12
TUGAS ILMU UKUR TANAH I Dosen Pengajar : Ferry Sobatnu,ST Nama Kelompok : Afrian noor ( G03120017) Azmi Ridallah (G03120020) Halfin Nawari (G03120022) Octa Dinanda (G03120032) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN JURUSAN TEKNIK GEODESI 2012

Proyeksi Peta 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sistem Proyeksi Peta

Citation preview

Page 1: Proyeksi Peta 2

TUGAS ILMU UKUR TANAH IDosen Pengajar : Ferry Sobatnu,ST

Nama Kelompok :

Afrian noor ( G03120017)Azmi Ridallah (G03120020)

Halfin Nawari (G03120022)

Octa Dinanda (G03120032)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

JURUSAN TEKNIK GEODESI

2012

Page 2: Proyeksi Peta 2

PROYEKSI PETA

Proyeksi peta yang ideal ialah proyeksi yang tidak mengalami distorsi jarak, sudut, luas dan bentuk,

sehingga keadaan asli permukaan bumi tergambar sama persis dengan  peta. Jarak di peta sama

dengan jarak di lapangan atau equidistant. Sudut/arah di peta sama dengan arah/sudut di lapangan

atau sama bentuk (conform). Luas di peta sama dengan luas di lapangan atau sifatnya equalarea.

Namun keadaan ideal ini tidak akan dapat dipenuhi oleh suatu proyeksi peta manapun. Jadi distorsi

tidak dapat dihilangkan, hanya dapat dikurangi saja .

Proyeksi peta tidak lain adalah  teknik memindahkan bidang lengkung permukaan bumi ke bidang datar yang

berupa peta.

Tujuan pokok suatu proyeksi peta adalah menggambarkan bentuk bola bumi/globe ke bidang datar yang

disebut peta dengan distorsi sekecil mungkin. Seperti telah dijelaskan di bagian depan, untuk mencapai

ketiga syarat ideal suatu proyeksi adalah hal yang tidak mungkin, dan untuk mencapai suatu syarat saja

untuk menggambarkan seluruh muka bumi juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang mungkin dipenuhi

ialah salah satu syarat saja dan itupun hanya untuk sebagian dari permukaan bumi. Suatu kompromi atau

jalan tengah antara syarat-syarat di atas bisa diambil, guna memungkinkan membuat kerangka peta yang

meliputi wilayah yang lebih luas.

Dengan adanya kompromi, maka timbul bermacam-macam proyeksi yang masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangan sesuai dengan tujuan penggambaran peta.

PROYEKSIProyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Analoginya adalah sama dengan saat kita akan menghitung luas kulit jeruk. Untuk menghitungnya kita harus mengupasnya dan meletakkannya pada bidang datar. Karena awalnya kulit jeruk tersebut 3 Dimensi dengan dikupas dan di letakkan mendatar maka dipaksakan menjadi 2 Dimensi maka sebagai akibatnya terjadi perubahan dari bentuk awal yang dikarenakan adanya sobekan, mengembang atau berkerut.

Page 3: Proyeksi Peta 2

Gambar 2. Metoda Proyeksi Peta

Sistem UTM dengan system koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga 168° BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.

Gambar 3. Zona UTM Dunia

Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan titik nol pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Untuk menghindari koordinat negative, meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter. Untuk zone yang terletak dibagian selatan ekuator (LS), juga untuk menghindari koordinat negative ekuator diberi nilai awal ordinat (y) 10.000.000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak dibagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.

Untuk wilayah Indonesia terbagi atas sembilan zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai dengan 144° BT dengan batas pararel (lintang) 11° LS hingga 6° LU. Dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93° BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141° BT).

Gambar 4. Zona UTM Indonesia

Page 4: Proyeksi Peta 2

Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan sebagai berikut ;

1. Bentuk yang diubah itu harus tetap.2. Luas permukaan yang diubah harus tetap.3. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.

Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus suatu hal yang tidak mungkin. Untuk memenuhi satu syarat saja dari tiga syarat di atas untuk seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.

Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta.

Proyeksi berdasarkan bidang asal

* Bidang datar (zenithal)* Kerucut (conical)* Silinder/Tabung (cylindrical)* Gubahan (arbitrarry)

Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi gubahan).

Secara umum, proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara pemindahan data topografi dari permukaan Bumi ke atas permukaan peta. Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan : 1. Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal 2. Proyeksi Kerucut 3. Proyeksi Silinder Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan : 1. Proyeksi normal 2. Proyeksi miring 3. Proyeksi transversal Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan : 1. Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut 2. Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak 3. Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah pada bidang lengkung Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap. Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke

Page 5: Proyeksi Peta 2

permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta untuk memenuhi semua ketiga persyaratan perubahan dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin bangat, maka ada kompromi2 dalam menggunakan syarat tersebut, sehingga munculah berbagai macam jenis proyeksi. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry) Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator) WGS-84 (World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang sama – WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi. Proyeksi UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat2 ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain adalah (1) menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart yang mempunyai faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran = 0.9996, (4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS dan (5) proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi).

Page 6: Proyeksi Peta 2

Macam-macam Proyeksi Peta

Proyeksi bidang datar dan silinder

Proyeksi peta dapat dibedakan sebagai berikut:a. Menurut Bidang Proyeksinya

Proyeksi Azimuthal/zenithal/planar bila bidang proyeksinya berupa bidangdatar.

Proyeksi silinder bila bidang proyeksinya berupa silinder atau tabung.

Proyeksi kerucut bila bidang proyeksinya berupa kerucut atau cone.

b. Menurut Posisi Bidang Proyeksinya Terhadap Bola Bumi

Proyeksi tegak atau normal, jika garis karakteristik bidang proyeksi berimpitdengan sumbu bola bumi.

Proyeksi melintang atau transversal atau equatorial, bila garis karakteristik  bidang proyeksi berpotongan tegak lurus dengan umbu bola bumi.

Proyeksi oblique atau miring, bila garis karakteristik bidang proyeksinya membentuk sudut lancip dengan sumbu bola bumi.

c. Menurut Sifat Distorsinya

Page 7: Proyeksi Peta 2

Proyeksi ekuidistan, bila jarak di permukaan bumi sama dengan jarak di peta menurut skalanya.

Proyeksi konform, bila sudut/bentuk di permukaan bumi sama dengan bentuk di peta.

Proyeksi ekuivalen, bila luas di permukaan bumi sama dengan luas di peta setelah diskalakan.

d.  Menurut Posisi Pusat Proyeksi

Proyeksi Gnomonis, bila pusat bola bumi merupakan pusat sumber proyeksi.

Proyeksi Stereografis, bila pusat sumber proyeksi terletak pada titik di permukaan bumi.

Proyeksi Ortografis, bila pusat sumber proyeksi berasal atau terletak di tempat yang sangat jauh tidak terhingga sehingga garis-garis proyeksi dianggap sejajar.

Memilih Proyeksi Peta

Dalam memilih proyeksi peta harus diperhatikan  tujuan atau maksud pembuatan peta tersebut, serta unsur mana yang sangat dituntut bagi kepentingan pemakai peta. Sebagai contoh:

Untuk keperluan pelayaran/navigasi: harus dipilih proyeksi konform yang atau sama bentuk.

Untuk para ahli ekonomi, geografi, untuk menggambarkan data statistik dan menunjukkan penyebaran: pilih proyeksi ekuivalen/sama luas.

Untuk keperluan penerbangan yang mementingkan kondisi jarak yang benar, haris dipilih proyeksi ekuidistan/sama jarak.

Untuk mengetahui letak dan bentuk daerah: misalnya letak Indonesia membujur di dekat equator, sebaiknya dipilih proyeksi silinder. Letak Chili melintang searah dengan meridian dan terletak di  hemisfera selatan, dapat menggunakan proyeksi kerucut.

Indonesia sekarang ini penggambaran peta rupabumi menggunakan proyeksi  Universal Transvers Mercator (UTM).

Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia

Proyeksi Polyeder

Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap

bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing

berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut

sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik

Page 8: Proyeksi Peta 2

potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan

dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis

sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian standarnya (λ 0).

Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :

Paralel standar : dimulai dari I (ϕ 0 = 6°50′ LU) sampai LI (ϕ 0 =10°50′ LU)

Meridian standar : dimulai dari 1 (λ 0 =11°50′ BT) sampai 96 (λ 0 =19°50′ BT)

Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta

(λ Jakarta =106°48′ 27′′,79 BT)

SISTEM KOORDINAT

Page 9: Proyeksi Peta 2

Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni :

1.Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

2.Sistem Koordinat 2 Dimensi.

3.Sistem Koordinat 3 Dimensi.

Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur (menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang yang disebut dengan koordinat peta.

Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah.

Page 10: Proyeksi Peta 2

Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu system koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator).Tidak semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia.

Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu :

1. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis lintang (Latitude).

2. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude).

Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)

Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering menggunakan koordinat bujur-lintang.

Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM

Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM

Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :

Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 . Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama

untuk setiap zona di seluruh dunia. Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/

1000m. Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki

ukuran 6 bujur X 12 lintang).