Upload
rezawea
View
47
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua
pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari
berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki
kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi untuk bertahan pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Kemampuan ini
membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif yang dapat
dikembangkan melalui belajar matematika. Matematika sebagai ilmu dasar telah
berkembang cukup pesat baik materi maupun kegunaannya, oleh karena itulah
maka konsep-konsep dasar matematika harus dikuasai siswa sejak dini. Mata
pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman
penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-
hari manusia, tetapi masih banyak orang yang belum bisa merasakan manfaat
matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu manfaat matematika
dalam kehidupan sehari-hari yakni memberikan pengetahuan dan keterampilan
praktis seperti berhitung dan statistika.
1
Pada kenyataannya, oleh sebagian besar siswa, matematika masih
dirasakan sulit untuk dipelajari. Sampai sekarang pelajaran matematika di sekolah
masih merupakan pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa, terasa sukar dan
tidak menarik sehingga banyak siswa menjadi kurang termotivasi dalam
mempelajari matematika. Hal ini bisa dilihat dari hasil setiap tes ataupun ujian
nasional, dari satu kelas atau bahkan satu sekolah nilai matematika yang diperoleh
sebagian besar siswa adalah nilai di bawah tujuh. Hal itu telah lama terjadi, dari
tahun ke tahun tetap itu-itu juga nilai yang diperoleh siswa. Sepertinya sangat
sulit untuk dapat menaikkan nilai rata-rata di atas tujuh.
Melihat dan mencermati hasil analisa yang penulis lakukan selama ±15
tahun mengajar di SMP Negeri 2 Kupang, pada pokok bahasan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel, banyak siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal yang berbentuk soal cerita atau pemecahan masalah.
Keadaan tersebut menjadi perhatian bagi semua guru matematika di
SMPN 2 Kupang untuk berusaha mencari jalan keluarnya agar hasil belajar siwa
dapat ditingkatkan, terutama bagi guru matematika yang mengajar di kelas VIII.
Hal ini sangat penting untuk diperbaiki karena SMP N 2 Kupang adalah salah satu
sekolah yang menjadi barometer pendidikan di Kota Kupang.
Ada beberapa kemungkinan masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam
belajar matematika yakni kemungkinan bersumber dari porsi materi
matematikanya yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa,
selain itu kemungkinan juga bersumber dari strategi pembelajaran yang kurang
2
tepat dan kurang efektif. Namun menurut guru matematika di SMP Negeri 2
Kupang, dari kemungkinan-kemungkinan yang sering terjadi adalah pemilihan
strategi pembelajaran yang kurang tepat. Jika guru tidak tepat dalam memilih
strategi pembelajaran, maka siswa akan kesulitan dalam memahami materi yang
telah diajarkan oleh guru. Jadi sebelum guru melakukan proses pembelajaran,
guru harus pandai memilih dahulu strategi pembelajaran yang tepat dan efektif
terhadap materi yang akan diajarkan.
Karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka perlu suatu
pendekatan pembelajaran yang tepat dan variasi belajar yang menarik agar proses
pembelajaran tidak berlangsung monoton dan siswa memperoleh pengalaman
baru. Untuk itu peneliti menerapkan pendekatan problem solving yang diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Kupang.
Pendekatan problem solving adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi karena
problem solving merupakan pendekatan pembelajaran yang melatih kemampuan
siswa dalam bernalar untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Jika siswa
memiliki kemampuan bernalar yang bagus, maka siswa tidak akan merasa
kesulitan dalam mempelajari matematika. Dalam pendekatan problem solving,
guru harus memunculkan masalah-masalah terlebih dahulu. Kemudian siswa akan
memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru.
3
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah salah satu materi pokok
dalam mata pelajaran matematika. Dengan memilih materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel sebagai penelitian, diharapkan agar siswa memiliki ilmu
dasar matematika yang kuat sehingga siswa akan mampu untuk mempelajari
materi berikutnya.
Bertolak dari latar belakang masalah yang diungkapkan, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN PENDEKATAN
PROBLEM SOLVING PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN
LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 KUPANG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin di
bahas adalah bagaimana penerapan Problem Solving yang dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua
variabel?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan penerapan Problem Solving yang dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua
variabel.
4
D. Batasan Istilah
Batasan istilah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang sama
tentang istilah dalam penelitian ini dan menghindari adanya penafsiran yang
berbeda dari pembaca. Adapun istilah-istilah yang akan ditegaskan adalah:
a. Problem Solving
Problem solving adalah suatu keahlian untuk memecahkan problem (masalah)
dengan pemikiran yang analitis dalam mendapatkan solusi (penyelesaian).
b. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Materi sistem persamaan linear dua variabel adalah salah satu materi yang
terdapat pada silabus pembelajaran kelas VIII SMP.
E. Manfaat Penelitian
(1) Bagi Guru
Mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran
pemecahan masalah sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan
meningkatkan profesi guru.
(2) Bagi Siswa
a). Meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi.
b). Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
matematika.
c). Meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
5
(3) Bagi Sekolah
Diperoleh panduan inovatif pendekatan problem solving yang selanjutnya
diharapkan dipakai di kelas-kelas lainnya, baik di SMP Negeri 2 Kupang
maupun di SMP yang lain.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Bagi kita yang aktif dalam dunia pendidikan ataupun yang memiliki
high responsibility tinggi terhadap dunia pendidikan pasti akan selalu
mempertanyakan beberapa hal terkait langsung dengan dunia pendidikan, yaitu
apa itu belajar, mengajar dan pembelajaran? Apa sebenarnya belajar itu, sejak
kapan manusia belajar, dan bagaimana belajar terjadi? Secara sederhana
Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan
hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu
(pengetahuan) baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur,
yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah
dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini
bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi
merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan
pengetahuan baru (Trianto, 2010 : 15).
Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan
oleh Jerome Brunner (Trianto, 2010 : 15), bahwa belajar adalah suatu proses
aktif di mana siswa membangun (mengkonstruksi) pengetahuan baru
berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam
pandangan konstruktivisme ‘Belajar’ bukanlah semata-mata mentransfer
7
pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak
memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan
pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai
sumber belajarnya. (Trianto, 2010 : 16)
Menurut pendapat saya, belajar adalah suatu proses perubahan
perilaku secara aktif dalam semua situasi yang ada di sekitarnya dan proses
berbuat melalui suatu pengalaman serta proses melihat, mengamati dan
memahami sesuatu yang dipelajari / pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan
siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari menolong para siswa
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi
yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa
(Trianto, 2010 : 17).
Jadi, mengajar adalah upaya guru untuk mendorong siswa untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan serta sikap yang menyebabkan
seseorang (siswa) mau belajar.
8
Trianto juga mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks. Pembelajaran merupakan usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapakan.
Darsono (2004 : 14) mengemukakan bahwa ciri-ciri pembelajaran
sebagai berikut:
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi peserta didik
dalam belajar.
c. Pembelajaran dapat membuat peserta didik siap menerima pelajaran baik
secara fisik maupun psikologis.
d. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan
menantang bagi peserta didik.
e. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik.
f. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi peserta didik.
Jadi, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik (siswa)
dengan pendidik (guru) dan sumber belajar untuk mencapai tujuan.
9
B. Problem Solving
1. Pengertian Problem Solving
Secara etimologis, problem solving berasal dari dua kata yaitu:
“problem” yang berarti masalah dan “solving” yang berarti memecahkan.
Oleh karena itu problem solving berarti memecahkan masalah.
Istilah problem solving ada pada berbagai profesi dan disiplin ilmu
serta memiliki pengertian yang berbeda. Problem solving dalam
pembelajaran (program solving – based learning) memiliki arti yang
khusus, yaitu suatu keahlian untuk memecahkan problem yang terkait
dengan materi pembelajaran. Problem adalah suatu ketidakmampuan untuk
memecahkan suatu masalah atau mencari solusi, padahal sadar dan tahu
akan situasi itu dan berminat memecahkannya (Sogen, 2009 : 21).
Sementara Polya seorang ahli pendidikan yang terkenal
mendefinisikan problem solving sebagai suatu kegiatan untuk:
1) Mencari tahu saat kita tidak tahu tentang suatu hal
2) Mencari jalan keluar dari suatu kesulitan
3) Mencari jalan untuk menghindari dari suatu hambatan
4) Mencari tujuan yang kita inginkan, dimana pada awalnya tampaknya
tujuan tersebut mustahil untuk terwujud.
Sedangkan pendekatan pembelajaran problem solving adalah suatu
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan
10
keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat
melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal
tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses
berpikir (Pepkin, 2004 : 1).
Suatu soal yang dianggap sebagai ”masalah” adalah soal yang
memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian
sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan,
siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas
hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya
telah ada contoh soal. Pada masalah siswa tidak tahu bagaimana cara
menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang untuk
menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih
strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian
dari suatu masalah (Suyitno, 2003 : 34).
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa problem
solving adalah suatu keahlian untuk memecahkan problem (masalah)
dengan pemikiran yang analitis dalam mendapatkan solusi (penyelesaian).
11
2. Strategi problem solving
Strategi adalah bagian dari langkah yang saling terkait yang
dipakai oleh pemecah masalah (problem solving) mencari solusi. Salah
satu strategi untuk mengajar siswa adalah strategi yang disarankan oleh
ahli matematika, Gyorgy Polya. Menurut Polya (1971 : 2), langkah-
langkah dalam strategi Polya adalah:
1) Devine / Understanding the Problem (Memahami Masalah)
a. Apa sajakah yang berkaitan dengan permasalahan tersebut?
b. Mengidentifikasi daerah permasalahan
c. Mengumpulkan informasi
2) Plan / Merencanakan Penyelesaian
a. Diagram Solusi
b. Memikirkan rencana alternatif
c. Menterjemahkan
3) Carry out plan / Menjalankan Rencana
Memecahkan permasalahan
4) Look back / Melihat Kembali
a. Verifikasi pemecahan masalah yang telah didefinisikan
sebelumnya
b. Identifikasi penerapan
c. Menyimpulkan
12
Akan tetapi, Osborn (1963), mengatakan bahwa problem solving
mempunyai 3 prosedur/langkah, yaitu:
1) Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan
dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan.
2) Menemukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan
memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah.
3) Menemukan solusi, yaitu proses evaluatif sebagai puncak pemecahan
masalah.
Sedangkan menurut Von Oech (1990), ada dua langkah/fase dalam
pemecahan masalah yaitu fase imaginatif dan fase praktis. Dalam fase
imaginatif gagasan strategi pemecahan masalah diperoleh, dan dalam fase
praktis, gagasan tersebut dievaluasi dan dilaksanakan.
3. Teori-Teori Belajar Yang Berkaitan Dengan Problem Solving
Teori belajar atau teori perkembangan mental menurut Russeffendi dalam
Sogen (2009 : 26) adalah berisi uraian tentang apa yang terjadi dan apa yang
diharapkan terjadi terhadapa mental peserta didik. Sementara itu, pengertian
tentang belajar itu sendiri berbeda-beda menurut teori belajar yang dianut
seseorang. Menurut pandangan tradisional atau pendapat lama, bahwa
belajar adalah menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan.
Peserta didik diibaratkan sebagai botol kosong yang siap diisi hingga penuh
dengan berbagai pengetahuan. Selain itu, peserta didik diberikan bermacam-
macam materi pelajaran dalam rangka memperoleh pengetahuan baru atau
13
menambah pengetahuan yang telah dimilikinya. Pendapat yang lebih
modern menganggap bahwa belajar merupakan kegiatan mental seseorang
sehinngga terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat dilihat
ketika siswa memperlihatkan tingkah laku baru, yang berbeda dari tingkah
laku sebelumnya. Selain itu, perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat
ketika seseorang memberi respons yang baru pada situasi yang baru.
Menurut Hudoyo (1998) menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang
berlangsung dalam mental seseorang, sehingga terjadi perubahan tingkah
laku, di mana perubahan tingkah laku tersebut bergantung kepada
pengalaman seseorang.
Berikut disajikan beberapa teori-teori belajar pendukung problem
solving:
1) Teori Belajar Piaget dan Pandangan Konstruktivisme
Teori belajar atau perkembangan mental Piaget biasa juga
disebut teori perkembangan kognitif. Menurut teori Piaget, setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai
menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan
kognitif. (Trianto, 2009 : 29).
14
Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut.
Tahap 2.1
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-kemampuan UtamaSensorimotor
Praoperasional
Operasi Konkret
Operasi Formal
Lahir sampai 2 tahun
2 sampai 7 tahun
7 sampai 11 tahun
11 tahun sampai dewasa
Terbentuknya konsep ”kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi
Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan .
Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah
Dalam kaitannya dengan teori belajar konstruktivisme, Piaget yang
dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa pengetahuan
dibangun dalam pikiran anak. Selanjutnya, timbul pertanyaan
bagaimanakah cara untuk membangun pengetahuan tersebut? Lebih jauh
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
15
oleh seseorang, akan tetapi melalui tindakan. Pandangan dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir, yang dikembangkan dari teori
belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam
pikiran seseorang dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya. Dalam hal ini, belajar merupakan
proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan
terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan tersusun secara hierarkis.
Belajar merupakan proses membangun atau mengkonstruksi pemahaman
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki seseorang (Hudoyo, 1998).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri
pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan sehingga melahirkan
suatu perubahan tingkah laku (Hamzah, 2003). Berbeda dengan
konstruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang
dikembangkan oleh Vigotsky menekankan bahwa, belajar dilakukan
dengan interaksi terhadap lingkungan sosial maupun fisik seseorang.
2) Teori Belajar Vigotsky
Vigotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa membentuk
pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri
melalui bahasa. Vigotsky berkeyakinan bahwa perkembangan
tergantung baik pada faktor biologis yang menentukan fungsi-fungsi
elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus respon maupun faktor
16
sosial, sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih
tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran, logis dan pengambilan
keputusan. Teori Vigotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. Menurut Vigotsky bahwa proses pembelajaran akan
terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan
mereka.
3) Teori Belajar Jerome S. Bruner
Seperti kita ketahui bahwa Bruner terkenal dengan pendekatan
penemuannya, membagi perkembangan intelektual anak dalam tiga
kategori, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik (Sogen, 2009 : 30).
Penjelasan lain, mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses
yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru,
transformasi informasi dan menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Bruner mengemukakan 4 dalil yang penting dalam
pembelajaran matematika. Keempat dalil tersebut adalah: (a) dalil
penyusunan (construction theorem), (b) dalil notasi (notation theorem),
(c) dalil pengkontrasan dan keanekaragaman (contrast and variation
theorem), dan (d) dalil pengaitan (connectivity theorem). Namun
demikian, di antara dalil-dalil yang paling erat kaitannya dengan
pembelajaran matematika dengan pendekatan pengajuan masalah adalah
dalil penyusunan dan dalil pengaitan (Sogen, 2009 : 31).
17
4) Teori Belajar Robert M. Gagne
Pandangan Gagne tentang belajar dikelompokkan menjadi 8
tipe. Kedelapan tipe tersebut adalah belajar dengan: (a) isyarat (signal),
(b) stimulus respons, (c) rangkaian gerak (motor chaining), (d)
rangkaian verbal (verbal chaining), (e) memperbedakan (discrimination
learning), (f) pembentukan konsep (concept formation),
(g) pembentukan aturan (principle formation) dan (h) pemecahan
masalah (problem solving). Terdapat 2 di antara 8 tipe belajar yang
dikemukakan oleh Gagne yang erat kaitannya dengan pendekatan
pengajuan masalah matematika, yaitu: (a) rangkaian verbal (verbal
chaining) dan (b) pemecahan masalah (problem solving)
(Sogen, 2009 : 35).
a. Rangkaian verbal (verbal chaining)
Rangkaian verbal dalam pembelajaran matematika dapat
berarti mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan konsep,
simbol, definisi, aksioma, lemma atau teorema, dalil atau rumus.
Sedangkan pengertian rangkaian verbal itu sendiri menurut
Russefendi (Sogen, 2009 : 35) adalah perbuatan lisan terurut dari
dua rangkaian kegiatan atau lebih stimulus respons. Dengan
memperhatikan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa tipe
belajar rangkaian verbal dapat mengantarkan siswa dalam
18
mengaitkan antara skemata yang telah dimiliki siswa dengan unsur-
unsur dalam matematika yang dipelajarinya.
b. Pemecahan masalah (problem solving)
Pengajuan masalah merupakan langkah kelima setelah empat
langkah Polya dalam pemecahan masalah matematika. Berkaitan
dengan pandangan ini, Brown dan Walter menjelaskan bahwa
dengan melihat tahap-tahap kegiatan antara pengajuan dan
pemecahan masalah, maka pada dasarnya pembelajaran dengan
pengajuan masalah matematika merupakan pengembangan dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah matematika. Dukungan
lain mengenai keeratan hubungan antara kedua pendekatan yang di
maksud di atas adalah tuntutan kemampuan siswa untuk memahami
masalah, merencanakan dan menjalankan strategi penyelesaian
masalah. Ketiga langkah tersebut juga merupakan langkah-langkah
dalam pembelajaran dengan pendekatan pengajuan masalah. Selain
itu Cars menegaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa
memecahkan masalah matematika, maka salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan jalan membiasakan siswa mengajukan
masalah, soal, atau pertanyaan matematika sesuai dengan situasi
yang diberikan oleh guru. (Sogen, 2009 : 36)
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
siswa yang mempunyai kemampuan yang baik dalam pemecahan
19
masalah matematika, besar kemungkinan akan mampu mengajukan
masalah, soal atau pertanyaan matematika yang lebih berkualitas.
Sebaliknya, bagi mereka yang mempunyai kemampuan pemecahan
masalah matematika yang kurang, kemungkinannya akan lebih
banyak mengajukan masalah, soal, atau pertanyaan matematika yang
tidak dapat diselesaikan atau respons mereka hanya berupa
pernyataan.
C. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan linear dengan dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk
ax + by = c dengan a, b, c R dan a ≠ 0, b ≠ 0. Jika ada dua persamaan linear
dua variabel dalam satu kesatuan (sistem), maka dua persamaan itu disebut
sistem persamaan linear dua variabel. Nilai x dan y yang memenuhi kedua
persamaan tersebut merupakan penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel. Penyelesaian sistem linear dua variabel dapat diperoleh dengan
menggunakan metode grafik, metode substitusi, metode eliminasi, serta
gabungan metode substitusi dan eliminasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
20
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yang
merupakan salah satu penelitian yang dapat dilaksanakan guru sebagai alternatif
pilihan untuk menemukan cara dalam rangka meningkatkan mutu atau proses
pembelajaran di sekolah. Melalui penelitian tindakan kelas diharapkan guru dapat
mengatasi berbagai masalah yang secara nyata muncul dalam proses
pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan penelitian
sendiri terhadap proses pembelajaran di kelas atau juga secara kolaboratif bekerja
sama dengan guru dan peneliti lain.
Karateristik yang dipunyai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
ciri utama yang membedakan penelitiaan tindakan kelas dengan berbagai jenis
penelitiaan lainnya. karakteristik penelitian tindakan kelas itu adalah :
a. Ditinjau dari segi permasalahan, karakteristik penelitian tindakan kelas adalah
masalah yang diangkat berangkat dari persoalan praktik dan proses
pembelajaran sehari-hari di kelas yang benar-benar dirasakan langsung oleh
guru.
b. Penilitian tindakan kelas selalu berangkat dari kesadaran kritis guru terhadap
persoalan yang terjadi ketika praktik dan proses pembelajaran berlangsung,
dan guru menyadari pentingnya untuk mencari pemecahan masalah melalui
21
suatu tindakan atau aksi yang direncanakan atau dilakukan secermat mungkin
dengan cara-cara ilmiah dan sistematis.
c. Karakteristik yang unik dari penelitian tindakan kelas, yaitu adanya rencana
tindakan-tindakan (aksi) tertentu memperbaiki praktik dan proses
pembelajaran dikelas.
d. Karakteristik penelitian tindakan kelas yang berikutnya, yaitu adanya upaya
kolaborasi antara guru dengan teman sejawat (para guru atau peneliti) lainnya
dalam langkah membantu mengobservasi dan merumuskan persoalan
mendasar yang perlu diatasi.
Tujuan utama penelitian tindakan kelas dilakukan yaitu :
a. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesioanal guru kepada peserta didik
dalam konteks pembelajaran di kelas.
c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses
pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.
d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual
yang dihadapi sehari-hari.
e. Terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu
berlangsung.
22
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan
kelas yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran antara
lain :
a. Inovasi pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas.
c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.
B. Subjek dan Waktu Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Kupang kelas
VIII A tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kupang, Jln. Tom Pello No.
33 Kupang, pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan
beberapa siklus dimana membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data
hasil pengamatan/observasi, nilai tes matematika dan angket respon siswa.
2. Alat Pengumpul Data
a. Lembar Observasi
23
Data hasil observasi dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi
untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
b. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul data yaitu serangkaian pertanyaan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi atau
kemampuan yang dimiliki oleh individu/kelompok.
c. Angket
Angket digunakan untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran
matematika.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus-siklus yang setiap siklus berlangsung
selama satu minggu dengan dua kali pertemuan.
Adapun tahap-tahap dalam penelitian antara lain:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa
rencana pembelajaran, dan berdiskusi dengan mitra peneliti sehubungan
dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas guna menyatukan persepsi
mengenai pelaksanaan tindakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dibuat dalam tahap-tahap sebagai berikut:
24
a. Melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan.
b. Penjelasan singkat dan padat tentang materi pembelajaran.
c. Siswa diminta duduk berkelompok sesuai dengan informasi dari guru.
d. Peneliti membagikan lembaran kerja untuk dikerjakan siswa dalam
kelompoknya.
e. Selama kegiatan berlangsung peneliti tetap melakukan intervensi
kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
f. Hasil kerja kelompok diserahkan untuk dinilai dan menerima pujian
serta penghargaan sesuai dengan hasil kerja tersebut.
g. Mengadakan tes pada tiap siklus untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa.
h. Pekerjaan siswa dinilai dan selanjutnya diumumkan.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap
pelaksanaan tindakan untuk mengetahui sejauh mana tindakan yang sudah
dilakukan dengan tetap mengacu pada semua informasi yang dihimpun.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, hasil observasi pelaksanaan tindakan dan hasil tes tiap siklus
direfleksikan dan dianalisa sebagai bahan pertimbangan apakah tindakan
intervensi sudah berhasil atau belum. Jika hasil analisa sudah mencapai
kriteria ketuntasan maka siklus dihentikan. Tetapi jika belum berhasil siklus
25
dilanjutkan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus
terdahulu.
E. Cara Pengumpulan Data
1. Pengamatan
Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang baik yaitu dengan cara
mengamati, melihat dan mendengar secara langsung, kemudian mencatat dari
kejadian sebagaimana yang ada pada keadaan sebenarnya. Agar dapat
mengumpulkan data dengan menggunakan teknik ini, maka peneliti
menggunakan pedoman pengamatan sebagaimana terlampir. Pengamatan
terdiri atas pengamatan terhadap guru dan pengamatan terhadap siswa.
2. Tes
a. Soal tes diambil dari rencana pembelajaran yang telah disiapkan.
b. Tes dilakukan pada setiap akhir petemuan dalam setiap siklus.
c. Tes dilakukan secara bersama yang diawasi oleh peneliti dan mitra
peneliti dengan waktu yang telah ditetapkan.
d. Lembaran jawaban siswa dikumpulkan.
e. Menilai hasil pekerjaan siswa.
3. Angket
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa diminta memberikan
pernyataan dalam angket terhadap proses pembelajaran.
F. Analisa Data
26
1. Data hasil observasi
Data hasil observasi terdiri dari data hasil observasi kegiatan guru atau
peneliti dan data hasil kegiatan siswa.
Data kinerja atau kemampuan guru dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Data Pengamatan Kemampuan Guru
Dalam Mengelola Pembelajaran
No Aspek Yang Diamati Penilaian
1. Pendahuluana. Menjelaskan topik yang akan dikaji dan tujuan
pembelajaranb. Memotivasi siswac. Mengecek pengetahuan prasyarat siswad. Mengajukan masalahe. Membantu siswa memahami masalah
2. Kegiatan Intia. Membentuk kelompokb. Membagi Lembaran Kerja Siswac. Membimbing siswa baik secara individu maupun
kelompokd. Mengevaluasi dan menjelaskan kembali temuan siswae. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
3. Penutupa. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang
kinerjanya baikb. Membimbing siswa untuk membuat rangkuman
4. Pengelolaan Waktu
5. Suasana Kelasa. Siswa antusiasb. Guru antusias
Data kinerja atau kemampuan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan
dalam bentuk skor rata-rata tingkat kemampuan guru. Skor tersebut kemudian
dideskripsikan dengan mengacu pada tabel di bawah ini.
27
Tabel 3.2
Kategori Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
TKG KriteriaTKG ≥ 4,00 Sangat Baik
3,00 ≤ TKG < 4,00 Baik2,00 ≤ TKG < 3,00 Cukup 1,00 ≤ TKG < 2,00 Kurang Baik0,00 ≤ TKG < 1,00 Tidak Baik
Sumber : S. Igo Leton (2008 : 59)
Keterangan : TKG = Tingkat Kemampuan Guru
Data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam bentuk
persentase rata-rata aktivitas siswa. Data hasil pengamatan aktivitas siswa
terhadap proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3Data Pengamatan Aktivitas Siswa
No Aspek Yang Diamati Penilaian
1. Mendengarkan informasi yang disampaikan guru2. Memahami masalah3. Menelaah dan memperhatikan penjelasan guru
4. Berdiskusi, saling memberikan ide dalam kelompok
5. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok6. Menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Data pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
dinyatakan dalam bentuk skor rata-rata tingkat aktivitas siswa. Skor tersebut
kemudian dideskripsikan dengan mengacu pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.4
Kategori Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran
28
TKG KriteriaAKS ≥ 4,00 Sangat Baik
3,00 ≤ AKS < 4,00 Baik2,00 ≤ AKS < 3,00 Cukup 1,00 ≤ AKS < 2,00 Kurang Baik0,00 ≤ AKS < 1,00 Tidak Baik
Sumber : S. Igo Leton (2008 : 59)
Keterangan : AKS = Aktivitas Siswa
Langkah-langkah analisa data observasi adalah sebagai berikut:
a. Merekapitulasi data
Pada tahap ini juga peneliti membuat rangkuman hasil observasi peneliti
dari kedua observer dan hasil observasi kegiatan siswa dari kedua
observer. Nilai dari masing-masing observer untuk setiap aspek yang
dinilai dijumlahkan dan dibagi dua. Nilai rata-rata tersebut diisi pada tabel
hasil observasi dari kedua observer terhadap kegiatan peneliti dan kegiatan
siswa selama pelaksanaan tindakan yang telah disiapkan.
b. Mereduksi data
Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan menajamkan,
mengkategorikan dan mengklasifikasikan data sedemikian sehingga
kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi.
c. Menyajikan data
29
Analisis selanjutnya menyajikan data sedemikian sehingga tersusun yang
dapat memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
d. Menarik kesimpulan
Setelah data tersebut disajikan, selanjutnya dilakukan penarikan
kesimpulan tentang penerapan problem solving.
2. Data hasil tes
a. Data hasil tes tiap siklus dianalisa untuk mengetahui tingkat pemahaman
setiap siswa.
b. Langkah selanjutnya adalah menyajikan data tersebut sedemikian
sehingga dapat memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
c. Menarik kesimpulan
Berdasarkan penyajian data tersebut, selanjutnya dilakukan penarikan
kesimpulan tentang penerapan problem solving sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Data Angket
Siswa diminta memberikan pernyataan dalam angket terhadap proses
pembelajaran setelah kegiatan pembelajaran untuk keseluruhan siklus selesai
dilaksanakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket yang
berisi respon siswa terhadap penerapan problem solving.
G. Indikator Keberhasilan
30
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini diperlihatkan oleh data
observasi dan data hasil tes. Berdasarkan Standar Ketuntasan Minimal (SKM)
mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Kupang pada pokok bahasan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), maka siswa dikatakan tuntas belajar
jika mendapat nilai ≥ 70. (Musyawarah Guru Mata Pelajaran Matematika SMP
Negeri 2 Kupang Tahun Pelajaran 2010/2011).
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV.IKIPSemarang Press.
31
Hamzah. (2003). Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. http://matematika.upi.edu .
Hudoyo, H. (1998). Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Belajar Konstruktivistik. Tidak diterbitkan diambil dari http: //pkab.files.wordpress. com/2008/04/setyadewi.pdf
Kurniati, Ana. (2007). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif TipeTeam Assisted Individualization (TAI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Ngadirejo Temanggung. Semarang: UNNES.
Kusumah, Wijaya. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.
Pepkin, K.L. (2004). Creative Problem Solving In Math. Tersedia di http://www.uh.edu/hti/cu/2004/v02/04.htm.
Samuel I. Leton. (2008). Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Trapesium dan Layang-Layang Menggunakan Pendekatan Open-Ended Pada Siswa Sekolah Dasar. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sogen, Simeon. (2009). Kemampuan Problem Posing dan Problem Solving mahasiswa. Kupang: Universitas Widya Mandira.
Sukino. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
Umi, Salamah. (2009). Berlogika dengan Matematika 2. Solo: Tiga Serangkai. Von Oech, Roger. (1990). A Whack on The Side of the Head. New York: Wagner.
Diambil dari http://www.brainstorming.co.uk/tutorials/tutorialcontents.html.
PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING PADA
POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIABEL DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 KUPANG
32
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
PROPOSAL PENELITIAN
YASINTA PAWE131 06 038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2010
LEMBARAN PENGESAHAN
Proposal ini telah disetujui dan diseminarkan pada:
Hari Jumat Tanggal 29 Oktober 2010
33
OLEH
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
(Drs. Kristo Djawa Djong, M.Pd.) (Samuel Igo Leton, S.Pd., M.Pd.)
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
(Samuel Igo Leton, S.Pd., M.Pd.)
DAFTAR ISI
Halaman
34
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBARAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................4
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................4
D. Batasan Istilah ..........................................................................5
E. Manfaat Penelitian ..........................................................................5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA......................................................................... 7
A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ....................................................... 7
B. Problem Solving.................................................................................... 10
C. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel............................................... 20
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 21
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 21
B. Subjek Penelitian ................................................................................. 23
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 23
D. Rancangan Penelitian ........................................................................... 24
E. Cara Pengumpulan Data ...................................................................... 26
F. Analisa Data ......................................................................................... 27
G. Indikator Keberhasilan ......................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
35