Profesionalitas Seorang Guru

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    ANTARA TUNTUTAN PROFESIONALITAS GURU/ TENAGA PENDIDIK DAN PERWUJUDAN KESEJAHTERAAN

    Oleh : Agus Sumarsono

    Tulisan ini merupakan pemikiran sederhana tentang (Guru Bukan Hanya PAHLAWAN TANPA TANDA JASA Namun PAHLAWAN PENCERDASAN KEHIDUPAN BANGSA), kita pahami bahwa kondisi yang dihadapi oleh para guru/ tenaga pendidik masih sangat memprihatinkan. Penggambaran kondisi tersebut kita juga teringat bagaimana Iwan Fals mengilustrasikannya dalam sebuah kisah seorang guru yang bernama Oemar Bakri dengan segala keterbatasannya masih tetap mampu bekerja keras dengan ketekunannya mengabdikan diri pada generasi bangsa yang membutuhkan ilmu pengetahuan. Biarpun pun toh generasi (baca; anak didik) yang mendapatkan pendidikan yang dilakukannya, tidak seluruhnya membalas dengan perlakuan baik, sebab adakalanya ia mendapatkan cacian, bahkan mungkin juga perlakuan kasar yang dilakukan oleh anak didiknya. Namun begitu ia masih tetap tegar dan tabah penuh kesabaran sebagai seorang yang mempunyai tugas berat mengemban amanat mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana telah diamatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Hal ini berarti membuktikan dalam diri seorang Oemar Bakri sebagai personifikasi seorang guru masih tertanam semangat perjuangan mengisi kemerdekaan setelah sekian lama dibelenggu penjajah. Tugas yang harus diemban oleh seluruh warga bangsa yaitu pendidikan agar tidak terperosok dalam keterpurukan dan diremehkan oleh bangsa-bangsa lain.

    Kondisi tersebut memang membuat guru/ tenaga pendidik mau tidak mau memikul tuntutan untuk bekerja keras dalam upaya menciptakan generasi penerus bangsa agar lebih baik. Sungguh menjadi sesuatu yang sulit manakala di satu sisi guru dihadapkan pada pewujudan idealitas pendidikan yang lebih bermutu dalam arti menghasilkan out put pendidikan yang lebih baik dari waktu ke waktu, dan di sisi yang lain dihadapkan pada problem kebutuhan hidup sehari-hari. Kita, bangsa Indonesia masih menghadapi problem yang tidak sederhana dalam dunia pendidikan kita.

    Tuntutan Guru Dalam Dunia Pendidikan Meningkatkan mutu pendidikan adalah sebuah keharusan, biarpun membutuhkan

    adanya upaya perbaikan di semua sektor yang mendukung dunia pendidikan itu sendiri. Prasyaratnya adalah adanya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, di antaranya gedung sekolah yang representatif, fasilitas perpustakaan, sistem pendidikan, anggaran yang cukup, dan guru sebagai tenaga pendidik.

    Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan memang guru/ tenaga pendidik mendapatkan sorotan yang cukup tajam, sebab dengan segenap fasilitas pendidikan yang seadanya, dituntut untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengejar, biarpun harus di tempat yang terpelosok sekalipun. Banyak pakar pendidikan yang memberikan pemikirannya di seputar guru/ tenaga pendidik untuk menjalankan tugasnya secara profesional. Beberapa saran dan tuntutan profesionalitas guru/ tenaga pendidik di antaranya adalah sebagai berikut ;

    1. Kualifikasi akademis. Guru/ tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi berupa ijazah S-1 atau D-4 yang diterapkan secara pukul rata termasuk guru senior yang sudah mempunyai pengalaman

  • 2

    bertahun-tahun tentu akan menjadi beban tersendiri. Dalam hal ini pada prakteknya kemudian dipaksakan hanya sekedar mencari formalisasi ijazah agar memenuhi prasyarat menjadi guru/ tenaga pendidik dengan tanpa memperhitungkan ilmu pengetahuan yang harus dipertanggungjawabkan dalam dunia keilmuan.

    Tentunya harus menjadi renungan bersama bagi kita, bahwa kenapa kita masih saja terjebak pada persoalan-persoalan formalis yang justru membelenggu kita ? mestinya juga harus dipertimbangkan kapasitas keilmuan yang dimilikinya.

    2. Kreatif innovatif. Sebagai seorang guru/ tenaga pendidik dituntut untuk mempunyai daya kreatifitas yang memadai. Kreatifitas ini menjadi tuntutan untuk menunjang keberlangsungan proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan baik di tengah keterbatasan fasilitas pendidikan yang oleh pemerintah belum sepenuhnya mampu untuk memenuhinya.

    Penting bagi seorang guru/ tenaga pendidik untuk menciptakan sebuah innovasi agar anak didik dapat menyerap proses pendidikan secara baik sehingga nantinya dapat dihasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas.

    3. Pengabdian yang tulus. Bagi seorang guru/ tenaga pendidik mempunyai kewajiban untuk mendarmabaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan dunia pendidikan dengan tanpa pamrih. Jargon pahlawan tanpa tanda jasa merupakan paling ampuh yang sampai sekarang diterapkan kepada para guru/ tenaga pendidik. Sehingga muncul sebuah semangat membara dalam diri guru/ tenaga pendidik untuk selalu bekerja keras walaupun berada di sebuah kawasan yang terpelosok sekalipun. Tidak boleh mengeluh dengan kondisi yang ditemukan di lapangan yang menghambat jalannya proses belajar mengajar.

    Selama ini para guru/ tenaga pendidik menjalankan tugas lebih didasarkan pada panggilan hati nurani. Penghormatan dan penghargaan disematkan sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa" menjadi apresiasi yang kerap merugikan. Dalam artian, keberhasilan memajukan kualitas pendidikan merupakan suatu tugas mulia dan pahlawan tidak perlu diberikan kapabilitas berkat jasa-jasanya. Tugas sebagai profesi guru/ tenaga pendidik kerap dimarginalisasikan. Padahal, peran yang dijalankannya adalah membangun peradaban manusia agar lebih manusiawi, dengan aspek kognitif, keterampilan, sikap, dan perilaku.

    Mungkin masih banyak tuntutan-tuntutan yang lain yang tidak disebutkan dalam tulisan ini, pada intinya adalah bagaimana seorang guru/ tenaga pendidik mampu menjalankan tugasnya penuh dengan tanggung jawab apapun yang terjadi. Sebab di samping tuntutan di atas dalam "Journal Education Leadership" (Maret 1994), ada lima ukuran seorang guru/ tenaga pendidik dinyatakan profesional: Pertama, memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Kedua, secara mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan. Ketiga, bertanggung jawab memantau kemampuan belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi. Keempat, mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugas, dan kelima; seyogyanya menjadi bagian dari masyarakat belajar di lingkungan profesinya.

    Realitas Problem Menjadi sangat berat tugas yang diberikan kepada guru/ tenaga pendidik dengan

    segala tuntutan seperti di atas. Sementara para guru/ tenaga pendidik masih juga dihadapkan pada masalah rendahnya kesejahteraan yang seringkali dijadikan sebagai faktor penyebab

  • 3

    rendahnya motivasi guru/ tenaga pendidik untuk melaksanakan tugas belajar mengajar dengan berbagai disiplin ilmu yang dimilikinya. Masalah mempengaruhi proses pembelajaran di kelas sehingga cenderung berlangsung tidak efektif dan efisien. Tidak mengherankan sehingga akhirnya pencapaian belajar siswa termasuk dalam Ujian Nasional menjadi di bawah target yang ditetapkan, yang berdampak kepada menurunnya mutu pendidikan kita.

    Gambaran di atas menunjukkan betapa tingginya tuntutan profesionalisme guru/ tenaga pendidik. Bisa dipastikan dengan masih rendahnya tingkat kesejahteraan akan menjadi sangat sulit untuk mengikuti tuntutan-tuntutan tersebut. Sebab kebutuhan utama manusia adalah survival biologis, maka seorang guru/ tenaga pendidik akan lebih mementingkan kelangsungan hidupnya dari pada memikirkan profesionalismenya. Tentu hal ini menjadi kontradiksi antara idealitas peningkatan mutu pendidikan yang dicita-citakan dengan realitas yang dihadapi oleh para guru/ tenaga pendidik. Bagaimana mungkin kita kemudian mengatakan bahwa guru/ tenaga pendidik bisa profesional kalau kondisinya masih cukup memprihatinkan seperti ini. Sungguh sangat ironis kalau kita terlanjur mengatakan bahwa seorang guru/ tenaga pendidik adalah jabatan profesional, akan tetapi perlakuan yang didapatnya jauh dari itu. Tentu kalau guru/ tenaga pendidik adalah jabatan profesional harus mendapatkan perlakuan yang profesional pula.

    Menurut P. Ruspendi (seorang guru di SMA Pasundan Majalaya) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi guru/ tenaga pendidik kurang profesional dalam menjalankan tugas, di antaranya adalah ; 1. Internal biologis. Hal ini menyangkut masalah kebutuhan fisik guru untuk tetap sehat

    dengan pola konsumsi yang sehat sesuai dengan anjuran para ahli gizi. Bagaimana seorang guru/ tenaga pendidik akan mempunyai fisik yang sehat manakala hanya sesekali makan telur atau lauk ?

    2. Internal psikologis. Adalah menyangkut masalah tanggung jawab terhadap anak didik di lembaga pendidikan, juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga (anak, suami/ istri). Tentunya dengan penghasilan yang minim akan mengalami ketidakpastian kesejahteraan hidup diri dan keluarganya, sehingga menyebabkan dorongan-dorongan lain di luar profesinya sebagai seorang guru/ tenaga pendidik, semisal harus mencari obyekan lain seperti; ngojek, buka warungan, menjadi tukang jahit, bengkel, les privat dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan untuk menambah pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Inilah nasib guru/ tenaga pendidik persis seperti lagunya Iwan Fals Oemar Bakri.

    Keseimbangan Antara Tuntutan dan Penghargaan Solusinya adalah adanya keseimbangan antara tuntutan yang dibebankan pada guru/

    tenaga pendidik dengan penghargaan yang harus juga diterima guna menunjang kesejahteraan. Hal ini memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin untuk direalisasikan manakala para pengambil kebijakan (dalam hal ini pemerintah/ eksekutif dan legislatif) terus mengupayakan secara serius. Sebab profesionalitas guru/ tenaga pendidik tidak saja dilihat dari kemampuannya dalam mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik kepada peserta didik. Profesionalitas guru/ tenaga pendidik juga harus dilihat oleh pemerintah dengan cara memberikan gaji yang pantas serta layak. Bila kebutuhan dan kesejahteraan telah diberikan oleh pemerintah, maka kemungkinan besar (bukan berarti jaminan 100%) tidak akan ada lagi guru/ tenaga pendidik yang membolos karena harus banting tulang nyari obyekan lain demi menambah penghasilan.

  • 4

    Pekerjaan pemerintah adalah bagaimana menyelesaikan problem tersebut dengan mengimplementasikan Undang-undang No.14/ 2005 terutama pada pasal 14 dan 15 (bisa dilihat dalam edisi minggu lalu) yang memuat tentang jaminan kesejahteraan guru/ tenaga pendidik. Tentunya aturan ini disusun bukan hanya menjadi janji-janji belaka untuk meredam gejolak yang terjadi pada di lingkungan guru/ tenaga pendidik yang telah sekian lama menuntut perbaikan pendapatan, namun mestinya dapat diimplementasikan secara riil. Masyarakat kita sudah sangat jenuh dengan janji-janji semu yang terus berkumandang secara nyaring, terutama sekali mendekati pelaksanaan pemilu atau pilpres, bahkan pilkada namun setelah itu diabaikan begitu saja tanpa bekas. Sekali lagi guru/ tenaga pendidik telah menjadi korban untuk kesekian kalinya.

    Tentunya mewujudkan itu semua tidak bisa hanya ditimpakan kepada para guru/ tenaga pendidik melakukan sendirian, namun membutuhkan seluruh elemen kebangsaan untuk turut serta membantu agar dapat dilakukan percepatan kalau menginginkan mutu pendidikan kita dapat ditingkatkan menjadi lebih baik. P e n u t u p

    Tulisan sederhana ini menjadi sedikit masukan untuk membangunkan inspirasi kita, bahwa ternyata dalam dunia pendidikan kita masih menyimpan begitu banyak problem yang membutuhkan penanganan. Kalau mutu pendidikan kita masih pada taraf yang rendah, jangan mudah kita kemudian hanya menyalahkan pada guru/ tenaga pendidik yang tidak mampu menjalankan tugas berat yang diembannya, namun banyak pihak yang mesti bertanggung jawab pada peningkatan mutu pendidikan. Kita harus secara terus menerus mencari format terbaik dengan tidak saling menyalahkan antara satu dengan yang lain, sebab dunia pendidikan adalah kebutuhan kita bersama sebagai bangsa, akan tetapi mari kita membangun secara konstruktif. Selamat berjuang guru................, jangan putus asa untuk melayani anak-anak negeri yang selalu membutuhkan uluran tanganmu agar tercipta generasi-generasi cerdas yang berguna untuk memajukan bangsa dan negara. Hidup guru.........!!! doaku menyertaimu semoga engkau bersama keluarga hidup dalam kesejahteraan seperti yang engkau harapkan.