60
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN/EMBRIO BAB I. PENDAHULUAN Setelah peristiwa fertilisasi normal terjadi di ampula yang menghasilkan zigot maka proses selanjutnya adalah perubahan zigot tersebut menjadi morula dan pada bentuk blastokist peristiwa selanjutnya yang tidak kalah penting adalah implantasi dari jaringan tersebut. Proses ini akan terus berlanjut karena harapan akhir dari suatu peristiwa awal fertilisasi adalah hidup dan berkembangnya janin dalam rahim hingga dilahirkannya janin tersebut ke dunia. Selama minggu ke-3 setelah fertilisasi, mulai muncul garis-garis primitif dan pada ujung kepalanya terdapat nodus primitif. Di daerah nodus dan garis ini sel-sel epiblas bergerak masuk (invaginasi) dan membentuk lapisan baru yaitu endoderm dan mesoderm. Hingga akhir perkembangan minggu ke-3 ektoderm telah melengkapi lapisan mudigah selain endoderm dan mesoderm. Proses selanjutnya, hasil fertilisasi tersebut akan melalui masa embrio dan kemudian masa janin yang nantinya akan terus berkembang sampai kelahiran. Masa embrionik atau masa organogenesis ini dimulai pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8/ke-9. Pada masa inilah lapisan- lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm akan mulai mengadakan perubahan

Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin:Embrio

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN/EMBRIO

Citation preview

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN/EMBRIO

 

BAB I. PENDAHULUAN

Setelah peristiwa fertilisasi normal terjadi di ampula yang menghasilkan zigot maka

proses selanjutnya adalah perubahan zigot tersebut menjadi morula dan pada bentuk blastokist

peristiwa selanjutnya yang tidak kalah penting adalah implantasi dari jaringan tersebut. Proses ini

akan terus berlanjut karena harapan akhir dari suatu peristiwa awal fertilisasi adalah hidup dan

berkembangnya janin dalam rahim hingga dilahirkannya janin tersebut ke dunia.

Selama minggu ke-3 setelah fertilisasi, mulai muncul garis-garis primitif dan pada ujung

kepalanya terdapat nodus primitif. Di daerah nodus dan garis ini sel-sel epiblas bergerak masuk

(invaginasi) dan membentuk lapisan baru yaitu endoderm dan mesoderm. Hingga akhir

perkembangan minggu ke-3 ektoderm telah melengkapi lapisan mudigah selain endoderm dan

mesoderm.

Proses selanjutnya, hasil fertilisasi tersebut akan melalui masa embrio dan kemudian

masa janin yang nantinya akan terus berkembang sampai kelahiran. Masa embrionik atau masa

organogenesis ini dimulai pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8/ke-9. Pada masa inilah lapisan-

lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm akan mulai mengadakan perubahan untuk menjadi

organ-organ tubuh manusia. Peristiwa ini sangat penting karena populasi sel induk yang

membangun setiap organ primordial dan interaksi-interaksi ini sangat peka terhadap gangguan

pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan.

Perubahan pada masa janin akan lebih terlihat lagi, karena pada masa ini hasil fertilisasi

yang pada masa embrio belum terlihat jelas sebagai individu manusia secara bertahap tumbuh

dan berkembang menjadi bentuk manusia. Masa ini selain bentuk fisik yang berubah, aktivitas

janin juga sudah ditemukan melalui gerakan-gerakan janin yang dapat dirasakan ibu.

Mempersiapkan janin untuk dapat hidup dan bertahan selama awal-awal masa segera setelah

proses bersalin tentu membutuhkan kesiapan yang matang dari janin. Sehingga menjadi

tanggung jawab semua pihak baik ibu, ayah dan tenaga kesehatan untuk terus mengawasi

perkembangan janin. Memastikan seluruh masa baik embrio dan janin berlangsung dengan

aman dan lancar menjadi salah satu alternatif yang sangat penting.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II. TINJAUAN TEORI

 

A.    PERTUMBUHAN NORMAL JANIN

1.    Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran

atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran

panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik (Soetjiningsih, 1988).

Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses

pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan sel-sel tubuh,

jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa,

sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi, intelektual

dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 1988).

2.    Janin

Microsoft Encarta (2006) menyebutkan bahwa janin merupakan suatu hewan bertulang

belakang yang belum lahir pada suatu fase dimana semua ciri struktural orang dewasa

sudah dapat dikenal, terutama keturunan manusia yang belum lahir setelah delapan

minggu pertumbuhan.

Masa embrio dimulai sejak 4 minggu sampai dengan 8 minggu setelah fertilisasi. Pada

masa ini seluruh struktur embrio baik dalam maupun bagian luar mengalami

perkembangan. Hasil akhir dari perkembangan masa ini adalah embrio yang telah

memiliki ciri-ciri atau karakteristik seperti manusia1. Pada masa embrio atau juga dikenal

dengan masa organogenesis2, masing–masing lapisan dari ketiga lapisan mudigah

membentuk banyak jaringan dan organ yang spesifik. Menjelang akhir masa embrio ini,

sistem – sistem organ utama telah terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk

mudigah banyak berubah dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat

dikenali menjelang bulan kedua.

Sedangkan masa janin berlangsung sejak 9 minggu sampai dengan dilahirkan. Ciri-ciri

utama masa ini adalah pertumbuhan dan perubahan jaringan serta organ. Struktur baru

mulai terlihat seperti rambut dan kuku dari janin. Pada masa ini pergerakan janin terjadi

dan ditemukan bukti-bukti bahwa reflek-reflek guna mempertahankan hidup (reflek

menghisap dan menelan) janin telah ada1.

 

3.    Fertilisasi

Jika sanggama/coitus terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut "masa subur" wanita),

maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu

dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.

Pertemuan/penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai

pembuahan atau fertilisasi.

Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga

terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan

menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum.

Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru.

   

  

 

 

 

Gambar 1 : Konsepsi

Dalam keadaan normal, pembuahan terjadi di daerah tuba Falopii umumnya di

daerah ampula/infundibulum.

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba.

Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi miometrium dan

dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Kemudian spermatozoa mengalami

peristiwa :

1)   Reaksi kapasitasi : selama beberapa jam, protein plasma dan glikoprotein yang

berada dalam cairan mani diluruhkan.

2)   Reaksi akrosom : setelah dekat dengan oosit, sel sperma yang telah menjalani

kapasitasi akan terpengaruh oleh zat-zat dari corona radiata ovum, sehingga isi

akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan

corona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan

corona radiata, trypsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan dan

membantu sperma melewati zona pellucida untuk mencapai ovum.

Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pellucida, terjadi perlekatan yang kuat

dan penembusan yang sangat cepat.

Sekali telah terjadi penembusan zona oleh satu sperma, terjadi reaksi khusus di zona

pellucida (zone-reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh

sperma lainnya. Dengan demikian sangat jarang sekali terjadi penembusan zona

oleh lebih dari satu sperma.

Setelah sel sperma mencapai oosit, terjadi :

1)   Reaksi zona/reaksi kortikal pada selaput zona pellucida.

2)   Oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oosit definitif

yang kemudian menjadi pronukleus wanita.

3)   Inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria

4)   Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.

5)   Pronukleus pria dan wanita, masing-masing haploid, bersatu dan membentuk

zigot yang memiliki jumlah DNA genap/diploid.

Hasil utama pembuahan

1)   Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid

dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal individu baru dengan jumlah

kromosom diploid.

2)   Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom x atau y

yang dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut.

3)   Permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan dan perkembangan

embrio (embriogenesis)

4.    Awal terjadinya Embrio

a.    Pembelahan

Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi, kemudian tingkat 4 sel,

diteruskan tingkat 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk blastomer yang terdiri

dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula.

  

 

 

 

Gambar

2 :

Morulla

Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut

blastomer. Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya sebagian

kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah

pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel,

disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu meridian,

vertical, ekuator dan latitudinal.

b.    Blastulasi dan Nidasi

Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk

rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang

memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan

blastula disebut blastulasi. Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduct

dan berlangsung selama 5 hari.

  

 

 

Gambar 3 :

Blastula

Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-

mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah

 

 

fertilisasi embrio akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat

berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embrio pada

endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada

12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)

c.     Gastrulasi

Menurut Tenzer (2000 : 212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap

gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan

tahap atau stadium paling kritis bagi embrio. Pada gastrulasi terjadi perkembangan

embrio yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan

pengorganisasian embrio dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula

terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interaksi yang

bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tubuh. Gastrulasi ini

menghasilkan 3 lapisan yaitu lapisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm

disebelah tengah dan ektoderm di sebelah luar.

1)    Lapisan Mudigah Ektoderm

Pada permulaan perkembangan minggu ketiga, lapisan mudigah ektoderm berbentuk

cakram datar, yang lebih luas didaerah kepala daripada daerah kaudal. Dengan

terbentuknya notokord dan karena pengaruh induktifnya, ektoderm yang terletak di atas

notokord menebal membentuk lempeng saraf. Sel-sel lempeng saraf membentuk

neuroektoderm dan induksi pembentukan neuroektoderm ini merupakan peristiwa awal

dalam proses neurolasi2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gb.4A. Mudigah presomit 18 hari dilihat dari dorsal.

Mudigah berbentuk buah pir dengan daerah kepala sedikit

lebih luas daripada ujung kaudalnya. Gb.4B. Mudigah

manusia kira-kira 20 hari dilihat dari dorsal. Perhatikan

untuk somit dan pembentukan alur saraf dan lipatan saraf.

 

 

 

Proses induksi bersifat kompleks, yang memerlukan perangsangan suatu

jaringan atau sekelompok sel yang responsive oleh suatu jaringan penginduksi,

dalam hal ini epiblas oleh notokord. Ini merupakan proses yang berulang-ulang

sepanjang masa organogenesis, seperti misalnya induksi jaringan metanefros

oleh bakal ureter untuk membentuk ginjal. Sinyal-sinyal untuk proses-proses ini

dan gen-gen yang mengatur peristiwa-peristiwa ini sekarang sedang diselidiki.

Lempeng saraf yang memanjang dan berbentuk mirip “sandal” berangsur-angsur

meluas menuju ke garis primitive (Gb.4B). pada akhir minggu ketiga, tepi-tepi

lateral lempeng saraf menjadi lebih terangkat naik membentuk lipatan-lipatan

saraf, sementara di daerah tengah yang cekung terbentuk alur, yaitu alur saraf.

Perlahan-lahan kedua lipatan saraf saling mendekat digaris tengah, tempat

mereka menyatu (Gb.4C). penyatuan ini mulai didaerah bakal leher (somit ke-4)

dan berjalan menuju ke arah kepala dan kaudal. Akibatnya terbentuklah tuba

neuralis. Sampai penyatuan ini selesai, ujung kaudal dan kepala tuba neuralis

masih berhubungan dengan rongga amnion masing-masing melalui neuroporus

cranial dan kaudal (Gb. 4C dan 4D).

 

Gb. 4C. Mudigah manusia kira-kira hari ke-22 dilihat dari

dorsal. Tujuh buah somit jelas terlihat pada kedua sisi

tuba neuralis. 4D. Mudigah manusia kira-kira hari ke-23

dilihat dari dorsal. Perhatikan tonjilan pericardium pada

ke-2 sisi garis tengah bagian kepala mudigah.

Penutupan neuroporus cranial terjadi kira-kira pada hari ke-25 (tingkat 18-20

somit), sedangkan neuroporus posterior menutup pada hari ke-27 (tingkat 25

somit). Neurilasi kemudian selesai dan sistem saraf pusat diwakili oleh sebuah

struktur tabung tertutup yang bagian kaudalnya sempit, sumsum tulang belakang

dan bagian kepala jauh lebih lebar yang ditandai oleh banyak dilatasi, yaitu

vesikel-vesikel otak.

Pada saat lipatan-lipatan saraf tersebut naik dan menyatu, sel-sel pada tepi

lateral atau Krista pada neuroektoderm mulai mendesak jaringan-jaringan

sebelahnya. Populasi sel ini dikenal sebagai Krista neuralis dan sel-sel ini akan

mengalami transisi dari epitel menjadi sel mesenkim ketika meninggalkan

neuroektoderm dengan migrasi aktif dan bergeser memasuki mesoderm yang

ada di bawahnya (Mesoderm merujuk pada sel yang berasal dari epiblas dan

jaringan ekstraembrional. Mesenkim adalah jaringan penyambung embrional

yang tersusun longgar. Sel-sel Krista kemudian menghasilkan sederetan aneka

macam jaringan, termasuk ganglia spinalis (sensorik) dan ganglia otonomi,

bagian dari ganglia saraf cranial V, VI, VII, IX dan X; sel Schwann dan selaput

otak (pia dan arakhnoid); melanosit; medulla kelenjar suprarenal (adrenal);

tulang dan jaringan penyambung untuk struktur-struktur kraniofasial; dan sel-sel

bantalan konotrunkal untuk jantung.

Menjelang penutupan tuba neuralis, didaerah kepala mudigah mulai nampak dua

penebalan ektoderm, lempeng telinga dan lempeng lensa mata (Gb.5). Pada

perkembangan selanjutnya, lempeng telinga melakukan invaginasi dan

membentuk gelembung telinga, yang akan berkembang membentuk jaringan

yang perlu untuk pendengaran dan keseimbangan. Kira-kira pada saat yang

sama, muncul lempeng lensa mata. Lempeng ini menjalani invaginasi dan

selama minggu kelima membentuk lensa mata.

Secara umum dapat dikatakan bahwa lapisan mudigah ektoderm membentuk

organ dan sistem yang memelihara hubungan dengan dunia luar ; (a) sistem

saraf pusat; (b) sistem saraf tepi; (c) epitel sensorik telinga, hidung dan mata; (d)

epidermis, termasuk rambut dan kuku. Selain itu, lapisan ini juga membentuk

kelenjar-kelenjar bawah kulit, kelenjar mammae, kelenjar hipofisis, serta email

gigi.

Gb. 5A. Mudigah 14 somit dilihat dari lateral (kira-kira 25 hari).

Perhatikan daerah penonjolan pericardium dan lengkung faring pertama

dan kedua. B dan C Gambar skematik yang memperlihatkan sisi kiri

mudigah 25 somit kira-kira b dan berusia 27-29 hari. Dapat dilihat tiga

lengkung faring pertama, lempeng lensa mata (placode) dan lempeng

telinga.

2)    Lapisan Mudigah Mesoderm

Mula-mula, sel-sel dari lapisan mudigah mesoderm membentuk sebuah

lembaran tipis jaringan longgar pada kanan kiri garis tengah. Akan tetapi, kira-

kira menjelang hari ke-17, sebagian sel yang berada di dekat garis tengah

berproliferasi dan membentuk sebuah lempeng jaringan yang tebal, yang disebut

mesoderm paraksial. Lebih ke lateral, lapisan mesoderm tetap tipis dan disebut

sebagai lempeng lateral. Dengan timbulnya serta bersatunya rongga-rongga

inter seluler dilempeng lateral, jaringan ini terpecah menjadi dua lapisan2 :

a)    Satu lapisan yang bersambungan dengan mesoderm yang membungkus

amnion, disebut sebagai lapisan mesoderm somatik atau parietal.

b)    Satu lapisan yang bersambungan dengan mesoderm pembungkus kantung

kuning telur; dikenal sebagai lapisan mesoderm splanknik atau viseral.

Bersama-sama kedua lapisan ini membatasi sebuah rongga yang baru

terbentuk, rongga selom intraembrional, yang mempunyai hubungan dengan

selom ekstraembrional pada kedua sisi mudigah. Jaringan yang menghubungkan

mesoderm paraksial dan mesoderm lempeng lateral disebut mesoderm

intermediat.

Pada awal minggu ketiga, mesoderm paraksial tersusun dalam segmen-segmen

yang dikenal sebagai somitomer, pertama terlihat di daerah leher mudigah dan

pembentukkannya berjalan terus dengan arah sefalokaudal. Masing-masing

somitomer terdiri dari sel-sel mesoderm yang tersusun seperti lingkar-lingkar

konsentrik mengelilingi bagian tengah unit tersebut. Didaerah kepala, somitomer

seperti ini kalau dikaitkan dengan segmentasi lempeng saraf, membentuk

neuromer dan ikut membentuk sebagian besar mesenkim kepala.

Dari daerah oksipital ke arah kaudal, somitomer akan terorganisasi lagi menjadi

somit. Pasangan somit muncul di daerah servikal embrio pada umur kira-kira 20

hari. Dari sini, somit-somit baru terlihat berurutan dari kepala ke arah kaudal,

dengan kecepatan kira-kira 3 pasang/hari, hingga pada akhir minggu kelima

terdapat : 42 – 44 pasang somit1. Ada 4 pasang somit oksipital, 8 pasang

servikal, 12 pasang torakal, 5 pasang lumbal, 5 pasang sakral dan 8 – 10 pasang

koksigeal. Somit oksipital pertama dan 5 – 7 somit koksigeal yang terakhir

kemudian menghilang, sedangkan somit-somit lainnya membentuk kerangka

sumbu badan. Selama masa perkembangan ini, umur mudigah biasanya

dinyatakan dalam jumlah somit dan tabel dibawah ini menunjukkan umur

perkiraan mudigah dalam kaitan dengan jumlah somit2.

Tabel 1. Jumlah somit dihubungkan dengan perkiraan umur dalam hari2

PERKIRAAN UMUR (HARI) JUMLAH SOMIT

20

21

22

23

24

25

26

27

28

30

1 – 4

4 – 7

7 – 10

10 – 13

13 – 17

17 – 20

20 – 23

23 – 26

26 – 29

34 – 35

 

a)    DIFERENSIASI SOMIT

Pada awal minggu ke-4, sel-sel yang membentuk dinding ventral dan medial

somit terpisah, menjadi polimorf dan bergeser posisinya hingga mengelilingi

notokord (korda dorsalis). Sel-sel ini disebut sklerotom yang membentuk

jaringan yang tersusun longgar (mesenkim). Sel tersebut akan mengelilingi

sumsum tulang belakang dan korda dorsalis membentuk kolumna

vertebralis.

Dinding dorsal somit yang masih tertinggal, dinamakan dermomiotom yang

membentuk sebuah lapisan baru yang ditandai oleh inti pucat dan nukleolus

inti berwarna gelap. Sel-sel ini merupakan miotom dan setiap miotom

mempersiapkan otot-otot untuk segmennya sendiri.

Setelah sel-sel dermiotom membentuk miotom, mereka kehilangan sifat-sifat

epitelnya dan menyebar dibawah ektoderm yang berada diatasnya. Disini

sel-sel itu membentuk dermis dan jaringan subkutan di kulit. Karena itu

setiap somit membentuk sklerotom (komponen tulang rawan dan tulang),

miotomnya sendiri (mempersiapkan komponen otot segmental) dan

dermatomnya sendiri, komponen kulit segmental. Setiap miotom dan

dermatom juga mempunyai komponen saraf segmentalnya sendiri.

b)    MESODERM INTERMEDIAT

Jaringan yang untuk sementara menghubungkan mesoderm paraksial

dengan lempeng lateral, ini berdiferensiasi dengan cara yang berbeda

dengan diferensiasi somit. Di daerah servikal dan torakal atas, jaringan ini

secara segmental menyusun kelompok-kelompok sel (kelak menjadi

nefrotim), sedangkan di sebelah lebih kaudal lagi membentuk massa

jaringan yang tak bersegmen yang dikenal sebagai korda nefrogenik. Dari

mesoderm intermediat yang sebagian bersegmen dan sebagian lagi tidak

bersegmen ini berkembanglah unit-unit ekskresi sistem kemih dan gonad2.

c)    LAPISAN-LAPISAN MESODERM PARIETAL DAN VISERAL

Lapisan mesoderm parietal dan viseral membatasi selom intra embrional.

Mesoderm parietal, bersama ektoderm di atasnya akan membentuk dinding

lateral dan ventral tubuh. Mesoderm viseral dan endoderm embrional akan

membentuk dinding usus. Sel-sel yang menghadap ke rongga selom akan

membentuk selaput tipis, selaput mesotel atau selaput serosa yang akan

melapisi rongga perut, rongga pleura dan kantung jantung2.

d)    DARAH DAN PEMBULUH DARAH

Kira-kira permulaan minggu ketiga, sel-sel mesoderm yang terletak di

mesoderm viseral dinding kantung kuning telur berdiferensiasi menjadi sel-

sel darah dan pembuluh darah. Sel-sel ini dikenal sebagai angioblas,

membentuk kelompok-kelompok dan berkas-berkas terpisah (kelompok sel

angiogenik) yang berangsur-angsur menjadi berongga karena bergabungnya

celah-celah antar sel. Sel-sel yang terletak ditengah kemudian membentuk

sel darah primitif, sedangkan sel yang terletak ditepi menipis dan membentuk

sel-sel endotel yang membatasi sel-sel darah. Sel-sel darah segera saling

mendekati satu sama lain dengan bertunasnya sel endotel dan setelah

bersatu akan membentuk pembuluh-pembuluh darah kecil. Pada saat yang

bersamaan sel-sel darah dan kapiler tumbuh didalam mesoderm

ekstraembrional pada vili-vili dan tangkai penghubung. Dengan berlanjutnya

pembentukan tunas pembuluh darah, pembuluh darah ekstraembrional

membentuk hubungan dengan pembuluh darah di dalam embrio sehingga

menghubungkan embrio dan plasenta.

Sel-sel darah dan pembuluh darah intraembrional, termasuk tabung jantung

dibentuk dengan cara yang sama seperti yang diuraikan untuk pembuluh

ekstraembrional. Sebagai ringkasan, jaringan dan organ-organ berikut

diperkirakan berasal dari mesoderm :

(1) Jaringan penunjang seperti jaringan penyambung, tulang rawan, dan

tulang.

(2) Otot lurik dan otot polos.

(3) Sel darah dan sel getah bening serta dinding jantung, pembuluh darah

dan pembuluh getah bening.

(4) Ginjal, kelenjar kelamin dan saluran-salurannya.

(5) Korteks adrenal.

(6) Limpa.

3)    Lapisan Mudigah Endoderm

Saluran pencernaan merupakan sistem organ utama yang berasal dari lapisan

mudigah endoderm. Pembentukannya sangat tergantung pada pelipatan

mudigah dengan arah sefalokaudal dan lateral. Pelipatan sefalokaudal terutama

disebabkan oleh pertumbuhan memanjang sistem saraf pusat yang cepat,

sementara pelipatan melintang atau lateral timbul karena pembentukan somit-

somit yang tumbuh dengan cepat. Karena itu pembentukan usus yang

menyerupai tabung merupakan kejadian yang pasif dan merupakan penyusupan

(inversi) dan pencakupan (inkoporasi) bagian kantung kuning telur yang dilapisi

endoderm ke dalam rongga tubuh. Sebagai akibat lain dari gerak pelipatan,

hubungan antara mudigah dan kantung kuning telur yang pada mulanya lebar

menjadi menyempit hingga hanya tinggal menjadi sebuah saluran yang sempit

dan panjang (duktus vitellinus).

Lapisan mudigah endoderm menutupi permukaan ventral embrio dan

membentuk kantung kuning telur. Tetapi dengan berkembang dan tumbuhnya

gelembung otak, cakram mudigah tersebut mulai menonjol ke dalam rongga

amnion dan melipat ke arah sefalokaudal. Pelipatan ini paling menonjol di daerah

kepala dan ekor, ditempat terbentuknya lipatan kepala dan lipatan ekor.

Sebagai akibat pelipatan sefalokaudal, kian lama kian bertambah besar rongga

yang dilapisi endoderm dicakup ke dalam tubuh mudigah. Pada bagian anterior,

endoderm membentuk usus depan; didaerah ekor membentuk usus belakang.

Bagian diantara usus depan dan usus belakang disebut usus tengah. Untuk

sementara, usus tengah berhubungan dengan kantung kuning telur melalui

sebuah tangkai lebar, duktus omfalomesenterikus atau vitallinus. Saluran ini

mula-mula lebar, tetapi dengan tumbuhnya mudigah lebih lanjut, saluran ini

menjadi sempit dan jauh lebih panjang.

Usus depan untuk sementara dibatasi oleh lempeng prokordal, suatu selaput

ekto-endoderm yang kini disebut membran bukofaringeal yang pada akhir

minggu ketiga akan pecah dan membentuk hubungan terbuka antara rongga

amnion dan usus primitif. Usus belakang untuk sementara juga berujung pada

sebuah selaput ekto-endoderm yang disebut membran kloaka.

Sebagai akibat pertumbuhan somit yang cepat, cakram mudigah yang pada

mulanya rata, mulai melipat kearah lateral dan mudigah menjadi berbentuk bulat.

Bersamaan dengan itu, terbentuklah dinding badan ventral mudigah, kecuali

sebagian kecil di daerah ventral perut, tempat tungkai kantung kuning telur

berhubungan.

Meskipun usus depan dan usus belakang terbentuk, sebagai hasil dari

pembentukan lipat kepala dan lipat ekor, usus tengah tetap berhubungan dengan

kantung kuning telur. Mula-mula hubungan ini lebar, tetapi karena terjadi

pelipatan lateral, hubungan ini menjadi panjang dan sempit hingga membentuk

duktus vitellinus. Sesudah itu, ketika duktus vitellinus mengalami obliterasi, usus

tengah kehilangan hubungannya dengan rongga asal yang dilapisi endoderm

dan akhirnya kedudukannya menjadi bebas di dalam rongga perut.

Akibat penting lain dari pelipatan sefalokaudal dan lateral adalah pencakupan

sebagian allantois ke dalam tubuh mudigah, ditempat terbentuknya kloaka.

Bagian atas allantois tetap di dalam tangkai penghubung. Pada minggu kelima,

tangkai kantung kuning telur dan tangkai penghubung bersatu membentuk tali

pusat (Gb. 6)

Gb. 6. Mudigah manusia

Pada manusia kantung kuning telur hanya terdapat sepintas saja dan mungkin

sekali hanya memainkan peranan sebagai sumber makanan pada tingkat

perkembangan dini. Pada perkembangan bulan kedua, organ ini ditemukan di

dalam rongga korion. Oleh karena itu lapisan mudigah endoderm mula-mula

membentuk epitel yang melapisi usus primitif dan bagian-bagian allantois yang

mencakup intraembrional dan duktus vitellinus. Dalam perkembangan

selanjutnya, lapisan ini menghasilkan :

a)    Lapisan epitel saluran pernafasan

b)   Parenkim tiroid, kelenjar paratiroid, hati dan pankreas

c)    Stroma retikular tonsil dan timus

d)   Lapisan epitel kandung kemih dan uretra

e)    Lapisan epitel kavum timpani dan tuba eustachii

.

 

 

5.    TAHAP PERKEMBANGAN LANJUT JANIN

1)    MINGGU KE-8

Pada akhir masa embrional ini, ukuran embrio mencapai kisaran 27-31 mm.

Kepalanya membulat dan wajah polos kekanak-kanakan mulai tampak nyata

dengan tertariknya bagian antara dahi dan pangkal hidung ke arah dalam,

hingga kian memperjelas cikal-bakal kemancungan hidung si janin.

 

  

 

 

 

Gambar 7 : Janin usia 8 minggu

Langit-langit mulut mulai terbentuk, begitu juga kelopak mata serta daun telinga

luar. Secara keseluruhan makin menyerupai bayi dengan taksiran berat sekitar 5

gram. Meski masih lemah, permulaan dari rangka tubuh secara keseluruhan

sudah selesai dan lengkap terbentuk dalam minggu ini. Semua organ tubuh juga

mulai bekerja, meski belum sempurna, misalnya otak yang mulai mengirim

sinyal/perintah ke organ-organ tubuh atau hati yang mulai memproduksi sel-sel

darah. Tubuh yang masih rentan ini pun mulai bisa bergerak secara tak teratur,

rata-rata sebanyak 60 kali gerakan dalam satu jam.

2)    MINGGU KE-9

Bila jenis kelaminnya laki-laki, di usia ini sudah bisa jelas dipastikan. Sementara

perempuan masih sesekali meragukan. Aktivitas menelan janin, rata-rata

sebanyak 25 kali dalam satu jam. Tangan janin pun mulai bergerak bebas. Kuku

pada setiap jari tangan dan kakinya muncul di minggu ini. Panjangnya menjadi

sekitar 10 cm dengan berat 20 gram. Dalam minggu ini pula pembentukan kulit

dan fungsinya berkembang menuju penyempurnaan.

3)    MINGGU KE-10

Pada beberapa janin, aktivitas menelan dan menggerakkan tangannya secara

bebas baru dimulai minggu ini. Jenis kelamin perempuan bisa diidentifikasikan

secara jelas. Sistem otot dan saraf sudah mencapai tingkat kematangan. Selain

telah mampu pula mengirim dan menerima pesan dari otak. Dengan mulai

berfungsinya sistem saraf, janin sudah mampu melakukan gerak refleks. Bahkan

kaki sudah mampu melakukan gerakan menendang.

4)    MINGGU KE-11

Panjang tubuh mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan

kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap.

Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat,

meluruskan tubuh dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan,

janin kini sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar, memanjang,

bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa menyakitkan sekaligus

memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.

5)    MINGGU KE-12

Struktur yang telah terbentuk akan terus bertumbuh dan berkembang kian

sempurna. Di usia ini umumnya ibu bisa mendengar denyut jantung bayinya,

dengan memakai alat khusus yang disebut fetal dophtone (doppler).

Di minggu ini sistem rangka tubuh memiliki pusat pembentukan tulang/osifikasi

pada sebagian besar tulang. Sistem pencernaan mampu menghasilkan kontraksi

untuk mendorong makanan ke seluruh usus dan mampu menyerap glukosa

secara aktif.

  

 

 

 

Gambar 8 : Janin usia 12 minggu

Bila diinginkan, di minggu ini pun bisa diagnosa penyakit keturunan misalnya

thalassemia dan sindroma Down, yang bisa dilakukan lewat pemeriksaan

Chorion Villus Sampling (CVS) guna memastikan ada tidak kerusakan pada

kromosom.

6)    MINGGU KE-13

Panjang janin (dari puncak kepala sampai sakrum/bokong) ditaksir sekitar 65-78

mm dengan berat kira-kira 20 gram. Rahim dapat teraba kira-kira 10 cm di

bawah pusar. Pertumbuhan kepala bayi yang saat ini kira-kira separuh panjang

janin mengalami perlambatan dibanding bagian tubuh lainnya. Perlambatan ini

berlangsung terus, hingga di akhir kehamilan akan tampak proporsional, yakni

kira-kira tinggal sepertiga panjang tubuhnya.

Kedua cikal bakal matanya makin hari kian bergeser ke bagian depan wajah

meski masih terpisah jauh satu sama lain. Sementara telinga bagian luar terus

berkembang dan menyerupai telinga normal. Kulit janin yang masih sangat tipis

membuat pembuluh darah terlihat jelas di bawah kulitnya.

 

Seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut lanugo.

Kerangka/tulang belulangnya sudah terbentuk di minggu-minggu sebelumnya

dan di minggu-minggu selanjutnya akan berosifikasi/menahan kalsium dengan

sangat cepat, hingga tulangnya jadi lebih keras.

7)    MINGGU KE-14

Panjangnya mencapai kisaran 80 mm atau 8 cm dengan berat sekitar 25 gram.

Telinga janin menempati posisi normal di sisi kiri dan kanan kepala. Demikian

pula mata mengarah ke posisi sebenarnya. Leher pun terus memanjang

sementara dagu tak lagi menyatu ke dada. Sedangkan alat-alat kelamin bagian

luar juga berkembang lebih nyata, hingga lebih mudah membedakan jenis

kelaminnya.

8)    MINGGU KE-15

Panjang janin sekitar 10-11 cm dengan berat kira-kira 80 gram. Kehamilan makin

terlihat, hingga demi kenyamanan si ibu maupun janinnya. Garis-garis regangan

yang disebut striae umumnya muncul di daerah perut, payudara, bokong dan

panggul.

9)    MINGGU KE-16

Kini panjangnya mencapai taksiran 12 cm dengan berat kira-kira 100 gram.

Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski masih amat sederhana yang biasanya

terasa sebagai kedutan. Rambut halus di atas bibir atas dan alis mata juga

tampak melengkapi lanugo yang memenuhi seluruh tubuhnya. Bahkan, jari-

jemari kaki dan tangannya dilengkapi dengan sebentuk kuku. Tungkai kaki yang

di awal pembentukannya muncul belakangan, kini lebih panjang daripada

lengan.

  

 

 

 

 

Gambar 9 : Janin usia 16 minggu

Pada usia ini janin memproduksi alfafetoprotein, yaitu protein yang hanya

dijumpai pada darah ibu hamil. Bila kadar protein ini berlebih bisa merupakan

pertanda ada masalah serius pada janin, seperti spina bifida, yakni kelainan

kongenital yang berkaitan dengan saraf tulang belakang. Sebaliknya, kadar

alfafetoprotein yang rendah bersignifikasi dengan Sindrom Down. Sementara

jumlah alfafetoprotein ini sendiri dapat diukur dengan pemeriksaan air

ketuban/amniosentesis.

Sistem pencernaan janin pun mulai menjalankan fungsinya. Dalam waktu 24 jam

janin menelan air ketuban sekitar 450-500 ml.

Hati yang berfungsi membentuk darah, melakukan metabolisme hemoglobin dan

bilirubin, lalu mengubahnya jadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai

bahan sisa metabolisme. Bila terjadi asfiksia (gangguan oksigenasi) akan muncul

rangsangan yang membuat gerak peristaltik usus janin meningkat sekaligus

terbukanya sfingter ani (”klep” anus). Akibatnya, janin mengeluarkan mekoneum

yang membuat air ketuban jadi kehijauan.

Di usia ini, janin juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara dari

luar kantong ketuban. Termasuk detak jantung ibu bahkan suara-suara di luar

diri si ibu, seperti suara gaduh atau teriakan maupun sapaan lembut.

10)MINGGU KE-17

Panjang tubuh janin meningkat lebih pesat ketimbang lebarnya, menjadi 13 cm

dengan berat sekitar 120 gram, hingga bentuk rahim terlihat oval dan bukan

membulat. Akibatnya, rahim terdorong dari rongga panggul mengarah ke rongga

perut. Otomatis usus ibu terdorong nyaris mencapai daerah hati, hingga kerap

terasa menusuk ulu hati.

Pertumbuhan rahim yang pesat ini pun membuat ligamen-ligamen meregang,

terutama bila ada gerakan mendadak. Rasa nyeri atau tak nyaman ini disebut

nyeri ligamen rotundum. Lemak yang juga sering disebut jaringan adiposa mulai

terbentuk di bawah kulit bayi yang semula sedemikian tipis pada minggu ini dan

minggu-minggu berikutnya. Lemak ini berperan penting untuk menjaga

kestabilan suhu dan metabolisme tubuh. Sementara pada beberapa ibu yang

pernah hamil, gerakan bayi mulai bisa dirasakan di minggu ini. Kendati masih

samar dan tak selalu bisa dirasakan setiap saat sepanjang hari. Sedangkan bila

kehamilan tersebut merupakan kehamilan pertama, gerakan yang sama

umumnya baru mulai bisa dirasakan pada minggu ke-20.

11)MINGGU KE-18

Taksiran panjang janin adalah 14 cm dengan berat sekitar 150 gram. Rahim

dapat diraba tepat di bawah pusar. Pertumbuhan rahim ke depan akan

mengubah keseimbangan tubuh ibu.

Mulai usia ini hubungan interaktif antara ibu dan janinnya kian terjalin erat. Tak

mengherankan setiap kali si ibu gembira, sedih, lapar atau merasakan hal lain,

janin pun merasakan hal sama.

12)MINGGU KE-19

Panjang janin diperkirakan 13-15 cm dengan taksiran berat 200 gram. Sistem

saraf janin yang terbentuk di minggu ke-4, di minggu ini makin sempurna

perkembangannya, yakni dengan diproduksi cairan serebrospinalis yang

mestinya bersirkulasi di otak dan saraf tulang belakang tanpa hambatan.

13)MINGGU KE-20

Panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat sekitar 260 gram. Kulit yang

menutupi tubuh janin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan, yakni lapisan epidermis

yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis

selanjutnya akan membentuk pola-pola tertentu pada ujung jari, telapak tangan maupun

telapak kaki. Sedangkan lapisan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil,

saraf dan sejumlah besar lemak.

  

 

 

 

 

Gambar 10 : Janin usia 20 minggu

Seiring perkembangannya yang pesat, kebutuhan darah janin pun meningkat

tajam. Agar anemia tak mengancam kehamilan, ibu harus mencukupi

kebutuhannya akan asupan zat besi, baik lewat konsumsi makanan bergizi

seimbang maupun suplemen yang dianjurkan dokter.

14)MINGGU KE-21

Beratnya sekitar 350 gram dengan panjang kira-kira 18 cm. Pada minggu ini,

berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan.

15)MINGGU KE-22

Berat mencapai taksiran 400-500 gram dan panjang sekitar 19 cm.

Ciri khas usia kehamilan ini adalah substansi putih mirip pasta penutup kulit

tubuh janin yang disebut vernix caseosa. Fungsinya melindungi kulit janin

terhadap cairan ketuban maupun kelak saat berada di jalan lahir. Di usia ini pula

kelopak mata mulai menjalankan fungsinya untuk melindungi mata dengan

gerakan menutup dan membuka. Jantung janin yang terbentuk di minggu ke-5

pun mengalami “modifikasi” sedemikian rupa dan mulai menjalankan fungsinya

memompa darah sebagai persiapannya kelak saat lahir ke dunia.

16)MINGGU KE-23

Tubuh janin tak lagi terlihat rentan karena bertambah montok dengan berat

hampir mencapai 550 gram dan panjang sekitar 20 cm. Kendati begitu, kulitnya

masih tampak keriput karena kandungan lemak di bawah kulitnya tak sebanyak

saat ia dilahirkan kelak. Namun wajah dan tubuhnya secara keseluruhan amat

mirip dengan penampilannya sewaktu dilahirkan nanti. Hanya saja rambut

lanugo yang menutup sekujur tubuhnya kadang berwarna lebih gelap di usia

kehamilan ini.

17)MINGGU KE-24

 Janin makin terlihat berisi dengan berat yang diperkirakan mencapai 600 gram dan panjang sekitar 21 cm. Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau sekitar 24 cm di atas simfisis pubis/tulang kemaluan.

 

 

 

 

 

Gambar 11 : Janin usia 24 minggu

 

 

 

Kelopak-kelopak matanya makin sempurna dilengkapi bulu mata.

Pendengarannya berfungsi penuh. Terbukti, janin mulai bereaksi dengan

menggerakkan tubuhnya secara lembut jika mendengar irama musik yang

disukainya. Begitu juga ia akan menunjukkan respon khas saat mendengar

suara-suara bising atau teriakan yang tak disukainya.

18)MINGGU KE-25

Berat bayi mencapai sekitar 700 gram dengan panjang dari puncak kepala

sampai bokong kira-kira 22 cm. Sementara jarak dari puncak rahim ke simfisis

pubis sekitar 25 cm.

19)MINGGU KE-26

Di usia ini berat bayi diperkirakan hampir mencapai 850 gram dengan panjang

dari bokong dan puncak kepala sekitar 23 cm. Denyut jantung sudah jelas-jelas

terdengar, normalnya 120-160 denyut per menit.

20)MINGGU KE-27

Beratnya melebihi 1000 gram. Panjang totalnya mencapai 34 cm dengan

panjang bokong ke puncak kepala sekitar 24 cm. Di minggu ini kelopak mata

mulai membuka. Sementara retina yang berada di bagian belakang mata,

membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima cahaya dan informasi

mengenai pencahayaan itu sekaligus meneruskannya ke otak.

Jika terjadi “kesalahan” pembentukan lapisan-lapisan inilah yang kelak

memunculkan katarak kongenital/bawaan saat bayi dilahirkan. Lensa jadi

berkabut atau keputihan. Walaupun dipicu oleh faktor genetik, katarak bawaan

ini ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang terserang rubella

pada usia kehamilan di minggu-minggu akhir trimester dua.

21)MINGGU KE-28

Puncak rahim berada kira-kira 8 cm di atas pusar. Gerakan janin makin kuat

dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun kian

mudah didengar. Tubuhnya masih terlihat kurus meski mencapai berat sekitar

1100 gram dengan kisaran panjang 35-38 cm. Kendati dibanding minggu-minggu

sebelumnya lebih berisi dengan bertambah jumlah lemak di bawah kulitnya yang

terlihat kemerahan. Jumlah jaringan otak di usia kehamilan ini meningkat. Begitu

juga rambut kepalanya terus bertumbuh makin panjang. Alis dan kelopak

matanya pun terbentuk, sementara selaput yang semula menutupi bola matanya

sudah hilang.

22)MINGGU KE-29

Beratnya sekitar 1250 gram dengan panjang rata-rata 37 cm. Kelahiran prematur

mesti diwaspadai karena umumnya meningkatkan keterlambatan perkembangan

fisik maupun mentalnya. Bila dilahirkan di minggu ini, ia mampu bernapas meski

dengan susah payah. Ia pun bisa menangis, kendati masih terdengar lirih.

Kemampuannya bertahan untuk hidup pun masih tipis karena perkembangan

paru-parunya belum sempurna.

 

 

23)MINGGU KE-30

Beratnya mencapai 1400 gram dan kisaran panjang 38 cm. Puncak rahim yang

berada sekitar 10 cm di atas pusar memperbesar rasa tak nyaman, terutama

pada panggul dan perut seiring bertambah besar kehamilan.

  

 

 

 

 

Gambar 12 : Janin usia 30 minggu

Mulai dirasakan denyutan halus, sikutan/tendangan sampai gerak cepat meliuk-

liuk yang menimbulkan rasa nyeri pada ibu. Aktifnya gerakan ini tak mustahil

akan membentuk simpul-simpul. Bila sampai membentuk simpul mati tentu

 

sangat membahayakan karena suplai gizi dan oksigen dari ibu jadi terhenti atau

paling tidak terhambat.

24)MINGGU KE-31

Berat bayi sekitar 1600 gram dengan taksiran panjang 40 cm.

25)MINGGU KE-32

Pada usia ini berat bayi berkisar 1800-2000 gram dengan panjang tubuh 42 cm.

Umumnya hemodilusi atau pengenceran darah mengalami puncaknya.

26)MINGGU KE-33

Beratnya lebih dari 2000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm.

27)MINGGU KE-34

Berat bayi hampir 2275 gram dengan taksiran panjang sekitar 44 cm.

28)MINGGU KE-35

Secara fisik bayi berukuran sekitar 45 cm dengan berat 2450 gram. Namun yang

terpenting, mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-parunya.

Ini sangat penting karena kematangan paru-paru sangat menentukan life

viabilitas atau kemampuan si bayi untuk bertahan hidup. Kematangan fungsi

paru-paru ini sendiri akan dilakukan lewat pengambilan cairan amnion untuk

menilai lesitin spingomyelin atau selaput tipis yang menyelubungi paru-paru.

29)MINGGU KE-36

 Berat bayi harusnya mencapai 2500 gram dengan panjang 46 cm. Tes kematangan paru di minggu ini perlu dilakukan bila muncul keragu-raguan akan taksiran usia kehamilan. Terutama pada pasien yang tak ingat kapan menstruasi terakhir dan bagaimana pola/siklus haidnya. Ataupun pada bayi besar namun tak cocok dengan pertumbuhan usia sebenarnya.

 

 

 

 

 

Gambar 13 : Janin usia 36 minggu

 

30)MINGGU KE-37

Panjang janin sekitar 47 cm dan berat 2950 gram, di usia ini bayi dikatakan

aterm atau siap lahir karena seluruh fungsi organ-organ tubuhnya bisa matang

untuk bekerja sendiri. Kepala bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi

siap lahir.

31)MINGGU KE-38

Berat bayi sekitar 3100 gram dengan panjang 48 cm.

32)MINGGU KE-39

Di usia kehamilan ini bayi mencapai berat sekitar 3250 gram dengan panjang

sekitar 49 cm.

33)MINGGU KE-40

Panjangnya mencapai kisaran 45-55 cm dan berat sekitar 3300 gram. Betul-betul

cukup bulan dan siap dilahirkan. Jika laki-laki, testisnya sudah turun ke skrotum,

sedangkan pada wanita, labia mayora (bibir kemaluan bagian luar) sudah

berkembang baik dan menutupi labia minora (bibir kemaluan bagian dalam).

6.    HAL – HAL YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN JANIN

a.    Faktor Genetik

Faktor genetik dari pihak ibu dan ayah, perlu dipertimbangkan dalam perkembangan dan

pertumbuhan janin yang normal. Faktor genetik mempengaruhi pertumbuhan janin

secara langsung. Alel dari janin sesuai dengan alel yang ada pada gen orang tuanya.

Gen mempunyai faktor penting dalam pengaturan pertumbuhan manusia. Pada sebagian

besar gen ibu menekan pertumbuhan, sedangkan gen ayah mendukung pertumbuhan

seperti IGF-2. IGF-2 muncul dikarenakan adanya konflik antara gen ibu dan ayah dan

transfer nutrisi dari ibu ke janin. IGF-2 menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang

abnormal dikenal dengan syndrome beckwith-wiedemann yang memiliki karakteristik

berat lahir yang lebih, organomegali, makroglosia dan hipoglikemi neonatal.

b.    Faktor Plasenta

Perfusi plasenta dan fungsi plasenta yang adekuat sangat penting. Kemampuan plasenta

dalam mentransfer nutrisi dari ibu ke janin menentukan pertumbuhan janin yang normal.

Perkembangan dari plasenta itu sendiri dipengaruhi oleh hormon plasenta. Ukuran

plasenta mempengaruhi kemampuannya untuk pengangkutan bahan gizi dan supply

oksigen. Glukosa merupakan bahan bakar utama yang dapat diperoleh dari darah ibu

secara langsung. Jadi fungsi plasenta; sebagai transfer nutrisi pada janin, sebagai alat

untuk mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi), sebagai alat untuk mengeluarkan zat

asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi), sebagai alat untuk membentuk hormon dan

sebagai penyalur berbagai antibodi ke janin.

c.     Nutrisi

Nutrisi ibu bertanggung jawab terhadap ketersediaan nutrisi untuk fetoplasental unit. Hal

ini penting yang ditandai dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan janin terhambat

disebabkan oleh nutrisi ibu yang buruk pada negara berkembang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagan : Mekanisme kurangnya nutrisi dan supply oksigen pada pertumbuhan janin yang

terhambat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagan : Mekanisme Insullin –like Growth Factor ( IGF )

 

d.    Faktor Ibu

Berbagai faktor ibu mempengaruhi pertumbuhan janin, meliputi berat badan saat hamil,

kesehatan pada umumnya, genotip. Pada ibu yang memiliki kelebihan berat badan perlu

diperhatikan adanya kemungkinan kehamilan dengan diabetes millitus. Kondisi rahim ibu

yang sehat berpengaruh terhadap proses implantasi dan tumbuh kembang janin yang

normal.

 

 

 

 

 

 

B.    PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN

1.    Gangguan pertumbuhan janin

Gangguan pertumbuhan janin dalam kehamilan (IUGR=FGR) merupakan kejadian yang

sering ditemukan dalam bidang obstetri. Kelainan ini meningkatkan morbiditas dan

mortalitas bayi nomor 2 setelah prematuritas.

a.    Definisi

IUGR adalah janin yang beratnya dibawah presentil ke 10 usia kehamilannya dan

lingkaran perut dibawah presentil ke 2,5. Standar berat badan bayi yang disebut

cukup bulan adalah 2500 gr.

 

Grafik presentil kehamilan

a)    Penyebab

Penyebab gangguan pertumbuhan janin bisa berasal dari ibu maupun janin. Secara

garis besar penyebabnya adalah insufisiensi Plasenta (terganggunya aliran darah ke

plasenta), Penyakit Kronis ibu (jantung, hipertensi). Masalah plasenta (plasenta tidak

pada tempatnya dan lepasnya plasenta sebelum waktunya, kelainan genetik (trisomi,

triploidi), infeksi (rubella, herpes simplex, toxoplasma), Bahan-bahan (rokok alkohol),

dan sosial ekonomi (ketidak tahuan, kemiskinan).

b.    Pembagian

Ada dua jenis IUGR, simetris dan tidak simetris. Simetris artinya ukuran kepala dan

perut seimbang, sedangkan yang tidak simetris, ukuran kepala normal sedangkan

perutnya kecil dari standar.

c.     Penanganan

Monitoring kondisi janin dengan pengukuran berat 3 minggu sekali, hitung gerak

janin, CTG (rekam denyut jantung janin) 2 minggu sekali, Profil biofisik

(kesejahteraan janin). Jika hasil pemantauan tidak normal, pertimbangkan untuk

melahirkan bayi setelah sebelumnya memberikan obat untuk mematangkan paru-

paru janin. Jika hasil pemantauan baik maka kehamilan dapat diteruskan. Persalinan

tetap diusahakan pervaginam selama monitoring kondisi bayi masih baik, jika selama

proses persalinan keadaan bayi tidak baik maka dilakukan operasi Caesar. Fungsi

USG adalah mengukur biometri janin, kemudian dibandingkan dengan usia

kehamilan berdasarkan hari haid terakhir (LMP=last menstrual periode). Ukuran yang

dipakai adalah AC, BPD dan FL

 

 

2.    Kelainan Pada Janin

Tidak semua janin dapat berkembang dengan sempurna, ada kalanya terjadi kelainan-

kelainan pada janin. Kelainan dapat terjadi melalui tiga cara yaitu:

a.       Pengaruh bahan berbahaya dari lingkungan luar selama periode awal

perkembangan.

b.       Penerusan abnormalitas genetik dari induknya.

c.         Aberasi kromosom yang terdapat pada salah satu gamet atau yang timbul pada

pembelahan pertama.

Kelainan-kelainan pada janin diantaranya adalah :

a.       Teratoma

Teratoma adalah tumor yang mengandung jaringan derivat dua - tiga lapis benih.

Terjadi saat janin masih embrio. Terjadinya teratoma adalah karena embrio awal

(tingkat morulla, blastula, awal grastula) lepas dari kontrol/terganggu. Ia seperti tubuh

yang kembar tidak seimbang yang satu dapat tumbuh normal yang lain hanya

gumpalan jaringan yang tidak utuh atau tidak wajar. Teratoma disebut juga fetus in

fetu atau bayi dalam bayi

b.       Sindrom Down

Sindrom down merupakan kelainan fisik janin dengan ciri-ciri yang khas seperti

retardasi mental, kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia), leukemia,

hingga gangguan penglihatan dan pendengaran,. Kelainan ini terjadi karena kelainan

pada kromosom yaitu pada kromosom 21. Pada penderita ini memiliki tiga untai

kromosom 21 (Corebima, 1997).

c.         Sindrom Edward

Sindrom Edward adalah kelainan pada janin karena kromosom janin mengalami

kelainan. Kelainan ini terjadi karena kromosom 18 nya mengalami kelebihan yaitu

terdapat tiga untai kromosom 18. Ciri kelainan janin ini adalah retardasi mental berat,

gangguan pertumbuhan, ukuran kepala dan pinggul kecil, kelaianan pada tangan dan

kaki.

d.       Sindrom Patau

Nama lain dari Sindrom Patau adalah trisomi 13. Sindrom ini karena terjadi kelainan

pada kromosom ke-13 dari penderita tersebut, yaitu memiliki tiga untai kromosom 13.

Ciri dari kelainan ini adalah bibir sumbing, gangguan berat pada perkembangan otak,

jantung, ginjal, tangan dan kaki. Biasanya jika gejalanya sangat berat janin akan mati

setelah beberapa saat dilahirkan.

e.       Talasemia

Talasemia adalah salah satu kelainan pada janin. Talasemia ini memiliki ciri dimana

tubuh kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga penderita

mengalami anemia berat akibatnya harus menjalani transfusi darah seumur hidup.

f.           Fenilketonuria

F enilketonuria a dalah gangguan metabolisme pembentuk protein yaitu fenilalanin

(salah satu jenis asam amino) yang menyebabkan hambatan atau retardasi mental.

Kelainan ini jika dideteksi sejak dini dapat diminimalkan dengan cara memberi

asupan fenilalanin yang banyak terdapat pada keju, susu, telur, ikan, daging,

pemberian obat atau vitamin tertentu.

g.       Hipotiroid Kongenital

Hipotiroid Kongenital merupakan penyakit yang dibawa sejak janin atau bisa

disebut dengan kelainan janin. Hal ini karena tubuh tidak mampu atau hanya

mampu sedikit memproduksi hormon tiroid. Karena hormon tiroid adalah

hormon petumbuhan maka jika kekurangan hormon ini maka pertumbuhan

fisik dan mental akan terganggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan

memberi suplemen tiroid sejak dini.

h.       Fokomelia

Cacat pada lengan, merupakan cacat yang disebabkan oleh Thalidomide. 10 % dari

wanita hamil yang mengkonsumsi obat ini pada periode sensitive (organogenesis)

akan melahirkan bayi cacat.

i.           Selosomi

Selosomi merupakan kelainan pada waktu menutupnya dinding perut sehingga

organ-organ visceral terdapat di luar rongga perut.

3.       Faktor-Faktor Penyebab Kelainan pada Janin

a.       Faktor intern

1)       Faktor genetic :

Mutasi : Perubahan pada susunan nukleutida gen (DNA). Mutasi

menimbulkan allel cacat, yang mungkin dominan atau resesif. Contoh :

Polydactil, hemofili.

Aberasi : Perubahan pada susunan kromosom. Contoh : Sindrom Turner,

Sindrom Down

2)       Faktor umur ibu

Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause.

3)       Faktor hormonal

Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan dengan kejadian kelainan

kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita

diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih

besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.

b.       Faktor Ekstern

1)       Infeksi

Cacat dapat terjadi pada janin apabila ibunya terkena penyakit infeksi terutama

oleh virus. Contoh cacar air dan campak. Dikenal pula sitomegalovirus (CMV)

yang menginfeksi ibu yang sedang hamil yang menyebabkan bayinya menjadi

tuli, gangguan hati dan retardasi mental.

2)       Obat

Berbagai macam obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menimbulkan cacat

pada janinnya. Contoh obat yaitu aminopterin yang mempunyai sifat antagonis

terhadap asam folat.

3)       Radiasi

Ibu hamil yang terkena radiasi sinar X akan melahirkan bayi cacat pada otak.

 

4)       Defisiensi

Ibu yang defisiensi vitamin atau hormone dapat menimbulkan cacat pada janin.

Contohnya devisiensi vit. A akan menimbulkan cacat mata.

5)       Emosi

Sumbing dan Labio palatosciziz (ada celah di langit – langit mulut), kalau terjadi

pada minggu ke-7 sampai ke 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu.

Emosi itu mungkkin lewat system hormone. Stress psikis ibu membuat cortex

adrenal hyperactive, sehingga pengeluaran hydrocortisone tinggi, hormone ini,

dapat menginduksi terjadinya langit-langit pecah. Pengaruh emosi itu mungkin

juga lewat otak, terus ke hypothalamus, dan merangsang pengeluaran

adrenocorticotropin dari hipofisa, yang akan mendorong korteks adrenal

mengeluarkan hormon tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III. SIMPULAN

 

Masa embrio dimulai sejak 4 minggu sampai dengan 8 minggu setelah fertilisasi. Pada

masa ini seluruh struktur embrio baik dalam maupun bagian luar mengalami

perkembangan. Hasil akhir dari perkembangan masa ini adalah embrio yang telah

memiliki ciri-ciri atau karakteristik seperti manusia. Pada masa embrio atau juga dikenal

dengan masa organogenesis, masing–masing lapisan dari ketiga lapisan mudigah

membentuk banyak jaringan dan organ yang spesifik. Menjelang akhir masa embrio ini,

sistem–sistem organ utama telah terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk

mudigah banyak berubah dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat

dikenali menjelang bulan kedua.

Sedangkan masa janin berlangsung sejak 9 minggu sampai dengan dilahirkan. Ciri-ciri

utama masa ini adalah pertumbuhan dan perubahan jaringan serta organ. Struktur baru

mulai terlihat seperti rambut dan kuku dari janin. Pada masa ini pergerakan janin terjadi

dan ditemukan bukti-bukti bahwa reflek-reflek guna mempertahankan hidup (reflek

menghisap dan menelan) janin telah ada.

Hal – hal yang mempengaruhi pertumbuhan janin :

1.       Faktor genetik

2.       Faktor nutrisi

3.       Faktor plasenta

4.       Faktor ibu

 

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Reece, E. A. & Hobbins, J.C.. Clinical Obstetrics : The Fetus and Mother . 3 th Edition, UK :

Blackwell Publishing Ltd, 2007, P.19 - 32.

2. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman , Jakarta : EGC,1997, P.67 – 99.

3. Langman, Embriologi Kedokteran, EGC : Jakarta, 2000.

4. Llewellyn D, Dasar – dasar Obstetri dan Ginekologi , Edisi 6, Jakarta, 2001.

5. http:// iqbalali.com. Kelainan Pada Janin , Diakses tanggal 12 Januari 2009.

6. www. Gizi.net. Pertumbuhan janin, Diakses tanggal 12 Januari 2009.

7. www.kesrepro.Pertumbuhan janin Diakses tanggal 12 Januari 2009.

8. http://konsultasi spesialis obsgin blogspot com. Gangguan Pertumbuhan Janin, Diakses

tanggal 12 Januari 2009.