24
1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA, SUMBER DAYA GENETIKA DAN PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PRODUK MASYARAKAT JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa Jawa Barat memiliki berbagai khasanah budaya da produk yang merupakan hasilcipta, karsa dan karya masyarakat Jawa Barat yang harus dilestarikan, dilindu dibina dan dikembangkan sebagai jati diri masyarakat Barat serta aset nasional; b. bahwa dalam upaya menjaga, memelihara dan melestarikan warisan budaya dan produk masyarakat serta untuk melindungi dari pengakuan oleh pihak lain, baik yang bersifa fisik maupun non fisik, perlu dilakukan upaya strategis mela perlindungan, konservasi dan revitalisasi serta fasilit Kekayaan Intelektual produk masyarakat Jawa Barat, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daera Provinsi Jawa Barat tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Produk Masyarakat Jawa Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 15) sebagaimana telahdiubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentangPembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

RAPERDA HKI USULAN

Embed Size (px)

Citation preview

1

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2011

TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA, SUMBER DAYA GENETIKA DAN PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PRODUK MASYARAKAT JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa Jawa Barat memiliki berbagai khasanah budaya dan produk yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya masyarakat Jawa Barat yang harus dilestarikan, dilindungi, dibina dan dikembangkan sebagai jati diri masyarakat Jawa Barat serta aset nasional; b. bahwa dalam upaya menjaga, memelihara dan melestarikan warisan budaya dan produk masyarakat serta untuk melindungi dari pengakuan oleh pihak lain, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, perlu dilakukan upaya strategis melalui perlindungan, konservasi dan revitalisasi serta fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual produk masyarakat Jawa Barat, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Produk Masyarakat Jawa Barat;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816); 5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043); 6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4044); 7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 243, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046); 9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4130); 10. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4131); 11. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4220); 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

3 16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4423); 18.Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2004 tentang Sarana Produksi Berteknologi Tinggi untuk Cakram Optik (Optical Disc) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4425); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4763); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 22. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Herritage (Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 81); 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pelestarian dan Pengembangan Bahasa, Sastera dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 5 Seri E); 24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Museum (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 7 Seri E); 25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 Nomor 13 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 5 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 71);

4 26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2006 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2); 27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46); 28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 68); 29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 86); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT dan GUBERNUR JAWA BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA DAN PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PRODUK MASYARAKAT JAWA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. 5. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. 6. OPD adalah Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terkait dengan tugas dan fungsi pelestarian warisan budaya dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual produk masyarakat. 7. Kebudayaan Jawa Barat adalah hasil cipta, karsa dan karya masyarakat yang hidup dan berkembang secara turun temurun dalam lingkungan masyarakat di Jawa Barat.

5 8. Warisan Budaya adalah kebudayaan yang terdapat di Daerah baik fisik maupun non fisik, berupa cagar budaya, sejarah dan budaya, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, benda pusaka, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, permainan tradisional, karya seni lainnya dan pengetahuan tradisional. 9. Pelestarian Warisan Budaya adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan warisan budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya. 10. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. 11. Pengetahuan Tradisional adalah karya intelektual di bidang pengetahuan dan teknologi yang mengandung unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu. 12. Ekspresi Budaya Tradisional (Folklore) adalah sebagian kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun dengan berbagai macam jenis, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). 13. Produk Masyarakat adalah sesuatu yang dihasilkan oleh masyarakat yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi dan dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan, baik berupa barang maupun jasa. 14. Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HKI adalah hak eksklusif yang diberikan oleh peraturan perundangundangan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya, meliputi hak cipta, paten, merek, desain industri, rahasia dagang, varietas tanaman dan desain tata letak sirkuit terpadu. 15. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 16. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian, yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. 17. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 18. Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, hurufhuruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

6 19. Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan tempat, wilayah tertentu atau daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri, karakteristik, reputasi atau kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. 20. Indikasi Asal adalah adalah suatu tanda yang memenuhi ketentuan tanda indikasi geografis yang tidak didaftarkan atau semata-mata menunjukkan asal suatu barang atau jasa. 21. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. 22. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. 23. Varietas Tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. 24. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. 25. Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu. 26. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang HKI kepada pihak lain untuk memanfaatkan Hak Kekayaan Intelektual tersebut dengan persyaratan tertentu. 27. Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. 28. Hak Ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait. 29. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Pejabat PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi pelestarian warisan budaya dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual produk masyarakat.

7 30. Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud dan tujuan pelestarian warisan budaya dan perlindungan HKI produk masyarakat Jawa Barat adalah : a. menjaga, memelihara dan melestarikan warisan budaya sebagai jati diri masyarakat Jawa Barat dan aset nasional; b. melindungi warisan budaya, sumberdaya genetika untuk pangan dan pertanian (genetic resources for food and agriculture), folklore dan produk masyarakat Jawa Barat dari pengakuan oleh pihak lain baik yang bersifat fisik maupun non fisik; c. memfasilitasi HKI terkait produk dan jasa hasil industri dan perdagangan yang berkaitan dengan hasil ekonomi kreatif; dan d. mendorong peningkatan kreativitas dan inovasi masyarakat Jawa Barat melalui pendaftaran HKI. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup pelestarian warisan budaya dan perlindungan HKI produk masyarakat Jawa Barat meliputi upaya : a. pelestarian warisan budaya melalui perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan; b. perlindungan atas hasil karya cipta dan karsa yang dituangkan dalam bentuk produk dan non produk dengan nilai seni maupun nilai tambah ekonomi, dan bukan merupakan hasil duplikasi milik orang lain; dan c. fasilitasi perolehan HKI produk masyarakat Jawa Barat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IV PELESTARIAN WARISAN BUDAYA Bagian Kesatu Perlindungan Paragraf 1 Umum Pasal 4 (1) Pemerintah Daerah memberikan perlindungan atas warisan budaya Daerah. (2) Perlindungan atas warisan budaya Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap : a. cagar budaya, meliputi : 1. benda cagar budaya; 2. bangunan cagar budaya; 3. struktur cagar budaya;

8

4. situs cagar budaya; dan 5. kawasan cagar budaya. b. ekspresi budaya tradisional (folklore), meliputi : 1. cerita rakyat dan puisi rakyat; 2. lagu-lagu rakyat dan musik instrumen tradisional; 3. tarian-tarian rakyat dan permainan tradisional; 4. hasil seni berupa lukisan, gambar, ukiran-ukiran, pahatan, mosaik, perhiasan, kerajinan tangan, pakaian, instrumen musik dan tenun tradisional; dan 5. karya seni lainnya. c. pengetahuan tradisional, meliputi : 1. pengetahuan medis dan lingkungan secara tradisional; 2. pengetahuan bercocok tanam/pertanian tradisional; 3. pengetahuan berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya genetik secara tradisional; 4. pengetahuan pemecahan masalah teknik secara tradisional; dan 5. pengetahuan tradisional lainnya. d. sumberdaya genetik, meliputi : 1. sumberdaya tanaman; 2. sumberdaya hewan; 3. sumberdaya mikroba; dan 4. sumberdaya lain yang berkaitan dengan fungsi-fungsi genetika. Pasal 5 Perlindungan warisan budaya Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan dengan cara inventarisasi, penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan dan pemugaran warisan budaya serta nilai-nilai kebudayaan Daerah. Paragraf 2 Inventarisasi Pasal 6 (1) Pemerintah Daerah wajib melakukan Inventarisasi warisan budaya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Inventarisasi warisan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh OPD terkait. Paragraf 3 Penyelamatan Pasal 7 (1) Penyelamatan warisan budaya Daerah dilakukan untuk : a. mencegah kerusakan karena faktor manusia dan/atau alam yang mengakibatkan berubahnya keaslian dan nilai-nilai yang menyertainya; dan b. mencegah pemindahan dan beralihnya pemilikan dan/atau penguasaan warisan budaya Daerah yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9 (2) Penyelamatan warisan budaya Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam keadaan darurat dan keadaan biasa. Pasal 8 (1) Cagar budaya Daerah yang terancam rusak, hancur atau musnah, dapat dipindahkan ke tempat lain yang aman. (2) Pemerintah Daerah wajib menjaga dan merawat cagar budaya Daerah dari pencurian, pelapukan atau perusakan baru. Paragraf 4 Pengamanan Pasal 9 (1) Pengamanan warisan budaya Daerah dilakukan untuk menjaga dan mencegah warisan budaya agar tidak hilang, hancur atau musnah. (2) Pengamanan warisan budaya Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban pemilik dan/atau pihak yang menguasai benda warisan budaya Daerah. Pasal 10 (1) Pengamanan warisan budaya Daerah harus memperhatikan pemanfaatannya bagi kepentingan sosial, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, agama, kebudayaan dan/atau pariwisata. (2) Pengamanan warisan budaya Daerah dapat dilakukan dengan memberi pelindung, menyimpan dan/atau menempatkannya pada tempat yang terhindar dari gangguan alam dan manusia. Paragraf 5 Zonasi Pasal 11 (1) Perlindungan warisan budaya Daerah dilakukan dengan menetapkan batas-batas keluasannya dan pemanfaatan ruang melalui sistem zonasi berdasarkan hasil kajian. (2) Sistem zonasi untuk warisan budaya Daerah dalam bentuk cagar budaya Provinsi atau mencakup lebih dari 1 (satu) Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Peraturan Gubernur. (3) Pemanfaatan zona pada cagar budaya dapat dilakukan untuk tujuan rekreatif, edukatif, apresiatif dan/atau religi. Pasal 12 (1) Sistem zonasi mengatur fungsi ruang pada warisan budaya Daerah, baik vertikal maupun horizontal. (2) Pengaturan zonasi secara vertikal dapat dilakukan terhadap lingkungan alam di atas cagar budaya di darat dan/atau di air. (3) Sistem zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas : a. zona inti; b. zona penyangga; c. zona pengembangan; dan/atau d. zona penunjang.

10 (4) Penetapan luas, tata letak dan fungsi zona, ditentukan berdasarkan hasil kajian, dengan mengutamakan peluang peningkatan kesejahteraan rakyat. Paragraf 6 Pemeliharaan Pasal 13 (1) Setiap orang wajib memelihara warisan budaya Daerah yang dimiliki dan/atau dikuasainya. (2) Warisan budaya Daerah yang ditelantarkan oleh pemilik dan/atau yang menguasainya, dapat dikuasai oleh Pemerintah Daerah. Pasal 14 Pemeliharaan dilakukan dengan cara merawat warisan budaya Daerah, untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan akibat pengaruh alam dan/atau perbuatan manusia. Pemeliharaan cagar budaya Daerah dapat dilakukan di lokasi asli atau di tempat lain, setelah terlebih dahulu didokumentasikan secara lengkap. Perawatan cagar budaya dilakukan dengan pembersihan, pengawetan dan perbaikan atas kerusakan dengan memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan dan/atau teknologi cagar budaya. Perawatan cagar budaya yang berasal dari air harus dilakukan sejak proses pengangkatan sampai ke tempat penyimpanannya dengan tata cara khusus. Paragraf 7 Pemugaran Pasal 15 Pemugaran bangunan cagar budaya dan struktur cagar budaya yang rusak dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik dengan cara memperbaiki, memperkuat dan/atau mengawetkannya melalui pekerjaan rekonstruksi, konsolidasi, rehabilitasi dan restorasi. Pemugaran cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan : a. keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya dan/atau teknologi pengerjaan; b. kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin; c. penggunaan teknik, metode dan bahan yang tidak bersifat merusak; dan d. kompetensi pelaksana di bidang pemugaran. Pemugaran harus memungkinkan dilakukannya penyesuaian pada masa mendatang dengan tetap mempertimbangkan keamanan masyarakat dan keselamatan cagar budaya. Pemugaran yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sosial dan lingkungan fisik harus didahului analisis mengenai dampak lingkungan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemugaran bangunan cagar budaya dan struktur cagar budaya wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangan, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1)

(2)

(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

11

(1)

(2)

(3)

(4)

Bagian Kedua Pengembangan Paragraf 1 Umum Pasal 16 Pengembangan cagar budaya dilakukan dengan memperhatikan prinsip kemanfaatan, keamanan, keterawatan, keaslian dan nilai-nilai yang melekat padanya. Setiap orang dapat melakukan pengembangan cagar budaya setelah memperoleh : a. izin Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan b. izin pemilik dan/atau yang menguasai cagar budaya. Pengembangan cagar budaya dapat diarahkan untuk memacu pengembangan ekonomi, yang hasilnya digunakan untuk pemeliharaan cagar budaya dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Setiap kegiatan pengembangan cagar budaya harus disertai dengan pendokumentasian. Paragraf 2 Penelitian Pasal 17 Penelitian dilakukan pada setiap rencana pengembangan warisan budaya Daerah untuk menghimpun informasi serta mengungkap, memperdalam dan menjelaskan nilai-nilai budaya. Penelitian warisan budaya Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui : a. penelitian dasar untuk pengembangan ilmu pengetahuan; dan b. penelitian terapan untuk pengembangan teknologi atau tujuan praktis yang bersifat aplikatif. Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sebagai bagian dari analisis mengenai dampak lingkungan atau berdiri sendiri. Proses dan hasil penelitian warisan budaya Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk kepentingan meningkatkan informasi dan promosi warisan budaya Daerah. Pemerintah Daerah atau penyelenggara penelitian menginformasikan dan mempublikasikan hasil penelitian kepada masyarakat.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Paragraf 3 Revitalisasi Pasal 18 (1) Revitalisasi potensi situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya wajib memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial dan/atau lanskap budaya asli berdasarkan kajian. (2) Revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menata kembali fungsi tata ruang, nilai budaya dan penguatan informasi tentang cagar budaya.

12 (3) Revitalisasi cagar budaya harus memberikan manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan ciri budaya lokal. Pasal 19 Pemerintah Daerah melaksanakan revitalisasi alat-alat dan kesenian Daerah yang memiliki nilai tinggi. Paragraf 4 Adaptasi Pasal 20 (1) Adaptasi terhadap bangunan cagar budaya dan struktur cagar budaya dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masa kini, dengan tetap mempertahankan : a. ciri asli dan/atau muka bangunan cagar budaya dan struktur cagar budaya; dan/atau b. ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya sebelum dilakukan adaptasi. (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara : a. mempertahankan nilai-nilai yang melekat pada cagar budaya; dan b. menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan; c. mengubah susunan ruang secara terbatas; dan/atau d. mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli dan keharmonisan estetika lingkungan di sekitarnya.

Pasal 21 Adaptasi terhadap ekspresi budaya tradisional (folklore) dilakukan dengan cara : a. mempertahankan nilai-nilai yang terkandung pada alat-alat musik dan tarian tradisional; b. mempertahankan gaya/gerakan berdasarkan sejarah keasliannya. Bagian Ketiga Pemanfaatan Pasal 22 (1) Pemerintah Daerah dan masyarakat dapat memanfaatkan warisan budaya Daerah untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan pariwisata. (2) Pemerintah Daerah memfasilitasi pemanfaatan dan promosi warisan budaya Daerah yang dilakukan oleh masyarakat, berupa : a. izin pemanfaatan; b. dukungan tenaga ahli pelestarian; c. dukungan dana; d. sosialisasi; e. loka karya; dan/atau f. pelatihan.

13 (3) Orang asing atau badan hukum asing atau badan hukum Indonesia penanaman modal asing yang akan melakukan pemanfaatan, wajib memiliki izin akses pemanfaatan dan perjanjian pemanfaatan. (4) Pemanfaatan dapat dilakukan dalam bentuk: a. pengumuman; b. perbanyakan; c. penyebarluasan; d. penyiaran; e. pengubahan; f. pengalihwujudan; g. pengutipan; h. penyaduran; i. pengadaptasian; j. pendistribusian; k. penyewaan; l. penjualan; m. penyediaan untuk umum; dan n. komunikasi kepada publik. Pasal 23 Pemanfaatan yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan, wajib didahului dengan kajian, penelitian dan/atau analisis mengenai dampak lingkungan. Pasal 24 (1) Cagar budaya yang pada saat ditemukan sudah tidak berfungsi seperti semula, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. (2) Pemanfaatan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan peringkat cagar budaya, dan/atau masyarakat hukum adat yang memiliki dan/atau menguasainya. Pasal 25 Pemanfaatan lokasi temuan yang telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya, wajib memperhatikan fungsi ruang dan perlindungannya. Pemerintah Daerah dapat menghentikan pemanfaatan dan membatalkan izin pemanfaatan cagar budaya, apabila pemilik dan/atau yang menguasai terbukti melakukan perusakan atau menyebabkan rusaknya cagar budaya. Cagar budaya yang tidak lagi dimanfaatkan, harus dikembalikan seperti keadaan semula, sebelum dimanfaatkan. Biaya pengembalian seperti keadaan semula, dibebankan kepada yang memanfaatkan cagar budaya.

(1)

(2)

(3) (4)

Pasal 26 Pemanfaatan dengan cara perbanyakan benda cagar budaya yang dimiliki dan/atau dikuasai masyarakat atau Pemerintah Daerah, dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 27 Pemanfaatan koleksi berupa cagar budaya di museum, dilakukan untuk pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, dan/atau pariwisata.

14 Bagian Keempat Hak Cipta atas Warisan Budaya Daerah Pasal 28 (1) Pemerintah Daerah memegang hak cipta atas cagar budaya, folklore, produk sejarah dan budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) yang tidak diketahui penciptanya dan/atau ciptaannya belum diterbitkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Penguasaan hak cipta atas karya cagar budaya, ekspresi budaya tradisional (folklore), produk sejarah dan budaya oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat beralih kepada pihak yang dapat membuktikan keabsahan klaimnya, dengan mekanisme sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 29 (1) Hasil dari pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) yang berupa royalti disetorkan sepenuhnya ke Kas Daerah Provinsi Jawa Barat. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. BAB V FASILITASI HKI PRODUK MASYARAKAT Bagian Kesatu Umum Pasal 30 (1) Pemerintah Daerah memfasilitasi pendaftaran perlindungan HKI produk masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Fasilitasi pendaftaran perlindungan HKI produk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. Hak Cipta; b. Paten; c. Merek; d. Desain Industri; e. Rahasia Dagang; f. Perlindungan Varietas Tanaman; dan g. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi pendaftaran HKI oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur. Pasal 31 Fasilitasi perolehan HKI produk masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 didasarkan pada prinsip : a. keadilan, dengan pertimbangan seseorang atau beberapa orang atau badan hukum yang menghasilkan suatu karya berdasarkan kemampuan intelektualnya harus memperoleh imbalan yang wajar berupa materi dan non materi, meliputi rasa aman karena adanya perlindungan dan pengakuan atas hasil karyanya;

15 b. ekonomi, dengan pertimbangan HKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi yang merupakan bentuk kekayaan bagi pemiliknya untuk mendapatkan royalti; c. kebudayaan, dengan pertimbangan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastera sangat besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia, sehingga dapat membangkitkan motivasi untuk melahirkan ciptaan baru; dan d. sosial, dengan pertimbangan perlindungan kepada Pemegang HKI untuk keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat. Bagian Kedua Hak Cipta Pasal 32 (1) Hak Cipta merupakan perlindungan atas karya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. (2) Karya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastera yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan dan karya tulis lainnya; b. ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis; c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks; e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim; f. seni rupa dalam segala bentuk, meliputi seni lukis, gambar, seni ukir, kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan; g. arsitektur; h. peta; i. seni batik; j. fotografi; k. sinematografi; dan l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain dari hasil pengalihwujudan. Pasal 33 Manfaat dari Hak Cipta meliputi : a. hak moral; dan b. hak ekonomi. Pasal 34 Pendaftaran Hak Cipta dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

16

Bagian Ketiga Paten Pasal 35 (1) Paten merupakan perlindungan atas invensi di bidang teknologi. (2) Invensi di bidang teknologi yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. senyawa kimia; b. mesin; c. proses pembuatan; dan d. jenis mahluk yang baru hasil rekayasa genetika. Pasal 36 Manfaat dari Paten meliputi : a. lisensi, terdiri atas : 1. lisensi eksklusif, yaitu hanya pemegang lisensi yang dapat menjalankan atau menggunakan invensi yang dipatenkan; 2. lisensi tunggal, yaitu pemegang paten mengalihkan patennya kepada pihak lain, tetapi pemegang paten dapat menjalankan haknya sebagai pemegang paten; dan 3. lisensi non ekslusif, yaitu pemegang paten mengalihkan kepemilikannya kepada sejumlah pihak tetapi tetap berhak menjalankan atau menggunakan patennya; b. lisensi wajib, yaitu peralihan kepemilikan paten sebagai suatu kewajiban. Pasal 37 Pendaftaranan Paten dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keempat Paragraf 1 Merek Pasal 38 (1) Merek merupakan perlindungan atas barang dan jasa yang diproduksi atau didistribusi oleh perusahaan tertentu. (2) Fungsi pemakaian Merek adalah daya pembeda dengan merek lain, melalui penggunaan berkelanjutan. (3) Merek dipergunakan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dalam bentuk : a. gambar; b. nama; c. kata; d. huruf-huruf; e. angka-angka; f. susunan warna; g. logo dan/atau simbol; dan/atau

17 h. kombinasi dari unsur-unsur sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf g yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Paragraf 2 Indikasi Geografis dan Indikasi Asal Pasal 39 (1) Masyarakat atau lembaga yang diberi izin dapat menggunakan nama geografis untuk menunjukkan asal dari barang atau jasa yang ditawarkan kepada publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Indikasi geografis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan kualitas, reputasi atau karakteristik lain, sesuai dengan asal geografis barang atau jasa yang ditawarkan. Pasal 40 Pendaftaran Merek dan Indikasi Geografis dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kelima Desain Industri Pasal 41 (1) Desain Industri merupakan perlindungan atas perwujudan secara visual dari produk-produk komersial dalam pola tiga atau dua dimensi. (2) Desain Industri dipergunakan untuk menghasilan produk, barang, komoditas industri dan kerajinan tangan, dalam bentuk konfigurasi atau komposisi : a. garis atau warna; b. garis dan warna; dan/atau c. gabungan dari huruf a dan b. Pasal 42 Manfaat dari perlindungan Desain Industri adalah memberikan hak monopoli kepada pemilik Desain Industri atas bentuk, konfigurasi, pola atau ornamentasi tertentu dari sebuah desain. Pasal 43 Pendaftaran Desain Industri dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keenam Rahasia Dagang Pasal 44 Jenis perlindungan hukum Rahasia Dagang meliputi: a. daftar pelanggan; b. penelitian pasar; c. penelitian teknis;

18 d. resep masakan atau ramuan yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu; e. sistem kerja tertentu yang cukup menguntungkan; f. ide atau konsep yang mendasari promosi, pengiklanan atau pemasaran; g. informasi keuangan atau daftar harga yang menunjukkan marjin laba dari sebuah produk; dan h. cara untuk mengubah atau menghasilkan sebuah produk dengan menggunakan bahan kimia atau mesin. Pasal 45 Pendaftaran Rahasia Dagang peraturan perundang-undangan. dilaksanakan sesuai ketentuan

Bagian Ketujuh Varietas Tanaman Pasal 46 (1) Perlindungan atas Varietas Tanaman merupakan perlindungan atas varietas tanaman lokal dan varietas tanaman yang baru dikembangkan, yang memiliki keunggulan material dibandingkan dengan varietas tanaman yang telah dikenal sebelumnya. (2) Perlindungan terhadap Varietas Tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada sekelompok tanaman dari jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh paling kurang satu sifat yang menentukan, dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan, yang memiliki : a. sifat kebaharuan; b. mengandung langkah inventif; dan c. dapat diterapkan dalam industri. (3) Dalam rangka perlindungan terhadap Varietas Tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah memberikan perlindungan terhadap plasma nutfah. Pasal 47 Manfaat dan perlindungan atas Varietas Tanaman adalah untuk mendorong para peneliti di bidang pemuliaan tanaman, meningkatkan hasil penelitiannya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian di Daerah, yang memiliki daya saing tinggi di pasar global. Pasal 48 Pendaftaran Varietas Tanaman dilaksanakan di Kantor Perlindungan Varietas Tanaman Kementerian Pertanian, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

19 BAB VI PERANSERTA MASYARAKAT Pasal 49 Masyarakat berperan serta dalam pelestarian Daerah dan perlindungan HKI produk masyarakat. Pasal 50 (1) Peranserta masyarakat dalam pelestarian warisan budaya Daerah dan perlindungan HKI produk masyarakat Jawa Barat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 30 dilakukan dengan menjaga, memelihara, merawat dan melestarikan nilainilai kebudayaan Daerah serta memfasilitasi perolehan HKI atas produk masyarakat. (2) Peranserta masyarakat sebagaimana pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk : a. penggalian; b. pelestarian cagar budaya; c. penguatan kebudayaan asli; d. seleksi transformasi kebudayaan luar; e. penyediaan informasi dan data; f. pelestarian; g. peningkatan kegiatan dan kreativitas; h. bantuan proses pendaftaran HKI; dan i. bentuk partisipasi lainnya. Pasal 51 Peranserta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat atau difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. BAB VII PENGHARGAAN Pasal 52 (1) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota memberikan penghargaan kepada setiap orang, kelompok atau lembaga yang berjasa dalam upaya perlindungan, konservasi dan revitalisasi warisan budaya dan fasilitasi HKI produk masyarakat. (2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk penghargaan dan/atau bantuan sosial yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Daerah. Pasal 53 Syarat dan tata cara pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota, sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. warisan budaya

20 BAB VIII KOORDINASI Pasal 54 (1) Gubernur melaksanakan koordinasi keterpaduan perlindungan warisan budaya dan HKI produk masyarakat dengan Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten/Kota. (2) Koordinasi keterpaduan perlindungan warisan budaya dan HKI produk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis operasional, dilaksanakan oleh OPD terkait sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB IX SENGKETA WARISAN BUDAYA DAN HKI Pasal 55 Penyelesaian sengketa Warisan Budaya dan HKI dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB X LARANGAN Pasal 56 (1) Setiap orang dilarang: a. melakukan pembiaran, penghilangan dan/atau perusakan benda cagar budaya dan benda warisan budaya lainnya; b. menyediakan informasi dan data palsu terkait dengan perlindungan, konservasi dan revitaliasi kebudayaan Daerah; c. membantu pihak lain yang mengklaim warisan budaya dan produk masyarakat Jawa Barat secara tidak sah; d. mengalihkan kepemilikan cagar budaya peringkat nasional, peringkat Provinsi, atau peringkat Kabupaten/Kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan izin Menteri yang membidangi kebudayaan, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya; e. memindahkan cagar budaya peringkat nasional, peringkat Provinsi, atau peringkat Kabupaten/Kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan izin Menteri yang membidangi kebudayaan, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya; f. memisahkan cagar budaya peringkat nasional, peringkat Provinsi, atau peringkat Kabupaten/Kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan izin Menteri yang membidangi kebudayaan, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya;

g. mengubah fungsi ruang situs cagar budaya dan/atau kawasan cagar budaya peringkat nasional, peringkat Provinsi, atau peringkat Kabupaten/Kota, baik seluruh maupun bagianbagiannya, kecuali dengan izin Menteri yang membidangi kebudayaan, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya;

21 h. mendokumentasikan cagar budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya untuk kepentingan komersial tanpa seizin pemilik dan/atau yang menguasainya; dan i. memanfaatkan cagar budaya peringkat nasional, peringkat Provinsi, atau peringkat Kabupaten/Kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, dengan cara perbanyakan, kecuali dengan izin Menteri yang membidangi kebudayaan, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan tingkatannya. sengaja dan tanpa hak

(2) Setiap orang dilarang dengan menggunakan HKI milik pihak lain. BAB XI

PENYIDIKAN Pasal 57 (1) Selain oleh Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dapat melakukan penyidikan tindak pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) PPNS dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang : a. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; b. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; c. melakukan penyitaan benda atau surat; d. mengambil sidikjari dan memotret seseorang; e. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka dan/atau saksi; f. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; g. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; dan h. mengadakan tindakan hukum lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia. (4) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

22 BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 58 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1), diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam dengan pidana yang lebih tinggi dari ancaman pidana dalam Peraturan Daerah ini, dikenakan sanksi pidana yang lebih tinggi, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Daerah dan disetorkan ke Kas Daerah Provinsi Jawa Barat. BAB XIII PENEGAKAN HUKUM Pasal 59 Penegakan hukum dalam pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilaksanakan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XIV PEMBIAYAAN Pasal 60 Pembiayaan atas perlindungan warisan budaya dan fasilitasi HKI produk masyarakat, dibebankan pada : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat; dan b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat. BAB XV PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 61 (1) Gubernur melakukan pembinaan terhadap pengelola warisan budaya dan masyarakat penghasil produk. (2) Gubernur melakukan pengendalian terhadap pihak ketiga yang akan melakukan pemesanan dan/atau pembelian produk masyarakat Jawa Barat yang akan dibawa ke luar negeri. (3) Pembinaan dan pengendalian terhadap warisan budaya dan produk masyarakat dilakukan melalui forum koordinasi dan fasilitasi dengan OPD dan instansi terkait. (4) Tata cara pembinaan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

23 Pasal 62 (1) Gubernur melaksanakan pengawasan terhadap perlindungan warisan budaya dan produk masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan terhadap perlindungan warisan budaya dan produk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 63 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. Pasal 64 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan lebih lanjut oleh Peraturan Gubernur. Pasal 65 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan di Bandung pada tanggal GUBERNUR JAWA BARAT,

AHMAD HERYAWAN Diundangkan di Bandung pada tanggal SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT,

LEX LAKSAMANA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 NOMOR... SERI...