Upload
rudy-haryanto
View
4.321
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
POKOK BAHASAN 1
PENDAHULUAN
1. Sub Pokok Bahasan : Sub pokok bahasan modul 1 adalah pengertian
perilaku konsumen, variabel – variabel dalam
mempelajari perilaku konsumen, kebutuhan
konsumen dan motivasi konsumen.
2. T I K : Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
pengertian perilaku konsumen, variabel – variabel
dalam mempelajari perilaku konsumen, kebutuhan
konsumen dan motivasi konsumen.
A. PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN.
Beberapa pengertian perilaku konsumen
1. James F. Engel, berpendapat bahwa :
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan – tindakan individu
yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan
menggunakan barang – barang jasa ekonomi termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan –
tindakan tersebut.
2. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta, mengemukakan
bahwa :
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan
keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam
proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat
mempergunakan barang – barang dan jasa.
3. Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf, menjelaskan
bahwa :
Perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan, proses, dan hubungan
sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam
mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu
akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber –
sumber lainnya.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen, adalah : “tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu,
kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang – barang atau jasa
ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.”
B. VARIABEL – VARIABEL DALAM MEMPELAJARI PERILAKU
KONSUMEN.
Menurut David L. Louden dan Albert J. Della Bitta ada tiga variabel yang
dapat digunakan dalam mempelajari perilaku konsumen. Ketiga variabel
itu adalah :
1. Variabel Stimulus
Varibel ini merupakan variabel yang berada di luar diri individu (faktor
eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian.
Contohnya : merk barang dan jenis barang, iklan, pramuniaga,
penataan barang, dan ruangan took.
2. Variabel Respons
Variabel ini merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari
variabel stimulus. Variabel respons sangat bergantung pada faktor
individual dan kekuatan stimulus. Contohnya : keputusan membeli
barang, pemberi penilaian terhadap barang, perubahan sikap terhadap
suatu produk.
3. Variabel Intervening
Variabel ini merupakan variabel antara stimulus dan respons. Variabel
ini merupakan faktor internal individu, termasuk mmotif – motif
membeli, sikap terhadap suatu peristiwa dan persepsi terhadap suatu
barang. Peranan variabel ini adalah untuk memodifikasi respons.
Hubungan antara ketiga variabel di atas dapat digambarkan pada
bagan 1.1. berikut :
Variabel Variabel Variabel
Stimulus Intervening Respons
Bagan 1.1.
Variabel lain untuk mempelajari perilaku konsumen adalah variabel
unobservable, yaitu pendekatan kotak hitam (black box). Kita dapat
memahami variabel – variabel tersembunyi pada kotak hitam. Kita
dapatkan input – input stimulus pada kotak hitam, dan output respons
tertentu sebagai reaksinya, tetapi kita tidak dapat melihat variabel
intervening yang berhubungan dengan input dan output. Untuk lebih
jelasnya pendekatan ini dapat dipelajari pada Bagan 1.2.
Variabel Variabel Variabel
Stimulus Intervening Respons
Diamati hubungan antara
Input dan output.
Hasil inference dalam mengidentifikasi
Variabel intervening dan karakteristik alami
mereka.
Bagan 1.2.
C. KEBUTUHAN KONSUMEN.
1. Pengertian Kebutuhan
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan
yang ada dalam diri. Apabila konsumen kebutuhannya tidak terpenuhi,
ia akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya
terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang gembira
sebagai manifestasi rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku konsumen.
Kita tidak mungkin memahami perilaku konsumen tanpa mengerti
kebutuhannya. Kebutuhan konsumen mengandung elemen dorongan
biologis, fisiologis, psikologis, dan sosial.
2. Tipologis Kebutuhan
a. Hierarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow berpendapat bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah :
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum,
perlindungan fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai
kebutuhan paling dasar.
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari
ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
3. Kebutuhan akan merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk
diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai.
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan
dihargai oelh orang lain.
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan
untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi, kebutuhan
untuk berpendapat dengan mengemukakan ide – ide, memberi
penilaian dan kritikan terhadap sesuatu. Hierarki kebutuhan dari
Abraham Maslow ditunjukkan dengan bentuk piramida pada
bagan 1.3.
Selanjutnya Abraham Maslow mengemukakan bahwa orang dewasa
dapat memuaskan kira – kira 85 % kebutuhan fisiologis, 70 %
kebutuhan rasa aman, 50 % kebutuhan untuk memiliki dan
mencintai, 40 % kebutuhan harga diri, dan hanya 10 % kebutuhan
aktualisasi diri. Hal ini dapat diperhatikan pada bagan 1.4.
b. Kebutuhan menurut David McClelland
David McClelland mengemukakan bahwa ada tiga macam
kebutuhan, yaitu :
1. Need of achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang
merupakan refleksi dari dorongan akan tanggungjawab untuk
pemecahan masalah. Seorang yang kebutuhan berprestasinya
tinggi cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan
untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan
lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai
prestasi lebih tinggi.
2. Need of affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang
merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain,
berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain.
3. Need of power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang
merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai autoritas,
untuk memiliki pengaruh kepada orang lain.
3 Resolusi dan Konflik Kebutuhan
Ada 4 tipe situasi konflik, yaitu approach-approach conflict, approach
avoidance conflict, avoidance-avoidance conflict, double approach –
avoidance conflict.
a. Approach-approach conflict
Adalah : konflik yang terjadi apabila konsumen dihadapkan pada
situasi yang positif secara serempak atau bersamaan, yang harus
dipilih salah satu alternatif sebagai suatu tindakannya. Misalnya,
konsumen harus memutuskanmemilih diantara dua merk dari
produk yang sama pada situasi bersamaan. Konsumen merasa
kedua merk tersebut seimbang positifnya. Dalam menghadapi
situasi tersebut, yang terpenting bagi menejer ialah berupaya
mengembangkan strategi yang dapat membuat merk yang berbeda
dari produk yang berkualitas seimbang.
b. Approach avoidance conflict
Adalah : konflik yang terjadi jika konsumen dihadapkan kepada
situasi yang bersamaan dan ia harus segara melakukan sesuatu
auat tidak melakukan sesuatu. Misalnya, konsumen ingin membeli
suatu barang, tetapi uang yang ada padanya adalah untuk
memenuhi kebutuhan yang lainnya. Atau konsumen ingin membeli
suatu barang, tetapi tidak mempunyai uang untuk membelinya. Ahli
pemasaran harus dapat mengidentifikasi kualitas produk yang
layak atau tidak layak untuk konsumen. Di samping itu, dapat pula
dilakukan pembelian barang dengan sistem kredit.
c. Avoidance-avoidance conflict
Adalah : konflik yang terjadi apabila konsumen dihadapkan kepada
situasi yang harus segera menghindarkan dua tujuan atau
tindakan. Misalnya, konsumen double approach – avoidance
conflictunyai kebutuhan yang mendesak untuk memiliki suatu
barang, tetapi barang yang tersedia di took adalah barang dengan
merk yang tidak disukainya.
d. Double approach – avoidance conflict
Adalah : konflik yang terjadi apabila konsumen dihadapkan kepada
dua situasi yang bersamaan, satu situasi berpengaruh positif dan
situasi lainnya berpengaruh negarif jika tidak dilaksanakan.
Misalnya, konsumen mempunyai kebutuhan yang mendesak untuk
membeli suatu barang, tetapi pada saat yang bersamaan uang
yang adapadanya harus pula dibelikan obat.
D. MOTIVASI KONSUMEN
1. Pengertian Motif dan Motivasi
Abraham Sperling mengemukakan bahwa :
Motif adalah “suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari
dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri.
Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif.”
Willian J. Stanton mengemukakan bahwa :
Motif adalah “kebutuhan yang distimulasi yang dicari oleh individu
yang berorientasi pada tujuan untuk mencapai rasa puas.”
Fillmore H. Stanford mengemukakan bahwa :
Motivasi adalah : “suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke
arah suatu tujuan tertentu.”
.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motif
merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri konsumen yang
perlu dipenuhi agar konsumen tersebut dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Sedangkan motivasi adalah adalah kondisi
yang menggerakkan konsumen agar mampu mencapai tujuan
motifnya.
2. Teori – Teori Motivasi
Di bawah ini dikemukakan teori insting dari Samuel Freud dan William
McDougall, teori drive dari C.L. Hull, reori lapangan dari Kurt Lewin,
serta teori prestasi dan motif – motif sosial dari Edward J. Murray.
a. Teori Insting
Teori motivasi timbulnya berdasarkan teori evolusi Charles Darwin.
Darwin berpendapat bahwa tindakan yang intelligent merupakan
refleks dan instingtif yang diwariskan. Oleh karena itu, tidak semua
tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan dapat dikontrol
oleh pikiran.
Berdasarkan teori Darwin, selanjutnya William James, Sigmund
Freud dan McDougall mengembangkan teori insting sebagai konsep
yang penting dalam psikologi. Teori Freud menempatkan motivasi
pada insting agresif dan seksual. McDougall menyusun daftar
insting yang berhubungan dengan semua tingkah laku : terbang,
rasa jijik, rasa ingin tahu, kesukaan berkelahi, rasa rendah diri,
menyatakan diri, kelahiran, reproduksi, lapar, berkelompok,
ketamakan dan membangun.
b. Teori Drive
Konsep ini menjadi konsep yang tersohor dalam bidang motivasi
sdampat tahun 1918. Woodworth menggunakan konsep tsb sebagai
energi yang mendorong organisme untuk melakukan suatu
tindakan. Kata “drive” dijelaskan sebagai aspek motivasi dari tubuh
yang tidak seimbang. Misalnya, kekkurangan makanan
mengakibatkan berjuang untuk memuaskan kebutuhannya agar
kembali menjadi seimbang. Motivasi didefinisikan sebagai suatu
dorongan yang membangkitkan untuk keluar dari
ketidakseimangan atau tekanan.
Clark L. Hull berpendapat bahwa belajar terjadi sebagai akibat dari
reinforcement. Ia berasumsi bahwa semua hadiah (rewards) pada
akhirnya didasarkan atas reduksi dan drive keseimbangan
(homeostatic drives). Teori Hull dirumuskan secara matematis yang
merupakan hubungan antara drive dan habit strength.
Habit Strength adalah hasil dari faktor – faktor reinforcement
sebelumnya. Drive adalaah jumlah keseluruhan ketidakseimbangan
fisiologis atau (psysyological imbalance) yang disebabkan oleh
kehilangan atau kekurangan kebutuhan komoditas untuk
kelangsungan hhidup.
Berdasarkan perumusan teori Hull tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa motivasi seseorang sangat ditentukan oleh
kebutuhan dalam dirinya (drive) dan faktor kebiasaaan (habit)
pengalaman belajar sebelumnya. Misalnya konsumen merasa puas
membeli suatu barang di toko A, maka pengalamannya itu akan
menjadi kekuatan motivasinya untuk berbelanja pada toko A
tersebut.
c. Teori Lapangan
Teori lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewin. Teori ini
merupakan pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan
motivasi. Teori lpangan lebih memfokuskan pada pikiran nyata
seseorang ketimbang pada insting atau habit. Kurt Lewin
berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari lapangan
pada momen waktu. Kurt Lewin juga percaya pada pendapat para
ahli psikologi Gestalt yang mengemukakan bahwa perilaku itu
merupakan fungsi dari seseorang dengan lingkungannya.
d. Teori Prestasi dan Motif – Motif Sosial
Edward J. Murray berpendapat bahwa perilaku tidaklah hanya
merupakan proses kognitif saja, tetapi juga merupakan fungsi dari
lingkungan sosial. Murray mengemukakan daftar kebutuhan
psikogenik atau motif – motif sosial.
Berdasarkan daftar motif – motif sosial Murray, kita dapat
memikirkan suatu produk dan strategi pembelian yang dapat
direfleksikan pada setiap motif tesebut. Misalnya, seseorang
membeli deodoran karena motif inavoidance and order.
3. Klasifikasi Motivasi
Gerald Zaltman dan Melannie Wallendorf mengemukakan bahwa
motivasi dapat digolongkan ke dalam dua klasifikasi yaitu cognitive
motives dan affective motives.
Motif – motif kognitif menekankan pada proses informasi seseorang,
dan motif – motif efektif menekankan perasaan seseorang.
a. Motif – Motif Kognitif.
1. Konsistensi
Kecenderungan konsumen menerima hubungan yang positif
antara harga dan kualitas merupakan hasil dari motif
konsistensi. Jika kualitas tidak tentu dan harga tinggi, konsumen
dapat beralasan bahwa harga tinggi disebabkan oleh biaya
produksi bertambah dalam membuat prosuk. Maka, persepsi
terhadap kualitas prosuk menjadi konsisten dengan persepsi
harga.
2. Atribut
Dalam hal ini difokuskan pada orientasi konsumen ke arah
kejadian eksternal dalam lingungan. Dorongan untuk
merencanakan apa sebab sesuatu itu terjadi, mengetahui sebab
– sebab kejadian penting dang mengerti duania seseorang. Hal
ini merupakan karakteristik dari motif atribut.
3. Kategorisasi
Konsumen uang menghadapi lingkunga yang kompleks,
doronganya adalah untuk mempermudah pengalamannya
dengan tindakan mengkategorikan pengalaman –
pengalamannya tersebut. Hal ini terjadi jika konsumen
termotivasi untuk mempersiapkan mentalnya dalam
mengkategirikan pengalamannya dengan mendapatkan kembali
dari memorinya. Motif kategorisasi ini lebih pasif daripada motif
lainnya. Contohnya, seperti dilakukan oleh Heinz & General Mill,
yaitu strategi memberikan kredit pada produk borongan dengan
merk sama dan nama yang bersamaan. Perusahaan
mengharapkan konsumen mengatur informasi produk baru
dalam kategori yang sama sebagai informasi pada produk
lainnya dengan merk yang sama. Produk baru yang ditunjukkan
oleh konsumen mempunyai atribut positif atau negatif.
Kemudian konsumen dapat membatalkan dengan menentukan
secara jelas, mana atribut yang positif dan mana yang negatif
dari merk barang tersebut.
4. Objektivikasi
Banyak konsumen tidak dapat memahami dirinya dengan
mereflesikan dirinya sendiri. Untuk dapat mengamati perilakku
orang lain kkita harus mengerti otif apa yang melatarbelakangi
perilaku itu. Konsumen yang menghendaki mengembangkan
suatu pendapat terhadap sesuatu, pertama kali mereka
mengulangi tingkah lakunya, dan kemudian atas dasar
pengalaman sebelumnya, mereka dapat bersikap terhadap
sesuatu tersebut. Leh karena itu, sikap konsumen terhadap
suatu barang sangat dipengaruhi oleh tindakan sebelumnya
terhadap jenis dan merk barang tersebut.
5. Autonomi
Hal ini merupakan intisari dari pendekatan humanistic yang
mengarah pada apa yang memotivasi seseorang, karakteristik
konsumen dalam merealisasi diri melalui pembentukan yang
terintegrasi yang autonom. Teori motivasi ini memberi tekanan
pada perkembangan kebutuhan konsumen.
6. Stimulasi
Beberapa konsumen mempunyai kebutuhan atau dorongan
untuk stimulasi. Konsumen secara alamiah mempunyai
perasaan ingin tahu dan mencoba mendapatkan sesuatu yang
baru. Motif stimulasi membawa seseorang untuk mencoba
produk dan aktivitas – aktivitas yang berbeda – beda.
Motif stimulasi diyakinkan untuk bertanggungjawab pada
perilaku inovatif di antara konsumen. Konsumen dengan motif
stimulasi tinggi memungkinkan low loyals. Hal ini menyebabkan
konsumen mencoba merk atau produk baru yang
menghindarkan diri mereka menggunakannya untuk waktu
terlalu lama. Oleh karena itu, loyalitas mereka cukup sukar
untuk konsumen yang mempunyai motif stimulasinya tinggi.
7. Teleologis
Motif teleologis konsumen konstan memperbandingkan
pikirannya atau menghendaki situasi berdasarkan persepsinya
dengan situasi yang ada sekarang, mencoba membuat situasi
yang nyata menjadi sesuatu yang mungkin untuk pikirannya.
Bermacam – macam aktivitas, seperti produk, seleksi pelayanan,
dimonitor konstan oleh konsumen untuk menentukan apakah
gap antar dorongan atau kehendak dengan penerimaan situasi
yang ada itu meningkat atau berkurang. Jika produk baru yang
ditampilkan lebih menutup pikirannya daripada penggunaan
merk sebelumnya, maka produk baru tersebut akan diterima.
Perbandingan perilaku membeli dapat distimulasi oleh motivasi
teleologis. Bilamana konsumen mendapat produk yang
kualitasnya rendah daripada yang dikehendakinya, maka
konsumen tersebut akan pergi ke took lain untuk mendapat
produk yang mempunyai kualitas lebih baik sesuai dengan
situasi yang dikehendakinya.
8. Utilitarian
Hal ini merupakan motif konsumen yang mempunyai
kesempatan eksternaal untuk memecahkan masalah dan
merupakan dorongan untuk mendapat informasi yang
bermanfaat, kemampuan baru yang digunakan dalam melawan
tantangan kehidupan. Sebagai contoh, keputusan membeli
diterima berdasarkan informasi mengenai produk.
b. Motif – Motif Efektif.
1. Keterangan Reduksi
Hal ini untuk memotivasi konsumen memperoleh keseimbangan.
Suatu reduksi untuk kepuasan dan ketegangan merupakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Konsumen dimmotivasi
untuk mereduksi atau mengurangi ketegangan yang
dihadapinya agar terjadi keseimbangan pada dirinya.
2. Ekspresi atau Air Muka
Konsumen kadang – kadang mempunyai dorongan untuk
mengekspresikan dirinya. Mengenakan pakaian secara khas
merupakan refleksi dari motivasi ekspresi. Perilaku konsumen
dapat situnjukkan melalui ekspresi air mukanya. Artinya, untuk
mengetahui apakah konsumen merasa puas setelah proses
pembelian, dapat dibaca melalui ekspresi air mukanya.
3. Pertahanan Diri (ego-defense)
Motif mempertahankan diri merupakan dorongan untuk
melindungi self – image dirinya. Pada umumnya, konsumen
tidak ingin diketahui kekurangan dirinya. Untuk menutupi
kelemahan dirinya, konsumen akan menunjukkan perilaku
mempertahankan dirinya.
4. Reinforcement
Kekuatan motivasi reinforcement konsumen akan
mempertahankan dirinya dalam mencapai suatu tujuan.
Reinforcement dapat memperkuat respons terhadap suatu
stimulus. Reinforcement dapat bersifat positif dan negatif.
Reinforcement positif merupakan reward (hadiah) dan yang
negatif bersifat punishment (hukuman)
Teori stimulus – respons dari Watson, Pavlov, dan Skinner
merupakan konsep motivasi reinforcement.
5. Pernyataan (assertion)
Motif pernyataan merupakan motif konsumen dalam
berprestasi, kesuksesan, kekaguman, dan kekuatan. Kebutuhan
untuk berprestasi dan kekuasaan merupakan motif assertion.
Produk dan pelayanan yang diperoleh merupakan symbol
kepuasan keberhasilan dari motif assertion.
6. Afiliasi
Motif afiliasi merupakan motif konsumen yang menjadi dasar
untuk berhubungan sosial dengan orang lain, untuk
berkelompok. Motif afiliasi merupakan dorongan atau kebutuhan
konsumen untuk mengadakan hubungan inter-personal dengan
orang lain. Misalnya, dalam berbelanja, konsumen mengadakan
interaksi dengan pramuniaga took.
7. Identifikasi
Motif identifikasi merupakan motif konsumen untuk
mendapatkan kepuasan, merasa dirinya diterima oleh
lingkungan, dan merasa senang untuk memainkan peran serta
untuk merasa dibutuhkan oleh lingkungannya.
8. Modeling
Motif modeling merupakan motif konsumen untuk melakukan
tindakan yang sama dengan apa yang dilakukan oleh orang lain.
Misalnya, konsumen dalam mengadakan hubungan inter –
personal meniru yang dilakukan oleh konsumen lainnya.
POKO BAHASAN 2 : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMEN
PENDAHULUAN
1. Sub Pokok Bahasan : Sub pokok bahasan 2 adalah kekuatan sosial budaya
dan kekuatan faktor psikologis dalam mempengaruhi
perilaku konsumen.
2. TIK : Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan pengaruh
kekuatan sosial budaya dan faktor psikologis
terhadap perilaku konsumen.
A. KEKUATAN SOSIAL BUDAYA
1. Faktor Budaya
Budaya dapat didefinisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu
generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk
perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang meliputi ilmu
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan norma –
norma yang berlaku pada masyarakat.
Flemming Hansen mengemukakan bahwa karakteristik budaya adalah
“hasil karya manusia, proses belajar, mempunyai aturan / berpola,
bagian dari masyarakat, menunjukkan kesamaan tertentu tetapi pula
terdapat variasi – variasinya, pemenuhan kepuasan dan kemantapan /
ketetapan, penyesuai, terorganisasi dan terintegrasi secara
keseluruhan)
Implikasi umum dari perubahan budaya untuk ahli pemasaran adalah
sebagai berikut :
a. Psikologis untuk Cenderung Bebas dari Ketidakamanan
Ekonomis.
Konsumen merasa memiliki persediaan yang cukup akans egala
kebutuhannya. Dalam hal ini konsumen menunjukkan :
1. Kecenderungn ke arah meningkatkan kekuatan fisik, yaitu
menggunakan waktu yang berlebihan untuk mendapat uang
yang cukup.
2. Kecenderungan ke arah personalisasi, yaitu menunjukkan gaya
hidup yang baru, keinginan sedikit berbeda dengan orang lain.
Semua ini diekspresikan melalui produk.
3. Kecenderungan ke arah kesehatan dan kesegaran fisik, yaitu
menjaga kesehatan secara lebih baik, melakukan diet.
4. Kecenderungan ke arah bentuk baru secara matrealistis, yaitu
status symbol baru, memiliki materi dan uang lebih banyak.
5. Kecenderungan ke arah kreativitas pribadi, yaitu menggunakan
kreativitasnya dengan caranya sendiri, hobi, menggunakan
waktu senggangnya.
6. Kecenderungan ke arah kemanfaatan bekerja, yaitu bekerja
untuk mendapat upah yang lebih baik.
b. Kecenderungan kepada Paham Antifungsionalis.
Konsumen menunjukkan :
1. Kecenderungan ke arah aliran romantis baru, yaitu keinginan
memperbaharui kehidupan romantis, kehidupan yang modern.
2. Kecenderungan ke arah sesuatu yang baru dan suatu
perubahan yaitu menelusuri perubahan yang konstan, sesuatu
yang baru, pengalaman baru, reaksi melawan kebiasaan yang
selalu sama.
3. Kecenderungan ke arah keindahan lingkungannya, yaitu
menekankan keindahan rumah, mengerjakan sesuatu, atau
membeli sesuatu.
4. Kecenderungan ke arah kenikmatan, yaitu memperbesar
pengalaman sensori, perasaan, misalnya senyum, tertawa.
5. Kecenderungan ke arah mistik, yaitu meneliti mode baru yang
bersifat spiritual, kepercayaan, berminat kepada ramalan
astrologi.
6. Kecenderungan ke arah introspeksi, yaitu meningkatkan
kebutuhan akan pemahaman diri dan kehidupan yang sesuai
dengan harapannya.
c. Kecenderungan Reaksi Melawan Kompleksitas.
Konsumen nenunjukkan :
1. Kecenderungan ke arah hidup sederhana, yaitu pelayanan dan
cara hidup.
2. Kecenderungan ke arah kembali pada alam, yaitu menolak yang
bersifat artificial, mengadopsi yang lebih bersifat alammiah
dalam berpakaian, makan dan cara hidup.
3. Kecenderungan ke arah peningkatan kebangsaan, yaitu
menemukan kepuasan baru, mengidentifikasi makanan,
pakaian, gaya hhidup yang berbeda dari setiap bangsa.
4. Kecederungan ke arah peningkatan keterlibatan masyarakat,
yairu meningkatkan afiliasi dengan masyarakat setempat,
aktivitas yang ada pada tetangga.
5. Kecenderungan ke arah memperbesar kepercayaan kepada
teknologi daripada tradisi, yaitu memperbesar kepercayaan
kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kecenderungan ke arah yang besar, yaitu memanifestasikan
respek kepada merk yang besar dan toko yang besar.
2. Faktor Kelas Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari
sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam
masyarakat.
Kelas sosial berbeda dengan status sosial walaupun sering kedua
istilah ini diartikan sama. Sebenarnya, kedua istilah tersebut
merupakan dua konsep yang berbeda. Contohnya, walaupun seorang
konsumen berada pada kelas sosial yang sama, memungkinkan status
sosialnya berbeda, atau yang satu lebih tinggi status sosialnya
daripada yang lainnya.
Werner mengemukakan bahwa kelas sosial dapat dikategorikan ke
dalam upper-upper class, lower-upper class, upper-middle class, lower-
middle class, upper-lower class dan lower-lower class.
1. Kelas puncak atas, jumlahnya relatif sedikit, merupakan orang
ningrat, mempunyai banyak harta warisan, mempunyai reputasi
internasional.
2. Kelas puncak bawah, adalah orang – orang kaya, tetapi bukan
orang ningrat, pemilik perusahaan besar, dokter dan ahli hukum
yang kaya.
3. Kelas menengah atas merupakan orang – orang yang sukses dalam
profesinya, misalnya, dokter, para ahli, professor, pengusaha
perusahaan cukup besar, orang yang mempunyai motivasi tinggi
untuk mengembangkan karirnya, biasanya merupakan anggota
pemain golf, bridge, scrabble.
4. Kelas menengah bawah merupakan pekerja yang non menejerial,
mempunyai usaha kecil – kecilan, mempunyai rumah yang
sederhana.
5. Kelas bawah atas terdiri dari orang – orang yang berpenghasilan
relatif cukup untuk kebutuhan sehari – harinya, dan pada umumnya
istrinya ikut aktif pula menambah penghasilannya. Kelas bawah
atas ini merupakan pula pedangang atau pegusaha ekonomi lemah,
pegawai biasa.
6. Kelas bawah rendah terdiri dari pekerja-pekerja kasar, hidup
dengan penghasilan kurang.
Untuk lebih memudahkan kita memahami kelas sosial masyarakat,
sebaiknya kelas sosial itu dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Kelas sosial golongan atas,
2. Kelas sosial golongan menengah, dan
3. Kelas sosial golongan rendah.
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen dapat
dikarakteristikan antara lain :
1. Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli
barang – barang yang mahal, membeli pada took yang berkualitas
dan lengkap (took serba ada, supermarket), konservatif dalam
konsumsinya, barang – barang yang dibeli cenderung untuk dapat
menjadi warisan bagi eluarganya.
2. Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang untuk
menampakkan kekayaannya, membeli barang dengan jumlah yang
banyak dan kalitasnya cukup memadai. Mereka berkeinginan
membeli barang yang mahal dengan sistem kredit, misalnya
membeli kendaraan, rumah mewah, perabot rumah tangga.
3. Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan
mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya
mereka membeli barang untuk kebutuhan sehari – hari,
memanfaatkan penjualan barang – barang yang diobral atau
penjualan dengan harga promosi.
3. Faktor kelompok Anutan
Kelompok anutan didefinisikan sebagai suatu kelompok orang yang
mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen.
Kelompok anutan ini merupakan kumpulan keluarga, kelompok atau
organisasi tertentu. Misalnya, perhimpunan artis, atlet, kelompok
pemuda, kelompok mesjid dan organisasi kecil lainnya.
Willian J. Stanton mengemukakan bahwa “perilaku konsumen
dipengaruhi oleh kelompok anutan yang mereka menjadi anggotanya
atau yang mereka cita – citakan.
Pengaruh kelompok anutan terhadap perilaku konsumen antara lain
dalam menentukan produk dan merk yang mereka gunakan yang
sesuai dengan aspirasi kelompok.
Oleh karena itu, bagi ahli pemasaran penting untuk melakukan hal –
hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi pengaruh – pengaruh kelompok anutan terhadap
penggunaan produk, merk yang sesuai dengan aspirasi kelompok
anutan tersebut.
2. Mengukur keluasan pengaruh kelompok anutan dalam proses
pengambilan keputusan membeli.
Keefektifan pengaruh perilaku konsumen dari kelompok anutan
tersebut sangat bergantung pula pada kualitas produk dan informasi
yang tersedia pada konsumen.
4. Faktor Keluarga
Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang
terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan
dalam pengambilan keputusan membeli.
Keluarga dapat berbentuk keluarga inti yang terdiri dari tokoh ayah,
ibu, dan anak. Dapat pula berbentuk keluarga besar yang terdiri dari
tokoh ayah, ibu, anak, kakek, nenek, serta warga keturunanya.
Dalam menganalisis perilaku konsumen, faktor keluarga dapat
berperan sebagai berikut :
1. Siapa pengambil inisiatif, yaitu siapa yang mempunyai inisiatif
membeli, tetapi tidak melakukan proses pembelian. Apakah tokoh
ayah, ibu, atau kakek dan nenek ?
2. Siapa pemberi pengaruh, yaitu siapa yang mempengaruhi
keputusan membeli. Apakah tokoh ayah, ibu, anak, atau kakek dan
nenek ?
3. Siapa pengambil keputusan, yaitu siapa yang menentukan
keputusan apa yang dibeli, bagaimana cara membelinya, kapan
dan dimana tempat membeli. Apakah tokoh ayah atau ibu ?
4. Siapa yang melakukan pembelian, yaitu siapa di antara keluarga
yang akan melakukan proses pembelian. Apakah tokoh ibu atau
anak ?
5. Pemakai, yaitu siapa yang akan menggunakan produk yang dibeli,
apakah ayah, ibu, anak, kakek, nenek ?
B. KEKUATAN FAKTOR PSIKOLOGIS
1. Faktor Pengalaman Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat
pengalaman sebelumnya.
Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh
pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan
menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli. Hal ini
dapat dipelajari pada teori belajar yang dikemukakan di bawah ini.
a. Teori Stimulus – Respons
Ahli teori ini adalah Pavlov, Skinner dan Hull. Berdasarkan
penelitian mereka disimpulkan bahwa belajar merupakan respon
atau reaksi terhadap beberapa stimulus. Jika respon
menyenangkan, akan terjadi kepuasan; dan sebaliknya, jika tidak
menyenangkan, akan menjadi hukuman. Respons yang sama jika
diulang – ulang akan membentuk kebiasaan. Begitu pula jika
stimulus diulang – ulang akan menjadi respon yang kuat.
Berdasarkan teori stimulus – respons dapat disimpulkan bahwa
konsumen akan merasa puas jika mendapatkan produk, merk, dan
pelayanan yang menyenangkan; dan sebaliknya jika produk, merk,
dan pelayanan diperolehnya dengan tidak meyengankgan, akan
menjadikan konsumen tidak puas. Begitu pula jika barang – barang
ditampilkan secara terus menerus dalam iklan, surat kabar, atau
media massa lainnya akan memperkuat pengenalan konsumen
terhadap barang tersebut.
b. Teori Kognitif
Hilgard dalam teori kognitif berpendapt bahwa unsure “memori” itu
penting. Belajar, menurutnya, adalah mencari suatu objek yang
didasarkan atas keadaan masa lampau, sekarang, dan masa yang
akan datang.
Berdasarkan teori kognitif, perilaku kebiasaan merupakan akibat
dari proses berpikir dan orientasi dalam mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan toeri ini dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
sangat dipengaruhi oleh memorinya terhadap situasi yang terjadi
pada masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.
c. Teori Gestalt dan Lapangan
Prinsif teori Gestalt ialah keseluruhan lebih berarti daripada bagian
– bagian. Maka, menurut teori ini, belajar merupakan suatu proses
keseluruhan terhadap sesuatu. Sedangkan teori lapangan dari Kurt
Lewiin berpendapat tentang pentingnya penggunaan dan
pemanfaatan lingkungan.
Berdasarkan teori gestalt dan Lapangan dapat disimpulkan bahwa
faktor lingkungan merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh
pada perilaku konsumen. Penggunaan objek secara keseluruhan
akan lebih baik daripada hanya bagian – bagian. Misalnya,
penampilan produk, merk, dalam iklan, surat kabar, media massa,
akan lebih berarti jika dalam ukuran yang besar.
2. Faktor Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat – sifat
yang ada pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya.
Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya
(motif, IQ, emosi, cara berpikir, persepsi) dan faktor eksternal dirinya
(linkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, lingkungan alam).
Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan
keputusan dalam membeli. Oleh karena itu, peranan pramuniaga toko
penting dalam memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen.
Pelayanan yang ditampilkan oleh pramuniaga toko sangat dipengaruhi
oleh kepribadiannya. Oleh karena itu, sebaiknya pramuniaga toko
adalah pramuniaga yang berkepribadian dewasa.
Secara psikologis, kepribadian dewasa diartikan sebagai perilaku yang
terkontrol sesuai dengan tuntutan lingkungan sehingga reaksinya tidak
merugikan konsumen amupun dirinya sendiri.
Ahli psikologi kepribadian, G.W. Allport, berpendapat bahwa
kepribadian yang dewasa memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. Adanya extention of the self. Artinya, cara berpikir pramuniaga
sudah tidak egosentris lagi, tetapi sudah terarah kepada luar
didrinya. Kepentingan pribadi dan konsumen sudah diperhitungkan
secara harmonis dan matang. Pramuniaga telah menyadari bahwa
kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang perlu mendapat
perhatian.
2. Adanya self of objectiviation and self of humor. Artinya, pramuniaga
sudah dapat menilai sesuatu secara nyata dan objektif. Pramuniaga
dapat berperilaku jujur, mawas diri untuk dapat menyenangkan
konsumen.
3. Adanya unifying of philosophy of life. Artinya, pramuniaga sudah
mempunyai falsafah hidup yang jelas. Pedoman dan tujuan hidup
pramuniaga sudah terarah dengan jelas. Pramuniaga menyadari
bahwa tugasnya itu mulia karena ia dapat berbuat baik dengan
cara melayani konsumen dalam proses membeli.
3. Faktor Sikap dan Keyakinan
Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian kognitif seseorang
terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya
cenderung ke arah berbagai objek atau ide.
Sikap dapat pula diartikan sebagai kesiapan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan atau kreativitas. Sikap sangat
mempengaruhi keyaninan, begitu pula sebaliknya, keyakinan
menentukan sikap.
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, sikap dan keyakinan
sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merk, dan
pelayanan.
Sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau merk
dapat diubah melalui komunikasi yang persuasive dan pemberian
informasi yang efektif kepada konsumen. Dengan demikian konsumen
dapat membeli produk atau merk baru, atau produk yang ada pada
toko itu sendiri.
4. Konsep Diri atau Self - Concept
Konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita melihat diri sendiri
dan dalam waktu tertentu sebagai gambaran tentang apa yang kita
pikirkan.
Para ahli psikologi membedakan konsep diri yang nyata dan konsep
diri yang ideal. Konsep diri yang nyata ialah bagaimana kita melihat
diri dengan sebenarnya. Sedangkan konsep diri ideal adalah
bagaimana diri kita yang kita inginkan.
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, kita perlu
menciptakan situasi yang sesuai dengan yang diharapkan oleh
konsumen. Begitu pula menyediakan dan melayani konsumen dengan
produk dan merk yang sesuai dengan yang diharapkan oleh
konsumen.
POKOK BAHASAN 3
PENDAHULUAN
1. Sub Pokok Bahasan : Sub pokok bahasan modul 3 adalah tipe – tipe
konsumen menurut E. Kretschmer dan Johnstone.
2. TIK : Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tipe – tipe
konsumen menurut E. Kretschmer dan Johnstone
serta mampu mempraktikkan cara melayani
berbagai tipe konsumen tersebut.
A. TIPE – TIPE KONSUMEN MENURUT ERNESRST
KRETSCHMER.
Ernerst Kretschmer, berdasarkan hasil penelitiannya, meyimpulkan
adanya korelasi positif antara bentuk tubuh manusia dengan perilakunya.
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, Ernerst Kretschmer
mengkategorikan tiga tipe konsumen, yaitu tipe piknis, tipe leptosom dan
tipe atletis.
1. Konsumen Tipe Piknis.
Tipe ini menunjukkan bentuk badan bulat, anggota badan pada
umumnya agak pendek, dan wajahnya bulat lebar. Karakter tipe piknis
ada yang menunjukkan sifat peramah dan suka bicara, tenang dan
suka humor; ada pula yang sifatnya pendiam, baik hati, serta yang
bersifat praktis energetic.
Adapun cara menghadapi atau melayani tipe piknis antara lain adalah :
a. Perhatikan suasana hatinya, dan usahakan untuk berbincang
– bincang jika kelihatannya ia menghendaki.
b. Lakukan percakapan yang menarik, ramah, dan sedikit
humor.
c. Jangan mengadakan debat kusir karena pada umumnya
mereka mempunyai kemampuan “bersilat lidah”.
d. Untuk tipe piknis yang pendiam, sebaiknya beri perhatian
dengan cara mengucapkan, misalnya, “Ada yang perlu dibantu Pak,
Bu, Om, Tante ?”.
e. Jika mereka menunjukkan perilaku tertentu yang kurang
pantas didengar, janganlah dipersoalkan karena mereka suka
guyon atau humor.
2. Kosumen Tipe Leptosom.
Tipe ini menunjukkan bentuk tubuh agak kecil dan lemah, bahu
tampak kecil, leher dan anggota badan menunjukkan kesan kurus
panjang. Karakter tipe Leptosom ada yang menunjukkan orang
angkuh, orang idealis.
Adapun cara menghadapi atau melayani tipe ini antara lain adalah :
a. Hormatilah mereka seperti seorang raja yang harus siap
dilayani.
b. Bersikaplah sabar, hormat, bijaksana, menurut perintahnya.
c. Jangan menegur mereka dengan cara kurang enak, tetapi
sapalah mereka dengan sikap, tunduk kepada mereka.
3. Konsumen Tipe Atletis.
Tipe konsumen ini menunjukkan bentuk tubuh badan kokoh, pundak
tampak lebar, dan pinggul berisi. Anggota badannya cukup panjang,
badan berotot dan kekar. Wajahnya bulat telur atau lonjong.
Karakternya menunjukkan sikap banyak gerak, tetapi penampilannya
kalem, jarang humor, dan mempunyai sifat tidak lekas percaya dan
kaku.
Adapun cara menghadapi atau melayani tipe ini antara lain adalah :
a. Hindarilah berdiskusi atau berdebat kusir.
b. Berilah kesan seakan – akan mereka adalah orang yang
pandai.
c. Bersabarlah dan jangan menunjukkan sikap terburu – buru
kepada mereka.
d. Sebaiknya, jika ada pertanyaan yang mereka kemukakan,
hendaknya dijawab dengan penjelasan yang sistematis dan, kalau
memungkinkan, dengan alat peraga. Karena mereka pada
umumnya tidak cepat percaya.
e. Hindarkanlah sikap yang mengecewakan mereka, terutama
jika mereka tidak jadi membeli barang.
B. TIPE – TIPE KONSUMEN MENURUT JOHNSTONE.
Psikolog Inggris, Johnstone, mengemukakan tipe – tipe konsumen
sebagaimana diuraikan oleh Faisal Affif : “Tipe – tipe konsumen antara
lain dikategorikan sebagai konsumen pria, konsumen wanita, konsumen
remaja, konsumen lanjut usia, konsumen pendiam, konsumen suka
bicara, konsumen penggugup, konsumen ragu – ragu, konsumen
pembantah, konsumen pendatang, konsumen sadar, konsumen curiga,
konsumen angkuh dan konsumen lainnya.
1. Pembeli Pria.
a. Mudah terpengaruh oleh bujukan penjual.
b. Sering tertipu karena tidak sabaran untuk memilih dulu sebelum
membeli sesuatu.
c. Punya perasaan kurang enak jika memasuki took tanpa membeli
sesuatu.
d. Kurang begitu berminat untuk berbelanja sehingga sering
terburu – buru mengambil keputusan pembeli.
2. Pembeli Wanita.
a. Tidak mudah terbawa arus atau bujukan penjual.
b. Lebih tertarik pada warna dan bentuk, bukan pada
kegunaannya, karena wanita lebih perasaan daripada pria.
c. Juga lebih banyak tertarik pada “gejala mode”, terutama pada
remaja putrid, dan bahkan belakangan ini remaja putra pun mulai
tertarik.
d. Mementingkan status sosial, dalam hal ini wanita jauh lebih
peka.
e. Menyenangi hal – hal yang romantis daripada yang objektif. Ini
bisa diperhatikan pada bunyi reklame yang biasanya berkisar pda
kesejahteraan anak, kebahagiaan rumah tangga, kesehatan suani,
dan sebagainya.
f. Kurang begitu tertarik pada hal – hal teknis dari barang yang
akan dibelinya.
g. Senang berbelanja sehinga sering kali sukar untuk cepat
menentukan barang mana yang akan dibelinya.
h. Cepat merasakan suasana toko.
Cara terbaik untuk memperlakukan langganan wanita adalah :
a. Wanita sering menyediakan banyak waktu untuk
berbelanja sehingga mereka akan merasakan kesenangan
tersendiri jika dapat memilih dari persediaan barang yang banyak.
b. Karena wanita lebih peka terhadap suasana toko,
maka untuk melayaninya pun diperlukan kesabaran yang tinggi,
penuh perhatian, tidak cepat tersinggung, dsb.
c. Sangat tertarik jika ada penjualan – penjualan
khusus, misalnya obral, sehingga dapat membeli dengan semurah
mungkin.
d. Karena wanita memiliki peranan dalam
mengatur”uang belanja”, maka faktor harga sering kali memainkan
pengaruh yang amat penting, apalagi memang wanita lebih
berbakat “hemat” bila dibandingkan dengan pria.
3. Pembeli Remaja.
a. Remaja amat mudah terpengaruh oleh rayuan penjual.
b. Mudah terbujuk rayuan iklan, terutama pada kerapian kertas
bungkus (apalagi jika dihiasi dengan warna warna yang menarik)
c. Tidak berpikir hemat.
d. Kurang realistis, romantis, dan mudah terbujuk (impulsive)
4. Pembeli Lanjut Usia
a. Umumnya kelompok ini memiliki pola berpikir yang sesuai
dengan pengalaman hidupnya. Sering kali menampakkan tingkah
laku seolah – olah mereka adalah yang terpandai; penjual seringkali
dianggap sebagai anak kecil yang tidak mengetahui apapun
(seperti anak yang baru lahir)
b. Tidak bisa mengikuti perputaran zaman sehingga sering
menanyakan barang – barang yang sudah tidak diproduksi lagi
(bahkan mungkin barang tersebut sudah berubah bentuk maupun
kualitasnya) sehingga sering kali gagasan mereka ini terasa “kolot”.
c. Tidak terburu – buru dalam membeli barang, bahkan senang
berbincang – bincang dulu dengan penjual (untuk sekedar
melupakan kesunyian di rumah).
d. Kehidupan sekarang dirasakannya sangat tidak meyenangkan
sebab zaman sekarang adalah zaman tergesa – gesa. Mereka
umumnya bertindak lamban dalam membeli barang.
e. Bersikap tenang dan ramah, terutama kaum wanitanya
cenderung untuk menunjukkan rasa keibuannya kepada yang lebih
muda (juga kepada pelayan toko).
Cara yang terbaik untuk memperlakukan langganan lanjut usia
adalah :
a. Harus banyak menyisihkan waktu untuk melayaninya, penuh
pengertian dan kesabaran disesuaikan dengan kecepatan gerak
langganan.
b. Dengarkan nasihat – nasihat mereka dengan baik, dan
jangan secara langsung mencoba berdiskusi tentang zaman gilang
gemilang yang telah lampau.
c. Bila harus menasihatinya, jangan berbuat seolah – olah
nasihat tersebut datangnya dari orang yang lebih muda, tetapi
coba usahakan kesan bahwa nasihat tersebut datang dari orang
yang sebaya dengannya. Misalnya “menururt Nenek barang ini
amat baik mutunya”.
d. Dapat meminta tolong kepada penjual yang agak lanjut usia
sebab biasanya langganan akan lebih percaya. Cara ini bisa dipakai
jika langganan merasa dirinya yang paling pintar atau langganan
merasa sukar mengambil keputusan.
5. Pembeli Pendiam.
Ini merupakan tipe langganan yang paling sulit dihadapi sebab penjual
tidak mempunyai pegangan untuk dapat mulai mencoba mengadakan
percakapan. Hal ini biasanya disebabkan oleh :
a. Adanya rasa malu sehingga pembeli tidak memiliki keberanian
untuk menyatakan pendapatnya dengan jelas. Kesukaran yang
demikian tidak hanya terdapat pada anak kecil saja, tetapi pada
orang dewasa juga.
b. Adakalanya pembeli tidak mau atau segan berbicara karena
sedang memikirkan sesuatu, mungkin sedang berpikir tentang
untung dan ruginya jika ia membeli barang ini, atau sedang
memikirkan harganya. Biasanya langganan yang demikian adalah
orang yang mengetahui betul apa – apa yang diinginkannya.
c. Biasanya, jika pembeli tidak dapat memusatkan pikirannya pada
suatu barang, sering dapat menunjukkan kesan gugup, ia mencoba
untuk mencari sesuatu yang ia sendiri tidak tahu sehingga sebelum
pelayan selesai menerangkan suatu barang, perhatian langganan
sudah beralih lagi kepada barang lain tanpa ia dapat memberikan
komentar terlebih dahulu.
d. Kurang kemampuan berbicara yang mungkin disebabkan oleh
adanya kerusakan organis ataupun kelainan psikis.
Cara terbaik untuk memperlakukan pembeli pendiam ini adalah :
a. Pembeli yang pemalu akan merasa tentram jika dihadapi
dengan sikap ramah tamah, hormat dan penuh perhatian. Pembeli
pemalu biasanya cenderung untuk cepat membeli. Disini harus
diusahakan jangan sampai langganan tersebut membeli sesuatu
hanya untuk menghilangkan rasa malunya saja, harus jeli untuk
dapat menolongnya dlam memilih barang – barang yang akan
dibelinya agar kelak langganan tidak merasa menyesal.
b. Jika pembeli tampaknya sedang memikirkan sesuatu,
sebaiknya jangan diajak bicara, sebab dapat mengacaukan
pikirannya. Cukup bila dilontarkan pertanyaan – pertanyaan yang
dapat menarik perhatiannya hanya kepada barang – barang yang
akan dibelinya, misalnya : “Bagaimana pendapat Bapak…? Apakah
ini cukup baik dan praktis ?”.
c. Harus dicoba menarik perhatian pembeli yang kurang
dapat memusatkan perhatiannya, misalnya dengan cara
menggerakkan tangan atau dengan berbicara yang menarik. Jika
perhatian pembeli tadi sudah dapat dipusatkan kembali, harus
ditunjukkan dan didemonstrasikan agar perhatian pembeli ini tidak
buyar lagi, bahkan jika memungkinkan, usahakan agar barang
tersebut dapat dipegang atau langsung dicobanya.
d. Seandainya dijumpai pembeli yang mengalami hambatan
dalam kemampuan berbicara, janganlah sekali – kali hal itu
diperhatikan. Usahakan berpura – pura tidak menganggapnya
sebagai orang yang mengalami kelainan berbicara. Mereka akan
merasa tentram jika tidak ditatap. Berbicaralah dengan tenang, dan
arahkan pandangan mata pada barang – barang yang akan
dibelinya. Usahakan untuk senantiasa dapat terus menjalin
percakapan. Jangan menunjukkan rasa kasihan, tetapkal bersikap
wajar, sebagaimana sikap menghadapi pembeli – pembeli lainnya.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi tipe konsumen
ini adalah :
a. Hampir setiap orang sangat senang dapat mendengarkan
suaranya sendiri. Pada dasarnya manusia senang berbicara, begitu
juga pembeli pendiam, dan mereka akan sangat berterima kasih
jika diajak ikut bicara, misalnya dengan cara mengajukan
pertanyaan – pertanyaan yang dapat menarik perhatian mereka.
b. Pertanyaan – pertanyaan isi hati mereka ini umumnya
dapat dipercaya dan mempunyai nilai tinggi. Hal ini dapat dilihat
pada pancaran air mukanya. Dan jangan lupa, menghadapi pembeli
pendiam ini sangat membutuhkan kesabaran, dan mereka dapat
ditolong dengan sikap sabar dan ramah.
6. Pembeli yang Suka Bicara
Ada orang yang mengetahui bagaimana cara yang baik untuk dapat
memulai percakapan, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
menghentikannya. Ciri seorang pembeli yang suka bicara ini amat
mudah diketahui : Ia masuk ke toko sambil berbicara ini amat mudah
diketahui bahkan sering kali tentang 1001 macam maslah tanpa
menyinggung tujuannya memasuki toko sehingga seringkali objek
pembicaraan menjadi ngawur tanpa batas.
Jika menghadapi situasi yang demikian, penjual secara bijaksana harus
dapat mengalihkan perhatian pembeli kepada barang yang
dibutuhkannya. Seandainya pembeli terus berbicara tanpa henti, pada
saat-saat percakapan tersebut mendadak berhenti, penjual harus
dapat segera mengalihkan pembicaraan kepada barang apa yang akan
dibelinya. Hal ini akan memberi kesan bahwa ia telah mendapat penuh
perhatian sehingga pembeli merasa senang; dan memang hal tersebut
yang dibutuhkannya. Pembeli memang butuh menjadi pusat perhatian.
7. Pembeli yang Gugup.
Dalam menghadapi pembeli yang guggup usahakanlah penampilan
setenang mungkin. Jangan sampai ada tingkah laku anda yang
mengesankan keragu – raguan karena hal ini akan membuat pembeli
semakin terburu – buru dan semakin gugup.
Jika kondisi ruangan memungkinkan, sebagai langkah pertama adalah
menyilakan duduk. Hal ini akan sangat dirasakan oleh pembeli sebagai
suatu pertolongan.
Jangan sekali kali mencoba menjual barang melebihi apa yang
dimintanya, sebab dapat membawa efek yang sebaliknya. Dan yang
penting anda harus memusatkan perhatian pembeli hanya kepada hal
yang ditujunya. Yang juga perlu diperhatikan, jangan menunjukkan
kesan “tahu” bahwa pembeli adalah penggugup. Hal ini dapat
membuat sakit hati maupun rasa tersinggung, dan ketegangan
demikian dapat menyulitkan pembeli.
8. Pembeli yang Ragu – ragu.
Sering kali orang merasa kesulitan untuk memutuskan sesuatu. Jika
kesulitan demikian sudah mennjadi suatu kebiasaan, maka orang akan
merasa hhidup dalam dunia yang senantiasa ragu – ragu, dan dalam
kondisi yang demikian “harus ada orang lain yang mencoba
memutuskannya”. Hal ini tentu saja menjadi tugas pelayanan toko.
Keraguan tersebut biasanya disebabkan oleh :
a. Pendidikan yang salah. Jika sejak kecil seseorang tidak pernah
dilatih untuk mencoba memutuskan sesuatu dan bertanggungjawab
dengan segala resiko dari segala keputusan yang telah diambilnya,
maka otomatis orang tersebut menjadi peragu serta senantiasa
takut untuk memutuskan sesuatu.
b. Kondisi keuangan yang kurang memungkinkan secara cepat
memutuskan sesuatu sehingga pembeli harus berpikir dua kali.
c. Barang yang akan dibeli adalah untuk orang lain, dan pembeli
harus lebih berhati – hati agar tidak salah beli.
Cara yang terbaik untuk memperlakukan langganan yang ragu – ragu
adalah :
a. Landasan utama bagi setiap penjual adalah kepercayaan,
terutama terhadap langganan yang ragu – ragu, penjual harus
dapat merebut kepercayaan itu. Bukankah pembeli itu harus
mendapat nasihat dan pertolongan ? pembeli akan mengikuti
nasihat jika mereka telah mempercayainya terlebih dahulu. Untuk
hal tersebut dapat diusahakan untuk mencoba menawarkan barang
– barang yang terbaik (tetapi tidak terlalu mahal).
b. Pembeli harus merasa senang. Oleh karena itu, anda
harus dapat bersikap tenang, percaya pada diri sendiri, ditambah
penampilan bahwa anda memiliki keahlian tertentu sehingga
sanggup menceritakan tentang segala jenis barang sampai kepada
hal – hal yang sekecil – kecilnya sehingga langganan akan merasa
semakin tertarik.
c. Pembeli jangan terlalu banyak diberi pilihan. Jika pilihan
pertama terasa kurang menarik, segeralah barang tersebut
disingkirkan, dan mulaikah menawarkan barang lain dengan pilihan
kedua.
d. Coba mengikuti selera pembeli. Jangan memaksakan
pendapat.
e. Harus diusahakan agar pembeli mau bicara. Oleh karena
itu, usahakanlah untuk memperoleh komentar dari pembeli tentang
barang – barang yang telah ditunjukkan.
f. Jika ada pembeli telah memperoleh barang menurut
seleranya, harus ada usaha untuk dapat meyakinkannya agar ia
mau membeli barang tersebut, tetapi hati – hati jangan sampai
menampakkan kesan memaksa. Usahakanlah seolah – olah pembeli
telah memutuskan sesuatu atas kemauannya sendiri.
g. Keragu – raguan pembeli yang harus membeli barang
untuk orang lain dapat dipecahkan dengan cara memberikan
jaminan : seandainya salah, barang dapat ditukar atau
dikembalikan.
h. Untuk masalah kesulitan harga, secara halus dan
bijaksana dapat ditawarkan cara lain yang dapat memudahkan
pembayarannya. Akan tetapi, disini harus lebih berhati – hati,
terutama kalau pembeli tidak memintanya sebab khawatir kalau
pembeli merasa tersinggung.
9. Pembeli Pembantah
Dalam praktek kita sering harus berhadapan dengan orang yang
senantiasa membantah segala sesuatu yang diungkapkan oleh orang
lain. Biasanya tipe orang yang demikian jika memasuki toko suka
membuat gaduh suasana, mengganggu pelayanan, dan sebagainya.
Orang demikian beranggapan bahwa dirinya adalah yang paling
pandani, dan senantiasa segan mendengarkan argumen orang lain
tentang suatu jenis barang. Di sini sebaiknya dijaga agar tidak terjadi
diskusi yang berlarut – larut.
Cara terbaik untuk memperlakukan pembeli pembantah adalah :
a. Jangan memeprlihatkan reaksi bahwa pembeli adalah pihak
yang salah, jika demikian, dikhawatirkan akan timbul diskusi yang
berkepanjangan, perdebatan besar dan akhirnya akan kehilangan
pembeli.
b. Perlihatkan sikap tenang, tidak gugup dan jangan marah.
c. Batasilah percakapan hanya pada barang yang akan dibelinya,
dan jangan sampai menyimpang dari pokok pembicaraan.
d. Kemukakan argumen walaupun senantiasa dibantah sebab lama
– kelamaan pembelipun dapat bersikap baik jika bantahan tadi
dijawab dengan baik, fasih dan tetap tenang.
e. Kadang kala perlu juga sekali – kali mengulangi beberapa
argumen yang dianggap penting.
f. Jangan sampai anda terpancing untuk berbicara ngawur.
g. Bila harus membantah juga, kemukakanlah hal tersebut dengan
cara yang bijaksana. Mungkin anda harus mengiyakannya terlebih
dahulu, seperti, “Ya, dari sudut pandangan anda hal tersebut
memang dapat dibenarkan, tetapi…..mungkin dari sudut
pandangan yang lain bisa saja pandangan anda terasa kurang
relevan”.
h. Jika dapat mengikuti percakapan dengan sungguh – sungguh,
akan dapat lebih mudah lagi untuk mendapat lubang kelemahan
dari argumentasi – argumentasi yang dilontarkan, dan anda dapat
menguasai percakapan tersebut tanpa disadarinya. Tentunya
langganan ini akan merasa senang atas perhatian yang
diterimanya, dan secara langsung biasanya langganan tersebut
akan berubah sikap menjadi lebih lunak.
10.Pembeli Pendatang.
Kadang – kadang akan dijumpai kesulitan juga jika menghadapi
pembeli yang datang dari daerah pedesaan. Untuk menghadapi
pembeli demikian perlu sekali disediakan waktu agar mereka dapat
berbelanja dengan tenang, sesuai dengan alam pedesaan yang
mereka nikmati sehari – harinta. Juga mereka sangat mengharapkan
perhatian penuh dari pelayan – pelayan toko.
11.Pembeli yang Sadar.
Pembeli yang sadar adalah pembeli yang yakin terhadap dirinya
sendiri dan sudah mengetahui sebelumnya apa yang akan dibellinya.
Biasanya dengan penuh keyakinan mereka melangkah memasuki toko,
lalu meyatakan keperluannya dengan ringkas dan jelas serta tidak
akan banyak membuang waktu dalam menentukan barang apa yang
akan dibellinya.
Cara terbaik untuk memperlakukan pembeli yang sadar adalah :
a. Pembeli ini sudah biasa menentukan pilihannya sebelum ia
masuk ke sebuah toko, dan orang semacam ini biasanya sulit untuk
dipengaruhi. Ia dapats segera dilayani sebagaimana biasa dan …
selesai. Akan tetapi, seandainya terpaksa harus menasihatinya,
maka segala sesuatunya harus dikatakan dengan ringkas, tegas,
dan jelas, serta penuh penghormatan dan bijaksana.
b. Adakalanya orang yang demikian ini tidak menampakkan diri
dalam penampilannya. Biasanya mereka bergerak agak lamban,
tetapi tegas dalam berbicara, menampakkan kesan kalem, tenang,
dan selalu penuh perhatian.
12.Pembeli yang Curiga
Pembeli yang curiga adalah pembeli yang selalu mencari kesalahan
pada barang – barang yang akan dibelinya atau kesalahan – kesalahan
dari penjelasan – penjelasan yang dikemukakan oleh pelayan toko.
Mereka umuumnya adalah orang yang tidak tenang dan selalu merasa
curiga akan diperas atau ditipu.
Adapun penyebab kecurigaan itu adalah :
1. Pernah mengalami salah beli pada waktu yang lampau.
2. Memang mempunyai karakter yang selalu merasa curiga terhadap
apa yang dijumpainya.
Menghadapi pembeli yang demikian memang cukup sulit, apalagi jika
“sifat curiga” tersebut merupakan karakternya. Jika anda sendiri yang
menjadi focus kecurigaannya, cobalah anda meminta maaf serta
mengakui kesalahan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, dan
kecurigaan tadi dapatlah berkurang atau malahan hilang sama sekali.
Jika memang bukan anda yang menjadi foKus kecurigaan, usahakanlah
menunjukkan bahwa kecurigaan tersebut tidak beralasan. Ternyata
anda harus dapat menjelaskannya dengan tepat dan benar.
Cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi pembeli tipe ini agar
mau melakukan pembelian adalah :
1. Usahakan untuk memberikan “jaminan” yang baik serta
kesempatan untuk dapat menukarkan kembali jika terjadi
kekeliruan pembelian. Hal ini harus ditekankan betul – betul.
2. Jangan menimbulkan kesan bahwa penjual lebih unggul, bersikap
ragu – ragu, bimbang, serta hal tersebut dapat membangun rasa
curiga.
3. Berilah kesempatan kepada pembeli untuksecara teliti memeriksa
barang yang akan dibelinya. Bila perlu dapat didemonstrasikanya
terlebih dahulu sehingga pembeli percaya akan kualitasnya.
4. Bersikap tenang, tidak terpancing diskusi, serta mampu
memberikan argumen yang baik.
13.Pembeli yang Angkuh
Sewaktu – waktu akan ditemui pembeli yang akan merasa menjadi
pusat perhatian. Hal ini diperlihatkan dalam tingkah lakunya seperti
kesenangan membual, dan mereka tidak memiliki sikap lain kecuali
keangkuhan. Biasanya sikap ini timbul sebagai kompensasi dari
adanya “rasa rendah diri” yang parah sehingga mereka senantiasa
berusaha memberikan kesan tertentu terhadap lingkungannya.
Menghadapi pembeli yang demikian memang sulit. Mereka umumnya
mudah dikenali, sebab apa yang mereka lakukan biasanya secara
berlebihan, congkak, mencoba memaksa untuk menjatuhkan harga
barang dan untuk mendorong diri mereka sendiri. Pada umumnya
mereka ingin menggagalkan terjadinya penjualan dengan
mengemukakan alasan – alasan yang “picik”.
Cara terbaik untuk memperlakukan langganan angkuh adalah :
a. Jangan merasa tertekan oleh sikapnya.
b. Bersikap ramah tamah dan hormat.
c. Tetap sabar, dengan segala sikapnya tersebut jangan terlalu
anda tanggapi dengan serius. Anda dapat menganggapnya sebagai
humor dan hiburan segar. Dengan cara demikian segala
kejengkelan yang ada dapat hilang.
d. Usahakan kesan bahwa pembeli memang orang yang
bermartabat tinggi.
14.Macam – macam Tipe Pembeli Lainnya.
a. Seorang Anak sebagai Pembeli.
Setiap anak ingin menjadi dewasa. Oleh karena itulah setiap anak
ingin diperlakukan sebagai orang dewasa sehingga di dalam
tokopun harus diperlakukan dengan penuh hormat dan sebijaksana
mungkin sebagaimana layaknya menghadapi orang dewasa.
Anak datang bersma orang tuanya.
Jika dikhawatirkan bahwa anak akan merasa gelisah sehingga
mungkin mengganggu perhatian orang tuanya terhadap barang
– barang yang akan dibelinya, secepatnyalah berikan gula –
gula, permen, atau buku kecil. Maka anak kecil itu untuk
sementara waktu akan dapat tenang kembali dan orang tuanya
tentu akan merasa senang sehingga mudah membeli barang.
Kadang – kadang ada anak – anak yang menunjukkan tanda –
tanda akan merusakkan barang. Bila menhadapi hal demikian
tidak boleh tinggal diam, usahakanlah untuk secepatnta
mengambil tindakan pencegahan. Akan tetapi, jangan sekali –
kali menampakkan kesan marah sebab dikhawatirkan orang
tuanya dapat tersinggung. Jika memungkinkan, anak tersebut
dapat juga diawasi oleh pelayan yang lain, tetapi kalau cara ini
sudah dilaksanakan, dapat saja mencoba menarik perhatian
anak tadi dengan mendudukannya di kursi dan memberinya
buku gambar. Malahan anda diharapkan dapat meberikan
penilaian yang baik terhadap anak tersebut, dan tentunya kita
mengharapkan orang tuanya akan merasa senang, akan tetapi
jangan sampai penjualan menjadi terbengkalai hanya karena
terlalu memerhatikan anaknya. Lain halnya jika ada sesuatu
yang akan dibelinya untuk anak tersebut. Juga sikap bersabar
penting sekali dalam menghadapi anak – anak, apalagi jika
harus mengukur sesuatu (terutama pada anak laki – laki) sebab
pada umumnya anak tidak menyenangi sesuatu yang baru.
Anak itu dapat dibujuk misalnya dengan mengatakan anak akan
bertambah cantik (khususnya pada anak perempuan) jika mau
megenakan barang tersebut, atau kepada anak laki – laki dapat
mengatakan bahwa dengan memakai barang tadi dia akan
tampak lebih gagah.
Anak datang sendirian.
Jika terlihat seorang anak yang memasuki toko sendirian, ini
merupakan kejadian yang cukup penting bagi si anak sebab
sering kali anak – anak gemar menabung untuk membeli hadiah
bagi temannya atau untuk orang tuanya. Hal ini harus dihargai.
Anak – anak dalam hal ini lebih perasa dari orang dewasa. Oleh
karena itu, anda harus berusaha menolongnya dengan baik,
jangan menjual barang yang tidak laku. Mungkin saja anak itu
tidak tahu, tetapi orang dewasa yang menerima hadiah tersebut
tentunya tahu. Ini bisa merusak nama perusahaan atau toko
anda. Apalagi jika anak tadi mengetahui (sering kali anak dapat
bersikap cerdik), maka hal ini dapat membawa kenangan buruk
pada toko anda.
Selain itu, tidak boleh memaksakan selera, sebab selera anak –
anak umumnya masih polos bahkan tidak jarang pilihannya
dapat lebih baik daripada pilihan orang dewasa.
Anak pun sering kali memperhatikan sesuatu dengan teliti. Oleh
karena itu, usahakanlah membungkus barang dengan kertas
kado yang baik, bungkus dengan rapi, beri pita. Usahakanlah
untuk tidak terlalu hemat, lebih capai sedikit tak apa asalkan
anak tersebut merasa senang.
Langganan dewasa sering meremehkan anak – anak dan selalu
ingin dilayani lebih dulu. Usahakanlah untuk melindungi anak –
anak dari orang – oang yang demikian sebab setiap orang
berhak ditolong menurut gilirannya masing – masing. Juga
usahakan memberi hadiah permen atau lainnya. Dengan cara
demikian, baik anak maupun orang tuanya akan merasa senang
sebab pemberian yang tiba – tiba lebih enak dirasakan daripada
apa yang ada di rumah.
Anak mengantarkan orang tuanya.
Banyak juga orang tua yang mengajak anak yang sudah agak
dewasa berbelanja, dan sering orang tua tersebut meminta
pendapat anaknya sebelum membeli barang. Dalam hal ini
biasanya pendapat anak tersebut cukup berpengaruh. Bila
pendapat itu disetujui, maka proses membeli barang akan lebih
cepat berhasil. Oleh karena itu, usahakan kerjasama antara
penjual dengan anak tadi sebab akan lebih menyakinkan pihak
orang tuanya. Akan tetapi, tidak selamanya harus selalu
mempengaruhi yang muda, sebab adakalanya juga yang muda
lebih merasakan apa yang pantas dan apa yang tidak untuk
kaum tua.
Orang tua mengantarkan anak.
Biasanya generasi tua sering berpegang pada pendapat yang
agak kolot dan tetap. Oleh karena itu, usahakanlah agar
pendapat orang tuanya jangan sampai terlalu berpengaruh,
harus mengarah kepada yang lebih muda. Tentunya akan lain
halnya jika yang tua diminta pendapatnya oleh yang muda
karena yang tua sudah lebih berpengalaman. Sebagai contoh :
seorang anak yang akan menikah meminta ibunya
mengantarkan untuk berbelanja alat – alat rumah tangga. Di sini
tentunya pendapat ibu akan menjadi lebih dominan.
b. Pasangan Suami Istri.
Biasanya kalau suami istri berbelanja bersama, kemungkinan besar
mereka akan menghadapi perbedaan pendapat dalam banyak hal.
Hal ini sering sulit untuk mencampurinya, tetapi tetaplah berusaha
dengan sebijaksana mungkin.
a. Kalau perbedaan tersebut mengenai masalah pakaian,
usahakanlah agar jangan memihak kepada pihak pengantar,
baik suami maupun istri karena seseorang yang mengantarkan
otomatis menjadi pihak yang dimintai pendapatnya. Akan tetapi,
jangan lupa bahwa wanita akan lebih memperhatikan kualitas,
jenis bahan, pemeliharaan, penyelesaiannya dan sebagainya.
b. Jika perbedaan pendapat yang timbul mengenai alat – alat
rumah tangga, usahakanlah untuk bersikap netral atau memihak
kepada pemikiran yang benar. Cara memihak pun harus
diusahakan dengan penuh hormat dan biijaksana.
Disamping hal – hal yang telah kita pelajari mengenai langganan pria
dan wanita, haruslah kita terapkan juga disini :
Jika pada pasangan ini tampak sekali salah seorang yang
dominan, yaitu yang satu menguasai yang lain, usahakanlah
dengan sebijaksana mungkin agar “pihak yang lebih lemah”
dapat dipengaruhi agar menyetujui pendapat pasangannya.
Jangan sampai melakukan keslahan dengan mengadu yang satu
dengan yang lainnya. Jika hal ini sampai terjadi, biasanya
pasangan tersebut akan sependapat untuk meninggalkan toko.
c. Pasangan yang Bertunangan
Pasangan yang sedang bertunangan biasanya selalu seia sekata,
jarang terjadi perselisihan paham. Oleh karena itu, dapat digunakan
teknik penjualan dengan
1. Kemukakan argumentasi secara jelas dan tegas.
2. Arahkan perhatian pada si gadis jika si pria membutuhkan
suatu barang, demikian juga sebaliknya.
3. Bukankah pasangan yang sedang bertunangan itu biasanya
mengharapkan segala sesuatu yang terindah untuk
pasangannya ? Oleh karena itulah penting bagi anda untuk
mendengar dengan penuh perhatian segala apa yang
diutarakan oleh mereka. Maka usahakanlah untuk mendapat
informasi tentang cara mereka mengautr mrumah, dimana
barang – barang yang akan mereka beli akan mereka
tempatkan, dan sebagainya. Berikannlah kepada mereka
banyak anjuran.
4. Usahakankah agar pasangan ini berbicara bersama tentang
masalah – masalah yang menyangkut pembelian barang
tersebut.
5. Bila pasangan ini cekcok, akan sulit untuk turut campur, akan
tetapi, bila perlu, usahakan dengan sebijaksana mungkin dan
jangan lupa…..biasanya pendapat si gadis lebih menentukan.
d. Pembeli yang Diantar
Untuk menentukan suatu pembelian yang cukup sulit, biarpun
pembeli meminta tolong untuk diantar oleh salah seorang
temannya. Orang ini harus memberi nasihat. Dan biasanya
pengantar ini akan jauh lebih nerpengaruh daripada penjual. Maka
jika anda dapat memihak pada pendirian si pengantar, besar
kemungkinan akan terjadi pembelian yang menguntungkan.
e. Wanita Hamil
Bersikaplah biasa terhadap wanita yang sedang hamil sebagaimana
terhadap pembeli – pembeli yang lain; ramah, sopan, dan
sebagainya. Jika ada seorang wanita hamil harus menunggu agak
lama, sediakanlah sebuah kursi agar ia tidak terlalu letih menungu.
Jangan memberi kursi yang kependekan atau ketinggian, juga
jangan meletakkan kursi tersbut diantara desakan orang banyak
sebab orang yang sedang hamil biasanya mudah merasa sesak
nafas. Juga hindarkan letak kursi yang dapat menarik perhatian
orang banyak. Usahakanlah bersikap sabar dalam menghadapi
wanita hamil karena mereka sering mudah gugup, tersinggung,
kurang menyenangkan dalam pergaulan, dan bersikaplah pura –
pura tidak mengetahui hal itu. Sebagai pelayan wanita anda boleh
menanyakan kapan rencana kelahiran bayinya, apakah ia
mengharapkan bayi laki – laki atau perempuan, sebab dengan cara
demikian ia dapat merasa tenang. Pertanyaan sebaiknnya
disampaikan dengan cara amat lembut, halus dan penuh
keakraban.
POKO BAHASAN 4
PENDAHULUAN
1. Sub Pokok Bahasan : Alasan perlunya melayani pelanggan yang kecewa,
sebab-sebab pelanggan kecewa, cara & kiat
melayani pelanggan kecewa, pedoman bagi manajer
dalam melayani pelanggan kecewa
2. TIK : Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
memahami alasan perlunya melayani pelanggan
yang kecewa, sebab-sebab pelanggan merasa
kecewa, cara dan kiat melayani pelanggan kecewa,
serta pedoman bagi manajer dalam menghadapi
pelanggan kecewa. Mahasiswa juga diharapkan
mampu mempraktikkan cara yang baik dalam
menghadapi pelanggan yang kecewa.
A. ALASAN PERLUNYA MELAYANI PELANGGAN YANG
KECEWA.
Dari survei kualitas layanan yang dilakukan oleh Financial Institution
Marketing Association (FIMA) dan Raddon Financial Group, ditemukan
bahwa selama kurun waktu 12 bulan, sebanyak 25 % pelanggan telah
menyampaikan keluhan. Hasil survey menyatakan bahwa, “mengingat
prosentase yang signifikan ini, semua orang dalam perusahaan – dari
kasir sampai direktur- harus semakin sadar bahwa ia melayani pelanggan
secara langsung atau melayani seseorang dalam perusahaan yang
melayani pelanggan. Semuajabatan tersebut ada karena adanya
pelanggan”.
Melayani pelanggan yang kecewa sering kali tidak menyenangkan, namun
harus tetap dilakukan. Jika orang yang kecewa terus menerus
melampiaskan kemarahan dan rasa frustasinya tanpa intervensi upaya
untuk meredakannya, maka hal itu akan merusak suasana seluruh kantor.
1. Pelanggan yang Kecewa Tidak akan Kembali Lagi.
Hasil studi yang dilakukan baru – baru ini menunjukkan bahwa pelanggan tidak
lagi membeli dari suatu perusahaan karena alasan – alasan berikut :
1 % Meninggal (tidak banyak yang dapat dilakukan dalam
hal ini)
3 % Pindah
5 % Minat berubah
9 % Karena alasan yang kompetitif
15 % Karena produk tidak memuaskan
68 % Karena mereka diperlakukan kasar, kurang diperhatikan
atau diacuhkan
Survei lain menunjukkan bahwa satu dari setiap lima pelanggan
supermarket beralih ke swalayan lain dalam jangka waktu 12 bulan
terakhit. Apa yang menyebabkan mereka bertindak demikian ?
Umumnya karena mereka siperlakukan dengan cara yang kurang baik.
Jelas, bahwa orang ingin dan berharap mendapatkan pelayanan yang
baik, dan bila mereka tidak diperlakukan secara baik, maka mereka
tidak akan datang lagi ke tempat itu. Kajian yang dilakukan oleh
FIMA /Raddon menunjukkan bahwa dalam lembaga keuangan,
misalnya bank, “Orang yang mengeluh mencapai rata – rata 3,2
produk depositonya. Sungguhpun masalah mereka mungkin hanya
mencakup satu jenis prosuk, tetapi bila masalah tersebut tidak
diselesaikan akan mengancam hubungan secara keseluruhan.”
Adalah suatu kerugian yang sangat besar atau tinggi nilainya bagi
perusahaan jika pelanggan memutuskan untuk tidak kembali
berhubungan lagi. Suatu studi menunjukkan bahwa rata – rata biaya
untuk memperoleh satu orang pelanggan baru adlah $19,76. jadi,
biaya untuk memperoleh satu pelanggan baru adalah 6 kali lebih
mahal dibandingkan untuk mempertahankan pelanggan yang sudah
ada sekarang. Dana ini dapat digunakan untuk memperbaiki
lingkungan kerja, mendanai kenaikan pangkat, atau memeprtahankan
karyawan.
2. Informasi Lisan Cepat Menyebar.
Jika perusahaan anda mempunyai reputasi yang baik, cepat dan
sopan dalam menanggapi berbagai keluhan pelanggan, maka orang
akan lebih cenderung berbicara secara rasional dengan anda. Bila
pelanggan berteriak, sering kali disebabkan karena terpengaruh oleh
pengalaman teman mereka yang harus berteriak untuk memperoleh
tanggapan dari perusahaan anda.
Dari hasil studi ditemukan bahwa seorang pelanggan yang tidak puas
akan menceritakan pengalamannya kepada 11 orang lainnya, yang
masing – masing akan menceritakannya kembali kepada 5 orang
lainnya. Sehingga total 67 orang (yaitu 1 + 11 + 55) yang berpikiran
buruk tentang perusahaan anda. Banyak perusahaan hancur atau
dirugikan oleh iklan buruk semacam ini.
3. Anda Ingin Agar Pelanggan Menyampaikan Keluhan.
Hal ini penting karena jika mereka tidak puas tetapi diam saja, bisa
jadi mereka akan melakukan bisnis di tempat lain, dan mengajak
teman – teman mereka untuk tidak melakukan bisnis dengan anda.
Coba pikirkan apa yang akan terjadi bila anda tidak diperlakukan
dengan baik: apakah anda biasa mengeluh ? Kebanyakan orang tidak
mengeluh. Mereka hanya mengatakan, “Saya tidak akan pernah
datang lagi ke sini”.
Suatu studi yang dilakukan oleh Technical Assistance Research
Program menemukan bahwa 96 % pelanggan tidak mengeluh ketika
mereka mendapat msalah. Ini berarti bahwa untuk setiap keluhan
layanan bisnis, ada 24 pelanggan yang tidak puas tetapi diam saja.
Jika seorang pelanggan manyampaikan keluhannya, masih ada
kemungkinan ia akan kembali. Menyampaikan keluhan sebenarnya
bisa meningkatkann loyalitas pelanggan.
Pelanggan yang Tidak Puas yang Akan Datang Lagi
Kepada Anda.
Tidak ada keluhan 9 % 91 % tidak akan kembali
Keluhan tidak ditanggapi 19% 81 % tidak akan kembali
Keluhan ditanggapi 54% 46 % tidak akan kembali
Keluhan ditanggapi segera 82% Hanya 12 % tidak akan
kembali
* % pelanggan dengan penyebab utama keluhan (kurang
dari &100 hilang) yang akan datang lagi kepada anda
Sumber : US OCA/White House National Consumer Survey.
4. Kesempatan untuk Belajar
Jika mau, kita bisa belajar dari setiap pengalaman. Bahkan kesulitan
yang kita hadapi pun bisa menjadi kesempatan untuk belajar tentang
sesuatu yang baru, atau untuk menerapkan apa yang telah anda
pelajari. Apa yang kita bisa pelajari dari dari kasus menghadapi
pelanggan yang kecewa ?
Ingatlah sikap anda yang buruk terhadap pelanggan yang kecewa.
Anda tidak ingin bersikap demikian lagi. Bukankah sangat buruk bila
kemarahan diungkapkan secara tidak pantas ?
Bersabarlah. Membutuhkan banyak
kesabaran untuk mendengarkan seseorang dengan seksama, saat
mereka berteriak.
Identifikasilah prosedur atau praktek –
praktek perusahaan yang spesifik, yang barangkali menjengkelkan
pelanggan. Kemudian Anda bisa berusaha untuk mengubahnya.
Perbaiki diri anda. Barangkali ada sikap anda
yang menjengkelkan orang. Anda bisa berusaha untuk
mengubahnya.
Tunjukkan rasa percaya diri. Orang bisa
mengetahui apakah anda yakin dengan ketrampilan anda atau
tidak. Orang yang marah lebih cenderung untuk bertengkar dengan
orang yang tampak tidak yakin dengan dirinya sendiri.
Pelajari bagaimana kiat melayani pelanggan
yang kecewa. Anda bisa berlatih dalam hal ini.
B. SEBAB – SEBAB KEKECEWAAN PELANGGAN.
Pelanggan menjadi kecewa disebabkan oleh beberapa alasan. Terkadang
kemarahan mereka beralasan, namun adakalanya juga tidak. Oleh karena
itu, salah satu cara untuk dapat mengatasi kekecewaan mereka adalah
dengan mencari tahu apa penyebabnya.
Sebab – sebab pelanggan menjadi kecewa adalah :
Ia menaruh harapan tetapi tidak mendapatkannya.
Ia sudah kecewa pada seseorang atau sesuatu yang lain (bosnya,
istrinya, anaknya, rekan kerja, atau urusan lainnya.
Ia kelelahan, stress, atau frustasi.
Ia merasa menjadi korban – dan tidak berdaya.
Ia merasa tidak seorangpun mau mendengarkannya, kecuali jika ia
berteriak dan membuat keributan.
Dengan berbagai cara ia ingin menunjukkan bahwa dirinya benar,
tak peduli apakah ia benar atau salah.
Ia geram karena apa yang dilakukannya selalu salah.
Anda atau seseorang dalam perusahaan anda bersikap acuh tak
acuh, kasar, atau tidak sopan terhadapnya.
Anda atau seseorang dalam perusahaan anda telah menjanjikan
sesuatu, tetapi tidak ditepati.
Ia mendapat keterangan yang berbeda – beda tentang suatu hal,
dari orang – orang di perusahaan anda.
Ia melakukan sesuatu atas saran seorang staff dan yang
dilakukannya ternyata salah.
Ia merasa anda atau orang lain di perusahaan anda tidak
menerimanya dengan baik.
Ia merasa tidak didengarkan.
Prasangka – ia mungkin tidak suka dengan rambut anda, pakaian
anda, atau wajah anda.
Ia merasa dapat mengecoh anda untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya jika seandainya ia membuat keributan.
Ia mencurigai perusahaan anda dan beranggapan bahwa
perusahaan anda atau anda sendiri tidak jujur.
Ia membuat asumsi yang keliru tentang apa yang akan dilakukan
perusahaan anda terhadap dirinya.
Ia diberi tahu bahwa ia tidak berhak marah.
Ia mendapat tanggapan yang menyakitkan.
Ia merasa teleponnya ditransfer kepada orang yang salah.
Ia merasa teleponnya “diinterogasi” dan ditanyai macam – macam.
Ia merasa diperlakukan karena telah melakukan sesuatu yang
keliru.
Integritasnya atau kejujurannya diragukan.
Anda atau seseorang dari eprusahaan anda bertengkar dengannya.
Anda tidak mempunyai cukup pengalaman untuk mengatasi
permasalahan mereka dengan cepat dan tepat.
Orang yang Kecewa Mempunyai Sedikit Kesabaran.
Ketika seseorang kecewa, maka orang yang biasanya sabar menjadi tidak
bisa menahan diri. Kita tidak dapat mengontrol perilaku orang lain. Akan
tetapi kita bisa mengubah perilaku kita untuk menghindari terjadinya
keributan.
Kekecewaan yang Dapat Dihindari.
Berbagai penyebab kejengkelan yang menjadi tanggung jawab anda
adalah :
Anda atau seseorang dalam perusahaan anda telah menjanjikan
sesuatu, tetapi tidak ditepati.
Jika anda berjanji kepada pelanggan akan menghubunginya lagi, dan
ternyata anda tidak melakukannya, boleh jadi ia akan kecewa.
Umumnya kita kecewa bila ada orang yang berjanji akan melakukan
ssesuat, namun tidak ditepati.
Anda atau seseorang dalam perusahaan anda bersikap acuh tak acuh,
kasar, atau tidak sopan terhadapnya.
Sering kali ketidaksopanan dilakukan tanpa sengaja. Mungkin anda
menyatakannya secara spontan, tanpa dipikir terlebih dahulu.
Beberapa orang suka mencoba melontarkan komentar lucu, tetapi
hasilnya malah dianggap tidak sopan. Oleh karena itu, perlakukanlah
pelanggan seperti paman atau bibi tersayang anda.
Ia merasa anda atau orang lain di perusahaan anda tidak
menerimanya dengan baik.
Barangkali pelanggan itu cemberut atau bermuka masam, berpakaian
aneh, atau memprlakukan anda dengan kurang baik. Namun tetap
tidak ada alasan bagi anda untuk menghadapinya secara tidk
professional.
Ia merasa tidak didengarkan.
Setiap orang ingin didengarkan. Mereka tidak mau mengulang apa
yang telah dikatakannya.
Ia diberitahu bahwa dirinya tidak berhak marah.
Setiap orang memiliki hak untuk marah. Memberi tahu mereka hal
sebaliknya justru akan membuat mereka semakin marah.
Ia mendapat tanggapan yang menyakitkan.
Ucapan sarkastis atau tajam sering kali tidak meredakan ketegangan,
tetapi justru meningkatkan kemarahan.
Ia dipermalukan karena telah melakukan sesuatu yang keliru.
Pastikan pelanggan memahami apa yang perlu diketahuinya sebelum
menggunakan produk atau layanan jasa dari perusahaan anda.
Periksalah terlebiih dahulu bagaimana prosedur pengembalian atau
garansi yang diterapkan. Dengan cara demikian, bisa dipastikan hanya
sedikit pelanggan yang marah akibat kesalahpahaman.
Integritas dan kejujurannya diragukannya.
Perlakukan pelanggan dengan sopan dan penuh hormat. Jika ada
masalah, asumsikan kekeliruan ada di pihak perusahaan anda, hingga
cukup bukti membuktikan sebaliknya. Tidak pantas mengatakan,
“anda belum membayar,” tetapi sebaiknya katakan saja, “kami tidak
mempunyai catatan tentang adanya penerimaan pembayaran dari
anda. Bisakah anda melihat kembali apakah cek anda sudah dikliring
oleh bank ?”
Usahakan mengurangi bahasa tubuh, tekanan suara, ekspresi wajah
yang menunjukkan ketidakpercayaan. Hindari sikap “kita lawan
mereka” terhadap pelanggan.
Jangan pernah menyebut pelanggan sebagai pengemplang utang,
pembohong, penipu, pencuri, dll. Jangan pernah mengancam
pelanggan.
Anda atau seseorang dari perusahaan anda bertengkar dengannya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Dale Carnegie, “satu – satunya cara
terbaik untuk mengatasi munculnya pertengkaran adlah dengan
menhindarinya.” Hal ini menjadi sangat penting dalam kaitannya
dengan pelanggan. Jika anda bersitegang dengan pelanggan tersebut,
maka anda akan kehilangan pelanggan tersebut. Hal ini tidak baik,
apalagi sampai disaksikan oleh pelanggan lain. Mereka tidak senang
melihat anda memperlakukan pelanggan dengan cara demikian, tidak
peduli pelanggan itu benar atau salah.
Menghubungi Kembali
Menindaklanjuti informasi yang anda janjikan adalah suatu cara yang
dilakukan untuk mencegah datangnya penelepon atau pengunjung yang
kecewa. Pelanggan akan menghargai perhatian dan upaya anda untuk
melakukan yang terbaik, bahkan jika anda harus menghubungi mereka
kembali untuk memberitahukan bahwa anda sedang melakukan
pengecekan.
C. CARA MENGHADAPI PELANGGAN YANG KECEWA
Kini kita bahas apa saja yang dapat dilakukan agar pelanggan yang tidak
puas tidak berubah menjadi marah. Kita akan membahas pentingnya
memperhatikan hal – hal berikut :
1. Penampilan Pribadi.
Salah satu hal yang bisa membuat orang kecewa bertambah jengkel
adalah penampilan pribadi anda. Jika ia merasa anda tidak pantas dan
tidak professional dalam bersikap dan berpakaian, maka ia akan lebih
terpancing untuk menimbulkan masalah.
Berikut adalah hal – hal yang berkaitan dengan penampilan pribaadi
yang bisa berpengaruh negatif terhadap orang yang kecewa.
Periksalah untuk memastikan bahwa anda mempunyai :
- Rambut yang bersih, tersisir rapi, dan terpelihara
dengan baik.
- Rias wajah yang rapi, tidak tebal, dan pantas.
- Pakaian yang tidak kusut, rapi, bersih, dan layak
pakai.
- Tangan dan kuku yang bersih serta berpotongan
rapi, tanpa ada cat kuku yang mengelupas.
- Wajah yang bersih atau kumis yang tercukur rapi.
- Stocking yang rapi, tidak berlubang – lubung.
- Nafas yang segar.
Kesan Pertama
Kita semua melakukan penilaian terhadap orang lain, dan penilaian
tersebut terutama didasari oleh penampilan diri. Beberapa ahli
menyatakan bahwa kita membuat penilaian terhadap orang selama
empat detik pertama dari pertemuan kita dengan mereka.
Barangkali anda pernah merasakan pengaruh penampilan saat anda
menjadi seorang pelanggan. Tidakkah anda perhatikan betapa
mudahnya untuk mengembalikan suatu barang ke toko bila anda
berpakaian rapi ketimbang bila anda mengenakkan jins sobek dan
kaos yang kumal.
2. Komunikasi Nonverbal.
Berikut adalah beberapa cara bahasa tubuh dan tekanan suara
mempengaruhi emosi orang yang kecewa :
Ekspresi Wajah
Ketika orang mengeluh, apakah mata anda berputar – putar ?
Apakah wajah anda cemberut ?
Apakah anda tersenyum masam ?
Berhati hatilah mengekspresikan wajah saat anda berkomunikasi
dengan pelanggan. Tanyakan kepada teman – teman, rekan sekerja,
dan supervisor apakah anda mempunyai ekspresi wajah yang
menjengkelkan, terutama saat menghadapi pelanggan yang kecewwa.
Anda harus mempunyai ekspresi wajah yang tenang, perhatian, tulus
dan menarik. Anda harus menunjukkan kepada pelanggan bahwa anda
peduli terhadap masalahnya.
Beberapa orang tersenyum saat mereka mengalami ketegangan,
tetapi tidak tersentum saat pelanggan mengekspresikan
kemarahannya. Jika anda bersikap demikian, pelanggan akan
beranggapan bahwa anda tidak menanggapinya dengan serius.
Sikap Tubuh
Apakah anda bersikap malas malasan di meja kerja atau di ruang
kerja ?
Apakah sikap duduk anda membungkuk ?
Tunjukkan sikap perhatian kepada pelanggan, dengan cara berdiri
atau duduk tegak. Bila anda bersandar dengan malas atau duduk
membungkuk, maka akan terkesan anda tidak mempunyai
perhatian dan tidak tertarik dengan keluhan yang disampaikan oleh
pelanggan.
Pertahankan sikap tubuh terbuka, dan tidak menantang. Berdirilah
dengan jarak yang cukup untuk memberikan ruang gerak bagi
pelanggan. Jangan mengerumuninya, karena akan membuatnya
semakin jengkel.
Gerakan.
Apakah anda bergerak lamban ketika harus mencari sesuatu untuk
pelanggan yang kecewa ?
Pelanggan yang kecewa ingin melihat anda merespon masalahnya
dengan cepat. Ini bukan berarti anda harus membantu mereka
dengan tergesa – gesa, tetapi jangan pula lambat.
Gerak Isyarat dan Sikap
Apakah anda berdiri atau duduk dengan tangan menyilang ?
Apakah anda menopang kepala dengan aman ?
Sikap tangan menyilang umumnya diintepretasikan sebagai sikap
tertutup dan tidak bersedia mendengarkan. Bila sedang
berkomunikaasi dengan pelanggan yang kecewa, jangan
menyilangkan tangan. Hal ini akan menunjukkan bahwa anda
sedang mendengarkan dan tidak mempunyai prasangka apa puun
terhadapnya.
Merokok.
Jangan merokok di depan pelanggan, sekalipun bos
memperbolehkan anda merokok di ruang kerja. Singkirkan rokok
anda, meskipun pelanggan merokok.
Menyinggung.
Hindari menyinggung orang yang kecewa, terutama jika ia tampak
geram. Hal ini bisa memicu tindak kekerasan.
Mengunyah Permen Karet atau Makan.
Jangan mengunyah permen karet atau makan saat anda sedang
bertelepon atau berada di depan publik. Sekalipun bos anda
memperbolehkan, tindakan ini bisa menjengkelkan dan
meningkatkan kemarahan orang yang kecewa.
Nada Suara.
Sikap anda diproyeksikan melalui nada suara dan bahasa tubuh.
Ingatlah, membantu pelanggan adalah tugas anda, dan jika anda
tidak sanggup membantu orang lain yang kecewa, carilah
pekerjaan lain. Pastikan sikap anda mengisyaratkan selalu, “saya
siap membantu sebaik – baiknya”.
Apakah suara anda menjengkelkan ?
Apakah nada suara anda meninggi di akhir kalimat ?
Orang akan lebih menanggappi terhadap bagaimana anda
mengatakan sesuatu ketimbang apa yang anda katakan. Bila nada
suara anda terkesan menjengkelkan, tidak sabar, atau
merendahkan, pelanggan akan semakin marah. Apabila nada suara
anda terkesan penuh percaya diri, maka ia akan yakin bahwa anda
memahami apa yang sedang dibicarakan, dan ini akan
memudahkan untuk melayaninya.
Bila nada suara anda meninggi pada akhir kalimat, maka seolah –
olah anda sedang menanyakan sesuatu. Dengarkan rekaman suara
anda pada tape recorder dan perhatikan apakah suara anda
semakin meninggi di akhir kalimat. Jika memang demikian,
berlatihlah untuk mendatarkan tekanan suara, atau menurunkan
nada suara di akhir kalimat. Dengan demikian, anda akan tampak
percaya diri dan kompeten.
Mendesah atau Menarik Napas Panjang.
Mendesah sering kali mengesankan kejengkelan atau
ketidaksabaran. Jangan mendesah di hadapan pelanggan yang
kecewa.
Memaki
Sekalipun pelanggan memaki, tidak ada alasan bagi anda untuk
balas memaki. Tak peduli berapa kali ia menghina atau berkata
kasar pada anda, ingatlah bahwa anda adalah seorang yang
professional. Tenangkan diri anda sebisa mungkin, dan hindari
tanggapan yang bernada memaki.
Bersikaplah tenang dan menanggapi dengan sabar ketika
seseorang memaki dan menghina anda, justru akan menunjukkan
kekuatan, dan bukan kelemahan anda.
3. Kata – kata yang Menimbulkan Perbedaan Persepsi.
Kata – kata yang anda gunakan kepada pelanggan bisa membantu
memperlancar komunikasi atau sebaliknya bisa memicu pertengkaran.
Berikut adalah beberapa kata yang bisa jadi memicu pertengkaran dan
beberapa saran untuk menggantikannya dengan kata – kata yang bisa
berfungsi sebagai Pelancar Komunikasi.
Tidak Ditujukan kepada Orang Tertentu
Pemicu Pertengkaran :
Anda tidak melakukannya dengan
benar
Pelancar Komunikasi :
Ada beberapa bagian pada
formulir ini yang perlu dilengkapi
Jika pelanggan telah melakukan sesuatu yang keliru, tunjukkan
kekeliruannya secara tidak langsung. Sering kali orang akan merasa
seolah dipermalukan karena telah melakukan kesalahan. Ia bisa
menjadi marah atas kejadian ini dan berusaha menyalahkan anda.
Hindari pernyataan – pernyataan yang kasar, menyalahkan, atau
merendahkan. Sekalipun pelanggan salah, saat yang tepat untuk
memberitahukannya adalah ketika ia sedang tidak gusar.
Gunakan Kata “Saya” bukan “Anda”
Pemicu Pertengkaran :
Anda salah
Anda membingungkan saya
Pelancar Komunikasi :
Saya rasa ada kesalahpahaman
Saya bingung
Jangan menyalahkan pelanggan. Ketika menjelaskan apa yang sedang
terjadi, gunakan pendekatan tidak langsung atau pernyataan dengan
kata “saya” sebanyak mungkin.
Berikut ini adalah beberapa contoh lain tentang kata – kata Pemicu
Pertengkaran dan pelancar Komunikasi
Hindari Memberi Perintah
Pemicu Pertengkaran :
Anda harus
Pelancar Komunikasi :
Maukah anda ….?
Adalah sangat baik jika kita…….
Adalah sangat baik jika anda……
Orang tidak senang jika tidak diberi pilihan. Mintalah dengan baik agar
mereka melakukan atau menjelaskan sesuatu. Tanyakan pada mereka
dengan sopan dan jelaskan bagaimana itu semua dilakukan demi
kebaikan mereka.
Orang tidak suka diperintah. Oleh karena itu, lakukanlah dengan cara
lain yaitu mengajukan pertanyaan yang lebih sopan. Atau lakukan
dengan perintah tidak langsung.
Pemicu Pertengkaran :
Anda seharusnya melakukannya
dengan cara ini.
Tunggu di sini
Pelancar Komunikasi :
Kami harap kunjungan anda yang
akan datang bisa berlangsung
lancar. Ini akan membantu anda.
Maukah anda menunggu,
sementara saya berbicara dengan
supervisor saya?
Bila orang mendengar kata “seharusnya”, sering kali mereka berpikir
tentang orang tua mereka atau orang berkuasa lainnya yang memberi
tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah. Lebih baik
memberitahu apa yang bermanfaat untuk masa mendatang ketimbang
mengatakan apa yang seharusnya mereka lakukan pada waktu yang
lalu. Yang lalu biarlah berlalu dan tak asa satupun yang bisa
mengubahnya. Sebagai gantinya, berkonsentrasilah ke masa depan –
masa yang akan datang.
Mengambil Tanggung Jawab.
Katakan kepada pelanggan apa yang bisa anda dan dia lakukan, buka
apa yang tidak bisa dilakukan
Pemicu Pertengkaran :
Saya tidak bisa…..
Pelancar Komunikasi :
Saya tidak mempunyai wewenang.
Namun, Mary seharusnya bisa
membantu anda. Saya akan
menghubinginya, anda bisa…..
Jika anda tidak bisa membantu, hubungkanlah pelanggan dengan
seseorang yang bisa membantunya.
Pemicu Pertengkaran :
Ini bukan tugas saya.
Pelancar Komunikasi :
Tunggu, apa yang bisa saya
lakukan untuk membantu. John
adalah pakar bidang itu. Saya
akan menghubunginya untuk anda
Sekalipun dibutuhkan oleh pelanggan bukan bagian dari tugas anda,
jangan pernah mengatakan hal itu kepadanya. Katakanlah bagaimana
anda bisa membantu.
Jika orang merasa dirinya sedang dikritik, biasanya mereka akan
bereaksi untuk membela diri, yaitu marah.
Jangan Membela Diri.
Pemicu Pertengkaran :
Anda tidak pernah melakukannya
dengan benar.
Anda selalu terlambat.
Pelancar Komunikasi :
Sering kali hal ini tidak dilakukan
dengan benar.
Pembayaran ini sering kali
terlambat.
“Selalu” dan “tidak pernah” terkesan mencela dan tidak kenal
kompromi karena itu gunakanlah “sering kali” sebagai gantinya.
Pemicu Pertengkaran :
Anda sudah melengkapi ini
dengan baik, tetapi….
Pelancar Komunikasi :
Anda sudah melengkapi ini,
dan……
Orang tidak memperhatikan apa yang anda katakan sebelum “tetapi”
mereka berkonsentrasi pada kata – kata setelahnya. Sebaiknya
gunakan “dan” sebagai pengganti, maka mereka akan mendengarkan
seluruh kalimat.
Pemicu Pertengkaran :
Anda harus membayar…..
Pelancar Komunikasi :
Tarifnya adalah……
“Bayar” terdengar negatif, dan biaya bisa berimplikasi ke waktu,
kejengkelan, dan hal – hal lain selain uang.
Pemicu Pertengkaran :
Apa masalah anda?
Pelancar Komunikasi :
Tolong ceritakan kepada saya apa
yang telah tejadi ?
Orang tidak ingin mempunyai masalah, dan tidak ingin orang lain
mengetahui masalahnya. Sebaiknya gunakanlah pelancar komunikasi.
D. KIAT MELAYANI PELANGGAN YANG KECEWA
Kita sudah membahas bagaimana penampilan diri, bahasa tubuh, nada
suara, dan pilihan kata – kata dapat menjengkelkan pelanggan yang
kecewa. Sekali pelanggan marah – karena alasan apa pun – anda perlu
mencari cara untuk menenangkannya. Pada bagian ini kita akan
membahas :
1. Apa yang Diinginkan oleh Pelanggan yang Kecewa ?
Para pelanggan yang kecewa mungkin menginginkan tanggapan yang
bervariasi dari anda, yaitu :
Diperlakukan dengan serius.
Pelanggan tidak ingin mendapatkan tanggapan seperti : “Anda
bergurau”, “sama sekali tidak”, atau “anda tampaknya sedang
bercanda”. Ia menginginkan anda bersikap professional dan
percaya diri serta menanggapi masalahnya dengan serius.
Diperlakukan dengan penuh hormat.
Seseorang yang kecewa tidak mau diperlakukan dengan sikap
merendahkan atau arogan. Ia ingin anda memperlakukan dirinya
dan masalahnya dengan penuh hormat. Hal ini mungkin sulit
dilakukan bila pelanggan jelas – jelas bersalah tetapi berusaha
menyalahkan perusahaan anda.
Memperoleh tindak lanjut segara.
Ia tidak mau anda menanggapi keluhannya bulan depan, minggu
depan atau bahkan besaok. Ia ingin anda melakukannya sekarang
juga. Tunjukkanlah bahwa anda penuh perhatian dengan cara
bertindak cepat, tidak peduli betapapun lelahnya anda.
Mendapatkan kompensasi / restitusi.
Ia ingin agar seseorang bersedia membayar ganti rugi atas apa
yang telah terjadi, mungkin untuk waktunya, kesusahannya atau
kejengkelannya.
Mendapatkan keadilan, siapa yang bersalah ditegur dan /
atau dihukum.
Yakinkan pelanggan bahwa tindakan yang benar akan dilakukan,
sekalipun anda bukan supervisor. Laporkan secara bijaksana
insiden yang terjadi kepada supervisor, sehingga ia bisa
menjelaskan permasalahannya kepada rekan kerja anda dan bisa
mencegah terulangnya masalah yang sama di masa yang akan
datang.
Menjernihkan masalah, sehingga tidak akan terulang lagi.
Adakalanya pelanggan hanya sekedar ingin tahu bahwa beberapa
tindakan telah dilakukan, sehingga tidak seorangpun akan
menghadapi masalah seperti ini lagi. Yakinkan pelanggan bahwa
anda akan menyampaikan masalah ini kepada yang berkompeten.
Didengarkan.
Yang pertama – tama diinginkan oleh pelanggan yang kecewa
adalah didengarkan. Adalah sulit untuk mendengarkan secara
seksama dalam situasi yang tegang, terlebih lagi apabila anda tidak
mengembangkan kebiasaan mendengarkan dengan efektif.
2. Kebiasaan Mendengarkan.
Menurut Dr. Lyman K. Steil, President of Communication Development,
di St. Paul, Minnesota, banyak orang mempunyai kebiasaan
mendengarkan yang buruk. Beberapa kebiasaan yang ditemukan Dr.
steil adalah :
Mencela Pembicara dan Cara Penyampaiannya.
Perhatian tidak tertuju pada apa yang dikatakan oleh pembicara,
tetapi bagaimana ia mengatakan hal itu. Perhatian lebih diarahkan
pada cara bicara yang cadel, gagap, aksen, dialek, kesalahan tata
bahasa, “uns” dan “uhs” – ketimbang apa yang dipikirkan dan
dirasakan oleh pembicara.
Hanya Mendengarkan Fakta dan Buka pada apa yang Dirasa.
Pelanggan boleh jaadi tidak mengatakan bahwa dirinya marah,
tetapi nada suaranya sangat keras dan jelas. Dengarkan dengan
seksama isyarat emosi dan juga fakta yang ditunjukkan.
Tidak Mencatat – atau Mencoba Menulis Segala Sesuatu.
Tidak mencatat hal – hal penting bisa menimbulkan kesalahan
dikemudian hari, bila suatu saat anda lupa apa – apa yang telah
dikatakan oleh anda ataupun pelanggan. Di sisi lain, menuliskan
semua yang dikatakan pelanggan akan menyebabkan anda
kehilangan kontak mata. Buatlah catatan ringkas tentang hal – hal
yang penting, seperti tanggal, waktu, jumlah, dan nomor rekening.
Perhatian Semu.
Pelanggan bisa mengetahui dengan cepat apakah anda menberikan
perhatian penuh kepadanya atau tidak. Jika sebelumnya ia sudah
agak terganggu, maka kekurangperhatian anda bisa mendorongnya
menjaadi marah. Oleh karena itu, berikanlah perhatian penuh saat
anda sedang membantunya.
Mentolerir atau Menciptakan Gangguan.
Jangan biarkan perhatian anda diganggu oleh percakapan –
percakapan lainnya. Kurangi berbagai gangguan yang tampak,
seperti kertas – kertas yang berserakan di meja anda. Sebaiknya
semua itu disingkirkan dan ambillah sehelai kertas bersih yang
dapat digunakan untuk mencatat. Dengarkanlah dengan seksama
apa yang dikatakan pelanggan, dan sedapat mungkin kurangi hal –
hal yang bisa mengganggu anda.
Menghilangkan Kesulitan dan Informasi yang
Membingungkan.
Ketika sedang kecewa, orang tidak bisa selalu berkomunikasi
dengan jelas. Jika anda tidak terbiasa menangkap apa yang
dimaksud dari pembicaraan yang cepat, mintalah padanya untuk
memperlambat bicaranya. Adalah lebih mudah untuk memahami
sebagian informasi dalam satu saat. Buatlah catatan untuk
membantu anda mengumpulkan berbagai informasi secara
bersamaan.
Membiarkan Kata – Kata Emosional Menghalangi Pesan yang
ingin Disampaikan.
Pelanggan yang kecewa mungkin saja menyebut nama anda,
memaki, atau berkata yang tidak mengenakkan tentang anda,
rekan kerja, dan perusahaan anda. Hindari ia meremehkan anda
dengan cara seperti itu. Sebab, bila anda kecewa maka anda akan
kehilangan objektivitas, dan anda perlu mengendalikan diri jika
ingin menyelesaikan masalah dalam situasi seperti ini.
Menyela atau Menyelesaikan Kalimat Orang Lain.
Ini merupakan kebiasaan yang menjengkelkan dan hanya akan
memancing kemarahan orang yang sudah kecewa.
Bias dan Prasangka.
Diakui atau tidak, kita semua mempunyai bias dan prasangka. Anda
mungkin tidak suka dengan cara seseorang berpakaian, rias
wajahnya, model rambutnya, atau cara bicaranya yang gagap. Jika
anda dipengaruhi oleh bias tersebut, maka anda akan sulit
mendengarkan mereka. Kurangilah prasangka agar anda bisa
menjadi pendengar yang baik.
Tidak Menatap Orang yang Kecewa.
Tatap matanya. Ingatlah apa yang dikatakan orang tua anda ketika
anda kanak – kanak : “Lihat ayah ketika ayah sedang bicara
denganmu”. Orang tahu anda sedang mendengarkan bila anda
menatapnya.
Tidak Memeriksa Kembali apa yang sudah Dipahami.
Ulangi apa yang anda pahami dari perkataan pelanggan. Mulailah
kalimat anda dengan, “Tunggu, yang saya pahami adalah….” Atau
“Saya rasa saya mengerti bahwa….” (lalu menguraikan sendiri
dengan kata – kata sendiri apa yang telah dikatakannya). Jangan
mengatakan, “Apa yang ingin anda katakan adalah…” – ini
mengimplikasikan bahwa pelanggan adalah orang yang idiot dan
tidak bisa mengatakan apa yang dimaksudkannya. Hindari pula
perkataan, “Apa yang saya dengar dari anda adalah….” – ini
merupakan ungkapan yang usang.
3. Kata – kata yang Perlu Dicermati.
Dalam pembahasan terakhir, kita melihat kata – kata yang bisa
menjengkelkan dan kata – kata yang lebih netral – Pemicu
Pertengkaran dan Pelancar Komunikasi. Berikut ini sebaiknya beberapa
kata yang seharusnya dihindari pemaikaiannya – karena akan
membangkitkan kemarahan orang yang sudah kecewa – dan berbagai
alternatif lain yang akan membantu menenangkan pelanggan.
Penggunaan Kata – Kata yang Lembut – Menunjukkan
Empati.
Ucapan lisan bernada lembut membuat pelanggan tahu bahwa
anda bisa mengerti mengapa ia menjadi kecewa. Anda tidak
mengatakan bahwa anda tahu persis apa yang dirasakannya,
karena anda tidak dapat mengetahui hal itu.
Anda juga mengakui haknya untuk merasa demikian. Anda
bukannya tidak mengindahkan perasaannya.
Pemicu Pertengkaran :
Anda gila.
Saya tahu bagaimana perasaan
anda.
Pelancar Komunikasi :
Saya hargai apa yang anda
katakan.
Saya bisa mengerti mengapa
anda merasa demikian.
Pelancar Komunikasi :
Saya tahu bagaimana anda
Pemicu Pertengkaran :
Wah, anda benar – benar marah.
Saya tidak tahu mengapa anda
begitu kecewa.
bisa jengkel.
Saya mohon maaf atas
segala hal yang mengganggu
anda.
Saya akan kecewa juga.
Gunakan Tiga M – Merasa, Mengakui, Menemukan.
Tiga M adalah kerangka tanggapan anda. Teknik ini mengakui
perasaan pelanggan dan memberikan penjelasan dalam cara yang
dapat ia dengarkan :
“Saya mengerti mengapa anda merasa begitu.
Orang lain pasti juga akan mengakui merasa demikian.
Dan kemudian setelah diberi penjelasan, mereka akan
menemukan bahwa kebijakan ini sebenarnya melindungi
mereka, sehingga hal ini ada artinya”.
Dapatkan Klarifikasi.
Uraikan dengan kata – kata sendiri apa yang dikatakannya.
Terimalah kesalahan seandainya ada miskomunikasi. Pastikan anda
memahami persoalannya sebelum mencoba untuk menyelesaikannya.
Pemicu Pertengkaran :
Cara anda salah.
Anda tidak mengerti
Itu sama sekali salah
Benarkah anda telah
mengatakan
Pelancar Komunikasi :
Kedengarannya anda seperti
mengatakan…..
Barangkali saya salah
mengerti…
Tunggu, seandainya saya
benar memahami ini…
Apa yang saya pahami
adalah anda mengatakan…..
Bentuklah Tim.
Biarkan ia tahu bahwa pelanggan adalah penting. Ketika anda
membentuk tim, maka tim ini adalah anda dan pelanggan yang
bekerja sama mencari penyelesaian, bukannya pertentangan
antara anda dengan pelanggan.
Pemicu Pertengkaran :
Kita tidak bisa mengerjakan itu.
Anda pasti punya masalah
Pelancar Komunikasi :
Saya bersedia membantu
untuk mencari solusinya.
Mari kita lihat, apa yang bisa
kita kerjakan bersama.
4. Petunjuk – petunjuk Tambahan.
Beristirahatlah.
Jika anda merasa kecewa, ingin menangis, atau berteriak pada
pelanggan, bebaskan sejenak diri anda dari situasi tersebut. Ini
merupakan kesempatan bagi anda untuk menenangkan diri
sebelum kembali ke persoalan semula.
Ketika menyadari anda mulai emosi, minta maaflah dengan sopan :
“Maaf saya tinggal sebentar untuk mengecek kebijakan tentang hal
ini”.
“Saya akan meminta pendapat supervisor saya tentang hal ini”.
“Saya perlu memeriksa beberapa informasi dalam file”.
“Saya perlu mendiskusikan bagaimana sebaiknya kita memecahkan
masalah ini. Saya perlu waktu sebentar.”
Sebaiknya anda meminta maaf dengan cara yang sopan yang akan
bisa memperlihatkan perhatian anda dalam melayani pelanggan.
Jangan Menangis.
Pelanggan yang kecewa bisa mengatakan apa saja yang melukai
hati, sering kali tanpa menyadari bahwa anda menjadi tersinggung.
Apa pun yang anda lakukan, jangan menangis di depan pelanggan.
Jika emosi anda tidak bisa dikendalikan, anda tidak bisa menjadi
professional sebagaimana yang anda inginkan.
Jika anda tidak bisa menahan air mata, mintalah permisi, pergilah
ke ruangan kosong, ruang istirahat, atau ruang belakang sehingga
anda bisa menenangkan diri tanpa gangguan. Jika anda merasa
tidak tahan lagi berbicara dengan pelanggan, mintalah salah
seorang rekan atau pimpinan anda untuk mengambil alih.
Dapatkan Perhatian Pelanggan.
Jika pelanggan berbicara kasar dan tidak memberi kesempatan
pada anda untuk menjelaskan atau menjawab pertanyaan, sebutlah
namanya di awal kalimat anda. Umumnya orang akan
memeprhatikan bila mendenfarkan namanya disebut.
Kendalikan Pelanggan yang Keras Kepala.
Bila anda menagalami kesulitan dalam mendapatkan kata sepakat,
buatlah komentar yang mengarahkan pelanggan ke arah
tercapainya penyelesaian :
“Anda ingin saya melakukan apa sekarang ?”.
“Menurut anda cara apa yang adil untuk menyelesaikan masalah ini
?”.
“Apa yang bisa membuat anda senang?”.
Sering kali, apa yang diminta pelanggan tidak seperti yang anda
duga. Jika ususlan pelanggan masih dalam garis pedoman anda,
terimalah. Jika tidak, buatlah usulan pembanding.
Jika tidak tercapai kata sepakat, inilah saat yang tepat untuk
memanggil atasan anda. Bukanlah pada tempatnya anda meminta
pelanggan untuk mengalihkan bisnisnya ke tempat lain, kecuali bila
anda adalah seorang manager.
Gunakan Pengulangan yang Sopan.
Jika pelanggan terus mendesak untuk sesuatu yang tidak masuk
akal atau tidak mungkin, katakan padanya apa yang bisa anda
lakukan (bukan apa yang tidak bisa anda lakukan). Ulangi terus
pernyataan tersebut, tanpa membuatnya menjadi permusuhan atau
keributan, sampai akhirnya ia mendengarkan. Misalnya, jika
pelanggan mendesak untuk memperoleh sebuah peralatan, dan
anda tidak mempunyai persediaan, maka percakapan mungkin
menjadi seperti ini :
“Saya menginginkan peralatan saya hari ini”.
“Maaf, peralatan kami baru ada hari Selasa”.
“Tetapi saya butuh hari ini”.
“Maaf, persediaan kami habis”.
“Saya mau hari ini”.
“Saya akan mengambil satu untuk anda pada hari Selasa”.
Akhirnya, anda bisa memintanya untuk pergi. Seandainya ia tidak
mau, kemudian panggilah petugas keamanan ataupun polisi.
Catatan Khusus dalam berurusan dengan Kekerasan.
Ada saja kemungkinan pelanggan yang sangat marah dan
mengancam anda, atau menjadis engit. Andalkan keberanian anda
jika tampaknya sesuatu terjadi di luar kendali anda. Belajarlah
memahami perilaku orang yang keras atau kasar dengan membaca
komunikasi nonverbal pelanggan – mengepalkan tinju,
mengatupkan bibir rapat – rapat, meninggikan nada suara,
meregangkan sikap tubuh, cuping hidung mengembang, wajah
merah padam, dan mata membelalak lebar. Carilah petunjuk
adanya kemungkinan penggunaan obat – obatan atau alkohol.
Jika pelanggan tak mau patuh, atau mengancam dengan
kekerasan, carilah bantuan. Anda tidak harus bertahan bila
mendapat ancaman.
Jangan pernah mencoba bermusyawarah dengan pengguna obat –
obatan atau pemabuk. Sekalipun tidak ada tanda – tanda
penggunaan obat – obatan, jika seseorang tampaknya potensial
menjadi ekras, jangan ragu untuk memanggil polisi. Ada banyak
cerita tentang karyawan yang dipukul pelanggan yang kecewa.
Lebih baik resiko dianggap bodoh daripada harus berakhir di rumah
sakit.
Jangan menuduh pelanggan sebagai pengguna obat – obatan atau
pemabuk. Hal ini akan menempatkan anda dan perusahaan anda
pada situasi yang tidak menguntungkan. Carilah cara untuk
membawa pelanggan keluar dari perusahaan anda.
5. Melayani Pelanggan Melalui Telepon
Lebih mudah bagi pelanggan untuk bersikap aksar di telepon, karena
tidak berhadapan langsung dengan anda sebagai wakil dari
perusahaan. pedoman yang telah kita bahas secara umum dalam buku
ini bisa diterapkan untuk melayani pelanggan melalui telepon. Namun
demikian, ada beberapa bidang yang perlu dimodifikasi.
Karena tidak ada kontak yang saling berhadapan atau tatap muka,
komunikasi melalui telepon merupakan tantangan khusus. Anda hanya
memiliki nada suara (misalnya, perubahan nada suara, pola suara, dan
keras lembutnya suara) dan pemilihan kata untuk menyatakan
perhatian pada pelanggan. Seorang ahli memperkirakan bahwa
melalui telepon, pendengar dapat memahami pesan anda 80% dari
tekanan suara dan 20% lagi melalui kata – kata yang digunakan.
Anda bisa melihat betapa suara dapat menunjukkan kesenangan,
keprihatinan, kesabaran, informasi, dan perhatian. Bila pelanggan
tidak bisa melihat kepedulian melalui ekspresi wajah anda, maka ia
perlu mendengar kepedulian itu melalui suara anda. Memperdalam
suara juga akan membantu menenangkan pelanggan. Suara yang
lebih rendah akan mengesankan seseorang lebih dewasa, percaya diri,
dan menguasai diri.
Ada beberapa cara untuk mengetahui apakah anda memiliki tekanan
suara yang bagus atau tidak. Salah satunya adalah dengan meminta
tanggapan dari atasan atau rekan sekerja anda. Sebaiknya anda
memilih orang yang bisa berkata jujur, dan memberikan tanggapan
yang membangun, atau anda bisa melakukannya senderi dengan
mendengarkan rekaman suara anda. Meskipun suara anda di kaset
terdengar berbeda dengan yang diharapkan, namun inilah cara terbaik
untuk menanyakan komentar orang lain atas suara anda tersebut.
Bisa jadi pelanggan masih jengkel pada anda, sekalipun anda
terdengar menyenangkan. Barangkali anda mempunyai kebiasaan
yang menjengkelkan seperti mengunyah permen karet, makan,
menutup mikrofon telpon untuk berbicara dengan rekan kerja, atau
meninggalkan pelanggan terlalu lama di telpon.
Jika anda perlu meninggalkan tempat pada saat percakapan telepon
berlangsung, tanyakan pada pelanggan apakah ia ingin ditelepon lagi
atau menunggu sampai anda kembali. Jika ia lebih suka ditelepon lagi,
katakan padanya bahwa anda akan menghubunginya pada saat
tertentu, dan tanyakan apakah ia tidak keberatan. Hubungi pelanggan
kembali pada saat yang telah disepakati, sekalipun belum ada yang
harus dilaporkan kecuali hanya memberitahukan bahwa anda masih
berusaha mencari apa yang diinginkannya.
Jika ia lebih senang untuk tetap menunggu, jelaskan bahwa mungkin
membutuhkan waktu beberapa menit hingga anda memperoleh
informasi yang dibutuhkan. Beritahukan nama anda jika seandainya ia
memutuskan untuk meletakkan telepon dan ingin menelepon lagi
nanti. Dan tanayakan nomor teleponnya, untuk antisipasi, seandainya
percakapan anda terputus.
Jenis pelayanan semacam ini menunjukkan bahwa pelanggan adalah
penting, dan bahwa perusahaan anda dijalankan oleh orang – orang
yang bijaksana, baik, dan suka menolong, bukan oleh komputer yang
dingin.
Pedoman Langkah demi Langkah
Bila anda berurusan dengan pelanggan yang kecewa, lakukan
langkah – langkah berikut :
1. Ucapan lisan bernada lembut menjadi penting bagi pelanggan.
2. Gunakan tiga M.
3. Minta maaf atas situasi yang terjadi.
4. Nyatakan bahwa anda ingin membantu.
5. Menggali lebih banyak informasi.
6. Ulangi kembali keluhan mereka guna memastikan bahwa anda
telah memahami masalahnya.
7. Tunjukkan bahwa anda melindungi kepentingannya.
8. Jelaskan pilihan atau tanyakan apa yang mereka inginkan.
9. Tetapkan tindakan yang harus dilakukan – oleh anda dan
pelanggan.
10.Akhiri dengan suasana yang menyenangkan.
Secara umum :
- Mendengarkan
- Berhadapan langsung dengan pelanggan.
- Tatap matanya.
- Berikan reaksi dengan sikap tubuh, nada suara, dan
ekspresi wajah yang tepat.
- Hindari kata – kata yang bisa memicu pertengkaran.
- Hindari tekanan suara yang memberi kesan
merendahkan atau tidak sabar.
- Miliki dan tunjukkan empati.
- Mengurangi berbagai gangguan.
- Melatih kesabaran.
- Gunakan nada suara yang menyejukkan.
- Jangan menganggap ucapannya ditujukan kepada
anda secara pribadi.
E. HAL YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH PELANGGAN
PERGI.
Setelah pelanggan pergi, barangkali anda perlu mengambil waktu
beberapa saat untuk beristirahat atau menenangkan suasana. Anda perlu
menenangkan diri sendiri.
Penting bagi anda untuk tidak terus mengingat – ingat kesalahan yang
telah anda lakukan. Jangan menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang
telah dilakukan. lebih baik gunakan waktu yang ada untuk belajar
bagaimana mengupayakan cara lain untuk mengatasi masalah di masa
mendatang.
1. Jangan Membebani Diri.
Apabila pelanggan sangat kecewa terhadap perusahaan, kebijakan,
salah seorang karyawan, atau dirinya sendiri, maka kekecewaan
tersebut bisa dilampiaskan kepada anda sehingga anda merasa
disalahkan karenanya. Pelanggan bisa menyerang siapa saja yang ada
didekatnya – dalam hal ini, anda.
Sering kali, ketidakberuntungan pelanggan bukan disebabkan oleh
anda. Anda harus ingat tentang hal ini. Jika ia mengatakan “Anda telah
mengubah pesanan saya”. Mungkin maksudnya adalah “Pesanan saya
tidak datang tepat waktu, dan pihak andalah yang harus
menanggungnya. Siapa pun yang telah melakukan hal ini akan
mempunyai masalah besar, dan karena saya tidak tahu persis siapa
orangnya, maka andalah yang akan mendengarkan keluhan saya –
baragkali anda bisa menjelaskan masalahnya dengan benar”.
Terkadang pula kesalahan berada di pihak anda. Semua orang bisa
saja melakukan kesalahan. Sering kali suasana tegang menjadi reda
jika anda mengakui kesalahan dan minta maaf. Tetapi ini hanya anda
lakukan jika hal itu memang benar – benar kesalahan anda.
Seandainya anda telah melakukan kesalahan sebelumnya, tanyakan
kepada pimpinan anda bagaimana cara mengurangi kesalahan.
2. Jangan Membuat Bosan Rekan Kerja.
Beberapa orang mengatakan bahwa mereka bisa mengatasi rasa
kecewanya dengan menceritakan peristiwa yang dialami kepada rekan
kerjanya. Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini merupakan
pengalaman yang menyenangkan ? Jika tidak, mengapa anda mau
membagi pengalaman yang tidak menyenangkan kepada orang –
orang yang tidak anda sukai ? Apakah ini akan membuat hari – hari
mereka menjadi lebih baik ? Akankah hal itu membuat mereka menjadi
lebih gembira ?”. Jika jawabannya tidak, itu berarti cerita anda tidak
akan menuat mereka menjadi lebih senang, jadi mengapa
menyusahkan mereka.
Jika ada sesuatu yang bisa dipelajari rekan sekerja dari pengalaman
anda, maka sebaiknya anda membagi pengalaman tersebut. Sebagai
contoh, anda pernah mempunyai pengalaman dengan pelanggan yang
“marah besar”, sebab anda tanpa sadar telah membuatnya
tersinggung. Informasi tersebut sangat berguna untuk rekan kerja
anda, sehingga mereka tidak mengalami pertengkaran yang sama
dengan pelanggan itu.
Anda mungkin juga perlu meminta saran rekan kerja yang lain. “Apa
yang sebaiknya dilakukan ?” “Menurut anda apa yang harus saya
lakukan ?” “Apa upaya lain yang harus saya lakukan di waktu
mendatang ?” Pertanyaan – pertanyaan ini bisa membantu anda
mengambil pelajaran dari pengalaman yang lalu.
Akan tetapi, jika anda ingin sekedar melegakan hati, janganlah
mengganggu siapa pun. Tulislah pengalaman anda tersebut untuk
anda sendiri. Dan anda bisa berperan sebagai penasihat untuk diri
sendiri. Bertanyalah pada diri sendiri upaya lain apa yang bisa
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.
F. ALASAN DIPERLUKANNYA PEDOMAN UNTUK
MANAGER
Bagaimana manajer bisa mengetahui cara pelanggan diperlakukan ?
apabila anda tidak berada di sekita5r lokasi kejadian atau tidak
mendengar langsung, bagaimana anda bisa mengetahui dengan apsti
sikap para karyawan dalam menghadapi pelanggan ? anda pasti tidak
tahu. Anda hanya bisa berharap bahwa para karyawan akan
berkomunikasi dengan pelanggan sebagaimana yang biasa anda lakukan.
Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, ada pelanggan
yang tidak bisa ditenangkan jika belum dihadapkan dengan penyebab
kejengkelannya. Oleh karenanya penting untuk menanamkan konsep
pelayanan pelanggan kepada para karyawan. Jadi, mari kita bahas apa
yang bisa dilakukan oleh para manajer untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi kepuasan pelanggan.
1. Menciptakan Suasana yang Kondusif untuk Kepuasan Pelanggan.
Jadilah Panutan.
Anda harus lebih banyak memberi contoh dengan tindakan
ketimbang sekedar mengucapkan kata – kata tentang konsep
memuaskan pelanggan – anda harus mempraktekkannya secara
nyata dan sesering mungkin. Mengirim staf untuk mengikuti kursus
tentang kepuasan pelanggan hanya akan merupakan pemborosan
uang jika manajer tidak bisa memberikan contoh yang baik kepada
para karyawan dan tidak menerapkan sistem penghargaan yang
baik.
Mintalah Saran dari Staf.
Staf anda sering kali mempunyai gagasan bagus untuk
memperbaiki cara kerja. Akan tetapi banyak diantaranya sungkan
memberi saran, kecuali kalau diminta.
Manfaatkan gagasan yang masuk akal, dan berilah penghargaan.
Orang akan merasa tersinggung bila orang lain menyerobot
penghargaan yang menjadi haknya.
Meminta Umpan Balik dari Pelanggan.
Ada beberapa cara yang murah untuk mengadakan umpan balik.
Mengadakan Survei atau Angket melalui Kartu untuk Diisi
dan Dikembalikan yang Bebas Ongkos Kirim.
Upayakan agar bentuk survey singkat dan langsung pada pokok
permasalahan. Sediakan ruang bagi pelanggan untuk menuliskan
nama dan nomor telepon sehingga anda bisa menghubungi mereka
untuk meminta klarifikasi.
Menindaklanjuti melalui Telepon.
Anda bisa menelepon lima sampai sepuluh pelanggan setiap
minggu untuk mengecek pelayanan yang telah diberikan. Jangan
hanya menghubungi pelanggan yang anda tahu memang menyukai
perusahaan anda, tetapi juga beberapa yang sudah agak lama
tidak menggunakan layanan jasa anda.
Amatilah pelayanan yang telah diberikan dan tanyakan pada
pelanggan perubahan – perubahan apa yang mereka harapkan.
Hargai Karywan atas Sikapnya yang Baik dalam Menghadapi
Pelanggan.
Ketika seorang anggota staf bekerja dengan baik, tanggapilah
segera. Biarkan ia mengetahui apa yang dikatakan pelanggan atau
perhatian anda terhadap pelayanan baik yang telah
ditunjukkannya. Pujilah dia dengan tulus, dengan mengatakan :
“Saya senang mendengar anda menawarkan bantuan kepada ibu
Olga untuk menangani paketnya”.
Mendorong Karyawan untuk Berinisiatif.
Berikan staf anda kewenangan untuk mengambil suatu tindakan
atas perilaku pelanggan. Berikan batasan sejauh mana mereka
boleh menanggani pelanggan tanpa melibatkan supervisor.
Tingkatkan kewenangan itu sedikit demi sedikit seiring dengan
meningkatnya kepercayaan anda terhadap staf tersebut.
Dengan cara seperti ini, maka akan tumbuh rasa percaya diri staf,
dan mampu segera menyelesaikan masalah dengan pelanggan,
tanpa dibatasi oleh kebijaksan tertentu yang tidak dapat
dilampauinya.
Jangan Berkata Negatif tentang Pelanggan.
“Nyonya Hani cerewet”. Pernyataan ini tidak memberikan pelajaran
apa pun. Tetapi mengatakan, “Nyonya Hani sangat cermat pada hal
– hal kecil. Jadi periksalah dengan teliti pesanannya sebelum dikirim
padanya” menunjukkan perhatian anda terhadap sifat pelanggan,
dan mengingatkan apa saja yang perlu dilakukan sehubungan
dengan hal tersebut.
Mengetahui Saat yang Tepat untuk Mempersilakan
Pelanggan Pergi
Jika seorang pelanggan terus menerus mengecewakan staf anda
karena alasan yang sepele, barangkali anda perlu menawarkan
kepada pelanggan tersebut untuk menggunakan jasa orang lain.
“Tuan Pram, tampaknya kami tidak dapat memenuhi harapan anda
untuk mengubah cara kerja kami. Mungkin akan lebih baik bila
anda mencari penjual lain, yang bisa memenuhi standar anda”.
Tentu saja, hal ini tidak dapat menjadi alternatif penyelesaian
seandainya organisasi tempat anda bekerja adalah sebuah
perusahaan perlengkapan, agen publik, atau kantor pemerintah.
2. Saat yang Tepat Manajer Melayani Pelanggan yang Kecewa.
Pelanggan yang kecewa boleh jadi akan diserahkan pada anda jika
karyawan anda tidak mampu mengendalikan situasi yang terjadi, atau
jika pelanggan mendesak untuk bertemu dengan anda.
Dalam hal ini, keterlibatan anda tidak hanya diperlukan untuk
melayani pelanggan, tetapi juga untuk memberikan contoh pada
karyawan bagaimana cara anda menangani situasi. Ingatlah bahwa
anda adalah panutan.
Sering kali pelanggan terlihat lebih tenag dan lebih rasional
berhadapan dengan anda ketimbang berhadapan dengan staf anda,
karena anda dirasa lebih mempunyai kewenangan untuk melakukan
sesuatu guna menyelesaikan masalah.
Di sisi lain, staf anda bisa jadi telah melakukan sesuatu yang
menyebabkan pelanggan semakin marah. Anda akan dapat mengatasi
segala sesuatu jika menggunakan pedoman sebagaimana diuraikan
dalam modul ini.
Apa yang Terjadi Jika Anda Mengabaikannya ?
Jika anda melakukan atau mengatakan sesuatu yang menambah
kejengkelan pelanggan, dan anda menyadari kesalahan tersebut
setelah melakukan introspeksi diri, diskusikanlah hal ini dalam
pertemuan staf. Jelaskan hal – hal yang kurang baik yang telah
anda lakukan dan juga mintalah pada kelompok untuk
memberikans aran tentang tindakan yang sebaiknya dilakukan,
atau katakan pada mereka apa yang menurut anda seharusnya
dilakukan atau dikatakan.
Pemimpin yang mau mengakui kesalahan, mendiskusikan tentang
hal itu, dan melakukan koreksi adalah pemimpin yang akan
dihormati atau dihargai. Jangan takut tidak dihargai di depan staf
anda. Jika anda membicarakan kesalahan anda dan berusaha untuk
memperbaikinya, anda akan dihargai oleh staf anda.
3. Menangani Karyawan yang Kecewa.
Bagian 1 : Selama Kejadian
Terlepas apakah ia berslah atau tidak, penting untuk membuat
karyawan tidak terlihat bodoh atau tidak mampu.
Jika apa yang dikatakannya adalah benar, maka katakan seperti ini,
“Nyonya Widya, maaf saya perlu memberitahukan kepada anda bahwa
diskon dalam jasa telepon Telkom hanya diberikan untuk pembicaraan
teepon dalam kode wilayah anda antara pukul 12.00 hingga pukul
14.00 siang. Sebagaimana sudah dijelaskan oleh nancy, itulah
sebabnya mengapa tagihan anda untuk pembicaraan pukul 14.08 –
15.32 bertarif penuh”.
Jika hanya anda yang bisa membuat perkecualian terhadap kebijakan
yang telah dikatakan oleh karywan anda, katakan demikian kepada
pelanggan. Tekankan bahwa karyawan anda telah melakukan
tugasnya dengan baik.
Jika karyawan anda salah, jelaskan bahwa pasti telah terjadi
kesalahpahaman tentang kebijakan tersebut. Tekankan betapa
berhargnya karyawan anda dihadapan pelanggan.
“Ya, Pak Joko, anda benar bahwa seharusnya anda tidak dibebani
biaya kasir pada rekening Senior Special Anda. Jelas sudah, ada
kesalahpahaman tentang hal ini. Bram adalah salah seorang teller
terbaik di sini, ssehingga saya yakin ini adalah kekhilafan saja. Pada
pertenuan staf kami mendatang saya akan mengingatkan semua
telleer kami tentang hal ini. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.
Tentu saja, kami akan meniadakan biaya untuk cek kasir anda. Apakah
ada hal lain yang bisa kami lakukan untuk anda hari ini ?”.
Bagian 2 : Setelah Pelanggan pergi
Karyawan anda barangkali gemetar, marah, atau hampir menangis
ketika berhadapan dengan pelanggan. Biarkan ia memeprtahankan
harga diri dan emosinya dihadapan teman –teman dan pelanggan lain.
Biarkan ia menenangkan diri selama sepuluh menit di ruang istirahat
atau tempat sepi lainnya.
Jika menungkinkan, temani ia dan bicaralah dengannya, biarkan ia
mengeluarkan segala kemarahannya, dan berilah dukungan terhadap
apa yang telah dilakukannya. Bila ia sudah cukup tenang, diskusikan
dengannya tentang upaya lain yang sebaiknya dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut di masa mendatang. (Jika perasaannya
masih sangat kacau, tundalah diskusi sampai lain waktu) Dengarkan
semua pendapatnya sebelum anda mengemukakan pendapat anda.
Setelah itu, yang dibutuhkannya hanyalah saran dari anda.
Bagian 3 : Beri Penjelasan kepada Staf yang Lain
Jika ada beberapa staf lain mendengar atau melihat kejadian itu,
sebaiknya diskusikan masalah itu dengan mereka. Seandainya ada
pertengkaran serius atau sampai terjadi saling pukul, jelaskan kejadian
tersbut sesegera mungkin, lebih baik setelah penutupan kegiatan hari
itu. Jika hanya masalah ringan, diskusikan pada saat pertenuan staf
berikutnya. Sebaiknya karyawan yang terlibat dalam kejadian tersebut
hadir dalam diskusi, namun sebelumnya perlu ditanyakan kepada yang
bersangkutan apakah ia merasa keberatan atau tidak.
Buatlah ikhtisar dari apa yang telah erjadi, kemudian fokuskan diskusi
pada hikmah yang dapat diambil dari kejaadian tersebut : tindakan
apa yang seharusnya dilakukan untuk menenangkan pelanggan yang
kecewa, dan apa upaya lain yang sebaiknya dilakukan di masa
mendatang. Jangan mengeluarkan ucapan negatif tentang karakter
atau perilaku pelanggan.
4. Kepuasan Pelanggan.
Kepuasan pelanggan sangatlah penting bagi keberlangsungan suatu
organisasi. Tenamkan nilai ini kepada staf anda, hargailah perilaku
terpuji dan ajari mereka berpikir seandainya mereka pada posisi
sebagai pelanggan – maka anda tidak akan kehilangan pelanggan.