4
Refleksi Hari Guru, 25 November 2009: Menuntut Profesionalisme Guru Oleh : Sri Martini Sembiring Hari ini, Rabu, 25 November 2009 diperingati sebagai Hari Guru. Nasional (seiring dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia [PGRI]). Peringatan ini tentunya sama saja dengan waktu yang lalu; yang pasti di dalamnya ada harapan untuk peningkatan kualitas para guru. Dengan adanya peningkatan yang signifikan bermuara pada kualitas pendidikan yang handal. Hal itulah yang selalu didengungkan oleh para guru. Di samping itu, ada juga ungkapan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya atas jasa para guru yang telah mendidik kita. Siapapun kita, pasti mempunyai guru; baik guru formal maupun non-formal. Suatu kewajaran jika pada hari guru diungkapkan rangkaian terima kasih yang tiada terhingga. Dengan usaha yang maksimal dari para guru-guru kita, maka kita menjadi manusia seperti ini. Kalau tidak ada guru, mustahil rasanya menjadi seperti saat ini. Karenanya sangat patut, bahkan wajib kita mengucapkan terima kasih tersebut. Profesionalisme Guru Sebagai tenaga pendidik, guru harus mempunyai kapabilitas dan kepiawaian dalam melaksanakan tugasnya. Hanya dengan cara seperti itulah akan tercipta generasi penerus yang berkualitas. Sebab, tugas pokok sebagai guru merupakan pilar terdepan dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Memahami kondisi yang seperti itu, para guru harus terus meningkatkan kualitas dirinya sehingga menjadi pribadi yang profesional. Belakangan ini, profesionalisme guru harus ditunjukkan dengan sertifikasi; sebagaimana yang diamanatkan dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalamnya dapat dinyatakan

Refleksi Hari Guru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Refleksi Hari Guru

Refleksi Hari Guru, 25 November 2009: Menuntut Profesionalisme Guru

Oleh : Sri Martini Sembiring

Hari ini, Rabu, 25 November 2009 diperingati sebagai Hari Guru. Nasional (seiring dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia [PGRI]).

Peringatan ini tentunya sama saja dengan waktu yang lalu; yang pasti di dalamnya ada harapan untuk peningkatan kualitas para guru. Dengan adanya peningkatan yang signifikan bermuara pada kualitas pendidikan yang handal. Hal itulah

yang selalu didengungkan oleh para guru.

Di samping itu, ada juga ungkapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas jasa para guru yang telah mendidik kita. Siapapun kita, pasti mempunyai guru; baik guru formal maupun non-formal. Suatu kewajaran jika pada hari guru diungkapkan rangkaian terima kasih yang tiada terhingga. Dengan usaha yang maksimal dari para guru-guru kita, maka kita menjadi manusia seperti ini. Kalau tidak ada guru, mustahil rasanya menjadi seperti saat ini. Karenanya sangat patut, bahkan wajib kita mengucapkan terima kasih tersebut.

Profesionalisme Guru

Sebagai tenaga pendidik, guru harus mempunyai kapabilitas dan kepiawaian dalam melaksanakan tugasnya. Hanya dengan cara seperti itulah akan tercipta generasi penerus yang berkualitas. Sebab, tugas pokok sebagai guru merupakan pilar terdepan dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Memahami kondisi yang seperti itu, para guru harus terus meningkatkan kualitas dirinya sehingga menjadi pribadi yang profesional.

Belakangan ini, profesionalisme guru harus ditunjukkan dengan sertifikasi; sebagaimana yang diamanatkan dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalamnya dapat dinyatakan seorang guru sebagai pribadi yang profesional ditunjukkan dengan sertifikat. Untuk yang pertama, sertifikat itu dikeluarkan oleh lembaga pendidikan, di mana calon guru menimba ilmu. Bentuk konkretnya adalah Akta Mengajar. Sebagian besar Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mengeluarkan akta mengajar (kecuali FKIP Universitas Riau dan beberapa lagi). Akta mengajar itu menunjukkan kemampuan mengajar calon guru dan hal itu sudah dikeluarkan bersamaan dengan ijazah yang diterima. Sungguhpun masih ada beberapa calon guru, walaupun sudah mengantongi Akta, tetapi masih belum sanggup tampil di depan kelas maupun sebagai guru. Itu ditemukan di lapangan, walaupun sifatnya kasuistis.

Selanjutnya, sertifikasi guru dilakukan untuk menguji kembali "keabsahan" ijazah keguruan yang dimiliki. Hal itu dilaksanakan oleh LTPTK yang ada di setiap provinsi di Indonesia. Jadilah hal itu sebagaimana yang disaksikan bahwa dilaksanakan sertifikasi melalui berbagai jalur. Ada melalui jalur pendidikan 1 tahun, ada melalui penyusunan portofolio; sedang bagi yang tidak

Page 2: Refleksi Hari Guru

lulus portofolio dilakukan lagi Diklat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Setelah dinyatakan lulus, guru yang bersangkutan diberi sertifikasi lulus, kemudian dia mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok yang biasa diterima. Tentunya, dengan pembayaran ini akan semakin membuat guru semakin bergairah dalam melaksanakan tugasnya. Sebab, penghasilannya sudah semakin besar.

Dengan penghasilan yang seperti itu, diharapkan para guru tidak ada lagi yang bekerja serabutan di luar jam mengajarnya. Guru tidak "ngobjek" sana-sini sekedar untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Diyakini dengan penghasilan yang cukup tersebut, para guru akan lebih berkonsentrasi dalam mengembankan profesionalismenya. Guru hanya fokus pada bidang pekerjaan. Baik pekerjaannya di sekolah maupun pekerjaan sebagai guru yang harus dikerjakan di rumah. Hal ini sangat perlu dipahami bahwa guru sesungguhnya tidak hanya bekerja di sekolah, tetapi juga di rumah, atau lebih tepatnya di luar jam mengajarnya yang 24 jam pelajaran per minggu itu. Sebab, banyak pekerjaan guru yang tidak hanya dikerjakan di dalam ruangan kelas. Mulai dari penyusunan persiapan pembelajaran sampai melaksanakan penilaian.

Kapabilitas dan Kapasitas

Profesionalime dapat juga ditunjukkan dengan kapabilitas dan kapasitasnya dalam melaksanakan tugas. Dengan itu akan menunjukkan kualitas hasil pembelajaran. Pada titik akhirnya, akan terlihat pula kualitas pendidikan. Ini yang menjadi harapan bersama.

Untuk meningkatkan profesionalisme guru membutuhkan biaya yang sangat besar, di samping kemauan yang keras. Peningkatan profesionalisme dilakukan dengan berbagai pendidikan dan pelatihan yang beragam. Semua itu diorientasikan untuk kepentingan peningkatan kualitas para guru. Begitu juga dengan sertifikasi dengan berbagai jalur tersebut. Semua itu membutuhkan biaya yang besar; belum lagi nantinya biaya untuk membayar tunjangan profesi para guru tersebut (PNS dan Non-PNS).

Dengan layanan yang sedemikian itu, diharapkan para guru dapat lebih meningkatkan kapabilitas dan kapasitas dirinya sebagai tenaga pendidikan. Hal ini harus terus dilakukan dengan tetap mengedepankan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah sangat peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Hal itu diwujudkan dengan memberikan alokasi anggaran pendidikan yang tinggi; apalagi hal itu tercantum di dalam UUD 1945. Sungguh suatu prestasi yang besar dalam bidang regulasi tata-hukum-pendidikan yang bertujuan memajukan pendidikan.

Kapabilitas dan kapasitas seorang guru tidak hanya mampu mengajar di depan kelas. Lebih dari itu harus mampu menjadi sosok sebagai guru; sosok yang digugu dan ditiru (diikuti nasihat/omongannya dan dijadikan teladan). Sungguh berat untuk bisa seperti ini. Sebab, tidak jarang, banyak orang yang hanya bisa berbicara saja, tanpa mampu merealisasikan apa yang dibicarakan itu.

Sebagai guru harus seiring antara perbuatan dengan perkataan. Itulah guru. Sehingga

Page 3: Refleksi Hari Guru

profesionalisme akan terwujud dengan dimulai dari kapabilitas dan kapasitas yang lebih baik.

Penutup

Memperingati Hari Guru Nasional tahun ini, banyak guru yang tidak bisa merayakannya di sekolah.

Sebab, saat ini, hampir seluruh sekolah di Sumatera Utara dipergunakan untuk seleksi CPNS di masing-masing Pemko/Pemkab. Sungguhpun demikian, kiranya tidak melunturkan semangat kita untuk tetap mengapresiasi para guru; juga untuk guru-guru kita yang terdahulu.

Terima kasih, guruku! Tanpamu, aku tak bisa seperti saat ini. ***