan. Tidak semua persoalan hidup bisa

diselesaikan dengan logika dan dengan pemikiran yang analistis. Seringkali logika dan

analistis menghasilkan, tetapi merugikan dalam sisi lain. Dalam dunia ini tidak ada satupun

kepastian yang bisa dianalisis sepenuhnya dengan otak kiri, tetapi butuh otak kanan untuk

berfikir intuitif, dan kreatif dalam mencari peluang. Fenomena tidak selalu berjalan sesuai

teori kehidupan, jika sudah keluar dari jalur logika maka pendekatannya dengan intuisi.

Dalam beberapa hal, pemakaian otak kiri sangat diperlukan, misalnya dalam mengerjakan

soal fisika, tentu tidak bisa diselesaikan dengan insting tetapi mutlak harus dengan otak kiri

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 20

Page 21: The 7 Habits of Highly Effective People

yang logis. Tetapi dalam hal lain, misalnya bisnis, intuisi dan kreatifitas lebih dibutuhkan

untuk membaca peluang pasar. Porsi otak yang seimbang mewujudkan kehidupan yang

seimbang pula dan mewujudkan sinergi dalam diri merupakan modal sinergi interpersonal.

* * *

Bagian empat yaitu Pembaruan. Dalam bagian ini memuat kebiasaan terahir yaitu

kebiasaan 7 Asahlah Gergaji. Istilah ini berarti semua yang bisa menghasilkan harus

dipelihara. Segala hal yang berhubungan dengan kebiasaan yang efektif harus diperbaharui.

Ini meliputi dimensi fisik, mental, spiritual dan emosional. Kalau istilah kerennya di upgrade.

Pembaruan berarti energi baru, semangat baru, kondisi baru dan fresh untuk memulai

kembali. Tujuannya agar kurva kesetabilan hasil selalu konstan dan tidak menurun karena

sistemnya out of date lupa di upgrade. Proses dan hasil selalu berbanding lurus. Semua

elemen ini harus selalu ada dalam kondisi terbaiknya agar mendapatkan hasil yang terbaik

juga. Kesehatan fisik mempengaruhi kesehatan mental, kekuatan spiritual dan memengaruhi

kekuatan emosional. Ketika meningkatkan pada salah satu dimensi, berarti meningkatkan

kemampuan pada dimensi yang lain.

“Kedamaian pikiran datang ketika kehidupan selaras dengan prinsip dan nilai yang benar

dan tidak dengan cara lain.” (299)

Pernyataan ini hukum alam. Ketenangan hanya diperoleh oleh orang yang hidup dalam

jalan yang benar. Saya yakin tidak ada orang jahat yang hidupnya tenang. Selalu ada

konsekuensi yang tidak bisa ditawar atas apa yang kita pilih.

* * *

Emerson:

“Apa yang kita kerjakan dengan tekun menjadi lebih mudah, bukan karena sifat tugas

tersebut telah berubah, tetapi kemampuan kita untuk bekerja telah meningkat”

Resume and Analyzing of The 7 Habits of Highly Effective People | 21