5
I. Ikhtisar Penemuan Bermakna Telah diperiksa seorang pasien perempuan, 25 tahun, agama Islam, suku Sasak, saat ini tidak bekerja, status belum menikah, pendidikan terakhir SMP, datang dengan keluhan utama mengamuk dua hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien MRS sejak 22 Mei 2014 ( 2 hari yang lalu) dan sudah ketiga kalinya MRS, dengan keluhan utama tiba-tiba mengamuk, memukul, membakar barang-barang di rumah, berbicara sendiri, sulit tidur, curiga, menolak makan dan minum. Keluhan pasien dimulai sejak 2 minggu sebelum masuk MRS dan mencapai puncaknya sehari sebelum MRS. Pasien dikatakan tiba-tiba mengamuk, merusak dan membakar barang dirumah . Dari anamnesis terhadap pasien (karena pada saat kunjungan lapangan pasien tidak didampingi keluarga) penampilan pasien tampak rapi, bersih, dan terawat. Namun pada status pasien, saat datang, pasien tampak kusut dan lusuh. Saat anamnesis pasien kooperatif dalam menjawab perttanyaan. Pasien menceritakan bahwa penyebab pasien dibawa ke rumah sakit adalah mengamuk dan memecahkan barang-barang di rumah, sehingga harus dibawa oleh keluarganya ke RSJ. Saat ditanya alasan pasien melakukan hal tersebut, pasien mengaku bahwa ia hanya khilaf. Pasien menceritakan bahwa ia sudah menikah dan memiliki anak berusia 9 tahun, dan sekarang sedang mengandung 4 bulan. Namun, pasien berhalusinasi visual dan auditorik tentang janin yang sedang di dalam kandungannnya dapat keluar dari perutnya dan bebicara

Skizo Paranoid Mbak Sri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

afsasffsa

Citation preview

I. Ikhtisar Penemuan BermaknaTelah diperiksa seorang pasien perempuan, 25 tahun, agama Islam, suku Sasak, saat ini tidak bekerja, status belum menikah, pendidikan terakhir SMP, datang dengan keluhan utama mengamuk dua hari sebelum masuk rumah sakit.Pasien MRS sejak 22 Mei 2014 ( 2 hari yang lalu) dan sudah ketiga kalinya MRS, dengan keluhan utama tiba-tiba mengamuk, memukul, membakar barang-barang di rumah, berbicara sendiri, sulit tidur, curiga, menolak makan dan minum. Keluhan pasien dimulai sejak 2 minggu sebelum masuk MRS dan mencapai puncaknya sehari sebelum MRS. Pasien dikatakan tiba-tiba mengamuk, merusak dan membakar barang dirumah . Dari anamnesis terhadap pasien (karena pada saat kunjungan lapangan pasien tidak didampingi keluarga) penampilan pasien tampak rapi, bersih, dan terawat. Namun pada status pasien, saat datang, pasien tampak kusut dan lusuh. Saat anamnesis pasien kooperatif dalam menjawab perttanyaan. Pasien menceritakan bahwa penyebab pasien dibawa ke rumah sakit adalah mengamuk dan memecahkan barang-barang di rumah, sehingga harus dibawa oleh keluarganya ke RSJ. Saat ditanya alasan pasien melakukan hal tersebut, pasien mengaku bahwa ia hanya khilaf. Pasien menceritakan bahwa ia sudah menikah dan memiliki anak berusia 9 tahun, dan sekarang sedang mengandung 4 bulan. Namun, pasien berhalusinasi visual dan auditorik tentang janin yang sedang di dalam kandungannnya dapat keluar dari perutnya dan bebicara dengan pasien serta berwujud seperti singa. Pasien juga mengaku memiliki suami berusia 36 tahun dan berprofesi sebagai seorang guru. Saat ditanya riwayat melahirkan sebelumnya, pasien mengaku tidak jelas akan pengalaman melahirkannya karena mata pasien ditutup saat akan melahirkan oleh suaminya dan tidak merasakan sakit apapun. Pasien mengaku sangat takut disantet. Saat ditanya siapa yang akan menyantetnya, pasien menjawab siapa saja dan semua dukun santet akan berusaha menyantetnya. Pasien mengaku pernah memiliki pengalaman dituduh merebut pacar sepupunya, hingga mencoba menyayat pergelangan tangannya. Hal ini juga yang membuat pasien takut disantet. Sebelum muncul gejala, pasien tidak pernah mengalami trauma dan/atau sakit yang dapat menyebabkan perubahan perilaku dan mental. Pasien juga tidak ada mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya yang dapat menyababkan perubahan perilaku. Pasien adalah anak ke-enam dari enam bersaudara. Ayah pasien telah meninggal. Sekarang pasien tinggal bersama ibu, paman dan kakak-kakaknya. Hubungan pasien dan kakak-kakaknya diakui cukup baik. Dikeluarga inti tidak ada yang menunjukan tanda-tanda masalah kejiwaan. Status mental pasien yaitu penampilan:rapi, bersih kesan rawat diri cukup; kesadaran: jernih; orientasi: cukup;daya konsentrasi : baik ; mood: eutimik; afek: luas; gangguan persepsi: halusinasi auditorik (+), visual (+); isi pikir: waham kejar (+); proses pikir: baik; tilikan derajat 1. Status generalis dan status neurologis dalam batas normal.

II. Diagnosis MultiaksialAksis I: Skizofrenia ParanoidAksis II : Tidak ditemukan gangguan kepribadianAksis III: Tidak ditemukan kelainanAksis IV: Masalah dengan kehidupan sosial yaitu putus cintaAksis V: GAF 20 11 (current)

III. Formulasi DiagnosisPada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan adanya riwayat trauma kepala pada pasien. Oleh karena itu diagnosis gangguan mental organik (F00 F09) dapat disingkirkan. Riwayat penggunaan zat psikoaktif sebelum timbulnya gejala gangguan jiwa tidak didapatkan. Sehingga diagnosis gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10 F19) dapat disingkirkan.Pada pasien ini didapatkan gangguan penilaian realitas, dan nilai tilikan yang terganggu, yaitu didapatkan waham kejar, halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Oleh karena itu pasien dapat dimasukkan kategori gangguan mental psikotik. Berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ III, pasien dapat dimasukkan dalam Skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham (F20 F29). Pada pasien masih perlu diobservasi adanya gangguan suasana perasaan (mood/afektif). Karena pada pasien sebulan belakangan didapatkan riwayat mood irritable (mudah tersinggung). Selain itu didapatkan pula harga diri yang melambung atau kebesaran, penurunan kebutuhan untuk tidur, dan pikiran yang meloncat-loncat. Meskipun belum memenuhi kriteria diagnosis manik (diperlukan adanya mood meninggi, atau setidaknya empat kriteria gejala B bersama mood irritable), observasi terhadap afektif pasien selama pengobatan diperlukan untuk benar-benar menyingkirkan adanya kemungkinan gangguan afektif (F30 F39). Karena masih belum bisa menyingkirkan dengan penuh gangguan afektif, perlu didignosis banding dengan kemungkinan Skizoafektif tipe manik pada pasien. Secara khusus, pada pasien didapatkan waham kejar dimana pasien merasa bahwapasien selalu merasa dikejar dukun santet. Terdapat pula halusinasi auditorik dan visual tentang bayi singa yang sedang dikandungnya. Jadi, terdapat dua gejala yang menonjol yaitu gangguan isi pikir dan gangguan persepsi (berupa waham kejar, halusinasi visual dan halusinasi auditorik). Aksis I ditegakkan dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid (F20). Untuk menegakan diagnosis skizofrenia paranoid perlu dipastikan gejala akan bertahan lebih dari 6 bulan. Karena gejala psikotik baru muncul sekitar 5 bulan yang lalu perlu dievaluasi lebih lama dan sementara masih harus di DD dengan Skizofreniform sebelum terbukti tidak.Pada Aksis II tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi mental. Pada Aksis III tidak ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada Aksis IV didapatkan masalah dengan kehidupan sosial yaitu putus cinta. Pada Aksis V berdasarkan Penilaian Fungsi Secara Global/GAF, saat ini pasien berada pada nilai 20-11 (ada bahaya mencelakai diri dan/atau orang lain).