15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit (RBDPO) Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) adalah minyak sawit yang telah mengalami proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan penghilangan bau. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng sawit dimulai dari proses pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil (CPO). Setelah kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya adalah mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian (refinery) dan pemisahan (fractionation). Tahap pemurnian terdiri dari penghilangan gum (degumming). Pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau (deodorization). Tahap pemisahan terdiri dari proses pengkristalan (crystalization) dan pemisahan fraksi. Pada proses ini terjadi pemanasan CPO untuk mempermudah pemompaan CPO ke tangki berikutnya.. Hasil dari proses ini disebut DPO (Degummed Palm Oil). DPO yang dihasilkan dari proses degumming dipompa menuju dryer dengan kondisi vakum. Setelah dari dryer, DPO dipompakan ke reaktor yang terlebih dahulu melewati static mixer kemudian turun ke slurry tank. Di dalam slurry tank, terjadi pemanasan lagi sampai temperatur 90-120°Cdan penambahan H3PO4 dan CaCO3. Slurry Oil dari slurry tank akan mengalir turun bleacher. Dari bleacher minyak dialirkan dan dipompakan ke niagara filter untuk filtrasi. Hasil dari filtrasi ini adalah DBPO (Degummed Bleached Palm Oil) yang selanjutnya dialirkan ke intermediate tank (tangki siwang) untuk tahap deodorizing. DBPO yang berasal dari tangki siwang dialirkan menuju ke deaerator. Dari deaerator, DBPO dipompakan ke Spiral Heat Exchanger (SHE). Dalam proses ini terjadi penambahan panas dengan temperatur 185-200°C. Dari SHE minyak dialirkan ke flash vessel turun ke packed column. Setelah dari packed column, minyak dialirkan menuju deodorize. Dalam proses ini terjadi penghilangan zat-zat Universitas Sumatera Utara

sabun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: sabun

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Sawit (RBDPO)

Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) adalah minyak

sawit yang telah mengalami proses penyulingan untuk menghilangkan asam

lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan penghilangan bau.

Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng sawit dimulai dari proses

pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil (CPO).

Setelah kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya

adalah

mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses

pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap

pemurnian (refinery) dan pemisahan (fractionation). Tahap pemurnian terdiri dari

penghilangan gum (degumming). Pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau

(deodorization). Tahap pemisahan terdiri dari proses pengkristalan (crystalization)

dan pemisahan fraksi. Pada proses ini terjadi pemanasan CPO untuk

mempermudah pemompaan CPO ke tangki berikutnya.. Hasil dari proses ini

disebut DPO (Degummed Palm Oil). DPO yang dihasilkan dari proses

degumming dipompa menuju dryer dengan kondisi vakum. Setelah dari dryer,

DPO dipompakan ke reaktor yang terlebih dahulu melewati static mixer kemudian

turun ke slurry tank. Di dalam slurry tank, terjadi pemanasan lagi sampai

temperatur 90-120°Cdan penambahan H3PO4 dan CaCO3. Slurry Oil dari slurry

tank akan mengalir turun bleacher. Dari bleacher minyak dialirkan dan

dipompakan ke niagara filter untuk filtrasi. Hasil dari filtrasi ini adalah DBPO

(Degummed Bleached Palm Oil) yang selanjutnya dialirkan ke intermediate tank

(tangki siwang) untuk tahap deodorizing.

DBPO yang berasal dari tangki siwang dialirkan menuju ke deaerator. Dari

deaerator, DBPO dipompakan ke Spiral Heat Exchanger (SHE). Dalam proses ini

terjadi penambahan panas dengan temperatur 185-200°C. Dari SHE minyak

dialirkan ke flash vessel turun ke packed column. Setelah dari packed column,

minyak dialirkan menuju deodorize. Dalam proses ini terjadi penghilangan zat-zat

Universitas Sumatera Utara

Page 2: sabun

yang dapat menimbulkan bau seperti keton dan aldehid dengan pemanasan pada

temperatur 240-265°C. DBPO yang sudah hilang baunya dipompakan kembali ke

SHE untuk mengalami pertukaran panas. Dalam hal ini minyak sudah dalam

bentuk RBDPO (Refined Bleached Palm Oil). RBDPO kemudian mengalami

pertukaran panas lagi dengan CPO pada PHE. Dari PHE, RBDPO dialirkan ke

Plate Cooler Water (PCW) selanjutnya RBDPO difiltrasi. Kemudian di analisa di

laboratorium, jika sesuai dengan spesifikasi maka RBDPO bisa dialirkan langsung

ke tangki penampungan atau ke tangki kristalisasi sesuai dengan kualitasnya

untuk diproses pada tahap fraksinasi.

Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari

gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling

dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh), dan asam oleat,

C18:1 (tidak jenuh). Umumnya, komposisi asam lemak minyak sawit dapat dilihat

pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit

Nama Asam Lemak Rumus Asam Lemak Komposisi

Laurat C12:0 0,2 %

Myristat C14:0 1,1 %

Palmitat C16:0 44,0 %

Stearat C18:0 4,5 %

Oleat C18:1 39,2 %

Linoleat C18:2 10,1 %

Lainnya - 0,9 %

[Sumber: Iyung Pahan.2008]

2.2 Virgin Coconut Oil (VCO)

Virgin Coconut Oil terbuat dari daging kelapa segar. Menurut Codex

Alimentarius, VCO diperoleh dari daging buah kelapa yang sudah tua tetapi masih

segar yang diproses tanpa pemanasan, tanpa penambahan bahan kimia apapun,

diproses dengan cara sederhana sehingga diperoleh minyak kelapa murni yang

Universitas Sumatera Utara

Page 3: sabun

berkualitas tinggi. Keunggulan dari VCO ini adalah jernih, tidak berwarna, tidak

mudah tengik dan tahan hingga dua tahun (Andi, 2005).

Komponen utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam lemak

tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat yang

memiliki rantai C12. VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam

kapriat. Keduanya merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang biasa disebut

Medium Chain Fatty Acid (MCFA), sedangkan menurut Price(2004), VCO

mengandung 92% lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan2% lemak poli

tidak jenuh. Yang terdapat dalam VCO seperti yang disajikan dalam table 2.2

dibawah ini.

Tabel 2.2 komposisi Asam Lemak virgin coconut oil (VCO)

Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah

(%)

a. Asam lemak jenuh

Asam Kaproat C5H11COOH 0,4

Asam Kaprat C9H19COOH 6

Asam Laurat C11H23COOH 46

Asam Miristat C13H27COOH 19,9

Asam Palmitat C15H31COOH 9,8

Asam Stearat C17H35COOH 3,4

Asam Kaprilat C7H17COOH 6,8

b.Asam Lemak Tak Jenuh

Asam Oleat C17H33COOH 6,4

Asam Linoleat C17H31COOH 1,3

Dari tabel 2.2 dapat kita lihat bahwa VCO memiliki kandungan Asam Laurat yang

sangat tinggi, dimana Asam Laurat ini sangat perlu dalam proses pembuatan

sabun transparan yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembabkan kulit.

2.3 Sabun

2.3.1 Sejarah Sabun.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: sabun

Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu. Sekitar

tahun 2800 SM para ahli arkeologi dari kota Babylonia kuno menemukan bejana

dari tanah liat yang didalamnya terdapat sabun. Pada tahun yang sama yaitu

sekitar tahun 2800 SM, orang Mesir kuno sudah mandi dengan menggunakan

sabun. Hal ini diketahui dari dokumen Ebers Papyrus tentang orang Mesir, yaitu

tahun 1500 SM yang mengatakan bahwa sabun yang mereka pakai pada saat itu

berasal dari campuran minyak hewan dan minyak tumbuhan dengan campuran

garam. Mereka menggunakan sabun selain untuk mandi jug untuk perawatan

kulit.

Pabrik sabun pertama kali berdiri pada abad ke-7 di Negara Eropa (Italia,

Spanyol, dan Perancis). Dalam proses pembuatannya mereka dijaga ketat oleh

tentara, karena formulanya dianggap rahasia. Kemudian sekitar tahun 1608

pembuatan sabun dikembangkan oleh negara Amerika.

Sabun pertama kali dipatenkan pada tahun 1791 oleh seorang kimiawan dari

Perancis yang bernama Nicholas Leblanc. Dimana pada saat itu Leblanc membuat

sabun dari soda abu (Natrium Karbonat) dari garam. Setelah Leblanc berhasil

membuat sabun dari soda abu, lalu teman Leblanc yang berasal dari Negara

Perancis membuat sabun dari lemak, gliserin dan asam lemak.

Setelah itu ahli kimia berkebangsaan Belgia, bernama Ernest Solvay membuat

sabun secara modern dengan proses ammonia. Pada abad ke-19 sabun menjadi

barang yang mahal, sehingga dikenakan pajak yang tinggi.

Kemudian setelah pajak untuk produksi sabun dan biaya produksi sabun

semakin murah, sabun menjadi satu hal yang umum bagi masyarakat karena

produksi sabun semakin meningkat dan berkembang. Setelah itu pada tahun

1970an sabun cair ditemukan.

2.3.2 Pembentukan Sabun

Pembentukan sabun di bagi menjadi dua bagian, yaitu:

- Safonifikasi : Reaksi asam lemak dengan NaOH/KOH

- Reaksi asam lemak dengan metal/logam akan menghasilkan metallic soap.

Adapun jenis-jenis reaksinya yaitu:

O

Universitas Sumatera Utara

Page 5: sabun

||

- 2R – C – OH + ZnO -------> (RCOO)2Zn + H2O

O O

|| ||

- 2R – C – OH + NaOH ----------> 2 R – C – ONa + H2O

caustic soda sabun (keras)

O O

||

- R – C – OH + KOH ----------> 2R – C – OK + H2O

caustic potash sabun (lunak)

Untuk memperoleh kembali asam lemak, sabun yang terbentuk

direaksikan dengan HCL.

O O

|| ||

R – C – ONa + HCl ----------> R – C – OH + NaCl

sabun asam lemak

2.3.3 Jenis – jenis Sabun

Sabun berdasarkan jenisnya terbagi menjadi tiga, yaitu :

1. Sabun Opaqoe.

Sabun Opaqoe adalah jenis sabun yang biasa digunakan sehari – hari yang

memiliki tampilan tidak transparan.

2. Sabun Translucent.

Sabun translucent dari segi penampakan tampak cerah dan tembus cahaya

tapi tidak yerlalu bening dan agak berkabut sehingga agak transparan.

3. Sabun Transparan.

Sabun transparan penampakannya lebih berkilau dan lebih bening

sehingga sisi belakang sabun transparan jelas terlihat dari sisi depannya.

Sabun transparan ini biasanya digunakan sebagai sabun kecantikan dan

ornament sehingga sabun transparan relative lebih mahal dibandingkan

dengan sabun opaque atau sabun translucent.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: sabun

2.4 Sifat – sifat bahan baku dan produk

Spesifikasi bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun transparan sebagai

berikut :

2.4.1 Sifat – sifat bahan baku

1. Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO)

Sifat – sifat :

• Densitas, g/ml 50oC : 0.8896 – 0.8910

• Indeks refraksi, nD 50 :1.4544 – 1.4550

• Angka Penyabunan, mgKOH/g minyak :190 – 202

• Kemurnian : 98,5 %

(BPS,2007)

2. Virgin Coconut Oil

(VCO)

• Titik cair (oC) : 22-26

• Densitas (60oC) :

0,890-0,895

• Berat spesifik (40oC/air

pada 20oC) : 0,908-0,921

• Bilangan penyabunan

: 248-265

(Andi, 2005)

3. Kalium Hidroksida

(KOH)

Sifat – sifat :

• Berat molekul : 56,10 gr/mol

• Spesifik grafity : 2,044

• Titik leleh : 380 0C

• Titik didih : 1320 0C

Universitas Sumatera Utara

Page 7: sabun

• Densitas : 1,5143 g/cm3

• Tekanan uap 100 0C : 1064 mmHg

• Komposisi : KOH 30 % berat

Air 70 % berat

(Perry, 1997)

.

4. Gliserin

• Berat Molekul : 92,09 g/mol

• Densitas : 1,26 g/ cm3

• Titik didih : 290 0C

• Titik leleh : 17,9 0C

• Indeks bias, 20 0C : 1, 47399

• Tekanan uap, 100 0C : 26 KPa

• Viskositas, 20 0C : 1495 cp

• Specific gravity, 25/25 0C : 1, 2620

• Panas penguapan, 55 0C : 88,12 J/mol

• Flash point : 177 0C

• Fire point : 204 0C

(Perry, 1997)

5. Asam Sitrat

• Densitas : 1,665 ×103

kg/m3

• Titik lebur : 426 K

(153 °C)

• Temperatur penguraian

termal : 448 K (175 °C)

6. Etanol

• Berat Molekul : 46,07

g/mol

Universitas Sumatera Utara

Page 8: sabun

• Densitas : 0,789 g/cm3

• Titik Didih : 78,4 0C

• Titik Leleh :

−114,3 0C

• Keasaman (pKa) : 15,9

• Viskositas : 1,200

cP (20 °C)

7. Gula ● Berat molekul : 180,18 gr/mol ● Spesific gravity : 1,544 ● Suhu lebur : 146°C ● Kelarutan dalam air : 82 gr/100 ml (17,5°C) ● Tidak mudah atau sedikit larut dalam alkohol.

● Pada bentuk kristal monohidratnya berwarna putih.

8. Pewangi

Pewangi merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk

kosmetik dengan bertujuan untuk menutupi bau yang tidak enak dari

bahan lain dan untuk memberikan wangi yang menyenangkan terhadap

pemakainya. Jumlah yang ditambahkan tergantung kebutuhan tetapi

biasanya 0,5-5% untuk campuran sabun. Pewangi yang biasa dipakai

adalah Essential Oil dan Fragrance Oils. Pewangi yang digunakan pada

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Transparan ini adalah Essential

Oils.

2.4.2 Sifat-sifat Produk

1. Sabun Transparan ● Penampilan : Padat ● Warna gas/uap : Kuning muda ● Pelarutnya : NaOH ● Warna larutan terhadap pelarut : Putih ● Titik leleh : 150 - 180°F ● pH : 7 – 9,5

● Rumus molekul : RCOOH

Universitas Sumatera Utara

Page 9: sabun

(www.MSDS Sabun.com,2007)

2. Gliserol

● Berat Molekul : 92,09 g/mol

● Densitas : 1,26 g/ cm3

● Titik didih : 290 0C

● Titik leleh : 17,9 0C

● Indeks bias, 20 0C : 1, 47399

● Tekanan uap, 100 0C : 26 KPa

● Viskositas, 20 0C : 1495 cp

● Specific gravity, 25/25 0C : 1, 2620

● Panas penguapan, 55 0C : 88,12 J/mol

● Flash point : 177 0C

● Fire point : 204 0C

(Perry, 1997)

2.5 Proses Pembuatan Sabun.

2.5.1 Netralisasi Asam Lemak

Proses ini disebut proses netralisasi asam lemak karena pada proses ini

menggunakan asam lemak sebagai bahan baku disamping kaustik soda. Baik asam

lemak jenuh maupun tidak keduanya digunakan untuk memproduksi sabun

transparan.

Di dalam pabrik, asam lemak yang telah dipisahkan dari gliserida di dalam

kolom Splitting, diumpankan ke multi Heat Exchanger, menggunakan pompa

piston, dan dipanaskan sampai suhu 110-120 0C dengan menggunakan steam.

Disamping itu kaustik soda juga dipanaskan dan diumpankan melalui pompa

piston yang sama namun pada head yang berbeda. Perbandingan antara kaustik

soda dan asam lemak dinyatakan dengan bilangan asam dari asam lemak umpan.

Sebanyak 1,2-1,4% NaCl ditambahkan ke dalam reaksi untuk mengontrol

viscositas larutan. Garam NaCl adalah larutan elektrolit yang biasa digunakan

untuk mempertahankan viskositas sabun transparan tetap rendah. Ketiga

komponen ini diumpankan ke Turbodisperser.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: sabun

Turbodisperser, mixer, pompa untuk sirkulasi dan tangki Netralisasi

merupakan bagian terpenting pada proses ini. Asam lemak dan kaustik soda

dicampur dalam Turbodisperser yang dilengkapi pengaduk. Kualitas campuran

dipengaruhi oleh pengadukan.

Dari Turbodisperser campuran sabun transparan, asam lemak dan Kaustik

Soda dialirkan ke dalam mixer yang dilengkapi dengan jaket pendingin melalui

bagian bawah mixer. Hasil pencampuran berupa asam lemak dan kaustik soda

yang tidak bereaksi kemudian akan dikeluarkan lagi dari saluran di bagian

samping mixer untuk diumpankan kembali ke Turbodisperser dengan bantuan

pompa sirkulasi.

Sementara oleh sistem kontrol Netralisasi, sabun yang masuk ke mixer

diteruskan ke holding mixer. Sistem pengontrol ini digunakan oleh Mazzoni

(Spitz, 1995). Dari Holding Mixer, sabun transparan yang telah terbentuk

dikeringkan. Pada hasil akhir akan diperoleh 58-60 % asam lemak dalam produk

sabun transparan.

Mazzoni memperkenalkan sistem yang lain pada proses pembuatan sabun

transparan melalui Netralisasi asam lemak ini, yaitu dengan menggunakan

Na2CO3 akan membentuk CO2 menurut persamaan reaksi sebagai berikut :

2NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O

Natrium Hidroksida Karbondioksida Natrium Karbondioksida Air

Gas CO2 yang terbentuk dipisahkan dengan gas separator dimana gas CO2

dihilangkan dengan steam. Disamping memisahkan CO2, gas separator juga dapat

memisahkan senyawa-senyawa volatile lain yang terdapat pada sabun transparan,

sehingga dihasilkan sabun transparan yang lebih murni. Proses netralisasi asam

lemak dengan Na2CO3 dan NaOH ini dikenal dengan nama Mazzoni CC,

sementara proses yang terdahulu yakni Netralisasi asam lemak dengan

menggunakan NaOH dengan nama Mazzoni.

Secara keseluruhan proses Netralisasi asam lemak ini dinyatakan dalam

persamaan reaksi sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 11: sabun

RCO2H + NaOH RCO2Na + H2O

Asan lemak Natrium Hidroksida Sabun Air

2.5.2 Saponifikasi Trigliserida Langsung

Proses ini dilakukan dengan jalan mereaksikan trigliserida (lemak/minyak)

dengan basa secara langsung untuk menghasilkan sabun transparan. Proses

saponifikasi ini hampir sama dengan proses menggunakan ketel, hanya saja proses

ini dilakukan secara kontiniu sementara proses dengan ketel memakai sistem

batch.

Langkah pertama dari proses saponifikasi ini adalah pembentukan sabun

transparan dimana trigliserida ( lemak/minyak), basa kalium dipanaskan didalam

Tangki Saponifikasi dan diaduk pada suhu 80 0C dan tekanan 1 atm. Lebih dari

95% lemak berhasil disaponifikasikan pada proses ini. Disini hasil saponifikasi

terbentuk dua produk, yaitu sabun dan gliserol.

Reaksi yang terjadi selama proses penyabunan yaitu :

Produk yang keluar dari Tangki Saponifikasi adalah sabun. Kemudian

sabun dimasukkan ke dalam Tangki Mixer untuk menambahkan zat aditif lainnya.

Kemudian dilanjutkan dengan perlakuan selanjutnya berupa pencetakan, packing,

dan sabun transparan yang siap untuk di pasarkan.

2.5.3 Saponifikasi Metil Ester Asam Lemak

Metil ester asam lemak dihasilkan dari reaksi-esterifikasi trigliserida

(lemak/minyak) dengan metanol yang membebaskan gliserin. Seperti pada proses

O

C

O

R

CH2

O

O

C

C

R

R

O

O

CH

CH2

3 KOH

CH- OH

CH2OH

O

C

O

R

CH2OH

O

O

C

C

R

R

O

O

K

K

K

Trigliserida Kalium Hidroksida Gliserol Sabun

Universitas Sumatera Utara

Page 12: sabun

saponifikasi asam lemak, gliserin tidak terlibat dalam proses saponifikasi, hal ini

akan mempermudah proses pemurnian sabun. Pemisahan metil ester asam lemak

dengan gliserin dilakukan melalui proses destilasi. Metilester asam lemak

kemudian direaksikan dengan kaustik soda didalam sebuah reaktor alir turbulen

pada suhu 120 0C sehingga dihasilkan produk sabun dengan konversi asam lemak

yang cukup tinggi.

Metanol yang terdapat dalam campuran reaksi dipisahkan dengan

menggunakan flash drum, produk sabun yang telah bebas dari metanol dialirkan

ke reaktor alir turbular kedua melalui pompa vakum untuk menyempurnakan

reaksi. Hasilnya berupa sabun yang dikeringkan pada pengering vakum untuk

menghasilkan lembaran-lembaran sabun (Spitz, 1990).

Proses ini hampir sama dengan proses saponifikasi asam lemak, perbedaan

terletak pada adanya metanol yang dihasilkan dalam proses saponifikasi metil

ester asam lemak. Secara umum persamaan reaksi dari proses ini dinyatakan

sebagai berikut (Riegel, 1985) :

Trigliserida ROOMe + Gliserida

RCO2Me + NaOH RCO2Na + MeOH

Metil ester natrium hidroksda sabun Metanol

2.6 Pemilihan Proses

Dalam proses pembuatan sabun transparan dipilih proses pembuatan sabun

dengan proses Saponifikasi langsung Trigliserida. Proses saponifikasi adalah

suatu proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak

dengan alkali yang menghasilkan gliserol atau air dan sejenis sabun transparan

berupa garam karboksil. Perbandingan ketiga proses saponifikasi dapat dilihat

pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Perbandingan ketiga proses saponifikasi berdasarkan keunggulan

dan kelemahan masing- masing proses.

Jenis Proses Keungulan Kelemahan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: sabun

Saponifikasi

Trigliserida Langsung

1. Adanya Gliserol terlibat

dalam Proses.

2. Trigliserida langsung

digunakan tanpa proses.

3. Temperatur dan tekanan

yang digunakan tidak

begitu tinggi

(T = 80 OC, P = 1 atm).

4. Tidak ada Limbah

5. Biaya pemeliharaan lebih

murah.

6. Prosesnya sederhana.

Konversi reaksi 95 %

(Spitz, 1995)

Saponifikasi Asam

Lemak

1. Asam Lemak langsung

digunakan tanpa proses.

2. Tidak ada Limbah.

3. Konversi reaksi 97 %

(Othmer,1967)

1. Tidak ada gliserol

terlibat dalam proses.

2. Temperatur dan tekanan

yang digunakan begitu

tinggi untuk proses fat

splitting

( T= 120 OC, P= 2 atm).

2. Biaya pemeliharaan

mahal.

3. Prosesnya rumit.

Saponifikasi Metil

Ester

1. Adanya Gliserol terlibat

dalam proses.

2. Temperatur dan tekanan

yang dibutuhkan tidak

begitu tinggi.

(T = 60 OC, P = 1 atm)

3. Konversi reaksi 98 %

(Othmer, 1967).

1. Adanya Proses

pendahuluan yaitu

reaksi inter esterifikasi.

2. Biaya pemeliharaan

mahal.

3. Prosesnya rumit.

4. Ada limbah.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: sabun

Keuntungan yang diperoleh dari proses Saponifikasi langsung trigliserida

ini adalah :

a. Penanganan operasinya lebih mudah karena hanya meenggunakan beberapa

tangki, seperti Tangki Saponifikasi, Tangki mixing, Tangki bahan baku dan

Tangki produk.

b. Tidak membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi.

c. Pemeliharaan lebih murah.

d. Minyak yang terkonversi lebih banyak menjadi sabun transparan, yaitu sekitar

95 % dibandingkan dengan proses Saponifikasi asam lemak.

2.7 Deskripsi Proses

Sejumlah minyak kelapa sawit (RBDPO) 99,85 % dari tangki umpan (T-

01) dan Virgin Coconut Oil (VCO) 99,95 % darj tangki (T-02) dipompakan ke

tangki saponifikasi (TS) bersama dengan larutan KOH 30 % (TM-01) yang

berfungsi menetralisir asam pada proses saponifikasi yang berlangsung pada suhu

800C dan tekanan 1 atm selama 2 jam. Panas yang diperoleh berasal dari

saturated steam dengan kondisi 1000C pada tekanan 1 atm. Sabun yang berbentuk

pasta keluar dari tangki saponifkasi kemudian dimasukkan ke Separator untuk

memisahkan sabun dengan gliserol dan air. Hasil pemisahan dialirkan ke cooler

(C) untuk menurunkan temperatur menjadi 40 0C, kemudian dialirkan ke tangki

mixer (T-02). Dilakukan penambahan zat aditif berupa Etanol 96% sebanyak

3.580,492 kg/jam yang berfungsi untuk menjernihkan larutan sabun, ditambahkan

Gliserin sebanyak 2.826,705 kg/jam dari tangki penyimpanan (T-05) yang

berfungsi untuk melembutkan, melembabkan kulit serta mencegah iritasi.

Kemudian penambahan asam sitrat sebanyak 565,341 kg/jam dari gudang

penyimpanan bahan baku (G-01) yang berfungsi sebagai zat pengawet dan

menurunkan kadar alkali, sehingga menghasilkan pH yang seimbang (7). Dan

yang terakhir adalah penambahan pewangi (essential oil) sebanyak 1.319,129

kg/jam dari tangki penyimpanan (T-06) yang berfungsi memberi wangi aromatik

pada sabun transparan.

Diberi penambahan warna (E129/FD&C No.40) sebanyak 565,341 kg/jam

dan gula sebanyak 942,235 kg/jam dari gudang penyimpanan bahan baku (G-01)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: sabun

yang berfungsi untuk memberi warna pada sabun transparan dan memberikan

warna lebih mengkilat.

Sabun yang keluar dari tangki mixer (TM-02) disebut sabun transparan

setengah jadi. Sabun transparan setengah jadi ini lalu dialirkan ke bagian

penanganan produk yaitu dimasukkan ke dalam mesin pencetakan pada

temperatur 40 0C dengan tekanan 1 atm. Setelah dicetak sabun transparan

didinginkan pada suhu kamar sebelum dilakukan pengepakan. Dan yang terakhir

sabun transparan yang sudah jadi, dikemas dan di pak dan selanjutnya akan

dibawa ke gudang produk sebelum di ekspor.

Universitas Sumatera Utara