Upload
rahasia-ilahi
View
92
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Kelapa Sawit (RBDPO)
Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) adalah minyak
sawit yang telah mengalami proses penyulingan untuk menghilangkan asam
lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan penghilangan bau.
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng sawit dimulai dari proses
pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil (CPO).
Setelah kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya
adalah
mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses
pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap
pemurnian (refinery) dan pemisahan (fractionation). Tahap pemurnian terdiri dari
penghilangan gum (degumming). Pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau
(deodorization). Tahap pemisahan terdiri dari proses pengkristalan (crystalization)
dan pemisahan fraksi. Pada proses ini terjadi pemanasan CPO untuk
mempermudah pemompaan CPO ke tangki berikutnya.. Hasil dari proses ini
disebut DPO (Degummed Palm Oil). DPO yang dihasilkan dari proses
degumming dipompa menuju dryer dengan kondisi vakum. Setelah dari dryer,
DPO dipompakan ke reaktor yang terlebih dahulu melewati static mixer kemudian
turun ke slurry tank. Di dalam slurry tank, terjadi pemanasan lagi sampai
temperatur 90-120°Cdan penambahan H3PO4 dan CaCO3. Slurry Oil dari slurry
tank akan mengalir turun bleacher. Dari bleacher minyak dialirkan dan
dipompakan ke niagara filter untuk filtrasi. Hasil dari filtrasi ini adalah DBPO
(Degummed Bleached Palm Oil) yang selanjutnya dialirkan ke intermediate tank
(tangki siwang) untuk tahap deodorizing.
DBPO yang berasal dari tangki siwang dialirkan menuju ke deaerator. Dari
deaerator, DBPO dipompakan ke Spiral Heat Exchanger (SHE). Dalam proses ini
terjadi penambahan panas dengan temperatur 185-200°C. Dari SHE minyak
dialirkan ke flash vessel turun ke packed column. Setelah dari packed column,
minyak dialirkan menuju deodorize. Dalam proses ini terjadi penghilangan zat-zat
Universitas Sumatera Utara
yang dapat menimbulkan bau seperti keton dan aldehid dengan pemanasan pada
temperatur 240-265°C. DBPO yang sudah hilang baunya dipompakan kembali ke
SHE untuk mengalami pertukaran panas. Dalam hal ini minyak sudah dalam
bentuk RBDPO (Refined Bleached Palm Oil). RBDPO kemudian mengalami
pertukaran panas lagi dengan CPO pada PHE. Dari PHE, RBDPO dialirkan ke
Plate Cooler Water (PCW) selanjutnya RBDPO difiltrasi. Kemudian di analisa di
laboratorium, jika sesuai dengan spesifikasi maka RBDPO bisa dialirkan langsung
ke tangki penampungan atau ke tangki kristalisasi sesuai dengan kualitasnya
untuk diproses pada tahap fraksinasi.
Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling
dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh), dan asam oleat,
C18:1 (tidak jenuh). Umumnya, komposisi asam lemak minyak sawit dapat dilihat
pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit
Nama Asam Lemak Rumus Asam Lemak Komposisi
Laurat C12:0 0,2 %
Myristat C14:0 1,1 %
Palmitat C16:0 44,0 %
Stearat C18:0 4,5 %
Oleat C18:1 39,2 %
Linoleat C18:2 10,1 %
Lainnya - 0,9 %
[Sumber: Iyung Pahan.2008]
2.2 Virgin Coconut Oil (VCO)
Virgin Coconut Oil terbuat dari daging kelapa segar. Menurut Codex
Alimentarius, VCO diperoleh dari daging buah kelapa yang sudah tua tetapi masih
segar yang diproses tanpa pemanasan, tanpa penambahan bahan kimia apapun,
diproses dengan cara sederhana sehingga diperoleh minyak kelapa murni yang
Universitas Sumatera Utara
berkualitas tinggi. Keunggulan dari VCO ini adalah jernih, tidak berwarna, tidak
mudah tengik dan tahan hingga dua tahun (Andi, 2005).
Komponen utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam lemak
tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat yang
memiliki rantai C12. VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam
kapriat. Keduanya merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang biasa disebut
Medium Chain Fatty Acid (MCFA), sedangkan menurut Price(2004), VCO
mengandung 92% lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan2% lemak poli
tidak jenuh. Yang terdapat dalam VCO seperti yang disajikan dalam table 2.2
dibawah ini.
Tabel 2.2 komposisi Asam Lemak virgin coconut oil (VCO)
Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah
(%)
a. Asam lemak jenuh
Asam Kaproat C5H11COOH 0,4
Asam Kaprat C9H19COOH 6
Asam Laurat C11H23COOH 46
Asam Miristat C13H27COOH 19,9
Asam Palmitat C15H31COOH 9,8
Asam Stearat C17H35COOH 3,4
Asam Kaprilat C7H17COOH 6,8
b.Asam Lemak Tak Jenuh
Asam Oleat C17H33COOH 6,4
Asam Linoleat C17H31COOH 1,3
Dari tabel 2.2 dapat kita lihat bahwa VCO memiliki kandungan Asam Laurat yang
sangat tinggi, dimana Asam Laurat ini sangat perlu dalam proses pembuatan
sabun transparan yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembabkan kulit.
2.3 Sabun
2.3.1 Sejarah Sabun.
Universitas Sumatera Utara
Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu. Sekitar
tahun 2800 SM para ahli arkeologi dari kota Babylonia kuno menemukan bejana
dari tanah liat yang didalamnya terdapat sabun. Pada tahun yang sama yaitu
sekitar tahun 2800 SM, orang Mesir kuno sudah mandi dengan menggunakan
sabun. Hal ini diketahui dari dokumen Ebers Papyrus tentang orang Mesir, yaitu
tahun 1500 SM yang mengatakan bahwa sabun yang mereka pakai pada saat itu
berasal dari campuran minyak hewan dan minyak tumbuhan dengan campuran
garam. Mereka menggunakan sabun selain untuk mandi jug untuk perawatan
kulit.
Pabrik sabun pertama kali berdiri pada abad ke-7 di Negara Eropa (Italia,
Spanyol, dan Perancis). Dalam proses pembuatannya mereka dijaga ketat oleh
tentara, karena formulanya dianggap rahasia. Kemudian sekitar tahun 1608
pembuatan sabun dikembangkan oleh negara Amerika.
Sabun pertama kali dipatenkan pada tahun 1791 oleh seorang kimiawan dari
Perancis yang bernama Nicholas Leblanc. Dimana pada saat itu Leblanc membuat
sabun dari soda abu (Natrium Karbonat) dari garam. Setelah Leblanc berhasil
membuat sabun dari soda abu, lalu teman Leblanc yang berasal dari Negara
Perancis membuat sabun dari lemak, gliserin dan asam lemak.
Setelah itu ahli kimia berkebangsaan Belgia, bernama Ernest Solvay membuat
sabun secara modern dengan proses ammonia. Pada abad ke-19 sabun menjadi
barang yang mahal, sehingga dikenakan pajak yang tinggi.
Kemudian setelah pajak untuk produksi sabun dan biaya produksi sabun
semakin murah, sabun menjadi satu hal yang umum bagi masyarakat karena
produksi sabun semakin meningkat dan berkembang. Setelah itu pada tahun
1970an sabun cair ditemukan.
2.3.2 Pembentukan Sabun
Pembentukan sabun di bagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Safonifikasi : Reaksi asam lemak dengan NaOH/KOH
- Reaksi asam lemak dengan metal/logam akan menghasilkan metallic soap.
Adapun jenis-jenis reaksinya yaitu:
O
Universitas Sumatera Utara
||
- 2R – C – OH + ZnO -------> (RCOO)2Zn + H2O
O O
|| ||
- 2R – C – OH + NaOH ----------> 2 R – C – ONa + H2O
caustic soda sabun (keras)
O O
||
- R – C – OH + KOH ----------> 2R – C – OK + H2O
caustic potash sabun (lunak)
Untuk memperoleh kembali asam lemak, sabun yang terbentuk
direaksikan dengan HCL.
O O
|| ||
R – C – ONa + HCl ----------> R – C – OH + NaCl
sabun asam lemak
2.3.3 Jenis – jenis Sabun
Sabun berdasarkan jenisnya terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Sabun Opaqoe.
Sabun Opaqoe adalah jenis sabun yang biasa digunakan sehari – hari yang
memiliki tampilan tidak transparan.
2. Sabun Translucent.
Sabun translucent dari segi penampakan tampak cerah dan tembus cahaya
tapi tidak yerlalu bening dan agak berkabut sehingga agak transparan.
3. Sabun Transparan.
Sabun transparan penampakannya lebih berkilau dan lebih bening
sehingga sisi belakang sabun transparan jelas terlihat dari sisi depannya.
Sabun transparan ini biasanya digunakan sebagai sabun kecantikan dan
ornament sehingga sabun transparan relative lebih mahal dibandingkan
dengan sabun opaque atau sabun translucent.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Sifat – sifat bahan baku dan produk
Spesifikasi bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun transparan sebagai
berikut :
2.4.1 Sifat – sifat bahan baku
1. Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO)
Sifat – sifat :
• Densitas, g/ml 50oC : 0.8896 – 0.8910
• Indeks refraksi, nD 50 :1.4544 – 1.4550
• Angka Penyabunan, mgKOH/g minyak :190 – 202
• Kemurnian : 98,5 %
(BPS,2007)
2. Virgin Coconut Oil
(VCO)
• Titik cair (oC) : 22-26
• Densitas (60oC) :
0,890-0,895
• Berat spesifik (40oC/air
pada 20oC) : 0,908-0,921
• Bilangan penyabunan
: 248-265
(Andi, 2005)
3. Kalium Hidroksida
(KOH)
Sifat – sifat :
• Berat molekul : 56,10 gr/mol
• Spesifik grafity : 2,044
• Titik leleh : 380 0C
• Titik didih : 1320 0C
Universitas Sumatera Utara
• Densitas : 1,5143 g/cm3
• Tekanan uap 100 0C : 1064 mmHg
• Komposisi : KOH 30 % berat
Air 70 % berat
(Perry, 1997)
.
4. Gliserin
• Berat Molekul : 92,09 g/mol
• Densitas : 1,26 g/ cm3
• Titik didih : 290 0C
• Titik leleh : 17,9 0C
• Indeks bias, 20 0C : 1, 47399
• Tekanan uap, 100 0C : 26 KPa
• Viskositas, 20 0C : 1495 cp
• Specific gravity, 25/25 0C : 1, 2620
• Panas penguapan, 55 0C : 88,12 J/mol
• Flash point : 177 0C
• Fire point : 204 0C
(Perry, 1997)
5. Asam Sitrat
• Densitas : 1,665 ×103
kg/m3
• Titik lebur : 426 K
(153 °C)
• Temperatur penguraian
termal : 448 K (175 °C)
6. Etanol
• Berat Molekul : 46,07
g/mol
Universitas Sumatera Utara
• Densitas : 0,789 g/cm3
• Titik Didih : 78,4 0C
• Titik Leleh :
−114,3 0C
• Keasaman (pKa) : 15,9
• Viskositas : 1,200
cP (20 °C)
7. Gula ● Berat molekul : 180,18 gr/mol ● Spesific gravity : 1,544 ● Suhu lebur : 146°C ● Kelarutan dalam air : 82 gr/100 ml (17,5°C) ● Tidak mudah atau sedikit larut dalam alkohol.
● Pada bentuk kristal monohidratnya berwarna putih.
8. Pewangi
Pewangi merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk
kosmetik dengan bertujuan untuk menutupi bau yang tidak enak dari
bahan lain dan untuk memberikan wangi yang menyenangkan terhadap
pemakainya. Jumlah yang ditambahkan tergantung kebutuhan tetapi
biasanya 0,5-5% untuk campuran sabun. Pewangi yang biasa dipakai
adalah Essential Oil dan Fragrance Oils. Pewangi yang digunakan pada
Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Transparan ini adalah Essential
Oils.
2.4.2 Sifat-sifat Produk
1. Sabun Transparan ● Penampilan : Padat ● Warna gas/uap : Kuning muda ● Pelarutnya : NaOH ● Warna larutan terhadap pelarut : Putih ● Titik leleh : 150 - 180°F ● pH : 7 – 9,5
● Rumus molekul : RCOOH
Universitas Sumatera Utara
(www.MSDS Sabun.com,2007)
2. Gliserol
● Berat Molekul : 92,09 g/mol
● Densitas : 1,26 g/ cm3
● Titik didih : 290 0C
● Titik leleh : 17,9 0C
● Indeks bias, 20 0C : 1, 47399
● Tekanan uap, 100 0C : 26 KPa
● Viskositas, 20 0C : 1495 cp
● Specific gravity, 25/25 0C : 1, 2620
● Panas penguapan, 55 0C : 88,12 J/mol
● Flash point : 177 0C
● Fire point : 204 0C
(Perry, 1997)
2.5 Proses Pembuatan Sabun.
2.5.1 Netralisasi Asam Lemak
Proses ini disebut proses netralisasi asam lemak karena pada proses ini
menggunakan asam lemak sebagai bahan baku disamping kaustik soda. Baik asam
lemak jenuh maupun tidak keduanya digunakan untuk memproduksi sabun
transparan.
Di dalam pabrik, asam lemak yang telah dipisahkan dari gliserida di dalam
kolom Splitting, diumpankan ke multi Heat Exchanger, menggunakan pompa
piston, dan dipanaskan sampai suhu 110-120 0C dengan menggunakan steam.
Disamping itu kaustik soda juga dipanaskan dan diumpankan melalui pompa
piston yang sama namun pada head yang berbeda. Perbandingan antara kaustik
soda dan asam lemak dinyatakan dengan bilangan asam dari asam lemak umpan.
Sebanyak 1,2-1,4% NaCl ditambahkan ke dalam reaksi untuk mengontrol
viscositas larutan. Garam NaCl adalah larutan elektrolit yang biasa digunakan
untuk mempertahankan viskositas sabun transparan tetap rendah. Ketiga
komponen ini diumpankan ke Turbodisperser.
Universitas Sumatera Utara
Turbodisperser, mixer, pompa untuk sirkulasi dan tangki Netralisasi
merupakan bagian terpenting pada proses ini. Asam lemak dan kaustik soda
dicampur dalam Turbodisperser yang dilengkapi pengaduk. Kualitas campuran
dipengaruhi oleh pengadukan.
Dari Turbodisperser campuran sabun transparan, asam lemak dan Kaustik
Soda dialirkan ke dalam mixer yang dilengkapi dengan jaket pendingin melalui
bagian bawah mixer. Hasil pencampuran berupa asam lemak dan kaustik soda
yang tidak bereaksi kemudian akan dikeluarkan lagi dari saluran di bagian
samping mixer untuk diumpankan kembali ke Turbodisperser dengan bantuan
pompa sirkulasi.
Sementara oleh sistem kontrol Netralisasi, sabun yang masuk ke mixer
diteruskan ke holding mixer. Sistem pengontrol ini digunakan oleh Mazzoni
(Spitz, 1995). Dari Holding Mixer, sabun transparan yang telah terbentuk
dikeringkan. Pada hasil akhir akan diperoleh 58-60 % asam lemak dalam produk
sabun transparan.
Mazzoni memperkenalkan sistem yang lain pada proses pembuatan sabun
transparan melalui Netralisasi asam lemak ini, yaitu dengan menggunakan
Na2CO3 akan membentuk CO2 menurut persamaan reaksi sebagai berikut :
2NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O
Natrium Hidroksida Karbondioksida Natrium Karbondioksida Air
Gas CO2 yang terbentuk dipisahkan dengan gas separator dimana gas CO2
dihilangkan dengan steam. Disamping memisahkan CO2, gas separator juga dapat
memisahkan senyawa-senyawa volatile lain yang terdapat pada sabun transparan,
sehingga dihasilkan sabun transparan yang lebih murni. Proses netralisasi asam
lemak dengan Na2CO3 dan NaOH ini dikenal dengan nama Mazzoni CC,
sementara proses yang terdahulu yakni Netralisasi asam lemak dengan
menggunakan NaOH dengan nama Mazzoni.
Secara keseluruhan proses Netralisasi asam lemak ini dinyatakan dalam
persamaan reaksi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
RCO2H + NaOH RCO2Na + H2O
Asan lemak Natrium Hidroksida Sabun Air
2.5.2 Saponifikasi Trigliserida Langsung
Proses ini dilakukan dengan jalan mereaksikan trigliserida (lemak/minyak)
dengan basa secara langsung untuk menghasilkan sabun transparan. Proses
saponifikasi ini hampir sama dengan proses menggunakan ketel, hanya saja proses
ini dilakukan secara kontiniu sementara proses dengan ketel memakai sistem
batch.
Langkah pertama dari proses saponifikasi ini adalah pembentukan sabun
transparan dimana trigliserida ( lemak/minyak), basa kalium dipanaskan didalam
Tangki Saponifikasi dan diaduk pada suhu 80 0C dan tekanan 1 atm. Lebih dari
95% lemak berhasil disaponifikasikan pada proses ini. Disini hasil saponifikasi
terbentuk dua produk, yaitu sabun dan gliserol.
Reaksi yang terjadi selama proses penyabunan yaitu :
Produk yang keluar dari Tangki Saponifikasi adalah sabun. Kemudian
sabun dimasukkan ke dalam Tangki Mixer untuk menambahkan zat aditif lainnya.
Kemudian dilanjutkan dengan perlakuan selanjutnya berupa pencetakan, packing,
dan sabun transparan yang siap untuk di pasarkan.
2.5.3 Saponifikasi Metil Ester Asam Lemak
Metil ester asam lemak dihasilkan dari reaksi-esterifikasi trigliserida
(lemak/minyak) dengan metanol yang membebaskan gliserin. Seperti pada proses
O
C
O
R
CH2
O
O
C
C
R
R
O
O
CH
CH2
3 KOH
CH- OH
CH2OH
O
C
O
R
CH2OH
O
O
C
C
R
R
O
O
K
K
K
Trigliserida Kalium Hidroksida Gliserol Sabun
Universitas Sumatera Utara
saponifikasi asam lemak, gliserin tidak terlibat dalam proses saponifikasi, hal ini
akan mempermudah proses pemurnian sabun. Pemisahan metil ester asam lemak
dengan gliserin dilakukan melalui proses destilasi. Metilester asam lemak
kemudian direaksikan dengan kaustik soda didalam sebuah reaktor alir turbulen
pada suhu 120 0C sehingga dihasilkan produk sabun dengan konversi asam lemak
yang cukup tinggi.
Metanol yang terdapat dalam campuran reaksi dipisahkan dengan
menggunakan flash drum, produk sabun yang telah bebas dari metanol dialirkan
ke reaktor alir turbular kedua melalui pompa vakum untuk menyempurnakan
reaksi. Hasilnya berupa sabun yang dikeringkan pada pengering vakum untuk
menghasilkan lembaran-lembaran sabun (Spitz, 1990).
Proses ini hampir sama dengan proses saponifikasi asam lemak, perbedaan
terletak pada adanya metanol yang dihasilkan dalam proses saponifikasi metil
ester asam lemak. Secara umum persamaan reaksi dari proses ini dinyatakan
sebagai berikut (Riegel, 1985) :
Trigliserida ROOMe + Gliserida
RCO2Me + NaOH RCO2Na + MeOH
Metil ester natrium hidroksda sabun Metanol
2.6 Pemilihan Proses
Dalam proses pembuatan sabun transparan dipilih proses pembuatan sabun
dengan proses Saponifikasi langsung Trigliserida. Proses saponifikasi adalah
suatu proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak
dengan alkali yang menghasilkan gliserol atau air dan sejenis sabun transparan
berupa garam karboksil. Perbandingan ketiga proses saponifikasi dapat dilihat
pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Perbandingan ketiga proses saponifikasi berdasarkan keunggulan
dan kelemahan masing- masing proses.
Jenis Proses Keungulan Kelemahan
Universitas Sumatera Utara
Saponifikasi
Trigliserida Langsung
1. Adanya Gliserol terlibat
dalam Proses.
2. Trigliserida langsung
digunakan tanpa proses.
3. Temperatur dan tekanan
yang digunakan tidak
begitu tinggi
(T = 80 OC, P = 1 atm).
4. Tidak ada Limbah
5. Biaya pemeliharaan lebih
murah.
6. Prosesnya sederhana.
Konversi reaksi 95 %
(Spitz, 1995)
Saponifikasi Asam
Lemak
1. Asam Lemak langsung
digunakan tanpa proses.
2. Tidak ada Limbah.
3. Konversi reaksi 97 %
(Othmer,1967)
1. Tidak ada gliserol
terlibat dalam proses.
2. Temperatur dan tekanan
yang digunakan begitu
tinggi untuk proses fat
splitting
( T= 120 OC, P= 2 atm).
2. Biaya pemeliharaan
mahal.
3. Prosesnya rumit.
Saponifikasi Metil
Ester
1. Adanya Gliserol terlibat
dalam proses.
2. Temperatur dan tekanan
yang dibutuhkan tidak
begitu tinggi.
(T = 60 OC, P = 1 atm)
3. Konversi reaksi 98 %
(Othmer, 1967).
1. Adanya Proses
pendahuluan yaitu
reaksi inter esterifikasi.
2. Biaya pemeliharaan
mahal.
3. Prosesnya rumit.
4. Ada limbah.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan yang diperoleh dari proses Saponifikasi langsung trigliserida
ini adalah :
a. Penanganan operasinya lebih mudah karena hanya meenggunakan beberapa
tangki, seperti Tangki Saponifikasi, Tangki mixing, Tangki bahan baku dan
Tangki produk.
b. Tidak membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi.
c. Pemeliharaan lebih murah.
d. Minyak yang terkonversi lebih banyak menjadi sabun transparan, yaitu sekitar
95 % dibandingkan dengan proses Saponifikasi asam lemak.
2.7 Deskripsi Proses
Sejumlah minyak kelapa sawit (RBDPO) 99,85 % dari tangki umpan (T-
01) dan Virgin Coconut Oil (VCO) 99,95 % darj tangki (T-02) dipompakan ke
tangki saponifikasi (TS) bersama dengan larutan KOH 30 % (TM-01) yang
berfungsi menetralisir asam pada proses saponifikasi yang berlangsung pada suhu
800C dan tekanan 1 atm selama 2 jam. Panas yang diperoleh berasal dari
saturated steam dengan kondisi 1000C pada tekanan 1 atm. Sabun yang berbentuk
pasta keluar dari tangki saponifkasi kemudian dimasukkan ke Separator untuk
memisahkan sabun dengan gliserol dan air. Hasil pemisahan dialirkan ke cooler
(C) untuk menurunkan temperatur menjadi 40 0C, kemudian dialirkan ke tangki
mixer (T-02). Dilakukan penambahan zat aditif berupa Etanol 96% sebanyak
3.580,492 kg/jam yang berfungsi untuk menjernihkan larutan sabun, ditambahkan
Gliserin sebanyak 2.826,705 kg/jam dari tangki penyimpanan (T-05) yang
berfungsi untuk melembutkan, melembabkan kulit serta mencegah iritasi.
Kemudian penambahan asam sitrat sebanyak 565,341 kg/jam dari gudang
penyimpanan bahan baku (G-01) yang berfungsi sebagai zat pengawet dan
menurunkan kadar alkali, sehingga menghasilkan pH yang seimbang (7). Dan
yang terakhir adalah penambahan pewangi (essential oil) sebanyak 1.319,129
kg/jam dari tangki penyimpanan (T-06) yang berfungsi memberi wangi aromatik
pada sabun transparan.
Diberi penambahan warna (E129/FD&C No.40) sebanyak 565,341 kg/jam
dan gula sebanyak 942,235 kg/jam dari gudang penyimpanan bahan baku (G-01)
Universitas Sumatera Utara
yang berfungsi untuk memberi warna pada sabun transparan dan memberikan
warna lebih mengkilat.
Sabun yang keluar dari tangki mixer (TM-02) disebut sabun transparan
setengah jadi. Sabun transparan setengah jadi ini lalu dialirkan ke bagian
penanganan produk yaitu dimasukkan ke dalam mesin pencetakan pada
temperatur 40 0C dengan tekanan 1 atm. Setelah dicetak sabun transparan
didinginkan pada suhu kamar sebelum dilakukan pengepakan. Dan yang terakhir
sabun transparan yang sudah jadi, dikemas dan di pak dan selanjutnya akan
dibawa ke gudang produk sebelum di ekspor.
Universitas Sumatera Utara