45
SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV ”ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL DENGAN TUJUAN AWAL PENDIDIKAN” D I S U S U N OLEH: VISITTA OCTARIA (06091004007) ADHA YANDHA(06091004012) VOVY PRIMAYA SANDI(06091004016) AMELIA TRIA MONICA (06091004022) LOVI ANINDA (06091004027) DEFRAN FAHLEVI (060910040 Dosen Pengasuh: Dra.Hj.YETTY RAHELY,M.Pd HUDAIDAH,S.Pd,M.Pd FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

SEJARAH NASIONAL INDONESIA

IV”ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL DENGAN TUJUAN AWAL

PENDIDIKAN”

D

I

S

U

S

U

N

OLEH:

VISITTA OCTARIA (06091004007)

ADHA YANDHA(06091004012)

VOVY PRIMAYA SANDI(06091004016)

AMELIA TRIA MONICA (06091004022)

LOVI ANINDA (06091004027)

DEFRAN FAHLEVI (060910040

Dosen Pengasuh:

Dra.Hj.YETTY RAHELY,M.Pd

HUDAIDAH,S.Pd,M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Page 2: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2010/2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah semata, Rabb semesta alam.

Kepadanya kita menyembah dan memohon pertolongan. Dan hanya karena Allah-lah,

kami dapat menyusun makalah Sejarah Nasional Indonesia IV yang berjudul “

ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL DENGAN TUJUAN AWAL PENDIDIKAN”

ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada

Rasulullah, Muhammad SAW., keluarga dan para sahabat beliau yang telah berjuang

sepenuhnya menegakkan agama ini.

Pertama, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dra.Yetty

Rahelly,M.Pd dan Ibu Hudaidah, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Sejarah Nasional

Indonesia IV, terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah

membantu proses penyusunan makalah ini. Dan yang tidak kalah penting, terima kasih

atas kesolidan tim kelompok sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, ada beberapa kendala yang penulis hadapi

diantaranya kesulitan mencari informasi dan sumber referensi yang berkenaan dengan ”

ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL DENGAN TUJUAN AWAL PENDIDIKAN” .

Selain itu, waktu yang diberikan terbatas sehingga penulis harus berusaha maksimal agar

makalah ini dapat selesai dengan baik. Untuk itu, penulis mohon maaf jika dalam

makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun

bahasa yang digunakan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca agar kesalahan dan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat menjadi

pelajaran berharga bagi penulis sehingga kedepannya penulis dapat berbuat lebih baik

dari saat ini.

Indralaya, Maret 2011

Page 3: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latarbelakang

Awal abad ke XX, bukan hanya menjadi saksi penentu wilayah Indonesia yang

baru dan suatu pencanangan kebijakan penjajahan yang baru. Masalah-masalah dalam

masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan yang begitu besar sehingga, dalam

masalah-masalah politik, budaya, agama dan pendidikan rakyat Indonesia menempuh

jalan baru. Perubahan yang begitu cepat terjadi di semua wilayah yang baru saja

ditahlukan oleh belanda. Perasaan akan timbulnya nasionalisme bangsa Indonesia telah

tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme tersebut masih bersifat

kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang bersifat menyeluruh dan

meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar awal abad XX. Lahirnya

nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor, baik faktor intern maupun

faktor ekstern. Faktor intern itu meliputi sejarah masa lampau yang gemilang,

penderitaan rakyat akibat penjajahan, pengaruh pendidikan barat di Indonesia, pengaruh

perkembangan pendidikan di Indonesia, pengaruh perkembangan pendidikan kebangsaan

di Indonesia, dominasi ekonomi kaum cina di Indonesia, peranan bahasa melayu, hingga

istilah Indonesia sebagai identitas nasional. Selai faktor internal, ada faktor eksternal

yang mendukung lahirnya nasionalisme di Indonesia seperti kemenangan Jepang atas

Rusia, partai kongres India, Filifina dibawah Jose Rizal, gerakan nasionalisme Cina,

hingga gerakan Turki Muda.

Perkembangan-perkembangan pokok pada masa ini adalah munculnya ide-ide

baru mengenai organisasi serta dikenalnya definisi yang baru dan lebih canggih tentang

identitas. Ide baru tentang organisasi meliputi bentuk-bentuk kepemimpinan yang baru,

sedangkan deffinisi yang baru dan lebih canggih mengenai identitas meliputi anlisis yang

lebih mendalam tentang lingkungan agama,sosial,politik dan ekonomi. Pada tahun1927

telah terbentuk suatu kepemimpinan Indonesia yang baru dan suatu kesadaran diri yang

baru, tetapi dengan akibat yang sangat mahal. Para pemimpin yang baru terlibat dalam

pertentangan yang sengit satu sama lain, sedangkan kesadaran diri yang semakin besar

Page 4: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

telah memecah belah kepemimpinan ini menurut garis-garis agama dan ideologi. Pihak

belanda mulai melancarkan tingkat penindasan baru untuk menanggapi perkembangan-

perkembangan tersebut. Periode ini tidak menunjukan pemecahan masalah, tetapi benar-

benar mengubah pandangan kepemimpinan indonesia itu mengenai dirinya sendiri dan

masa depannya.

Kalangan priyayi jawa yang’baru’atau yang’lebih rendah’ ejabat-pejabat yang

maju dan yang memendang pendidikan sebagai kunci menuju kemajuan adalah kelompok

pertama yang mengambil prakarsa. Kelompok ini mewakili aliran social dan budaya yang

penting bagi indonesia paa abad ke XX. Mereka terutama adalah abangan yang

keislamannya sekedar komitmen formal dan nominal saja. Kaum abangan merupakan

penduduk jawa yang pemikiran-pemikiran agama mereka masih bersifat realistik, relatif

tidak memperdulikan tuntutan kejawiban-kewajiban upacara agama islam dan secara

budaya terikat pada seni-seni jawa.

Pada awal abad XX, pendidikan barat tampaknya akan memberikan kepada

alangan atas pemerintahan (priyayi) dari lingkungan kaum abangan satu kunci menuju

perpaduan baru yang mereka anggap sebagai dasar bagi peremajaan kembali

kebudayaan,kelas dan masyarakat mereka.

Kelahiran Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang didirikan oleh para

mahasiswa STOVIA merupakan ekspresi dari aspirasi kaum muda untuk mengambil

peran dalam mengubah masyarakatnya ke arah kemajuan. para mahasiswa dan pemuda

masa itu. Mereka, khususnya mahasiswa STOVIA berusaha mengadakan perlawanan

dengan cara yang halus mengingat cara pertempuran fisik selalu mengalami kegagalan.

Berangkat dari kesadaran dan kemauan untuk melawan, maka mulai muncul berbagai

organisasi pergerakan. Meskipun masing-masing organisasi memiliki asas dan cara

perjuangan yang berbedabeda, mereka tetap mempunyai satu tujuan yaitu mencapai

kemerdekaan. Kebulatan tekad para pemuda untuk bersatu mencapai puncaknya dengan

dicetuskannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Lahirnya organisasi pergerakan

pertama tersebut telah mengilhami terbentuknya organisasi pemuda lainnya di Indonesia

pada masa selanjutnya dalam berbagai bidang terutama yang akan dibahas dibawah ini

adalah organisasi yang tujuan awalnya pada bidang pendidikan.

Page 5: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

Berdasarkan deskripsi singkat di atas maka kami selaku kelompok enam melalui

penyajian makalah ingin mengajak para peserta diskusi sekalian untuk mempelajari dan

membahas lebih lanjut mengenai Organisasi pendidikan Pada Masa Pergerakan Nasional,

yang cukup menarik untuk ditelusuri dan dikaji. Kami berharap melalui pembelajaran

materi ini kita dapat saling berbagi pengetahuan dan belajar guna memperluas cakrawala

wawasan mengenai Sejarah Nasional Indonesia.

I.2 Tujuan

Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berkut:

a. Untuk menjelaskan apa saja yang termasuk organisasi yang bertujuan awal pada

bidang pendidikan yang muncul pada masa pergerakan nasional.

b. Untuk mendeskripsikan bagaimana awal dan berkembangnya dari masing-masing

organisasi pendidikan yang muncul pada masa pergerakan nasional.

I.3 Rumusan Masalah

Adapun pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas berkenaan dengan tema

materi pada makalah ini yaitu :

a. Bagaimana latarbelakang dan perkembangan organisasi Boedi Oetomo dalam

bidang pendidikan pada masa pergerakan nasional?

b. Bagaimana latarbelakang dan perkembangan organisasi Muhammadiyah dalam

bidang pendidikan pada masa pergerakan nasional?

c. Bagaimana latarbelakang dan perkembangan organisasi Taman Siswa dalam

bidang pendidikan pada masa pergerakan nasional?

d. Bagaimana latarbelakang dan perkembangan organisasi Ksatrian Institut dalam

bidang pendidikan pada masa pergerakan nasional?

Page 6: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Budi OetomoBudi Oetomo di dirikan oleh mahasiswa STOVIA (Sekolah Dokter Pribumi) di Jakarta

pada tanggal 20 Mei 1908. ketuanya ialah Soetomo (kemudian menjadi dokter). Budi

Oetomo merupakan organisasi modern pertama yang didirikan oleh bangsa Indonesia.

Berdirinya Budi Oetomo erat kaiatannya dengan cita-cita Dr. Wahidin Sudirohusodo. Ia

seorang tamatan STOVIA. Wahidin bercita-cita memajukan pendidikan dengan cara

mendirikan “Dana Pelajar”. Dana itu akan dipakai untuk menyekolahkan anak-anak yang

orang tuanya kurang mampu. Untuk mengumpulkan dana Wahidin mengunjungi tokoh-

tokoh masyarakat di berbagai kota.pada tahun 1907 ia bertemu dengan mahasiswa

STOVIA di Jakarta. Mereka tertarik mendengar cita-cita Wahidin. Cita-cita itu mereka

perluas tidak hanya dibidang pendidikan tetapi juga dibidang budaya untuk itulah mereka

mendirikan Budi Oetomo . Budi Oetomo bukan partai politik. Pada masa itu pemerintah

tidak mengizinkan berdirinya partai politik. Budi Oetomo giat memajukan pendidikan

dan mempertahankan kebudayaan. Pada mulanya anggota terbatas pada penduduk jawa

dan madura. Namun kemudian, penduduk dari daerah lain pun diterima sebagai anggota.

Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang

hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf

yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,

membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni

dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka

mencapai kehidupan rakyat yang layak.

Setelah cita-cita Boedi Oetomo mendapat dukungan maakin meluas dikalangan

cendikiawan jawa, maka pelajar itu menyingkir dari barisan depan. Sebagian karena

keinginannya agar generasi yang lebih tua memegang peranan bagi gerakan itu. Ketika

kongres boedi oetomo dibuka dijogjakarta, pimpinan beralih kepada generasi yang lebih

tua, yang terutama terdiri dari priyayi-priyayi rendahan. Tanpa pengalaman sedikitpun

Page 7: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

dalam hidup keorganisasian, Boedi Otomo merupakan wadah dari unsur-unsur radikal

dan bercorak politik, seperti pada diri Tjipto Mangunkusumo, dan unsur yang kurang

memperhatikan keduniawian yang cenderung bersifat filsafat, seperti pada diri Radjiman

Wedyodiningrat. Ketua Tirtokusumo, sebagai seorang bupati lebih banyak

memperhatikan reaksi dari pemerintahan kolonial dari pada memperhatikan reaksi dari

penduduk pribumi.

Setelah perdebatan yang panjang tentang corak Boedi Oetomo, maka pengurus

besar memutuskan untuk membatasi jangkauan gerakannya kepada penduduk Jawa dan

Madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang

dipilihnya oleh karena itulah bidang pendidikan dan budaya. Karena kebanyakan

pendukungnya ialah golongan priyayi rendahan, maka dapat dipahami mengapa Boedi

Oetomo menganggap perlu meluaskan pendidikan barat. Pengetahuan bahasa belanda

mendapat prioritas utama, karena tanpa bahasa itu seseorang tidak dapat mengharapkan

kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian kolonial. Dengan demikian, maka

Boedi Oetomo cenderumg untuk memajukan pendidikan bagi golongan priyayi dari pada

bagi penduduk pribumi pada umumnya. Slogan Boedi Oetomo berubah dari ”perjuangan

untuk mempertahankan penghidupan” menjadi ”kemajuan secara serasi”. Hal itu

menunjukan bahwa pengaruh golongan tua yang moderat dan golongan priyayi yang

lebih mengutamakan jabatannya. Dengan demikian maka sikap ”proto-nasionalistis” dari

para pemimpin pelajar yang kentara pada awal berdirinya Boedi Oetomo, kini terdesak

kebelakang.

Setelah dua pemimpinnya yang berbeda pendapat dengan anggota pengurus besar,

yaitu Tjipto Mangunkusumo dan Surjodiputro, berhenti dari badan pengurus sebelum

kongres yang kedua. Pengurus besar Boedi Oetomo menjadi lebih seragam. Setelah

persetujuan yang diberikan pemerintah kepada Boedi Oetomo sebagai badan hukum,

maka diharapkan organisasi itu dapat melancarkan aktivitas secara luas. Tetapi segera

Boedi Oetomo menjadi lamban, yang sebagian disebabkan oleh kesulitan keuangan. Lain

dari pada itu bupati telah mendirikan organisasi sendiri, para pemuda STOVIA dan

anggota muda lainnya berhenti sebagai anggotanya karena kecewa terhadap jalan yang

telah ditempu oleh Boedi Oetomo. Namun, pada akhir tahun1909 Boedi Oetomo telah

mempunyai cabang di 40 tempat dengan jumlah anggoyta lebih kurang 10.000 orang.

Page 8: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

Sepanjang sejarahnya (organisasi ini secara resmi dibubarjkan pada tahun 1935)

sebenarnya Boedi Oetomo sering kali tampak sebagai partai pemerintah yang seakan-

akan resmi. Pada umumnya Boedi Oetomo sudah mengalami kemandekan hampir sejak

awakl pemulaannya, baik karena kekurangan dana maupun karena kekurangan pemimpin

yang dinamis. Organisasi ini pada periode selanjutnya mengalami perkembangan yang

sangat lamban. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe

Desa dan beberapa petisi, yang dibuatnya kepada pemerintah berhubungan dengan usaha

meninggikan mutu sekolah menengah pertama. Tatkala kepemimpinan kepengurusan

pusat makin melemah, maka cabang-cabang melakukan aktivitas sendiri yang tidak

banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasiperkembangan Boedi Oetomo sejak

berdirinya dengan penuh perhatian dan penuh harapan, akhirnya menarik kesimpulan,

bahwa pengaruh Boedi Oetomo terhadap penduduk pribumi tida begitu besar. Beberapa

bagian pemerintahan nampaknya merasa puas karena ketidakmampuan Boedi Oetomo

itu. Tirtokusumo berhenti pada tahun 1912 dan ketua Boedi Oetomo yang baru, pangeran

Noto Dirodjo berusaha dengan sepenuh tenaga mengejar etinggalan. Dengan ketua yang

baru itu Boedi Oetomo perkembangannya tidak pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama

dicapainya oleh ketua keturunan Paku Alam itu ialah perbaikan pengajaran di daerah

kesultanan atau kesunanan. Boedi Oetomo mendirikan organisasi dana belajar

Darmoworo. Twetapi hasilnya tidaklah begitu besar. Sukses-sukses yang kecil itu makin

tidak berarti dan berada dibawah bayangan munculnya organisasi nasional lainnya

terutama Sarekat Islam yang berazaskan pada kepentingan keagamaan dan Indische Partij

yang bergerak dalam bidang politik.

Kedua partai tersebut menarik unsur-unsur yang tidakpuas keluar dari Boedi

Oetomo. Meskipun prinsip-prinsip utama tentang netralisasi agama dan aktivitas non-

politik Boedi Oetomo membedakan dirinya dengan organisasi-organisasi lain, tetapi ia

harus menghadapi kenyataan pahit bahwa selama prinsip-prinsip itu dipertahankan

dengan sifat yang pasif tidaklah dapat diharapkan pengaruhnya akan makin meluas.

Mulai pecahnya perang dunia I pada tahun 1914 kelihatan ada usaha untuk

mengembalikan kekuatan yang ada pada Boedi Oetomo. Berdasarkan akan adanya

kemungkinan intervensi kekuatan asing lain, maka Boedi Oetomo melancarkan isseu

pentingnya pertahanan sendiri, dan yang pertama menyokong gagasan wajib militer

Page 9: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

pribumi. Diskusi yang terjadi berturut-turut dalam pertemuan-pertemuan setempat

sebaliknya menggeser perhatian rakyat dari soal wajib militer kearah soal perwakilan

rakyat. Dikirimnya sebuah misi ke negeri Belanda oleh komite ”Indie Weerbaar” untuk

pertahanan Hindia pada tahun 1916-1917 merupakan pertanda masa yang amat berhasil

bagi Boedi Oetomo. Dwidjosewoyo sebagai wakil Boedi Oetomo dalam misi tersebut

berhasil mengadakan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda terkemuka.

Pengumuman Menteri Urusan Daerah Jajahan tentang pembentukan Volksraad (Dewan

Rakyat) yang waktu itu sedang dibicarakan didalam Dewan Perwakilan Rakyat Belanda,

dimana ia menekankan badan itu akan dijadikan Dewan Perwakilan Rakyat nanti amat

menggembirakan anggota misi maupun Boedi Oetomo. UU wajib militer gagal,

sebaliknya UU pembentukan Volksraad disahkan pada bulan desember 1916. boedi

Oetomo segera membentuk komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota

Volksraad, tetapi komite itu tidak dapat berjalan sesuai mestinya dan akhirnya bubar.

Aktivitas-aktivitas itu memberi kesan kepada kaum etika dikalangan

pemerintahan kolonial bahwa Boedi Oetomo adalah satu-satunya organisasi yang

bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Sebagai hasilnya kaum etika bekerjasama

dengan Boedi Oetomo dalam kampanye pemilihan sehingga Boedi Oetomo dapat

menduduki kursi yang jumlah kursinya nomor dua besarnya diantara anggota pribumi

didalam Volksraad. Didalam sidang volksraad wakil-wakil Boedi Oetomo masih tetap

berhati-hati dalam melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan politik pemerintah.

Sebaliknya para anggota pribumi yang lebih radikal dan anggota sosialis Belanda

didalam volksraad melakukan kritik terhadap pemerintah. Dengan memekai adanya krisis

dibulan november 1918 di negeri Belanda, mereka menuntut perubahan bagi volksraad

dan kebijaksanaan politik negeri Belanda umumnya sampai akhirnya dibentuk sebuah

komisi pada tahun 1919.

Konsesi yang diberikan ole gubernur jenderal dalam masa itu dan makin

pentingnya gerakan politik dikalangan masa menyebabkan Boedi Oetomo pada akhirnya

berkesimpulan bahwa ia juga harus mencari dukungan massa. Akibanya unsur yang lebih

radikal didalm Boedi Oetomo mendapat pengaruh yang lebih besar. Tetapi segera setelah

itu, kebijaksanaan politik yang lebih keras dijalankan oleh Gubernur jenderal yang baru,

Mr.D.Fock. juga anggaran bagi pendidikan dikurangi dengan drastis. Sebagai akibatnya

Page 10: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

terjadi perpecahan antara golongan moderat dan radikal didalam Boedi Oetomo, yang

baru kemudian berakhir sewaktu diadakannya fusi ke dalam Parindra (partai indonesia

raya)pada tahun 1935. misalnya dr.Soetomo sendiri merasa tidak puas lalu mendirikan

Indonesische Studieclub pada tahun 1924 di Surabaya, yang kemudian berkembang

menjadi Persatuan Bangsa Indonesia. Sebab utama didirikannya organisasi tersebut

adalah karena dr.Soetomo dan pemimpin nasionalis lainnya menganggap azas

”Kebangsaan Jawa” dari Boedi Oetomo sudah tidak sesuai lagi. Dengan perkembangan

rasa kebangsaan waktu itu. Boedi Oetomo baru terbuka bagi seluruh penduduk indonesia

sesudah kongres pada bulan Desember 1930.

Pada masa sepuluh tahun pertama perkembangan Boedi Oetomo, adanya sikap

yang lunak dikalangan priyayi dalam menghadipi perubahan sosial yang terjadi

diIndonesia pada awal abad ke20. pada tingkat pertama secara samar-samar Boedi

Oetomo mengemukakan keinginan golongan yang telah berpendidikan tentang kemajuan

nasional dan budaya. Kemudian perhatian dipusatkan kepada pendidikan secara barat

yang dianggap satu-satunya jalan untuk mencapai promosibagi golongan priyayi

rendahan didalam jenjang kepegawaian kolonial. Keinginan untuk pendidikan yang lebih

tinggi sejajar dengan munculnya golonga menengah pribumi dan usaha-usaha kearah

kemakmuran ekonomi. Usaha-usaha memajukan kesejahteraan sosial dikalangan pribumi

makin luas dijalankan didaerah-daerah dan usaha-usaha dibidang ekonomi mulai berubah

menjadi berpolitik. Bahaya yang mengancam karena perang membangn para pemimpin

Boedi Oetomo tentangpentingnya pertahanan bagi negaranya sendiri. Tetapi kewajiban

untuk mempertahankan negeri dibawah pemerintahan Belanda mau tidak mau

menimbulkan gagasan untuk menuntut hak perwakilan yang layak bagi rakyat. Langkah-

langkah tersebut menyadarkan golongan priyayi tentang adanya cara-cara yang berbeda

didalam mendapatka kebutuhan sosial, pada mulanya melalui pendidikan akhirnya

dengan berpolitik.

Perubahan itu sendiri mungkin disebabkan tidak adanya program politik yang

nyata, tidak adanya pemimpin tunggal yang berwibawa seperti partai-partai lain, dan

tidak adanya dana. Lain dari pada itu para anggota Boedi Oetomo mengetahui bahwa

mereka mempunyai harapan yang baik bagi masa depannya karena itu tidak berani

menaggung resiko. Tidak dapat dipungkiri bahwa Boedi Oetomo sebagai organisasi

Page 11: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

golongan, mencerminkan kemampuan yang luar biasa untuk melindungi dirinya. Karena

Boedi Oetomo tidak pernah dapat dukungan massa, kedudukannya secara politik tidak

begitu penting. Namun suatu hal yang penting dari Boedi Oetomo adalah bahwa didalam

tubuhnya telah ada benih semangat nasional yang pertama dan karena itu ia dapat

dipandang sebagai induk pergerakan nasional, yang kemudian muncul dalam tubuh

Sarekat Islam dan Indische Partij.

II.2 MUHAMADDIYAH

Organisasi islam modernis yang paling penting di Indonesia berdiri di Yogyakarta

pada tanggal 18 november 1912. Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923) berasal dari elit

agama kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1890, dia naik haji ke Mekkah dan belajar

kepada Ahmad Khatib dan yang lainnya. Beliau pulang dengan tekat yang bulat untuk

memperbaharui islam dan menentang usaha-usaha kristenisasi yang dilakukan oleh kaum

misinioris barat. Pada tahun 1909, beliau masuk ke Boedi Oetomo dengan harapan dapat

berkhotbah tentang pembaharuan dikalangan para anggotanya, tetapi para pendukungnya

mendesaknya supaya mendirikan organisasi sendiri. Pada tahun 1912, beliau mendirikan

Muhammadiyah, ”jalan Muhammad”, di Yogyakarta. Muhammadiyah mencurahkan

kegiatannya pada usaha-usaha pendidikan serta kesejahteraan dan program dakwah guna

melawan agama kristen dan takhayul-takhayul lokal. Pada tahun1917, Dahlan

membentuk seksi perempuan dengan nama Asyiyah, menurut nama seorang istri nabi,

yang nkelak akan memainkan peranan penting dalam moderenisasi kehidupan perempuan

Indonesia.

Pada mulanya Muhammadiyah mulanya hanya berkembang secara lamban.

Organisasi ini ditentang atau diabaikan oleh para pejabat, guru-guru islam gaya lama

didesa-desa, hierarki-hierarki keagamaan ynag diakui oleh pemerintah, dan oleh

komunitas-komunitas orang saleh yang menolak ide-ide islam moderenis. Dalam rangka

menjalankan upaya-upaya pemurniannya, organisasi ini mengecam banyak kebiasaan

yang telah diyakini oleh orang-orang saleh jawa selama berabad-abad sebagaiislam yang

sebenarnya. Dengan demikian pada masa awalnya, Muhammadiyah mengundang banyak

permusuhan dan kebencian dari komunitas agama di jawa. Pada tahun1925, dua tahun

sesudah wafatnya Dahlan, Muhammadiyah hanya beranggotakan 4000 orang, tetapi

organisasi ini telah mendirikan 55 sekolah dengan 4000 orang murid, dua balai

Page 12: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

pengobatan di Yogyakarta dan surabaya, sebuah panti asuhan dan sebuah rumah miskin.

Organisasi ini diperkenalkan di Minangkabau oleh Haji Rasul pada tahun 1925. begitu

berhubungan dengan dunia islam Minangkabau yang dinamis, orgaisasi ini berkembang

dengan pesat. Pada tahun 1930 jumlah anggota organisasi ini sebanyak 24.000 orang,

pada tahun 1935 menjadi 43000 orang, dan pada tahunn 1938 organanisasi ini mengaku

mempunyai anggota yang luar biasa banyaknya 250.000 orang. Pada tahun 1938,

organisasi ini telah menyebar disemua pulau utama di Indonesia, mengelolah 834 mesjid

dan langgar, 31 perpustakaan umum dan 1774 sekolah, serta memiliki 5516 orang

mubaligh pria dan 2114 orang mubaligh wanita. Sampai batas-batas yang sedemikian

jauh sejarah islam modernis di Indonesia sesudah tahun 1925 adalah sejarah

Muhammadiyah.

Sejak semula perhatian Kyai Haji Ahmad Dahlan terhadap dunia pendidikan

memang besar. Hal ini dibuktikan dengan perhatian beliau, baik sebelum maupun

sesudah didirikannya Muhammadiyah. Sesudah Muhammadiyah berdiri, perhtian ini

semakin meningkat. Hal ini sudah selayaknya dan dapat dimengerti, sebab lapangan

pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mempersiapkan kader-kader Islam

yang terdidik dan terlatih.

Usaha Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam pendidikan sudah dibuktikan sejak

sebelum berdirinya Muhammadiyah, yaitu beliau sudah mengajar agama di Kweekschool

Jetis, OSVIA di magelang dan sebagainya. Menurut beliau, guru-guru dan calon pejabat

pemerintah dan polisi-polisi itu merupakan calon pemimpin bangsa dan karenanya harus

diberi dasar pendidikan agama islam yang kuat.

Kyai Haji Ahmad Dahlan memang seorang pendidik yang pandai. Setelah

Muhammadiyah berdiri, beliau menyelengaraan pengajian yang diberi nama Fathul Asror

wa Miftahus Sa’adah, khusus untuk membimbing pemuda-pemuda berusia 25 tahun

supaya gemar beramal kenaikan dan berani membela Muhammadiyah, dan jangan sampai

terjerumus kedalam tindakan kenakalan dan kemaksiatan. Dalam mendidik pemuda-

pemudi ini, kyai Haji Ahmadahlan menjalankan taktik yang jitu. Mula-mula mereka

diikuti kemauannya, seperti berdarma wisata dan bermain musik. Baru kemudian dengan

sedikit-demi sedikit diajarkan jiwa kemuhamaddiyahan dan kepemimpinan sehingga

mereka kelak menjadi pemimpin-pemimpin yang tangguh.

Page 13: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

Kyai Haji Ahmad Dahlan, disamping seorang ulama, memang mempunyai

pembawaan dan sifat seorang pendidik yang baik. Beliau sanggup mendidik anak nakal

menjadi baik . Demikian pula dengan sadar mendidik kaum wanita calon ibu rumah

tangga. Sungguh luar biasa cara beliau mendidik itu. Kyai menyampaikan cita-cita

kepada murid nya dengan scara yang tidak membosankan, menarik dan efektif. Bersikap

sabar, mengemong dan jujur terhadap murid-muridnya. Beliau tidak lekas marah.

Kecurangan dibalas dengan kejujuran dan kebaikan. Beliau tidak lekas putus as dalam

mengejar cita-citanya tersebut.

Dengan segala usahanya itu, Muhammadiyah memang bermaksud untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama umat islam, agar mampu berpikir

menggunakan rasio yang sehat dan meninggalkan kebekuan akal serta pemikiran buta

yang amat merugikan perkembangan bansa, tetapi juga tetap melandasi perkembangan

dari kemajuan itu dengan ajaran agama serta budi pekerti luhur. Karena itu, pendidikan

memegang posisi penting dalam kegiatan Muhammadiyah. Dalam dunia pendidikan

Muhammadiyah telah mengadakan pembaharuan pendidikan agama dengan moderenisasi

dalam sistem pendidikan, dengan memperbarui sistem pondok dan pesantren dengan

sistem pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman.

Pelajaran agama islam diajarkan disekolah-sekolah umum, baik negeri maupun swasta.

Muhammadiyah telah mampu menyeleggarakan sekolah dari tingkatan taman kanak-

kanak hingga perguruan tinggi.

Dalam hal memajukan dunia pendidikan, Kyai Haji Ahmad Dahlan mengundang

hartawan di Yogyakarta yang bersimpati terhadap usaha dan cita-citanya. Berdasarkan

asas dan cita-citanya, Muhammadiyah bergerak dalam bidang pendidikan dengan

beriktikad beribadah kepada Allah, dan bukan karena dorongan yang lain, dan hanya

dorongan ibadah. Dalam melaksanakan pendidikan itu muhammadiyah berusaha

memajukan dan memperbarui pendidikan , pengajaran dan kebudayaan serta memperluas

ilmu pengetahuan menurut agama islam. Muhammadiyah menyusun sistem pendidikan

dengan mengintegrasikan pendidikan agama islam dengan pendidikan umum, pada tiap

jenis dan tingkat sekolah. Didalam memberikan pendidikan dan pengajaran agama islam,

ditanamkan keyakinan paham tentang islam sebagaimana diyakini oleh Muhammadiyah.

Selanjutnya penerapan sistem pendidikan Muhammadiyah selama ini membawa hasil

Page 14: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

yang tidak ternilai harganya bagi kemajuan bangsa indonesia terutama umat islam di

Indonesia.

Sebenarnya jika dikaji lebih dalam, berdirinya Muhammadiyah juga didasari oleh

faktor pendidikan. Sutarmo, Mag dalam bukunya Muhammadiyah, Gerakan Sosisal,

Keagamaan Modernis mengatakan bahwa Muhammadiyah didirikan oleh KHA. Dahlan

didasari oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

faktor yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh dan faktor

eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar Islam. Maka pendidikan

Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari Muhammadiyah

didirikan. Kita ketahui bahwa pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-

lembaga pendidikan yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem

pendidikan. Dua sistem pendidikan yang berkembang saat itu, pertama adalah sistem

pendidikan tradisional pribumi yang diselenggarakan dalam pondok-pondok pesantren

dengan Kurikulum seadanya. Pada umumnya seluruh pelajaran di pondok-pondok adalah

pelajaran agama. Proses penanaman pendidikan pada sistem ini pada umumnya masih

diselenggarakan secara tradisional, dan secara pribadi oleh para guru atau kyai dengan

menggunakan metode srogan (murid secara individual menghadap kyai satu persatu

dengan membawa kitab yang akan dibacanya, kyai membacakan pelajaran, kemudian

menerjemahkan dan menerangkan maksudnya) dan weton (metode pengajaran secara

berkelompok dengan murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh

dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku masing-masing

atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah) dalam pengajarannya. Dengan metode

ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif,  membuat catatan tanpa pertanyaan, dan

membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang tabu. Selain itu metode ini

hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa pengertian dan

memperhitungkan daya nalar. Kedua adalah pendidikan sekuler yang sepenuhnya

dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak diberikan.

Bila dilihat dari cara pengelolaan dan metode pengajaran dari kedua sistem

pendidikan tersebut, maka perbedaannya jauh sekali. Tipe pendidikan pertama

menghasilkan pelajar yang minder dan terisolasi dari kehidupan modern, akan tetapi taat

dalam menjalankan perintah agama, seangkan tipe kedua menghasilkan para pelajar yang

Page 15: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

dinamis dan kreatif srta penuh percaya diri, akan tetapi tidak tahu tentang agama, bahkan

berpandangan negatif terhadap agama. Maka atas dasar dua sistem pendidikan di atas

KHA. Dahlan kemudian dalam mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah coba

menggabungkan hal-hal yang posistif dari dua sistem pendidikan tersebut. KHA. Dahlan

kemudian coba menggabungkan dua aspek yaitu, aspek yang berkenaan secara idiologis

dan praktis. Aspek idiologisnya yaitu mengacu kepada tujuan pendidikan

Muhammadiyah, yaitu utnuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, pengetahuan

yang komprihensif, baik umum maupun agama, dan memiliki keasadaran yang tinggi

untuk bekerja membangun masyrakat (perkembangan filsafat dalam pendidikan

Muhmmadiyah, syahyan rasyidi). Sedangkan aspek praktisnya adalah mengacu kepada

metode belajar, organisasi sekolah mata pelajaran dan kurikulum yang disesuaikan

dengan teori modern. Maka inilah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan

Muhammadiyah yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan

Muhammadiyah untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepnkan tajdid atau

tanzih dalam setiap pemikiran dan gerakannya bukan ulama atau pemikir yang ’’say yes’’

pada kemapanan yang sudah ada (established) karena KHA. Dahlan dalam memadukan

dua sistem tersebut coba untuk menciptakan ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta

penuh percaya diri dan taat dalam menjalankan perintah agama.

Muhammadiyah memandang faktor guru sebagai alat utama dan menentukan.

Modal utama seorang guru adalah keberanian, kemauan, dan rasa cinta serta tanggung

jawab terhadap Muhammadiyah yang merupakan ibadah. Selanjutnya, Muhammadiyah

berpendirian bahwa korps guru memegang peranan penting disekolah disekolah dalam

usaha menghasilkan anak didik sebagai yang dicita-citakan Muhammadiyah. Tanpa itu,

kiranya para guru tidak dapat atau tidak sepenuhnya dapat menjalankan fungsinya sesuai

dengan cita-cita Muhammadiyah. Di dalam Muhammadiyah, guru menduduki kedudukan

penting, dan bukannya sekedar alat yang mekanis seperti mesin pabrik yang tanpa

pengetahuan dan kesadaran terus berputar tanpa mengetahui motivasi dan tujuan. Di

dalam pengertian Muhammadiyah, guru merupakan subjek penting dalam pendidikan,

dan subjek dakwah yang penting, fungsi dan amal pengabdiannya. Perlu senantiasa

dicamkan, bahwa tujuan Muhammadiyah pada lapangan pendidikan ialah membentuk

manusia muslim yang cakap, berahlak mulia, percaya pada diri sendiri, dan bergun abagi

Page 16: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

masyarakat. Jadi tidak hanya membentuk manusia intelektualitas saja, melainkan juga

manusia muslim, manusia moralis, dan manusia berwatak.

II.3 TAMAN SISWA

Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di Yogyakarta

pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ajarannya yang terkenal ialah Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), Ing

Madya Mangun Karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), Ing Ngarsa

Sungtulada (di depan memberi teladan). Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi

Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas

Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka,

berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi

menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia

dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi

kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)

Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai

tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara

lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja

Timoer dan Poesara.

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto

Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran

nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai

Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh

status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial

Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini

dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya

adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan

menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Kemudian setelah

ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk

Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite

Page 17: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite

Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud

merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan

menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan

berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor

Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).

Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres

milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta

kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar

dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si

inlander memberikan sumbangan dana untuk perayaan itu. Pikiran untuk

menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk

pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang

Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama

ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan

yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral

Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering

(hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang

boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan

diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela

Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk

memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena

hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo

dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka

Page 18: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke

Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.

Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan

pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh

Europeesche Akte.

Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian

di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun

mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut

Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat

menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai

bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Tidak sedikit

rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda

berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober

1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu

kemudian dicabut. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia

pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih

dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya

berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar

pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan

pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga

Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di

samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah zaman

kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan,

Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja

diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional)

yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga

ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI

No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya

Page 19: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.Dua

tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal

28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum

Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan

Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki

Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi

museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-

menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai

seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan

Arsip Nasional.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu

memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku,

budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus

didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Konsep Pendidikan Tamansiswa :

Tamansiswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat

yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi

Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan

perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya.

Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan

merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan. Tamansiswa anti

intelektualisme; artinya siapa pun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan

mengabaikan faktor-faktor lainnya. Tamansiswa mengajarkan azas keseimbangan

(balancing), yaitu antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain.

Maksudnya agar setiap anak didik itu berkembang kecerdasan dan kepribadiannya secara

seimbang.

Tujuan pendidikan Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur

Page 20: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk

menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan

bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang

berbeda namun tujuan pendidikan Tamansiswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan

nasional.

Kalau di Barat ada “Teori Domein” yang diciptakan oleh Benjamin S. Bloom

yang terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotorik maka di Tamansiswa ada “Konsep

Tringa” yang terdiri dari ngerti (mengeta-hui), ngrasa (memahami) dan nglakoni

(melakukan). Maknanya ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan

pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkat-

kan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk

melaksanakan apa yang dipelajarinya.

Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem

pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan.

Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap

harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang

memberikan pelayanan kepada anaknya.

Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri

Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam

terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan

lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik,

bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak

didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang

salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.

Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Tamansiswa menyelanggarakan kerja

sama yang selaras antartiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan

perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain

hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan

sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem

Tripusat Pendidikan.

Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam

Page 21: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

(memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan

(memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan

(berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan

(menjunjung harkat dan martabat setiap orang).

II.4 KSATRIAN INSTITUT

Ksatrian Institut atau Ksatrian School didirikan di Bandung pada tahun 1924 oleh

E.F.E Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi. Tujuan Ksatrian School adalah untuk

memberi kesempatan belajar yang lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi putera.

Selain itu untuk menumbuhkan rasa harga diri manusia dan kepercayaan kepada diri

sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Semboyan yang dipakai adalah “Mengabdi Masa

depan Rakyat.” Sekembalinya dari pembuangan Nederland, Danudirjo berusaha bekerja

sebagai guru pada sebuah sekolah rendah partikelir dijalan kebon Kelapa 17 Bandung,

yang dipimpin oleh Ny. H.E. Mayer-Elenbaas. Maksudnya itu diberitahukan kepada

residen Priangan, yang dalam suratnya kepada gubernur jenderal memberitahukan serta

meminta pertimbangan kepada pemerintah kolonial itu. Antara lain disebutkan keberatan

Residen, karena suami Ny. Mayer tercatat sebagai orang komunis. Namun Gubernur

Jenderal berpendapat”lebih baik kepada orang-orang yang sedang gelisah seperti Douwes

Dekker diberi kesempatan kerja tetap bagi penghidupannyadari pada ia, karena dihalangi

kesempatannya, akan lebih condong untuk rakyat”. Sejak Douwes Dekker diperkenankan

sebagai guru pada sekolah Ny. Mayer itu. Pada tahun1923 dari bekas sekolah Ny.Mayer

itu muncul ”Institut pengajaran Priangan dari perkumpulan pengajaran Rakyat di

Bandung” dalam bahasa Belanda Preanger Institut van de vereeniging volksonderwijs.

Dimana Douwes Dekker berkedudukan sebagai kepala MULO.

Tujuan dari sekolah itu adalah untuk memberi kesempatan belajar yang lebih baik

dan luas kepada anak-anak bumi putera. Rencana pelajaran sekolah itu disesuaikan

dengan ELS, dan tidak dengan HIS. Douwes Dekker sendiri sebenarnya tidak setuju

dengan kedua rencana pelajaran itu, karena dianggap tidak berdiri diatas dasar nasional.

Tetapi karena orang tua murid mendesak agar bahasa Belanda digunakan sebagai bahasa

pengantar, serta pengakuan mereka bahwa didalam keaddaan kolonial waktu itu bahasa

Page 22: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

Belanda masih tetap penting dilihat dari sudut pertimbangan ekonomis, maka Douwes

Dekker terpaksa menyetujuinya.

Menurut laporan inspektur HIS sekolah itu tidak mendukung kecendrungan

politik, namun pada tanggal 8 Februari sekolah itu ditutup untuk memperingati hari

awafatnya pangeran Diponegoro. Inisiatif peringatan Diponegoro itu datangnya dari

taman siswa, namun bagi Douwes Dekker sendiri ”Diponegoro dianggap sebagai tokoh

nasional tingkat pertama yang patut dihormati’. Dalam salah satu suratnya kepada

seorang kawan di karawang, Douwes Dekker menulis ” yang terpenting dalam sekolahku

ialah adanya rasa harga diri manusia dan kepercayaan kepada diri sendiri diajarkan

sebagai bagian pendidikan untuk membina watak. Batin sekolah itu akan berbeda dengan

sekolah-sekolah penjajah”. Sejak November 1924 sekolah itu disebut Ksatrian School.

”Instruksi Sekolah” itu memuat tujuan pendidikan Ksatrian Institut yang dirumuskan :

”Dalam arti susila, maka pengajaran selalu bertalian dengan kegembiraan

hidup dan diarahkan untuk memperkuat dan menciptakan rasa harga diri,

pengembangan inisiatif dan kesadaran kemerdekaan, meninggikan

peradaban sendiri, satu dan lain hal berdasarkan rasa cinta kepada

lingkungannya, tanah air dan bangsanya sendiri dan kemudian kepada

kemanusian. Dalam kecerdasan otak, maka pengajaran terutama

ditunjukan untuk menambah pengetahuan tentang sumber-sumber bantu

bagi perkambangan tanah air sendiri dan tentang kemungkianan-

kemungkinan membangun apa yang berguna dan terhormat di masa yang

akan mendatang. Pelaksanaan pengajaran akan bebas dari pengaruh agama

daan rencana ketatanegaraan partai politik.” (Mailrapport : 275)

Dari kutipan tersebut ternyata bahwa titik berat usaha Ksatrian Institut ialah

pengajaran berdasarakan jiwa nasional dan pendidikan kearah manusia yang berpikiran

merdeka. Sebagai kelengkapan bagi persiapan tugas murid-murid di masa depan, maka di

sekolah rendah diajarkan bahasa inggris mulai kelas 5. Gedung-gedung dibangun sesuai

dengan tujuan kesehatan murid-murid, yang berada dibawah pengawasan dan perawatan

dokter sendiri. Mereka mendapat sarapan pagi yang bergizi di sekolah. Kecuali Babdung,

sekolah-sekolah rendah Ksatrian Institut terdapat di Ciwidey dan Cianjur, serta terbuka

bagi orang-orang Indonesia, keturunan Cina maupun Indo-Belanda. Sebagai kelanjutan

Page 23: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

pendidikan sekolah rendah, maka murid-murid dipersiapan untuk menjadi orang-orang

yang memiliki kejuruan, yang tidak dimiliki oleh para lulusan MULO, AMS dan HBS.

Untuk keperluan itu didirikan MMHS atau Moderne Middelbare Handelsschool, yaitu

sekolah menengah dagang modern. Orientasi pendidikan sekolah itu ialah pengalaman

Amerika Serikat dalam membangun sekolah kejuruan yang baik dengan daya mampu

efisiensi.

Dengan memakai sembuyan ”Mengabdi Masa Depan Rakyat” maka MMHS

memberikan psikologi perdagangan yaitu untuk mengenal langganan dan pembeli.

Rahasia penjualan, jiwa dari pada reklame, dan keterampilan untuk membuat keuntungan

merupakan pengetahuan yang dapat membawa bangsa kita kearah kemajuan. Anak-anak

indonesia akan lebih baik dan kaya dalam penghidupanya, berbeda dengan kehidupan

sekarang. Mereka juga dilengkapi dengan alat perdagangan yaitu bahasa-bahasa yang

penting, misalnya bahasa jepang dan Cina. Tamatan MMHS dikemudian hari diharapkan

dapat mengunjungi jepang dan Cina, tidak saja untuk dapat meneruskan pelajaran

diperguruan tinggi di sana, tetapi juga untuk dapat mengadakan hubungan dagang.

Demikian juga bahasa inggris sebagai bahasa dunia perlu dimiliki dengan baik oleh para

murid MMHS.

Disamping itu diberikan juga pelajaran tehnik perdagangan, yang meliputi

pengetahuan tata baku, pengetahuan dagang, ilmu perusahaan dan ilmu biaya. Reklame

perdagangan merupakan keterampilan untuk mengeruk keuntungan, yang perlu dihayiti

oleh murid-murid dalam hidupnya. Tinggallah untuk memberi arah dan bentuk agar

keterampilan berdagang itu meripakan jaminan penghidupan cukup. Semuanya itu

diperlengkapi dengan pengetahuan umum yang beekaitan dengan manusia dan

masyarakat, yaitu sejarah budaya dan pertumbuhan peradaban. Kemahiran untuk

merumuskan pendapat dan cara-cara penyampaian dimuka umum pun dijadikan latihan

keterampilan murid juga.

Dengan rencana pelajaran itu, maka Ksatrian Institut bermaksud menghindari

persamaan dengan sekolah-sekolah pemerintah. Lulusan MMHS diharapkan untuk

menjadi pemimpin-pemimpin perusahaan yang lebih besar. Mereka harus membangun

bagi masa depan tanah airnya dan dan menjadi tulang punggung masyarakat, karena

kedudukannya sebagai golongan menengah. Untuk mencapai itu, maka MMHS dibagi 2,

Page 24: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

yaitu bagian bawah dan bagian atas, masing-masing selama 3 tanun dan 2 tahun. Setelah

3 tahun mereka yang ingin langsung bekerja didalam masyarakat dapat segera dilepaskan.

Yang ingin meneruskanpelajaran lebih tinggi dengan spesialisasi dapat meneruskan dua

tahun lagi. Mereka kemudian dapat melangsungakan pelajaran disekolah tinggi di Tokyo,

Osaka, Hongkong atau Manila. Kecuali dekat dengan negeri sendiri, lingkungan dikota-

kota itu pun tidak begitu berbeda.

Bagi murid-murid yang ingin segera ikut serta dalam pembangunan masa depan

nasionalnya, terbuka juga jurusan jurnalistik.negeri kita kaya akan surat kabar yang baik,

tetapi kekurangan jurnalis-jurnalis Indonesia yang baik. Sebagai jurnalis yang

menggunakan bahasa sendiri, maka dengan memperoleh kekayaan pengetahuan ekonomi

dan budaya, maka lulusan ini mendapat kedudukan yang baik. Yang menarik ialah usaha-

usaha untuk merencanakan dan menerbitkan sendiri buku-buku pelajarannya. Dalam

pelaksanannya, maka telah dapat diselesaikan sejarah pertumbuhan lalulintas manusia

didunia, sejak zaman dahulu kala. Buku-buku bahasa, dimana diperhatikan juga

”mentalitas bangsa” telah selesai dikerjakan jilid pertamanya. Tata bahasa jepang telah

dipergunakan dalam pelajaran. Buku itu telah dikerjakan oleh seorang guru jepang dan

seorang guru indonesia. Sejarah kuno indonesia merupakan buku yang digemari oleh para

murid, demikian juga buku sejarah dunia. Buku pelajaran statistik sedang dirancang pula.

Semua penerbitan Ksatrian Institut itu termuat sebagai iklan didalam setiap penerbitan

dan juga di majalah murid dan orang tua.

P.F Dahler, dengan menyanjung pendiri dan pemimpim Ksatrian Institut, menulis

seri karangan dalam surat kabar Bintang Timoer, menegaskan ” Institut itu bernama

Ksatria, tempatnya para Ksatria, ksatria kita. Seluruh institut bernafaskan kekuatan,

semangat dan idealisme tak mengenal luntur dari Douwes Dekker’. Selanjutnya ia

mengutip uraian Douwes Dekker ”bila kelak sekolah-sekolah liar telah merebut masa

depan pengajaran, seperti yang telah direbutnya sekarang maka pemerintah akan meminta

syarat-syarat lebih tinggi bagi guru-guru. Pemerintah akan bertindak untuk pengajaran,

yang juga merupakan kepentingan kita. Kita akan menyambut bila hal itu terjadi. Tetapi

sekarang belum terjadi, waktunya belum tiba untuk itu, tetapi kelak akan terjadi juga.

Kita harus melihat kedepan. Persiapan yang telah dilakukan harus mampu menyiapkan

guru-guru lulusan sekolah kita sebagai guru yang telah mendapatkan pendidikan baik

Page 25: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

serta berwewenang. Dalam jumlah besar, mereka harus siap memegang kewajiban

memenuhi kebutuhan pengajaran. Apa yang telah kita berikan,harus dilipatkan sepuluh

kali kepada rakyat.”

Itulah maksud pendidikan sekolah guru, yang akan mulai dibuka pada tanggal 1

agustus 1935. Dengan sekolah guru itu ingin dicapai

1. pengajar-pengajar yang baik dan spesialisasi

2. terbentuknya dengan segera bala tentara guru-guru

3. pendidikan yang murah, yang berarti keuntungan bagi negeri, gaji rendah,

tempo yang lebih cepat untuk perluasan sekolah rakyat dan dengan demikian

membuat basis yang lebih luas bagi perkembangan bangsa.

Dengan semboyan ”untuk tiap-tiap desa sekolahnya sendiri”, maka dimulailah

jurusan pendidikan guru, yang merupakan bagian bawah MMHS. Pendidikan guru

meliputi pengetahuan umum yang luas, ditambah dengan pengetahuan dagang,

perhubungan dengan masyarakat. Dengan demikian guru-guru lulusan Ksatria Institut

hanya disiapkan bagi sekolah-sekolah partikelir indonesia. Untuk mereka jabatan bukan

tujuan utama, yang menjadi tujuan ialah sekolah itu sendiri. Mereka harus sanggup

masuk pelosok dan mendirikan sekolah didesa-desa. Bagaimana caranya membangun

sekolah tanpa modal, kelak akan diajarkan. Mereka juga harus berlaku sebagai seorang

pedagang, yang dapat memegang tata-buku, mengatur administrasi dan menggali sumber-

sumber keuntungan bagi sekolahnya dan dirinya sendiri. Seekedar untuk perbandingan,

maka para peminat sekolah guru dianjurkan untuk memperhatikan perkembangan di Cina

dan Jepang. Disitu dorongan untuk lebih maju dibuktikan dengan mengadakan

pembaharuan-pembaharuan. Dalam permulaan pembaharuan dijalankan didesa, dimana

dalam beberapa tahun saja tidak ada lagi sebuah desa di Cina yang tidak mempunyai

sekolahnya sendiri. Pembaharuan harus ditunjukan kesegala arah. Tiada desa lagi tanpa

sekolah. Kita harus mengetahui ilmu-ilmu dari dunia barat, memahami dunia barat dan

menguasai pengetahuan barat. Bahasa-bahasa, industrinya, perdagangannya, pendek kata

apa yang indah, baik dan kuat berasal dari Barat.

Dilihat dari sudut ini, maka Ksatrian Institut berusaha untuk mengalihkan tujuan

pengajaran pada sekolah-sekolah Belanda, karena hanya menimbulkan pengangguran

serta merupakan persiapan sebagai pegawai negeri belaka. Kemapuan kerja nyata untuk

Page 26: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

membangun masyarakat dengan pengetahuan ekonomi dan budaya diharapkan dari para

lulusan Ksatrian Institut. Satu segi lain yang penting dalam menyelenggarakan usahanya

itu ialah majalah murid dan orang tuanya, yang berhasil diterbitkan oleh Ksatrian Institut

sejak bulan Agustus 1937. majalah itu, kecuali berisi berita-berita sekolah dan merupakan

alat penghubung antar murid, juga memuat berita-berita umum yang penting, baik bagi

nasional maupun internasional.

BAB III

PENUTUP

II.1 KESIMPULAN

Awal abad ke XX, bukan hanya menjadi saksi penentu wilayah Indonesia yang

baru dan suatu pencanangan kebijakan penjajahan yang baru. Masalah-masalah dalam

masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan yang begitu besar sehingga, dalam

masalah-masalah politik, budaya, agama dan pendidikan rakyat Indonesia menempuh

jalan baru. Perkembangan-perkembangan pokok pada masa ini adalah munculnya ide-ide

baru mengenai organisasi serta dikenalnya definisi yang baru dan lebih canggih tentang

identitas. Ide baru tentang organisasi meliputi bentuk-bentuk kepemimpinan yang baru,

sedangkan deffinisi yang baru dan lebih canggih mengenai identitas meliputi anlisis yang

lebih mendalam tentang lingkungan agama,sosial,politik dan ekonomi.

Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan

kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa.

Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan membantu

para pelajar yang kekurangan dana. Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20

Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi

Utomo artinya usaha mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik.

Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang

hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf

yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,

membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni

dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka

mencapai kehidupan rakyat yang layak.

Page 27: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung

Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan

untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik.

Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda

berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam

pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School

Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah

(sekarang dikenal dengan Madrasah Mu'allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di

Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu'allimaat Muhammadiyah_khusus

Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada

tanggal 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya Taman Siswa adalah untuk mendidik dan

menggembleng golongan muda serta menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat

antipenjajahan. Taman Siswa berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa

Indonesia. Meskipun menggunakan sistem pendidikan modern Belanda, tetapi Taman

Siswa tidak mengambil kepribadian Belanda. Dengan demikian, anak didiknya tidak

kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Para guru Taman Siswa berasal dari para

aktivis pergerakan nasional. Taman Siswa memiliki tiga semboyan dalam melaksanakan

proses pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan mempunyai arti

filosofi tentang peranan seseorang.

Ksatrian Institut atau Ksatrian School didirikan di Bandung pada tahun 1924 oleh

Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi. Tujuan Ksatrian School adalah untuk

memberi kesempatan belajar yang lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi putera.

Selain itu untuk menumbuhkan rasa harga diri manusia dan kepercayaan kepada diri

sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Semboyan yang dipakai adalah “Mengabdi Masa

depan Rakyat.”

III. SARAN

Organisasi merupakan wadah bagi pemuda indonesia untuk menuangkan

aspirasinya. Pendidikan merupakan hal yang termasuk didalamnya. Sebagai pemuda

Page 28: SEJARAH NASIONAL INDONESIA IV

bangsa indonesia hendaknya kita menjadi satu dalam wadah tersebut untuk menambah

wawasan kita dan menumbuhkan rasa nasionalisme kita terhadap tanah air indonesia.

Demikianlah penyajian materi pada makalah ini, semoga bermanfaat dan dapat

menambah wawasan bagi pembaca sekalian. Mohon maaf jika dalam penyajian makalah

ini masih terdapat banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun selalu kami

nantikan guna perbaikan di kemudian hari. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Kuntoyo, Sutrisno. 1998. Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Perserikatan Muhammadiyah.

Jakarta: Balai Pustaka

Marwati Dj. Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia,

Jilid V. Balai Pustaka. Jakarta

Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada Press

. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200- 2008. Serambi Ilmu Semesta. Jakarta

Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai

Proklamsi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Utomo, Cahyo Budi. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari

Kebangkitan Bangsa Hingga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang