8
Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 1 ; Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen), berkurang sebesar 0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13 juta orang (11,96 persen). ; Selama periode Maret 2012September 2012, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,14 juta orang (dari 10,65 juta orang pada Maret 2012 menjadi 10,51 juta orang pada September 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,40 juta orang (dari 18,48 juta orang pada Maret 2012 menjadi 18,08 juta orang pada September 2012). ; Selama periode Maret 2012September 2012, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2012 sebesar 8,78 persen, turun menjadi 8,60 persen pada September 2012. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 15,12 persen pada Maret 2012 menjadi 14,70 persen pada September 2012. ; Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2012 tercatat sebesar 73,50 persen, kondisi ini tidak berbeda dengan kondisi Maret 2012 yang juga sebesar 73,50 persen. ; Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, dan tahu. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, pakaian jadi anak-anak, pakaian jadi perempuan dewasa, dan bensin. ; Pada periode Maret 2012September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 28,59 JUTA ORANG BADAN PUSAT STATISTIK

Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Citation preview

Page 1: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 1

Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen), berkurang sebesar 0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13 juta orang (11,96 persen).

Selama periode Maret 2012–September 2012, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,14 juta orang (dari 10,65 juta orang pada Maret 2012 menjadi 10,51 juta orang pada September 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,40 juta orang (dari 18,48 juta orang pada Maret 2012 menjadi 18,08 juta orang pada September 2012).

Selama periode Maret 2012–September 2012, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2012 sebesar 8,78 persen, turun menjadi 8,60 persen pada September 2012. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 15,12 persen pada Maret 2012 menjadi 14,70 persen pada September 2012.

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2012 tercatat sebesar 73,50 persen, kondisi ini tidak berbeda dengan kondisi Maret 2012 yang juga sebesar 73,50 persen.

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, dan tahu. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, pakaian jadi anak-anak, pakaian jadi perempuan dewasa, dan bensin.

Pada periode Maret 2012–September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.

No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 28,59 JUTA ORANG

BADAN PUSAT STATISTIK

Page 2: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 2 

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2012–September 2012

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2012 mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2012 , maka selama enam bulan tersebut terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,54 juta orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2012–September 2012, baik penduduk miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan sama-sama mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,18 persen (0,14 juta orang) dan 0,42 persen (0,40 juta orang).

Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah, Maret 2012–September 2012

Daerah/Tahun Jumlah Penduduk Miskin (juta orang)

Persentase Penduduk Miskin

(1) (2) (3) Perkotaan Maret 2012 10,65 8,78 September 2012 10,51 8,60 Perdesaan Maret 2012 18,48 15,12 September 2012 18,08 14,70 Perkotaan+Perdesaan Maret 2012 29,13 11,96 September 2012 28,59 11,66

Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2012 dan September 2012

Beberapa faktor terkait dengan penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2012–September 2012 adalah:

a. Selama periode Maret 2012–September 2012 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 2,59 persen.

b. Penerima beras murah/raskin (dalam 3 bulan terakhir) pada 20 persen kelompok penduduk berpendapatan terendah meningkat dari sekitar 18,5 persen pada Maret 2012 menjadi sekitar 20,1 persen pada September 2012 (berdasarkan data Susenas Maret 2012 dan September 2012).

c. Upah harian (nominal) buruh tani dan buruh bangunan meningkat selama periode Maret 2012 dan September 2012, yaitu masing-masing sebesar 1,29 persen dan 2,96 persen.

d. Secara nasional, rata-rata harga beras relatif stabil, tercatat pada Maret 2012 sebesar Rp10.406,- per kg dan pada September 2012 sebesar Rp10.414,- per kg.

e. Adanya perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani) sebesar 0,70 persen dari 104,68 pada Maret 2012 menjadi 105,41 pada September 2012.

f. Perekonomian Indonesia triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,12 persen terhadap triwulan-I 2012, apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-y) pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 ini tumbuh sebesar 6,17 persen.

g. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 6,14 persen, mengalami penurunan dibandingkan keadaaan pada Februari 2012 yang sebesar 6,32 persen.

Page 3: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 3

h. Selama periode Maret 2012–September 2012, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok lain seperti tepung terigu, cabe rawit, cabe merah, dan telur ayam ras mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,03 persen, 18,29 persen, 12,35 persen, dan 1,25 persen.

2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau Pada September 2012

Tabel 2 menunjukkan persentase penduduk miskin menurut pulau pada September 2012. Dari tabel tersebut tampak bahwa persentase penduduk miskin terbesar masih berada di Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 24,14 persen, sementara persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 6,48 persen.

Tabel 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2012

Pulau Jumlah Penduduk Miskin (000 orang) Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumatera 2 049,64 4 127,54 6 177,18 9,93 12,88 11,72 Jawa 7 119,22 8 703,35 15 822,57 8,67 15,05 11,31 Bali dan Nusa Tenggara 626,02 1 363,55 1 989,57 11,75 16,55 14,66 Kalimantan 254,60 678,33 932,93 4,17 8,18 6,48 Sulawesi 337,09 1 708,50 2 045,59 5,59 14,36 11,41 Maluku dan Papua 121,20 1 505,60 1 626,80 6,11 31,67 24,14

Indonesia 10 507,77 18 086,87 28 594,64 8,60 14,70 11,66

Sumber: Diolah dari data Susenas September 2012.

Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa (15,82 juta orang); sementara jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan (0,93 juta orang).

3. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2004–September 2012

Jumlah dan persentase penduduk miskin menurun dari tahun 2004 ke 2005. Namun, pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan karena harga barang-barang kebutuhan pokok saat itu naik tinggi yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Namun mulai tahun 2007 sampai 2012 jumlah maupun persentase penduduk miskin terus mengalami penurunan.

Perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 ditunjukkan oleh gambar berikut:

Page 4: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 4 

Gambar 1

Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, 2004–2012

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

4. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2012–September 2012

Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 3 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada Maret 2012 dan September 2012.

Tabel 3 Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah,

Maret 2012–September 2012

Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total

(1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret 2012 187 194 80 213 267 408 September 2012 194 207 83 175 277 382 Perubahan Mar’12―Sep’12 (%) 3,75 3,69 3,73 Perdesaan Maret 2012 177 521 51 705 229 226 September 2012 185 967 54 474 240 441 Perubahan Mar’12―Sep’12 (%) 4,76 5,36 4,89 Perkotaan+Perdesaan Maret 2012 182 796 65 910 248 707 September 2012 190 758 68 762 259 520 Perubahan Mar’12―Sep’12 (%) 4,36 4,33 4,35

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2012 dan September 2012

Page 5: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 5

Selama periode Maret 2012–September 2012, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,35 persen, yaitu dari Rp248,707,- per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp259,520,- per kapita per bulan pada September 2012. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2012 sama dengan Maret 2012, yaitu sebesar 73,50 persen.

Pada September 2012, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 26,92 persen di perkotaan dan 33,38 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (8,67 persen di perkotaan dan 8,23 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah telur ayam ras (3,51 persen di perkotaan dan 2,61 persen di perdesaan), gula pasir (2,77 persen di perkotaan dan 3,86 di perdesaan), dan seterusnya. Sementara itu tercatat beberapa komoditi lain memberi pengaruh berbeda terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan seperti misalnya daging ayam ras dan cabe merah yang hanya memberi pengaruh besar terhadap GK di perkotaan, serta kopi dan tongkol/tuna/cakalang yang hanya memberi pengaruh besar terhadap GK di perdesaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada

Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2012

Komoditi Kota Komoditi Desa (1) (2) (3) (4)

Makanan

Beras 26,92 Beras 33,38

Rokok kretek filter 8,67 Rokok kretek filter 8,23

Telur ayam ras 3,51 Gula pasir 3,86

Daging ayam ras 3,12 Telur ayam ras 2,61

Gula pasir 2,77 Mie instan 2,30

Tempe 2,44 Tempe 1,96

Tahu 2,15 Tahu 1,60

Mie instan 1,59 Bawang merah 1,51

Bawang merah 1,32 Kopi 1,50

Cabe merah 1,26 Tongkol/tuna/cakalang 1,35

Bukan Makanan

Perumahan 8,70 Perumahan 5,78

Pendidikan 2,71 Pakaian jadi anak-anak 1,76

Bensin 1,91 Listrik 1,55

Angkutan 1,86 Pakaian jadi perempuan dewasa 1,46

Pakaian jadi anak-anak 1,79 Bensin 1,43 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2012

Lima komoditi bukan makanan pemberi sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan di perkotaan dan perdesaan agak berbeda. Tercatat di perkotaan adalah perumahan, pendidikan, bensin, angkutan, dan pakaian jadi anak-anak, sementara di perdesaan adalah perumahan, pakaian jadi anak-anak, listrik, pakaian jadi perempuan dewasa, dan bensin. 

Page 6: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 6 

5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2012–September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sedikit mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,88 pada Maret 2012 menjadi 1,90 pada September 2012. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,47 menjadi 0,48 pada periode yang sama (Tabel 5). Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.

Tabel 5 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Indonesia

Menurut Daerah, Maret 2012–September 2012

Tahun Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2012 1,40 2,36 1,88

September 2012 1,38 2,42 1,90

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2012 0,36 0,59 0,47

September 2012 0,36 0,61 0,48 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2011 dan September 2012,

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi daripada perkotaan, sama seperti kondisi Maret 2012. Pada September 2012, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan sebesar 1,38 sementara di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 2,42. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,36 sementara di daerah perdesaan sebesar 0,61. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Page 7: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 7

6. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2012 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2012. Jumlah sampel sebesar ±75.000 rumah tangga dimaksudkan supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.

Page 8: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 8 

Tabel 6

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi Maret 2012–September 2012

Kode Propinsi

Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

Mar’12 Sep’12 Mar’12 Sep’12 Mar’12 Sep’12 Mar’12 Sep’12 Mar’12 Sep’12 Mar’12 Sep’12

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

11 Aceh 171,80 165,43 737,24 711,13 909,04 876,56 13,07 12,47 21,97 20,97 19,46 18,58

12 Sumatera Utara 669,25 669,36 738,00 709,09 1 407,25 1 378,45 10,32 10,28 11,01 10,53 10,67 10,41

13 Sumatera Barat 127,81 124,25 276,93 273,60 404,74 397,86 6,67 6,45 9,14 8,99 8,19 8,00

14 Riau 148,17 156,41 334,90 324,90 483,07 481,31 6,43 6,68 9,36 8,94 8,22 8,05

15 Jambi 103,48 105,35 168,19 164,73 271,67 270,08 10,44 10,53 7,52 7,29 8,42 8,28

16 Sumatera Selatan 388,65 367,64 668,38 674,40 1 057,03 1 042,04 14,16 13,29 13,57 13,58 13,78 13,48

17 Bengkulu 93,67 92,67 218,00 217,80 311,66 310,47 17,18 16,89 17,94 17,80 17,70 17,51

18 Lampung 239,07 237,94 1 014,77 981,06 1 253,83 1 218,99 12,00 11,88 17,63 16,96 16,18 15,65

19 Kepulauan Bangka Belitung 25,13 24,01 46,23 46,20 71,36 70,21 3,95 3,73 7,06 6,96 5,53 5,37

21 Kepulauan Riau 108,53 106,58 22,70 24,64 131,22 131,22 7,15 6,77 6,94 7,08 7,11 6,83

31 DKI Jakarta 363,20 366,77 363,20 366,77 3,69 3,70 3,69 3,70

32 Jawa Barat 2 576,10 2 560,02 1 901,43 1 861,46 4 477,53 4 421,48 8,84 8,71 12,48 12,13 10,09 9,89

33 Jawa Tengah 2 001,12 1 946,51 2 976,25 2 916,90 4 977,36 4 863,41 13,49 13,11 16,89 16,55 15,34 14,98

34 DI Yogyakarta 305,89 306,51 259,44 255,60 565,32 562,11 13,13 13,10 21,76 21,29 16,05 15,88

35 Jawa Timur 1 630,63 1 605,96 3 440,35 3 354,58 5 070,98 4 960,54 9,06 8,90 17,35 16,88 13,40 13,08

36 Banten 333,00 333,45 319,80 314,80 652,80 648,25 4,46 4,41 8,65 8,31 5,85 5,71

51 Bali 91,43 93,25 77,34 67,71 168,78 160,95 3,77 3,81 4,79 4,17 4,18 3,95

52 Nusa Tenggara Barat 433,34 415,38 419,31 412,94 852,64 828,33 22,69 21,65 15,72 15,41 18,63 18,02

53 Nusa Tenggara Timur 115,46 117,39 897,06 882,91 1 012,52 1 000,29 12,22 12,21 22,98 22,41 20,88 20,41

61 Kalimantan Barat 80,39 74,23 282,92 281,47 363,31 355,70 5,98 5,49 9,11 9,04 8,17 7,96

62 Kalimantan Tengah 32,39 32,31 115,66 109,59 148,05 141,90 4,26 4,21 7,64 7,19 6,51 6,19

63 Kalimantan Selatan 58,17 56,54 131,70 132,68 189,88 189,21 3,68 3,56 6,07 6,07 5,06 5,01

64 Kalimantan Timur 95,20 91,52 158,13 154,59 253,34 246,11 4,05 3,82 11,01 10,56 6,68 6,38

71 Sulawesi Utara 74,38 66,81 114,74 110,72 189,12 177,54 7,11 6,36 9,05 8,69 8,18 7,64

72 Sulawesi Tengah 61,17 60,20 357,47 349,40 418,64 409,60 9,24 9,02 17,39 16,85 15,40 14,94

73 Sulawesi Selatan 129,20 133,62 696,60 672,29 825,79 805,92 4,31 4,44 13,46 12,93 10,11 9,82

74 Sulawesi Tenggara 31,56 29,56 284,77 274,70 316,33 304,25 4,99 4,62 17,00 16,24 13,71 13,06

75 Gorontalo 16,55 17,84 170,35 169,89 186,91 187,73 4,51 4,80 23,93 23,63 17,33 17,22

76 Sulawesi Barat 28,18 29,06 132,27 131,49 160,46 160,55 10,12 10,03 14,17 13,92 13,24 13,01

81 Maluku 58,47 51,10 291,76 287,79 350,23 338,89 9,78 8,39 28,88 28,12 21,78 20,76

82 Maluku Utara 7,56 8,74 84,23 79,56 91,79 88,30 2,55 2,92 10,69 9,98 8,47 8,06

91 Papua Barat 13,99 13,27 216,00 209,97 229,99 223,24 5,76 5,36 37,73 36,33 28,20 27,04

94 Papua 34,31 48,08 932,28 928,29 966,59 976,37 4,24 5,81 40,56 39,39 31,11 30,66

Indonesia 10 647,22 10 507,77 18 485,18 18 086,87 29 132,40 28 594,64 8,78 8,60 15,12 14,70 11,96 11,66