71
SLO PJBL BLOK FAMILY 1. Pola dan proses komunikasi dalam kelurga a. Definisi komunikasi b. Elemen komunikasi keluarga c. Prinsip-prinsip komunikasi keluarga d. Saluran komunikasi keluarga e. Proses komunikasi keluarga yang baik f. Proses komunikasi keluarga yang tidak baik g. Pola komunikasi dalam keluarga yang baik h. Pola komunikasi dalam keluarga yang tidak baik i. Faktor yang mempengaruhi pola komunkasi dalam keluarga j. Proses keperawatan (pengkajainintervensi) 2. Kekuatan dan pengambilan keputusan dalam kelurga a. Konsep kekuatan dalam keluarga b. Variable yang mempengaruhi kekuatan dalam keluarga c. Klasifikasi struktur kekuatan keluarga d. Kekuatan dalam kelurga sehat e. Kekuatan dalam keluarga tidak sehat f. Proses keperawatan(pengkajainintervensi) 3. Nilai-nilai dalam keluarga a. Pengertian nilai b. Macam-macam sistem nilai c. Nilai umum keluarga d. Faktor yang mempengaruhi nilai keluarga e. Proses keperawatan(pengkajainintervensi) 4. Stres, koping, dan adaptasi keluarga a. Konsep dasar stres dan koping b. Tahapan stres dan strategi koping c. Stresor dalam keluarga d. Strategi koping keluarga PJBL - Family Health Nursing 2013Page 1

Pengertian Komunikasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengertian Komunikasi

SLO PJBL BLOK FAMILY

1. Pola dan proses komunikasi dalam kelurga

a. Definisi komunikasi

b. Elemen komunikasi keluarga

c. Prinsip-prinsip komunikasi keluarga

d. Saluran komunikasi keluarga

e. Proses komunikasi keluarga yang baik

f. Proses komunikasi keluarga yang tidak baik

g. Pola komunikasi dalam keluarga yang baik

h. Pola komunikasi dalam keluarga yang tidak baik

i. Faktor yang mempengaruhi pola komunkasi dalam keluarga

j. Proses keperawatan (pengkajainintervensi)

2. Kekuatan dan pengambilan keputusan dalam kelurga

a. Konsep kekuatan dalam keluarga

b. Variable yang mempengaruhi kekuatan dalam keluarga

c. Klasifikasi struktur kekuatan keluarga

d. Kekuatan dalam kelurga sehat

e. Kekuatan dalam keluarga tidak sehat

f. Proses keperawatan(pengkajainintervensi)

3. Nilai-nilai dalam keluarga

a. Pengertian nilai

b. Macam-macam sistem nilai

c. Nilai umum keluarga

d. Faktor yang mempengaruhi nilai keluarga

e. Proses keperawatan(pengkajainintervensi)

4. Stres, koping, dan adaptasi keluarga

a. Konsep dasar stres dan koping

b. Tahapan stres dan strategi koping

c. Stresor dalam keluarga

d. Strategi koping keluarga

e. Koping disfungsionaldalam keluarga

f. Faktor yang mempengaruhi koping keluarga

g. Proses keperawatan(pengkajainintervensi)

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 1

Page 2: Pengertian Komunikasi

Pola dan proses komunikasi dalam kelurga

a. Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris berasal dari communication,

berasal dari kata latin communication , dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna antara pemberi pesan

dengan penerima pesan. Jadi, apabila dua orang terlibat dalam komunikasi,

misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung

selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Beberapa pakar komunikasi memberikan definisi komunikasi diantaranya

dikutip oleh Effendi sebagai berikut, Carl I. Hovland dalam Effendi (1986: 63)

mendefinisikan komunikasi sebagai “Suatu proses dimana seseorang (komunikator)

menyampaikan perangsang-perangsang, biasanya lambang-lambang dalam bentuk

kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”. Jadi, hakikat

komunikasi merupakan proses pernyataan antar manusia. Yang berhubungan

dengan pikiran, atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

bahasa sebagai alat penyalurnya.

Menurut Lewis Caroll, Komunikasi merupakan suatu proses memindahkan,

mengoperkan atau menyampaikan sesuatu secara teliti dari jiwa yang satu kepada

jiwa yang lain, dan hal itu adalah tepat seperti pekerjaan yang harus kita ulangi dan

ulangi lagi (Praktikto, 1983: 10). Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien

tidak semudah seperti yang dibayangkan orang. Banyak hal-hal yang harus

diperhatikan agar pesan atau pernyataan yang disampaikan kepada orang lain bisa

dimengerti serta dipahami. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul

saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak, si pengirim dan penerima informasi

memahami.

Tirman Sirait mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi

sebagai berikut, “Komunikasi adalah suatu tingkah laku perbuatan atau kegiatan

penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau

makna-makna informasi dari seseorang kepada orang lain, atau lebih jelasnya suatu

pemindahan atau pengoperan informasi mengenai pikiran dan perasaan-perasaan”.

(Tirman, 1982: 11)

Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi tidak berarti

hanya menyampaikan sesuatu kapada orang lain, akan tetapi bagaimana caranya

penyampaian itu agar penerima mudah mengerti dan memahami dengan perasaan

ikhlas. Keberhasilan suatu komunikasi sangat dibutuhkan oleh faktor manusianya.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 2

Page 3: Pengertian Komunikasi

Karena manusia memiliki akal dan pikiran serta perasaan untuk dapat menentukan

sikap, dan manusia merupakan sarana utama terjadinya suatu komunikasi.

b. Elemen-elemen komunikasi keluarga

Proses Komunikasi Menurut Gates (1995) komunikasi merupakan suatu proses yang

mempunyai komponen dasar sebagai berikut :

Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan

kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami olehorang yang

menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah

informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan.

Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir

secara baik dan jelas.

Materi pesan dapat berupa :

Informasi

Ajakan

Rencana kerja

Pertanyaan dan sebagainya

Simbol/ isyarat

Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau symbol sehingga

pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer

menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata,gerakan anggota badan,

(tangan, kepala, mata dan bagian mukalainnya). Tujuan penyampaian pesan

adalah untuk mengajak,membujuk, mengubah sikap, perilaku atau

menunjukkan arahtertentu.

Media/penghubung

Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti : TV, radio, surat kabar, papan

pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media inidapat dipengaruhi

oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.

Mengartikan kode/isyarat

Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata danseterusnya) maka si

penerima pesan harus dapat mengartikansimbul/kode dari pesan tersebut,

sehingga dapat dimengerti/dipahaminya.

Penerima pesan

Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesandari si pengirim

meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpamengurangi arti pesan yang

dimaksud oleh pengirim

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 3

Page 4: Pengertian Komunikasi

Balikan ( feedback )

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima

pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang

pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannyaterhadap sipenerima

pesan. Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui

apakah pesan sudah diterimadengan pemahaman yang benar dan tepat.

Balikan dapat disampaikanoleh penerima pesan atau orang lain yang bukan

penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada

umumnyamerupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas

pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu

akandilaksanakan atau tidak Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat

dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan

penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan

sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya.Balikan bermanfaat untuk

memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan

membantu untuk menumbuhkankepercayaan serta keterbukaan diantara

komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.

c. Prinsip-prinsip komunikasi keluarga

Dalam kominikasi , harus ada kemauan antara komunikator dan komunikan , tidak

setengah-tengah dalam berlangsungnya komunikasi

Komunikasi akan mencapai hasil yang diharapkan apabila komunikator dapat

mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain

Pesan-pesan dalam komunikasi harus dapat dimengerti, difahami dan menjadi jelas

Komunikai yang baik terjadi keselarasan dan kesesesuaian antara pesan dan umpan

balik

Komunikasi yang berhasil yaitu pesan yang diterima komuikan sesuai dengan

maksud pesan yang dikirim komunikator.

Keterbukaan (openess)

Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan

orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi

memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap

segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.

Empati (Empathy)

Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang

dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun

tanggapan orang tersebut.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 4

Page 5: Pengertian Komunikasi

Dukungan

Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan

aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari

orang terdekat yaitu, keluarga.

Perasaan Positif (Positiveness)

Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang

sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.

Kesamaan (Equality)

Kesamaan adalah sejauh mana antara pembicara sebagai pengirim pesan dengan

pendengar sebagai penerima pesan mencapai kesamaan dalam arti dan pesan

komunikasi. Dengan kata lain kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai

kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.

Percaya (trust)

Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek

kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu

untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya Percaya disini merupakan

faktor yang paling penting sejauh mana percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh

faktor personal dan situasional. Dengan adanya percaya dapat meningkatkan

komunikasi interpersonal karena membuka hubungan komunikasi, memperjelas

pengiriman dan penerimaan informasi.

Sikap suportif

Sikap suportif adalah adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima, tidak jujur, tidak

empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal.

d. Saluran komunikasi keluarga

Komunikasi dalam interaksi keluarga sering terjadi komunikasi antar pribadi yang

dilakukan dengan spontan antar anggota keluarga, tidak mempunyai tujuan yang

ditetapkan terlebih dahulu.Komunikasi dalam interaksi keluarga dapat terjadi secara

kebetulan di antara anggota keluarga. Selain dari itu komunikasi dalam interaksi

keluarga dapat berlangsung berbalas-balasan.Orang yang terlibat dalam komunikasi

dua sampai empat orang.Apabila perckapan mereka semakin serius, maka dapat

terjadi dialog, di antara mereka. Kondisi demikian siapa yang menjadi komunikator

dan siapa yang menjadi komunikan menjadi tidak jelas.Dalam kehidupan sehari-hari

ada berbagai saluran yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Seseorang

menggunakan saluran tertentu, sebagai saluran sementara atau sewaktu-waktu

dalam interaksi dengan orang lain. Kadang-kadang saluran ini dikembangkan

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 5

Page 6: Pengertian Komunikasi

sebagai hal yang menetap dan berakar bersama perkembangan pribadinya. Saluran

mana yang digunakan , tergantung pada pengalaman belajar sebelumnya dan

tergantung pada intensitas ancaman yang diperoleh dan dirasakannya serta

kecemasan yang menyertai tanggapan akan ancaman itu . Saluran komunikasi

tersebut meliputi :

a) Konsonan : adalah komunikasi dimana perasaan dan perilaku dinyatakan

seiring dan searti dengan pesan yang diberikan . Orang yang menggunakan

saluran ini adalah orang yang merasa aman untuk mengatakan apa saja

yang ada dalam benaknya.

b) Celaan : reaksi yang biasa dilakukan oleh orang yang merasa dirinya selalu

terancam, dalam bentuk menggerutu, kritik yang berlebihan atau bersikap

kasar. Orang pencela ini biasanya menderita harga diri rendah, dan

berusaha meningkatkannya dengan mencela atau mencemoohkan orang

lain.

c) Kepatuhan : Orang yang patuh biasanya cenderung untuk menyalahkan

dirinya sendiri apabila terjadi sesuatu yang menimpa diriya atau keluarganya

.Biasanya anggota keluarga lain mempergunakan saluran komunikasi celaan

terhadap anggota keluarga yang seperti ini.

d) Intelektualisasi : Saluran ini memusatkan memusatkan interaksi pada

kemampuan rasional, kemampuan mental dan kemampuan intelektual.

Dalam perilakunya orang semacam ini menampilkan diri sebagai orang tanpa

perasaan. Orang semacam ini melakukan tindakan tidak sesuai dengan

perasaannya, atau ia dalam konflik antara pikiran dan

perasaannya.Penggunaan saluran ini dalam komunikasi antar keluarga,

terdapat jarak emosional yang menghambat hubungan mereka di antara

anggota tersebut.

e) Acuh tak acuh : Saluran ini merupakan saluran tidak sehat, yang bersumber

pada ketakutan, kemarahandan keinginan untuk memanipulasi orang lain.

Komunikasi ini sering muncul dalam bentuk bungkam, sikap tidak

peduli ,tanpa memperhatikan yang diajak berbicaraPola interaksi dalan

keluarga menurut Don Jackson ada empat kategori , yaitu : Relasi seimbang

dan memuaskan, Tidak seimbang dan memuaskan, Tidak seimbang dan

tidak memuaskan, Seimbang dan tidak memuaskan.

e. Proses Komunikasi

Menurut Effendy (2000: 31) proses komunikasi dapat ditinjau dari dua perspektif.

Proses Komunikasi dalam Perspektif Psiokologi

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 6

Page 7: Pengertian Komunikasi

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan

komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan pesan

kepada komunikan, maka, dalam dirinya terjadi proses. Proses ini yakni

mengenai isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah pikiran,

sedangkan lambang umumnya adalah bahasa.Proses “mengemas” pesan

atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu

dinamakan encoding. Hasil encodeng berupa pesan kemudian ia

transmisikan atau operkan kepada komunikan.Kini giliran komunikan terlibat

dalam proses komunikasi intrapersonal. Proses dalam diri komunikan disebut

decoding. Seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia

terima dari komunikator tadi. Mengerti isi pesan atau pikiran komunikator,

maka komunikasi terjadi.Sebaliknya bilamana tidak mengerti, maka

komunikasi tidak terjadi.

Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau

“melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya

sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan oleh komunikan itu

dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera

lainnya.Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab

bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi itu

berlangsung. Adakalanya komunikan seorang, maka komunikasi dalam

situasi seperti itu dinamakan komuniksi interpersonal atau komunikasi

antarpribadi, kadang-kadang komunikannya sekelompok orang; komunikasi

dalam situasi seperti itu disebut komunikasi kelompok; adapula

komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga

untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi

dalam situasi seperti itu dinamakan komunikasi massa.Dari kutipan diatas

dapat disimpulan bahwa proses komunikasi terdiri dari proses psikologis dan

mekanistis. Kedua proses tersebut adalah proses penyampaian pesan tetapi

ada perbedaan diantara keduanya, dimana proses komunikasi dalam

perspektif psikologis menitik beratkan pada proses pengemasan pesan baik

itu komunikator maupun komunikan sedangkan proses komunikasi dalam

perspektif mekanistis lebih menekankan proses komuniaksi pada

penggunaan alat indera dan anggota tubuh lainnya dalam berkomunikasi.

f. Pola Komunikasi Keluarga

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 7

Page 8: Pengertian Komunikasi

Banyak teori mengenai komunikasi keluarga yang menyatakan bahwa anggota

keluarga menjalankan pola interaksi yang sama secara terus menerus. Pola ini bisa

negatif ataupun positif, tergantung dari sudut pandang dan akibat yang diterima

anggota keluarga. Keluarga membuat persetujuan mengenai apa yang boleh dan

yang tidak boleh dikomunikasikan dan bagaimana isi dari komunikasi itu di

interpretasikan. Keluarga juga menciptakan peraturan kapan bisa berkomunikasi,

seperti tidak boleh bicara bila orang sedang mencoba tidur, dan sebagainya. Semua

peraturan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikomunikasikan melalui cara

yang sama secara terus menerus sehingga membentuk suatu pola komunikasi

keluarga.

Pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga bisa dinyatakan langsung ataupun

hanya disimpulkan dari tingkah laku dan perlakuan yang terjadi dalam keluarga

tersebut.Keluarga perlu mengembangkan kesadaran dari pola interaksi yang terjadi

dalam keluarganya, apakah pola tersebut benar-benar diinginkan dan dapat diterima

oleh seluruh anggota keluarga, apakah pola itu membantu dalam menjaga

kesehatan dan fungsi dari keluarga itu sendiri, atau malah merusak keutuhan

keluarga. Kesadaran akan pola itu dapat dibedakan antara keluarga yang sehat dan

bahagia dengan keluarga yang dangkal dan bermasalah.Pola-pola komunikasi yang

lebih kompleks berkembang pada waktu si anak mulai tumbuh dan menempatkan diri

ke dalam peranan orang lain. “Menurut Hoselitz, dengan menempatkan pribadi ke

dalam peranan orang lain maka si anak juga belajar menyesuaikan diri (conform)

dengan harapan orang lain”. (Liliweri, 1997 : 45).Berdasarkan pandangan Klinger,

Gillin dan Gillin yang dikutip Soekanto, maka kita dapat mengetahui bahwa setiap

proses komunikasi didorong oleh faktor-faktor tertentu. Misalnya pada waktu bayi

menangis, tangisan itu mempengaruhi ibu sehingga sang ibu segera datang

membawa botol susu. Sang bayi mulai belajar dari pengalamannya bahwa setiap

tangisan merupakan tanda (sign) yang selalu dapat digunakan untuk menyatakan

kebutuhan makan dan minum. (Liliweri, 1997 : 45). Hubungan dengan anggota

keluarga, menjadi landasan sikap terhadap orang, benda, dan kehidupan secara

umum.Mereka juga meletakkan landasan bagi pola penyesuaian dan belajar berpikir

tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarga mereka.Akibatnya

mereka belajar menyesuaikan pada kehidupan atas dasar landasan yang diletakkan

ketika lingkungan untuk sebagian besar terbatas pada rumah.Dengan meluasnya

lingkup sosial dan adanya kontak dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar

rumah, landasan awal ini, yang diletakkan di rumah, mungkin berubah dan

dimodifikasi, namun tidak pernah akan hilang sama sekali. Sebaliknya, landasan ini

mempengaruhi pola sikap dan perilaku di kemudian hari.C. H. Cooley berpendapat

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 8

Page 9: Pengertian Komunikasi

bahwa keluarga sebagai kelompok primer, tiap anggotanya memiliki arti yang khas

yang tak dapat digantikan oleh anggota lain tanpa mengganggu emosi dan relasi di

dalam kelompok”. (Daryanto, 1984 : 64). Anggota-anggota sebuah keluarga, suami

isteri dan anak-anaknya mempunyai status dan peranan masing-masing, sehingga

interaksi dan inter-relasi mereka menunjukkan pola yang jelas dan tetap. Status

anggota-anggota keluarga ini sedemikian pentingnya, sehingga bila salah seorang

anggota keluarga keluar dari ikatan atau hubungan keluarga, maka anggota-anggota

yang lain akan merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan dalam hatinya, di

samping itu pola relasi di dalam keluarga itu akan berubah. Tiap anggota keluarga

merupakan kepribadian yang khas dan diperlukan sama oleh anggota-anggota yang

lain. “Keluarga sebagai kelompok primer bersifat fundamental, karena di dalam

keluarga, individu diterima dalam pola-pola tertentu.Kelompok primer merupakan

persemaian di mana manusia memperoleh norma-norma, nilai-nilai, dan

kepercayaan.Kelompok primer adalah badan yang melengkapi manusia untuk

kehidupan sosial”. (Daryanto, 1984 : 64). Selain itu, kelompok primer bersifat

fundamental karena membentuk titik pusat utama untuk memenuhi kepuasan-

kepuasan sosial, seperti mendapat kasih sayang atau afeksi, keamanan dan

kesejahteraan, dan semuanya itu diwujudkan melalui komunikasi yang dilakukan

terus menerus dan membentuk sebuah pola.

Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986)

mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :

1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata

dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama.

Tiap orang dianggap sederajat dan setara kemampuannya, bebas

mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan.Komunikasi yang terjadi berjalan

dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang

terjadi pada hubungan inerpersona lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin

dan pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan

peran yang sama. Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui

intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta

tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang

jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan,

baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun yang penting

seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak, membeli rumah, dan

sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman.Masalah

diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah satu

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 9

Page 10: Pengertian Komunikasi

kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide

atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka

panjang. Bila model komunikasi dari pola ini digambarkan, anak panah yang

menandakan pesan individual akan sama jumlahnya, yang berarti komunikasi

berjalan secara timbal balik dan seimbang.

2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap

orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing-masing.Tiap

orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda.Sebagai contoh, dalam

keluarga biasa, suami dipercaya untuk bekerja/mencari nafkah untuk keluarga

dan istri mengurus anak dan memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua

anggotanya memiliki pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan,

seni, dan satu pihak tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak

dianggap sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-

sendiri.Sehingga sebelum konflik terjadi, sudah ditentukan siapa yang menang

atau kalah.Sebagai contoh, bila konflik terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang

menang, dan bila konflik terjadi dalam hal urusan anak, istri lah yang

menang.Namun tidak ada pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena

masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri.

3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)

Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih

dari setengah wilayah komunikasi timbal balik.Satu orang yang mendominasi ini

sering memegang kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang mendominasi ini

lebih cerdas atau berpengetahuan lebih, namun dalam kasus lain orang itu

secara fisik lebih menarik atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang

menarik atau berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara

membiarkan pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil

keputusan sendiri. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas,

memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan

bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta

pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri

atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan argumennya. Sebaliknya,

pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang

mendominasi dalam mengambil keputusan.

4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah

daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 10

Page 11: Pengertian Komunikasi

balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia

berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi perdebatan karena semua

sudah mengetahui siapa yang akan menang. Dengan jarang terjadi perdebatan

itulah maka bila ada konflik masing-masing tidak tahu bagaimana mencari solusi

bersama secara baikbaik. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat

atau mengugkapkan ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan

menyakiti pihak yang dimonopoli. Pihak yang dimonopoli meminta ijin dan

pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan, seperti halnya

hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan mendapat kepuasan

dengan perannya tersebut dengan cara menyuruh, membimbing, dan menjaga

pihak lain, sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan lewat pemenuhan

kebutuhannya dan dengan tidak membuat keputusan sendiri sehingga ia tidak

akan menanggung konsekuensi dari keputusan itu sama sekali.

Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi :

- Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)

- Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi

- Kurang empati•Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri

- Tidak mampu memfokuskan pada satu isu

- Komunikasi tertutup

- Bersifat negatif

- Mengembangkan gossip

Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi:

- Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira

- Komunikasi terbuka dan jujur

- Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga

- Konflik keluarga dan penyelesaiannya

g. Faktor yang mempengaruhi pola komunikasi dalam keluarga

Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang

tidak beres.Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan

penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu :

Kebisingan

Keadaan psikologis komunikan

Kekurangan komunikator atau komunikan

Kesalahan penilaian oleh komunikator

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 11

Page 12: Pengertian Komunikasi

Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan

Bahasa

Isi pesan berlebihan

Bersifat satu arah

Faktor teknis

Kepentingan atau interes

Prasangka

Cara penyajian yang verbalistis

Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan cara

sebagai berikut :

Mengecek arti dan maksud yang dikatakan

Meminta penjelasan lebih lanjut

Mengecek umpan balik atau hasil

Mengulang pesan yang disampaikan

Memperkuat dengan bahsa isyarat

Mengakrabkan pengirim dan penerima

Membuat pesan selalu singkat

Mengurangi banyaknya mata rantai

Menggunakan orientasi penerima

h. Proses keperawatan ( pengkajian intervensi )

a) Area Pengkajian

Pernyataan berikut ini harus dipertimbangkan ketika menganalisis pola komunikasi

keluarga :

Dalam mengobservasi keluarga secara utuh atau serangkaian hubungan keluarga,

sejauh mana pola komunikasi fungsional dan disfungsional yang

digunakan?.Diagram pola komunikasi sirkular yang terjadi berulang. Selain membuat

diagram pola komunikasi sirkular, prilaku spesifik berikut ini harus dikaji:

1) Seberapa tegas dan jelas anggota menyatakan kebutuhan dan perasaan

interaksi?

2) Sejauh mana anggota menggunakan klerifikasi dan kualifikasi dalam

interaksi?

3) Apakah anggoata keluarga mendapatkan dan merespon umpan balik secara

baik, atau mereka secara umumtidak mendorong adanya umpan balik dan

penggalian tentang suatu isu?

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 12

Page 13: Pengertian Komunikasi

4) Seberapa baik anggota keluarga mendengarkan dan memperhatikan ketika

berkomunikasi?

5) Apakah anggota mencari validasi satu sama lain?

6) Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang bersifat

menghakimi dalam interksi

7) Apakah anggota berinterksi dengan sikap menhina terhadap pesan?

8) Seberapa sering diskualifikasi digunakan?

b) Bagimana pesan emosional disampaikan dalam keluarga dan subsistem keluarga?

1) Seberapa sering pesan emosional disampaikan?

2) Jenis emosi apa yang dikirimkan ke subsistem keluarga? Apakah emosi

negatif, positif, atau kedua emosi yang dikirimkan?

c) Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi didalam jaringan komunikasi dan

rangkaian hubungan kekeluargaan?

1) Bagaimana cara/sikap anggota kelurga (suami-istri, ayah-anak,anak-anak)

saling berkomunikasi?

2) Bagaimana pola pesan penting yang biasanya? Apakah terdapat perantar?

d) Apakah pesan sesuai dengan perkembangan usia anggota?

Apakah pesan penting keluarga sesuai dengan isi instruksi ?apabila tidak, siapa

yang menunjukkan ketidaksesuaian tersebut?

e) Jenis proses disfungsional apa yang terdapat dalam pola komunikasi keluarga?

f) Apa isu penting dari personal/keluarga yang terbuka dan tertutup untuk dibahas?

g) Bagaimana faktor-faktor berikut mempengaruhi komunikasi keluarga?

1) Konteks/situasi

2) Tahap siklus kehidupan kelurga

3) Latar belakakang etnik kelurga

4) Bagaimana gender dalam keluarga

5) Bentuk keluarga

6) Status sosioekonomi keluarga

7) Minibudaya unik keluarga

Diagnosa Keperawatan Keluarga

Masalah komunikasi keluarga merupakan diagnosis keperawatn keluarga yang

sangat bermakna, Nort American Diagnosis Assosiation (NANDA) belum mengidentifikasi

diagnosis komunikasi yang berorientasi keluarga. NANDA menggunakan perilaku

komunikasi sebagai bagian dari pendefisian karakteristik pada beberapa diagnosis

mereka;seperti proses berduka disfungsional salah satu diagnosis keperawatn yang

terdapat dalam daftar NANDA adalah “hanbatan komunikasi verbal”, yang berfokus pada

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 13

Page 14: Pengertian Komunikasi

klien individu yang tidak mampu untuk berkomunikasi secara verbal. Giger & Davidhizar

(1995) menegaskan bahwa ”hambatan komunikasi verbal” tidak mempertimbangkan

kjebudayaan klien sehingga secara kebuyaan tidak relevan dengan diagnosis keperawatan.

Intervensi Keperawatan Keluarga

Intervensi keperawatn keluarga dalam keluarga dalam area komunikasi terutama

melibatkan pendidikan kesehatan dan konseling, serta kolaborasi sekunder, membuat

kontrak, dan merujuk ke kelompok swa-bantu, organisasi komunitas, dan klinik atau kantor

terapi keluarga. Model peran juga berperan tipe pemberian pendidikan kesehatan yang

penting.Model peran melalui observasi anggota keluarga mengenai tenaga kesehatan

keluarga dan bagaimana mereka berkomunikasi selam situasi interaksi yang berbeda bahwa

mereka belajar meniru perilaku komunikasi yang sehat.

Konseling dibidang komunikasi keluarga melibatkan dorongan dan dukungan

keluarga dalam upaya mereka untuk meningkatkan komunikasi diantara mereka sendiri.

Perawat keluarga adalah sebagai fasilitator proses kelompok dan sebagi narasumber.

Wright dan Leahey (2000) menklasifikan tentang tiga intervensi keluarga secara lansung

(berfokus pada tingkat kognitif, afektif, dan perilaku dari fungsi) membantu dalam

pengorganisasian srategi komunikasispesifik yang dapat diterapkan, strategi intervensi

dalam masing-masing ketiga domain meliputi pendidikan kesehatan dan konseling.

a. Intervensi keperawatan keluarga dengan focus kognitif memberikan atau ide baru

tentang komunikasi. Informasi adalah opendidikan yang dirancang untuk mendorong

penyelesaian masalah keluarga. Apakah anggota mengubah perilaku komunikasi

mereka pertama sangat bergantung pada bagiamana mereka mempersepsikan

masalah. Wright & Laehey (2000) menegaskan peran penting dari persepsi dan

keyakinan.

b. Intervensi dalam area afektif diarahkan pada perubahan ekspresi emosi anggota

keluarga baik dengan meningkatkan maupun menurunkan tingkat komunikasi

emosional dan modifikasi mutu komunikasi emosional. Tujuan keperawatan spesifik

didalam konteks kebudayaan keluarga, membantu anggota keluarga

mengekspresikan dan membagi perasaan mereka satu sama lain sehingga:

1) Kebutuhan emosi mereka dapat disampaikan dan ditanggapi dengan lebih

baik.

2) Terjadi komunikasi yang lebih selaras dan jelas

3) Upaya penyelesaian masalah keluarga difasilitasi.

c. Intervensi keperawatan keluarga berfokus pada perilaku, perubahan perilaku

menstimulasi perubahan dalam persepsi “realitas” anggota keluarga dan persepsi

menstimulasi perubahan perilaku (proses sirkular, rekursif). Oleh karena itu, ketika

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 14

Page 15: Pengertian Komunikasi

perawat keluarga menolong anggota keluarga belajar cara komunikasi yang lebih

sehat. Ia juga akan membantu anggota keluarga untuk mengubah persepsi mereka

atau membangun realitas tentang suatu situasi. Intervensi pendidikan kesehatan dan

konsling dirancang untuk mengubah komunikasi keluarga meliputi:

Mengidentifikasi keinginan perubahan perilaku spesifik anggota keluarga dan

menyusun rencana kolaboratif untuk suatu perubahan

Mengakui, mendukung, dan membimbing anggota keluarga ketika mereka mulai

mencoba untuk berkomunikasi secar jelas dan selaras.

Memantau perubhan perilaku yang telah menjadi sasran sejak pertemuan

terdahulu. Tanyakan bagimana perilaku komunikassi yang baru, apakah ada

masalah yang terjadi, serta jika mereka mempunyai pertanyaan atau hal penting

tentang perubahan tersebut.

Nilai-nilai dalam keluarga

a. Pengertian nilai

Nilai sama dengan sesuatu yang menyenangkan kita, nilai identik dengan apa yang

diinginkan, nilai merupakan sarana pelatihan kita, nilai pengalaman pribadi semata,

nilai ide platonic esensi.

1. Menurut Driyarkara (1966,38)

Nilai adalah hakekat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh

manusia.

2. Menurut Fraenkel (1977:6)

Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan

seseorang atau dianggap penting oleh sesorang, biasanya mengacu kepada

estetika (keindahan), etika pola prilaku dan logika benar salah atau keadilan

justice. (Value is any idea, a concept , about what some one think is important in

life)

3. Menurut Kuntjaraningrat (1992:26)

Menyebutkan sisten nilai budaya terdiri dari konsepi-konsepi yang hidup dalam

alam pikiran sebagian besar keluarga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus

mereka anggap bernilai dalam hidup.

4. Menurut John Dewey

Value is any object of social interest

5. Menurut Endang Sumantri

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 15

Page 16: Pengertian Komunikasi

Sesuatu yang berharga, yang penting dan berguna serta menyenangkan dalam

kehidupan manusia yang dipengaruhi pengetahuan dan sikap yang ada pada diri

atau hati nuraninya.

6. Menurut Kosasih Jahiri

Tuntunan mengenai apa yang baik, benar dan adil

7. M.I. Soelaeman

Agama diarahkan pada perintah dan larangan, dorongan dan cegahan, pujian

dan kecaman, harapan dan penyesalan, ukuran baik buruk, benar salah, patuh

tidak patuh, adil tidak adil

8. Menurut Darji

Nilai ialah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani

9. Encylopedi Brittanca 963

Nilai kualitas dari sesuatu objek yang menyangkut jenis apresiasi atau minat.

b. Macam-macam system nilai

Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidaklah sama luhur dan sama

tingginya. Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah

dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai

dikelompokkan dalam 4 tingkatan sebagai berikut :

1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang

mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang

atau menderita.

2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang lebih penting

bagi kehidupan, misalnya: kesehatan, kesegaran badan, kesejahteraan

umum.

3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang sama sekali

tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungan, seperti misalnya

kehidupan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.

4) Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari suci dan

tak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi dan nilai

kebutuhan .

c. Nilai umum keluarga

Nilai Keluarga Besar.

- Hubungan Sanak Saudara.

Anak membutuhkan kakak dan adik (sebaliknya anak tunggal dimanjakan dan

kesepian).

- Pilihan jenis kelamin.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 16

Page 17: Pengertian Komunikasi

Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak laki -laki atau

anak perempuan, atau suatu kombinasi tertentu.

- Kelangsungan Hidup Anak.

Orang tua membutuhkan banyak anak untuk menjamin agar beberapa anak akan

hidup terus sampai dewasa dan membantu mereka pada masa tua.

Nilai Keluarga Kecil.

- Kesehatan Ibu.

Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu.

- Beban masyarakat.

Dunia ini menjadi terlalu padat.Terlalu banyak anak merupakan beban masyarakat.

Sementara itu Hoffman dan Hoffman (1973) dalam studinya tentang hal-hal yang

memotivasi seseorang sehingga ingin memiliki anak antara lain:

a. Ingin membuktikan bahwa ia seorang dewasa.

b. Memiliki beberapa perluasan pribadi dan mungkin dari seorang leluhur yang akan

berakhir pada suatu waktu.

c. Memuaskan sejumlah standard yang pasti oleh keluarganya sendiri maupun

religi.

d. Menciptakan suatu kemesraan, afeksi dalam kehidupan kelompok melebihi dari

sekedar keluarganya sendiri.

e. Mengalami petualangan dari kemampuan memiliki anak dan membesarkan anak.

f. Menciptakan manusia baru.

g. Memiliki seseorang untuk bergantung dan merawat.

h. Untuk memmjukkan bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu dibanding

orang lain.

i. Memiliki anggota keluarga yang lain untuk berbagai kerja dan untuk menjamin di

hari tua.

Masalah yang timbul dalam mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

sebagaimana diuraikan diatas adalah menekankan dan menggiring jumlah ideal ke arab

caturwarga ataupun keluarga dengan 2 anak. Dua anak dalam keluarga dua laki-laki, dua

perempuan atau satu laki-laki dan satu perempuan sudah cukup.Disini terdapat dua

permasalahan secara garis besar.yaitu:

Masalah memasyarakatkan Norma Keluarga Kecil atan Norma Keluarga dua

anak yang jelas rapat kaitannya dengan nilai-nilai sosial, ekonomi dan

psikologi dari anak, begitu juga dengan tingkat kematian yang relatif masih

tinggi.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 17

Page 18: Pengertian Komunikasi

Bagaimana mencapainya secara teknis sekali norma itu sudah mulai

berkembang. Dari sudut teknologi kontrasepsi yang ada sekarang dan yang

dapat diterima oleh masyarakat, tidaklah begitu mudah untuk membatasinya

pada 2 (dua) anak. Bagaimanapun juga keputusan untuk menambah anak

atau tidak terserah pada keputusan pasangan suami istri dan keputusan

tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya. Tetapi yang

jelas, perubahan sosial mutlak diperlukan untuk mendukung NKKBS yang

dikampanyekan dalam program Keluarga Berencana di Indonesia.

(+) Nilai umum keluarga

a. Nilai kasih sayang : Keluarga merupakan lingkungan primer bagi setiap

individu, dan sejak masih balita mereka mulai menerima nilai-nilai yang akan

menjadi pegangan sepanjang hidupnya. Dalam keluarga setiap individu

membutuhkan pengayoman, perlindungan dan rasa cinta kasih untuk dapat

mengembangkan dirinya secara optimal (Megawangi, 1996). Agar anak secara

psikososial dapat berkembang spontan dan wajar, anak sangat perlu

mendapatkan perhatian, pengertian, belaian kasih sayang, terutama sekali dari

kedua orang tuanya. Anak yang berkembang tanpa bantuan manusia akan

kehilangan hakekat kemanusiaanya (Gunarsa, 1980).

b. Nilai komunikasi : Keluarga yang mempunyai budaya komunikasi dengan anak

secara baik akan mampu menciptakan prakondisi bagi tumbuhnya kecerdasan

anak (Suyanto, 1998). Peran komunikasi yang penting dalam keluarga adalah

membangun interaksi dalam keluarga meliputi : saling tukar informasi antar

angota, sebagai sarana sosialisasi bagi anak dan melatih tugas-tugas yang ada

didalam rumah tangga keluarga dan sebagai dasar untuk melakukan kerjasama

dalam keluarga.

c. Nilai tanggung jawab : Tugas-tugas keluarga merupakan tanggung jawab

langsung setiap pribadi. Hampir tidak ada peran tanggung jawab keluarga yang

dapat diwakilkan kepada orang lain, sehingga hampir semua orang

menyesuaikan diri atau mengaku menyesuaikan diri kepada tuntutan keluarga.

Menurut Taryati et.al (1994) pelatihan dan pembinaan tanggung jawab diberikan

kepada anak sejak kecil, yaitu pada saat anak telah dapat diajak berkomunikasi,

dapat berpikir, dan dapat melakukan suatu pekerjaan yang paling ringan (usia 5

tahun ke atas).

d. Nilai saling menghormati : Setiap individu dianggap sebagai atasan dari

bawahanya, dan harus menjadi panutan bagi bawahanya dengan memberi

perlindungan kepada bawahanya. Sebaliknya bawahan akan memberi rasa

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 18

Page 19: Pengertian Komunikasi

hormaat kepada atasanya. Sifat yang menjadi panutan ini bersumber dari

keluarga, yang masing-masing individu akan menempatkan dirinya sesuai

dengan posisinya didalam keluarga. Anak yang terpanuhi kebutuhan rasa aman

dan kasih sayangnya akan lebih menurut dan mudah dibentuk. Atas dasar ini

orang tua menanamkan dasar-dasar kepribadian melalui penanaman nilai-nilai

dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai keluarga dan lingkungan sosial

maupun masyarakat yaitu : anak menghormati orangtua, anak yang muda

menghormati yang lebih tua (Megawangi, 1996)

e. Nilai komitmen : Menurut Lukmansyah (1973) anak perlu mendapat latihan

untuk makan, tidur dan bermain menurut waktunya, serta kebiasaan-kebiasaan

lain sesuai dengan usianya sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan yang berlaku didalam lingkungan. Anak yang tidak dipersiapkan

untuk menghadapi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat akan

mengalami kesukaran dalam kehidupan sosialnya.

d. Faktor yang mempengaruhi nilai keluarga

a. Pendidikan orangtua : Keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan atau

tingkat pendidikan yang dicapainya akan mempengaruhi dan membentuk cara,

pola dan kerangka berfikir, presepsi, pemahaman dan kepribadianya yang

kesemuanya itu merupakan bagian integral sebagai bekal dalam berkomunikasi.

Karena itu tingkat pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung akan

menentukan baik buruknya pola komunikasi antar anggota keluarga (Gunarsa,

1991).

b. Pendapatan keluarga atau orangtua : Kondisi ekonomi yang kurang berpengaruh

terhadap kondisi mental dan psikis individu yang hidup dalam keluarga dan

menentukan corak kualitas hubungan antara pribadi dalam keluarga (Gunarsa

1991)

c. Besar keluarga : Kepadatan keluarga berpengaruh besaar kepada hubungan

antar pribadi dalam keluarga. Adanya perbedaan secara baik mengenai umur,

pendidikan, tugas dan kegiatan dan antanggung jawab akan mempersulit proses

penyesuaian. Setiap sistem interaksi memiliki kualitas emosi tertentu yang

mempuynyai pengaruh terhadap kepribadian dan sikap dari seluruh anggota

keluarga.

d. Status kerja ibu : Pada ibu pekerja yang terpenting adalah pembagian waktu

antara pekerjaan dan perhatian anak. Kalau waktu untuk anak-anak digunakan

seoptimal mungkin dengan mengikuti langkah-langkah yang dianjurkan, maka hal

ini akan mengurangi persoalan yang timbul (Sobur,1986).

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 19

Page 20: Pengertian Komunikasi

e. Kepribadian orangtua : Kepribadian orangtua merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi sikap orangtua dalam membina dan memelihara anak-anak yang

mempunyai terhadap kepribadian anak. Orantua yang aktif cenderung aktif

terhadap anak-anaknya, Ini tergantung dari kegiatan dan minat apa yang

dilakukan orangtua (Littauer, 1992).

f. Hubungan suami istri : Dalam membina dan memelihara anak-anak, orangtua

memperlihatkan dan menunjukkan sikap tertentu yang mempunyai pengaruh

terhadap perkembangan kepribadian anak. Hubungan suami istri yang mencapai

kepuasan bagi kedua belah pihak, maka sikap orangtua lebih positif daripada bila

tidak ada kepuasaan.

g. Riwayat hidup ibu : Menurut Freud (1986 dalam Hurlock (1993) bahwa apa yang

dilakukan sseseorang saat ini mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa-

peristiwa tertentu di masa lampau yang sangat mengesankan bagi seseorang.

j. Proses keperawatan ( pengkajian intervensi )

a. Pengkajian

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

- Nama kepala keluarga (KK)

- Umur

- Alamat dan telepon

- Pekerjaan kepala keluarga

- Pendidikan kepala keluarga

- Komposisi keluarga dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi):

Nama/inisial, Jenis kelamin, Tanggal lahir/ umur, Hubungan dengan kepala

keluarga, Pendidikan, Pekerjaan.

- Tipe keluarga: Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala

atau masalah yangterjadi dengan jenis keluarga tersebut.

- Latar Belakang Keluarga: Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

- Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga :

Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara

etnis besifat homogen).

Kegiatan-kegiatan keagamaan, social, budaya, rekreasi, pendidikan

Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau madern)

Struktur keluarga tradisional atau madern

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 20

Page 21: Pengertian Komunikasi

Bahasa yang digunakan dirumah

Penggunakan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi

(Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam praktisi-

praktisi pelayanan kesehatan tradisional, atau memilikikepercayaan

tradisional asli dalam bidang kesehatan).

- Identifikasi Religius : Mengkaji agama yamg dianut serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan:

Apakah anggota keluarga berada dalam praktek keyakinan beragamaan

mereka.

Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau

oganisasi keagamaan.

Agama yang dianut oleh keluarga.

Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yamg dianut dalam

kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan.

- Status Ekonomi : Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluargamaupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status

sosial ekonomi keluargaditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga:

Jumlah pendapatan per bulan

Sumber-sumber pendapatan per bulan

Jumlah peneluaran per bulan

Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga

Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya

- Aktivitas Rekreasi atau Waktu LuangAktivitas rekreasi keluarga tidak hanya

dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat

rekreasi tertentu namun juga penggunaan waktuluang/ senggang keluarga.

Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap

kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti dan mengkajisejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai

tahapan perkembangan. Sedangkan riwayatkeluarga adalah mengkaji riwayat

kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga:

- Tahapan perkembangan keluarga saat ini.

- Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai

dengan tahap perkembangan saat ini.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 21

Page 22: Pengertian Komunikasi

- Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat

perkembangan dankejadian-kejadian dan pengalaman-pangalaman

kesehatan yang unik atau yang berkaitandengan kesehatan (perceraian,

kematian, hilang dll) yang terjadi dalam kehidupankeluarga.

- Riwayat keluarga sebelumnya: keluarga asal kedua orang tua (seperti apa

kehidupankeluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang

tua dari kedua orang tua.

Struktur Nilai Keluarga

- Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitasyang

lebih luas

- Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga

- Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar

- Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga

- Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilai-

nilaikeluarga

- Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga

Data Lingkungan

Karakteristik Rumah

- Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll).

Apakahkeluarga memiliki rumah ini sendiri atau menyewa?

- Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun ekterior rumah). Interior

rumahmeliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur, dll),

penggunaankamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur.

Bagaimana kondisi dankecukupan perabot. Penerangan, ventilasi, lantai,

tangga, susunan dan kondisi bangunan.

- Dapur: suplai air minum, pengunaan alat-alat masak, pengamanan untuk

kebakaran.

- Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk.

- Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah peraturan tersebut

memadai bagi anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka,

hubungan dankebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.

- Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada

serbuanserangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/ atau masalah-

masalah sanitasiyang disebabkan oleh kehaduran binatang piaraan.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 22

Page 23: Pengertian Komunikasi

- Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah. Apakah

keluargamenganggap rumahnya memadai bagi mereka.

- Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga keluarga merasakan

privasimereka memadai. Evaluasi ada dan tidak bahaya-bahaya terhadap

keamanan rumah/ lingkungan.

- Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.

- Kaji perasaan puas/ tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan

dengan pengaturan/ penataan rumah.

Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal

- Tipe keluarga/ komunitas (desa, kota, subkota, kota).

- Tipe tempat tinggal (hunian, industri, campuran hunian dan industri kecil,

agraris)di lingkungan.

- Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak

terpelihara,semantara/ diperbaiki).

- Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah,dll).

- Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (kebisingan, masalah-masalah

polusiair dan udara).

- Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?

- Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni.

- Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung belakangan ini

dalamlingkungan/ komunitas.

- Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial apa yang ada

dalamlingkungan dan komunitas?

- Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, took, apotek, pasar).

- Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan fasilitas

gawatdarurat).

- Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan)

- Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah dilingkungan atau komunitas?

- Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini.

- Tersedianya transportasi umum.

- Bagaimana insiden kejahatan dilingkungan dan komunitas? Apakah

adakeselamatan yang serius?

Mobilitas Geografi Keluarga

- Lama keluarga tinggal didaerah ini.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 23

Page 24: Pengertian Komunikasi

- Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?

Hubungan Keluarga dan Fasilitas-fasilitas Kesehatan Dalam Komunitasa.

- Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

dantempat pelayanan kesehatannya.

- Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan?

Sistem pendukung keluarga

- Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk

pemeliharaan kesehatan.

- Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,

(orang tua,keluarga dekat, teman-teman dekat, tetangga, lembaga:

pemerintah maupunswasta/ LSM).

- Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga.

Struktur Keluarga

Pola-pola komunikasi.

- Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan instruksi?

- Apakah anggota kelumengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan

perasaanmeraka dengan jelas?

- Apakah anggota keluarga memberikan dan memperoleh respon dengan baik

terhadap pesan?

- Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan?

- Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga?

- Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung ataupun tidak langsung?

- Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam keluarga?

(langsung/ terbuka)

- Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga?

- Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif

ataukeduanya?

- Bagaimana frekuensi dan kwalitas komunikasi yang berlangsung

dalamkeluarga?

- Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan penting?

Langsung/ tidak langsung)

- Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam pola-

polakomunikasi keluarga?

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 24

Page 25: Pengertian Komunikasi

- Adakah hal-hal/ masalah dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan?

Struktur Kekuasaan

- Keputusan dalam kelurga

- Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga?

- Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga?

- Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaanatau

tempattinggal?

- Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan anak?

- Bagaimana cara dalam mengambil keputusan (otoriter,

musyawarah/kesepakatan, diserahkan pada masing-masing individu)?

Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan

tersebut?

- Model kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan?

(kekuasaan tak berdaya, keahlian, penhargaan, paksaan kekuasaan

berdasarkankekuatan/ berpengaruh, kekuasaan aktif).

Struktur Peran

- Struktur peran formal : Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota

keluarga gambaran bagaimanakah setiap anggota keluarga melakukan

peran-peran formalmereka.

Adakah konflik peran dalam keluarga?

- Struktur peran informal

Adakah peran-peran informal dalam keluarga?

Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-

peran tersebut dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut

dilaksanakansecara konsisten?

Tujuan peran-peran yang dilaksanakan oleh keluarga.

Peran-peran informal bersifat yang disfungsional, siapa yang

melaksanakan peran-peran ini?

Analisa metode peran

- Siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran keluarga?

- Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian

perankeluarga?

- Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian

perankeluarga?

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 25

Page 26: Pengertian Komunikasi

- Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahapan

perkembangannya?

- Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-

perankeluarga?

- Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan

dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah dll)?

- Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran baru/

menyesuaikandiri?

- Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran?

- Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit beraksi terhadap

perubahanatau kehilangan peran?

Struktur Nilai Keluarga

- Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitas yang

lebih luas Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga

- Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar

- Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga

- Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilai-

nilaikeluarga

- Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.

Fungsi Keluarga

- Fungsi Afektif :

Pola Kebutuhan Keluarga-Respon

Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), keakraban, dan indentifikasi.

Keterampilan dan Keterkaitan.

- Fungsi sosialisasi :

Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga?

Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?c

Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak

ataufungsi sosialisasi?

Apakah fungsi ini dipikul bersama?

Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola

membesarkananak?

Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh

anak?

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 26

Page 27: Pengertian Komunikasi

Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain?

(cocok dengan perkembangan anak).

Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia.

- Fungsi perawatan kesehatan

Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga.

Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit.

Pratek diet keluarga.

Kebiasaan tidur dan istirahat.

Latihan dan rekreasi.

Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga.

Peran keluarga dalam perawatan diri.

Praktek lingkungan.

Cara-cara pencegahan penyakit.

Riwayat kesehatan keluarga.

Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan

keluarga.

Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan

kesehatan.

Pelayanan kesehatan darurat.

Sumber pembiayaan.

Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan.

- Fungsi Reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

Jumlah anak yang diinginkan keluarga.

Bagaimanakah keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.

Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlahanggota keluarga.

Stres dan Koping Keluarga

- Stressor jangka pendek (<>)

- Stressor jangka panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga.

- Cara keluarga dalam menghadapi stressor.

b. Diagnosa keperawatan

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 27

Page 28: Pengertian Komunikasi

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat

pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan

dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.

Diagnosa keperawatan mengacu pada PES dimana untuk problem dapat

digunakan rumusan NANDA. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri

dari :

- Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)

- Resiko (ancaman kesehatan)

- Keadaan sejahtera (wellness)Contoh duiagnosa keperawatan keluarga ;

Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual

Contoh 1 :

a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga

Bapak R berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah

kekurangan nutrisi.

b. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga

Bapak R berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan

/ tindakan untukmengatasi masalah kekurangan nutrisi.

c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga

Bapak R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga danganmasalah kekurangan nutrisi.

Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga) mengandung 3

unsur, yaitu : ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan

mengambil keputusan dan ketidakmampuan merawat, maka dari 3 diagnosa

tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu) diagnosa yaitu diagnosa yg

ketiga, akan tetapi dalam merumuskan tujuan dan intervensi harus

melibatkan ketiga etiologi tersebut.

Contoh 2 : Perubahan peran dalam keluarga (bapak S) berhubungan dengan

ketidakmampuan Keluarga mengenal masalah peran suami.

Contoh 3 : Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak

B berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan

keterbatasan gerak (rematik).

Diagnosa Keperawatan Keluarga Resiko (ancaman)

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 28

Page 29: Pengertian Komunikasi

Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya

lingkungan rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi

tumbuh kembang yang tidakadekuat, dsb.Contoh :

- Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan dengan

ketidaktahuan keluarga mengenal masalah komunikasib.

- Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B

berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi terhadap

Balita.

Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga

kesehatan keluargadapat ditingkatkan.Khusus untuk diagnosa keperawatan

potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.Contoh :

- Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bpk.R

- Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga bpk.R

- Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah

keluarga bpk.R

c. Implementasi

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenaidiagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan

keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dankebutuhan kesehatan dengan cara :

a. Memberikan informasi

b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara :

a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan

b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengancara :

a. Mendemonstrasikan cara perawatan

b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 29

Page 30: Pengertian Komunikasi

4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadisehat, dengan cara :

a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

b. Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara :

a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga

b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

d. Evaluasi

Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk

menilaikeberhasilannya.Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru

yang sesuai.Semuatindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam

satu kali kunjungan ke keluarga.Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap

sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.Evaluasi disusun dengan

menggunakan SOAP secara operasional.

S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensikeperawatan. Misal : Keluarga mengatakan nyerinya

berkurang.

O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan

intervensikeperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.

A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan

terkait dengandiagnosa keperawatan.

P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga

Stress, koping dan adaptasi keluarga

a. Konsep Dasar Stres dan Koping

Stres adalah keadaan atau respon ketegangan yang disebabkan oleh stressor atau

oleh tuntutan aktual yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky, 1979; Burr,

1973).Sters adalah ketegangan dalam diri seseorang atau system sosial (keluarga) dan

merupakan reaksi terhadap situasi yang menimbulkan tekanan (Burgess, 1978). Agen

pemerkasa atau presipitasi yang mengaktifkan proses sters disebut stressor (Burr et al,

1993; Chrisman & Fowler, 1980). Agen presipitasi yang mengaktifkan stress dalam keluarga

adalah peristiwa hidup atau kejadian yang cukup kuat untuk menyebabkan perubahan

dalam system keluarga (Hill, 1949). Stressor keluarga dapat berupa peristiwa atau

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 30

Page 31: Pengertian Komunikasi

pengalaman pinterpersonal (didalam atau diluar keluarga), lingkungan, ekonomi atau social

budaya.

Akumulasi dan stressor dalam kehidupan keluarga memberikan perkiraan jumlah

stress yang dialami keluarga (Alson et al, 1983). Konsep akumulasi stressor didefinisikan

sebagai jumlah poeristiwa perkembangan (yang diharapkan) atau situasional (yang tidak

diharapkan) serta ketegangan interkeluarga (tekanan dalam hubungan diantara anggota

keluarga).

Persepsi anggota keluarga adalah interpretasi anggota keluarga secara tunggal atau

secara kolektif atau menyusun pengalaman mereka.Persepsi mewarnai sifat dan signifikasi

stressor keluarga yang mungkin, karena keluarga bereaksi tidak hanya terhadap stressor

aktual, tetapi juga terhadap pereistiwa saat keluarga merasakan atau

menginterpretasikannya.Persepsi keluarga merupakan hal yang terpenting.Peristiwa yang

dipandang secara subjektif atau objektif oleh keluarga yang sehat sebagai tantangan,

dipandang oleh keluarga yang terpajan krisis sebagai ancaman dan membebani. Dalam

kasus ini stress yang besar dialami, yang pada gilirannya membebani kapasitas adaptif

keluraga.

Koping terdiri atas pemecahan upaya pemecahan masalah yang sangat relevan

dengan kesejahteraan, tetapi membebani sumber seseorang.Koping didefinisikan sebagai

respon (kognitifperilaku atau persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi

untuk mencegah, menghindari, mengandalkan distress emosional.Koping adalah sebuah

istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi aktual yang ditampilkan seseorang, bukan

pada sumber yang mungkin mereka gunakan.Koping keluarga menunjukkan tingkat analisa

kelompok keluarga (atau sebuah tingkat analisis interaksional). Koping keluarga

didefinisikan sebagai proses aktif saat keluarga memamfaatkan sumber yang ada dan

mengembangkan perilaku serta sumber baru yang akan memperkuat unit keluarga dan

mengurangi dampak peristiwa hidup penuh stress (McCubbin,1979). Krisis keluarga adalah

kondisi kekacauan, tidak teratur, atau ketidakmampuan dalam system keluarga yang

berlangsung terus menerus.Krisi terjadi ketika sumber dan strategi adaptif keluarga tidak

efektif dalam mengatasi stressor.

Adaptasi keluarga adalah suatu proses saat keluarga terlibat dalam respon langsung

terhadap tuntutan stressor yang ekstensif, dan menyadari bahwa perubahan sistemik

dibutuhkan dalam unit keluarga, untuk memperbaiki stabilitas fungsional dan memperbaiki

kepuasaan dan kesejahteraan keluarga (McCubbin, 1993). Proses adaptasi dalam sistem

keluarga disebut resilience keluarga. Pendekatan resilience keluarga guna bekerja dengan

keluarga dibentuk atas kompetensi dan kekuatan anggota keluarga yang memungkinkan

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 31

Page 32: Pengertian Komunikasi

penyediaan layanan kesehatan bergeser dari model potogenik ke model berbasis kekuatan

yaitu kita melihat keluarga “ditantang”, bukan “hancur”, karena kemalangan.

b. Tahapan stress dan strategi koping

1. Periode Antrestres

Periode stress sebelim benar-benar melawan stressor, antisipasi kadang mungkin

terjadi, terdapat kesadaran terhadap bahaya yang mengancan atau ancaman situasi

yang dirasakan. Jika keluarga atau orang yang membantu dapat mengidentifikasi

stressor yang akan dating, bimbingan antispasi serta strategi koping pencegahan

dapat dicari atau diberikan untuk memperlemah atau mengurangi dampak stressor.

2. Periode Stres Aktual

Strategi koping selama periode stress biasanya berbeda intensitas dan jenisnya dari

strategi yang digunakan sebelum awitan stressor dan stress. Mungkin terdapat

stratergi defensive dan bertahan yang sangat dasar digunakan selama periode ini

jika stress dalam keluarga sangat berat. Dengan energi yang luar biasa besar yang

dikeluarkan dalam menangani stressor dan stre, banyak fungsi keluarga (beberapa

dapat penting bagi kesehatan keluarga) sering kali diabaikan atau dilakukan secara

tidak adekuat sampai keluarga memiliki sumber untuk mengatasi stressor dan stress.

Respon  koping yang paling membantu selama periode stress sering kali

interkeluarga dan mencari sumber dukungan spiritual.

3. Periode Pascastres

Strategi koping yang diterpkan setelah periode stress akut, disebut fase pascatruama

yang terdiri dari satrategi untuk mengembalikan keluarga ke keadaan homeostasis

yang seimbang. Untuk meningkatkan kesejatreaan kel;uarga selam fase ini, keluarga

perlu saling bekerja sama, saling mengungkapkan perasaan dan memecahkan

masalah atau mencari atau memamfaatkan dukungan keluarga untuk memperbaiki

situasi penuh stress. Empat kemungkinan hasil akhir pascatrauma antar lain;

Keluarga berfungsi pad tingkat yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih rendah dari pada sebelumnya

Keluarga berfungsi pada tingkat yang sama dengan prastres

Perpecahan keluarga (seperti: perpisahan, perceraian dan pengabaian).

Ketika keluarga mengakhiri fungsinya pada tingkat kesejahteraan rendah atau dalam

keadaan perpecahan keluarag, anggota keluarga sering kali membutuhkan bantuan

professional untuk membantu keluarga meningkatkan rangkaian strategi koping yang

efektif (Reiss, Streinglass & Howe, 1993).

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 32

Page 33: Pengertian Komunikasi

c. Stressor dalam Keluarga

1. Teori stress keluarga Hill

Teori stress keluarga Hill (1999) klasik merupakan model yang paling singkat

dan fasih dalam menguraikan factor-faktor yang menyebabkan krisis dalam

keluarga. Berdasarkan perpisahan dan penyatuan, ia menyusun teori stress

keluarga yang disebut  ABCX yaitu mengidentifikasi kumpulan variabel besar

(factor A, B, C,D dan X) dan hubungan yang menyebabkan krisis/bukan krisi

keluarga. Secara teoritis diuraikan proses penyesuaian “roller coaster” pasca

krisi yang dilewati keluarga.  Dua bagian kerangka teoritis masih tetap jelas tidak

berubah selam 50 tahun terakhir. Kerangka ABCX ini memilki dua bagian, antara

lain:

Pernyataan yang berhubunagan dengan penentu krisis keluarga: A (peristiwa

dan kesuliatan yang terkait) yang berinteraksi dengan B ( sumber berhadapan

dengan krisis keluarga) yang berinteraksi dengan C ( definisi yang dibuat

keluarga mengenia peristiwa tersebut) menghasilkan X (krisis) (Hill,1965).

Pernyataan yang lebih berorientasi proses terkait dengan jalannya

penyesuaian secara krisis. Hill (1965) menjelaskan bahwa perjalanan

penyesuaian keluarga setelah sebuah krisis meliputi periode disorganisasi,

sudut pemulihan, reorganisasi dan tingkat baru fungsi keluarga.

2. Model ABCX dari Mc Cubbin dan Patterson (1980)

Merupakan bentuk pengembangan dari teori ABCX-nya Hill meliputi variabel

krisis. Teori Mc Cubbin dan Patterson menjelaskan perbedaan dalam adaptasi

keluarga pasca krisis. Setiap variabel asli (ABCX) diuji kembali dan definisi-

definisinya dimodifikasi.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 33

Page 34: Pengertian Komunikasi

3. Model Relisience Stress, Penyesuaian dan Adaptasi Keluarga

Model relisience stress, penyesuaian dan adap-tasi keluarga adalah kerangka

teoritis yang juga menekan penyesuaian dan adap[tasi keluarga saat keluarga

mengalami situasi hidup penuh stress. Model relisienca disusun berdasarkan

karya awal Hill mengenai model stress ABCX saerta model

selanjutnya.Penekanan utama model ini adalah pada resilience keluarga atau

kemampuan mereka untuk pulih dari peristiwa yang menyedihkan. Model ini

adalah model berbasis kekuatan dan kemampuan yang mempengaruhi proses

resilience.

Model resilience didasarkan empat asumsi yang mendasarkan mengenai

kehidupan keluarga, antara lain:

Keluarga menghadapi kesulitan dan perubahan keluarga sebagai aspek

kehidupan keluarga yang dialami dan dapat diprediksi sepanjang siklus

kehidupan

Keluarga mengembangkan kekuatan yang dirancang untuk meningkatkan

tumbuh kembang anggota dan unit keluarga serts melindungi keluarga dari

gangguan utama dalam mengahadapi transisi dan perubahan keluarga

Keluarga mengembangkan kekuatan dan kemampuan dasar serta unit yang

dirancang untuk melindungi keluarga dari stresorb dan ketegangan yang tidak

diharapkan atau normative dan meningkatkan adaptasi keluarga setelah

suatu krisis keluarga atau transisi dan perubahan besar

Keluarga mendapatkan manfaat dan berperan pada jaringan hubungan dan

sumber dalam komunitas, terutama selama periode stress dan krisis keluarga

(McCubbin,1991).

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 34

Page 35: Pengertian Komunikasi

d. Strategi Koping Keluarga

I. Strategi Koping keluarga internal

Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi hubungan,

kognitif dan komunikasi.

i. Strategi hubungan

1. Mengandalkan kelompok keluarga

Kleuarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi

lebih bergantung pada sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari

proses penting dalam badai kehidupan keluarga. Keluarga berhasil

melalui masalah dengan menciptakan struktur dan organisasi yang lebih

besar dirumah dan keluarga. Ketika keluarga menetapkan struktur yang

lebih besar, hal ini merupakan upaya  untuk memiliki pengendalian yang

lebih besar  terhadap keluarga mereka. Upaya ini biasanya melibatkan

penjadwalan waktu anggota yang lebih ketat, lebih banyak tugas per

anggota keluarga, organisasi ikatan yang lebih ketat, dan rutinitas ynag

lebih kuku dan terprogram. Bersamaan dengan lebih ketatnya batasan

keluarga, menimbulkan kebutuhan pengaturan  dan pengendalian

anggota keluarga yang lebih besar, disertai harapan bahwa anggota lebih

disiplin dan menyesuaikan diri. Jika berhasil, keluarga menerapkan

pengendalian yang lebih besar dan mencapai integrasi dan kohesivitas

yang lebih besar.

2. Kebersamaan yang lebih besar

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 35

Page 36: Pengertian Komunikasi

Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara sreta

mengelola tingkat stress  dan moral yang dibutuhkan keluarga adalah

dengan berbagi perasaan dan pemikiran serta terlibat dalam pengalaman

aktivitas keluarga. Kebersamaan yang lebih besar menghasilkan kohesi

keluarga yang lebih tinggi, atribut keluarga yang mendapatkan perhatian

yang luas sebagai atribut keluarga inti (Olson, 1993). Hubungan  yang

paling penting membutuhkan kohesivitas dan saling berbagi dalam

system keluarga.kohesivitas keluarga yang tinggi khususnya membantu

saat keluarga pernah trauma, karena anggota sangat memerlukan

dukungan. Aktivitas anggota keluarga diwaktu luang merupakan sumber

koping yang sangat penting guna memperbaiki kohesi, moral, dan

kepuasaan kelurga.Seperti yang banyak dikatakan orang, peribahas

“sebuah kelurga yang berperan bersama, tetap barsama” mengandung

banyak sekali kebenaran.Strategi koping ini akhirnya bertujuan

membangun integrasi, kohesivitas, dan resilienceyang lebih besar dalam

keluarga.

3. Fleksibitas peran

Perubahan yang cepat dan pervasif  dalam masyarakat serta dalam

keluarga, khususny pada pasangan, merupakantipe strategi keluarga

yang sangat kuat. Olson (199) dan Walsh (1998) telah menekankan

bahwa fleksibitas peran adalah satu dari dimensi utama adaptasi

keluarga.Keluarga harus mampu beradaptasi terhadap

perubahanperkembangan dan lingkungan.Ketika keluarga berhasil

mengatasi, keluarga mampu memelihara suatu keseimbangan dinamik

antara perubahan dan stabilitas.Fleksibitas peran memungkinkan

kesimbangan ini berlanjut.

ii. Strategi kognitif

1. Normalisasi

Strategi koping keluarga fungsional lainnya adalah kecenderunagan bagi

keluarga untuk normalisasi suesuatu sebanyak mungkin saat mereka

mengatasi stressor jangka panjang yang cenderung mengganggu

kehidupan keluarga dan aktivitas rumah tangga. Normalisasi adalah

proses terus menerus yang melibatkan pengakuan pentakit kronik tetapi

menegaskan kehidupan keluarga sebagai kehidupan keluarga yang

normal, menegaskan efek social memiliki anggota yang memiliki atau

menderita penyakit kronik sebagi suatu yang minimal, dan terlibat dalam

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 36

Page 37: Pengertian Komunikasi

perilaku yang menunjukkan kepada orang lain bahwa keluarga tersebut

adalah normal. Keluara menormalkan dengan memenuhi ritual dan

rutinitas. Hal ini membantu keluarga mengatasi stress dan meningkatkan

rasa keutuhan sepanjang waktu, sangat penting guna menormalisasi

situasi keluarga (Fiase, 2000).

2. Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian

pasif

Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung

melihat aspek positif dari peristiwa hidup penuh stress dan membuat

peristiwa penuh stress menjadi tidak terlalu penting dalam hierarki nilai

keluarga. Hal ini ditandai dengan naggota keluarga yang memiliki rasa

percaya dalam mengatasi kekganjilan denga mempertahankan

pandangan optimistic terhadap peritiwa, terus memiliki harapan dan

berfokus pada kekuatan dan potensi.

Pembingkaian ulang adalah cara persepsi koping individu dan

sering kali dipengaruhi oleh keyakinan keluarga. Keluarga memiliki

persepsi bersama, dan proses pembingkaian ulang akan dipengaruhi oleh

persepsi ini. Rolland menekankan  bahwa keyakinan individu dan

keluarga berfungsi sebagai peta kognitif  yang membimbing tindakan dan

keputusan keluarga. Keyakinan dapat sedemikian rupa, selaras dengan

pandangan hidup, paradigm dan nilai keluarga.

Cara kedua keluarga mengendalikan makna stressor adalah

dengan penilaian pasif, kadang disebut sebagai penerimaan pasif. Pada

cara kedua ini, keluarga menggunakan strategi koping kognitif kolektif

dalam memandang stressor atau kebutuhan yang menimbulkan stres

sebagai sesuatu yang akan selesai dengan sendirinya sepanjang waktu

dan tentang hal tersebut tidak ada atau sedikit yang dapat dilakukan.

Seperti yang ditekankan Boss (1988), penilaian pasif dapat menjadi

strategi penurun stress yang efektif dalam jangka waktu pendek,

khususnya dalam kasus saat tidak ada satu pun yang dapat

dilakukan.Akan tetapai jika strategi ini digunakan secara konsisten dan

sepnjang waktu, penggunaannya menghambat pemecahan masalah yang

aktif da perubahan dalam keluarga serta dapat menggangu adaptasi

keluarga.

3. Pemecahan masalah bersama

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 37

Page 38: Pengertian Komunikasi

Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah styrategi

konitif dan komunikasi keluarga yang telah diteliti secara ekstensif melalui

metode penelitian laboratorium oleh kelompok peneliti keluarga (Klien,

1983; Reis, 1981; Strauss, 1968) dan dalam lingkungan alami ( Chesler&

Barbari, 1987). Pemecahan masalah keluarga yang efektif meliputitujuh

langkah spesifik :

Mengidentifikasi masalah

Mengkomunikasikan tentang masalah

Menghasilkan solusi yang mungkin

Memutuskan satu dari solusi

Melakukan tindakan

Memantau atau memastikan bahwa tindakan dilakukan

Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah

Dengan memasukkan strategi pemecahan masalah ini dalam kehidupan

keluarga, keluarga dipercaya dapat berfungsi secar efektif. Reiss

menyebutkan keluarga yang menggunakan proses pemecahan masalah

yang efektif sebagi keluarga yang peka terhadapa lingkungan. Tipe

keluarga ini seperti melihat sifat masalah sebagi sesuatu “dia luar sana”

dan tidak mencoba membuat masalah menjadi internal. 

4. Mendapatkan informasi dan pengetahuan

Keluarga yang berbasis kognitif berespon terhadap stress dengan

mencari pengetahuan informasi berkenaan dengan stressor dan

kemungkinan stressor. Hal ini khususny terbukti dalam kasus masalah

kesehatan berat atau yang mengancaam hidup. Dengan mendapatkan

informasi yang bermamfaat, dapat meningkatkan perasaan memiliki

beberapa pengendalan terhadap situasi dan mengurangi rasa takut

keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan juga mengurangi rasa

takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui serta membantu

keluarega menilai stressor ( maknanya) lebih akurat dan mengambil

tindakan yang diperlukan.

iii. Strategi Komunikasi

1. Terbuka dan jujur

Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan yang

jelas dan perasaan serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada masa

ini. Satir mengamati bahwa komunikasi keluarga yang fungsional adalah

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 38

Page 39: Pengertian Komunikasi

langsung, terbuka,jujur dan jelas. Keterbukaan adalah komunikatif dalam

berbagai ide dan perasaan.Pemecahan masalah kolaboratif, yang

dibahas sebagai strategi koping kognitif, juga merupakan strategi koping

kognitif, juga merupakan strategi komunikasi, yang memfasilitasi koping

dan adaptasi keluarga.

2. Menggunakan humor dan tawa

Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga

nilainya dalam mengatasi penderitaan (Walsh, 1998).Humor tidak hnya

dapat menyokong semangat, humor juga dapat menyokong sistem imun

seseorang dalam mendorong penyembuhan.Demikian juga bagi

keluarga, rasa humor adalah sebuah aspek yang penting.Humor dapat

dapat memperbaiki sikap keluarga terhadap masalah dan perawatan

kesehatan serta mengurangi kecemasan dan ketegangan.Humor dan

tawa dapat dipandang sebagai alat perawatan diri untuk mengatasi stress

karena kemampuan tertawa dapat memberikan seseorang perasaan

memiliki kekuatan terhadap situasi.Humor dan tawa dapat menyokang

sikap positif dan harapan bukan perasaan tidak berdaya atau depresi

dalam situasi penuh stress.

II. Strategi Koping Keluarga Eksternal

a) Strategi komunitas

Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus, jangka

panjang, dan umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk

mengurangi stressor khusus siapapun.Pada kasus ini, anggota keluarga ini

adalah peserta aktif (sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan) dalam klub,

organisasi dan kelompok komunitas.Hubungan komunitas yang kreatif dapat

dibuat untuk memnuhi kebutuhan anggota keluarga seperti meminta anggota

keluarga lansia yang kurang memiliki kontak keluarga memberiakan bantuan

disentra perawatan anak yang kekurangan staf (Walsh, 1998).

b) Memamfaatkan sistem dukungan social

1) Dukungan social keluarga

Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang dirasakan

oleh anggota keluarga ada atau dapat diakses (dukungan social dapat

atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga dapat menerima bahwa

orang pendukung siap memberikan bantuan dan pertolongan jika jika

dibutuhkan). Dukungan sosial keluarga dapat dating dari dalam

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 39

Page 40: Pengertian Komunikasi

dukungan social keluarga seperti dukungan pasangan atau dukungan

subling atau dari luar dukungan social keluarga  yaitu dukungan social

berada diluar keluarga nuklir (dalam jaringan social keluarga).

2) Sumber dukungan keluarga

Menurut Caplan (1974) terdapat tiga sumber dukungan social

umum.Sumber ini terdiri atas jaringan informalyang spontan.Dukungan

terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional

dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan.Dari semua ini

jaringan informal (diidentifikasi diatas kelompok yang memberikan jumlah

bantuan terbanyak selama masa yang dibutuhkan.  Caplan (1976)

menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi pendukung meliputi:

dukungan social (keluarga berfungsi sebagi pencari dan penyebar

informasi mengenai dunia)

dukungan penilaian (keluarga bertindaksebagai sistem

pembimbingumpan balik, membimbing dan merantarai pemecahan

masalahdan merupakan sumber sera validator identitas anggota)

Dukungan tambahan (keluarga adalah sunber bantuan praktis dan

konkret)

Dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional)

Meningkatkan moral keluarga

c) Dukungan spiritual

Berbagai studi menunjukkan hubungan yang jelas antara kesejahteraan

spiritual dan peningkatan kemampuan individu atau keluarga untuk mengatasi

stress dan penyakit. Agama adalah dorongan yang kuat dan pervasif dalam

membentuk keluarga (Miller, 2000).Cara koping yang berbasis spiritual

bervariasi secara signifikan lintas budaya.Penelitian mengenai koping

keluarga dan individu serta resilience secara konsisten menunjukkan bahwa

dukungan spiritual adalah penting dalam mendukung kepercayaan keluarga

sehingga mereka dapat mengatasi penderitaan.

e. Koping Disfungsional dalam Keluarga

Keluarga menggunakan berbagai strategi koping disfungsional khusus dalam upaya

untuk mengatasi masalah mereka. Pada sebagian besar kasus, strategi ini dipilih secara

tidak sadar, sering kali sebagai respons yang digunakan keluarga asal mereka dalam upaya 

perlu diperhatikan bahwa strategi koping disfungsional keluarga ini digunakan untuk

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 40

Page 41: Pengertian Komunikasi

mengurangi stress dan ketegangan keluarga. Strategi koping disfungsional yang sering

digunakan adalah:

1) Penyangkalan masalah keluarga

Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan yang digunakan oleh anggota

keluarga dan keluarga sebagai satu kesatuan.Pada basis jangka pendek,

penyangkalan keluarga sering kali fungsional, karena ini memungkinkan

keluarga membeli waktu untuk melindungi dirinya sementara secara bertahap

menerima peristiwa yang menimbulkan kepedihan.Tetapi juga berlangsung

lama, penyangkalan bersifat disfungsional bagi keluarga.

2) Pola dominasi atau kepatuhan ekstrim (otoritarinisme)

Otoritariniasme adalah kecenderungan seseorang untuk berhenti mandiri karena

ketidakberdayaan dan ketergantungan, serta keinginana untuk bergabung

dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya agar mendapatkan kekuasaan

atau kekuatan yang dirasakan kurang.Dalam keluarga otoriter, orang

mengundurkan diri dari integritas pribadi mereka dan menjadi bagian dari

simbiosis yang tidak sehat, patuh kepada dominasi.Anggota keluarga yang

patuh sangat bergantung pada individu yang dominan.

3) Perpecahan dan kecanduan dalam keluarga

Untuk mengurangi ketegangan atau stress dalam keluarga, anggota keluarga

boleh jadi secara fisik atau psikososial saling terpisah. Perpisahan ini mencakup

kehilangan anggota keluarga karena pengabaian, perpisahan atau perceraian

dan gangguan psikososial anggota keluarga lewat keterlibatan anggota dalam

kecanduan (misalnya alcohol, obat-obatan dan berjudi). Banyak orang

mengenali bahwa kecanduan alcohol dan obat-obatan adalah penyakit, hanya

sedikit sekali yang mengenali sebagai “penyakit keluarga” (Al-Anon Family

Groups,2000). Saat ini kecanduan anggota keluarga dipahami sebagai masalah

sistem keluarga bukan masalah individu.Alcohol dan obat-obatan telah memiliki

pola intergenerasi. Penyalahgunaan minuman pada dewas muda telah

ditemukan dipengaruhi oleh disfungsi dalam keluarga asal.

4) Kekerasan dalam keluarga

Menggunakan ancaman, mengkambinghitamkan dan otoriterisme ekstrem dapt

menyebabkan kekerasan dalam keluarga. Kekereasan dalam keluarga dapat

dikenali sebagai satu dari empat masalah kesehatan masyarakat utama saat ini

(Galles,2000; Walsh,1996). Terdapat enam tipe kekerasan dalam kelurga,

antara lain:

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 41

Page 42: Pengertian Komunikasi

Penganiayaan pasangan

Penganiayaan dan pengabaian anak

Penganiayaan saudara kandung

Penganiayaan lansia

Penganiayaan orang tua

Penganiayaan homoseksual

f. Faktor yang Mempengaruhi Koping keluarga

1. Perbedaan Gender dalam koping

Pria dan wanita menggunakan strategi koping yang berbeda. Wanita lebih

menganggap lebih bermamfaat berkumpul bersam orang lain, berbagi

kekhawatiran dan kesulitan mereka dengan kerabat atau teman dekat,

mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka,

dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi lain pria

cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan

perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk

kejadiannya dan mengkonsumsi alcohol lebih banyak.

2. Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga

Variasi kelas social dalam  koping keluarga juga ada. Misalnya keluarga ynag

lebih kaya dan berpendidikan khasnya memilikin kebutuhan yang lebih besar

untuk mengatur dan mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga

menggunakan lebih banyak strategi koping keluarga dalam mendapatkan

informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat merasakan kurang

percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya, dan

dalam kasusu ini dapatmenggunakan pengendalian makana denganpenelaian

pasif.

3. Dampak Gangguan Kesehatan

Seperti yang telah disebutkan, tipe koping yang digunakan individu yang

bergantung pada situasi.Denagn lebuh sedikit tuntutanyang diminta oleh

keluarga (misalnya; semua berjalan dengan baik dan anggota keluarga sehat),

tipe pola koping tertentu yang bertahan lama dapat secara khas diterapkan,

seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi dengan semakin

banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe stressor lainnya

seperti ekonomi, lingkungan dll), cara koping yang umum biasanya tidak cukup,

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 42

Page 43: Pengertian Komunikasi

dan semakin luas susunan strategi koping keluarga dihasilkan guna menghadapi

tantangan.

Dari berbagai jenis strategi coping stres yang ada, perlu diingat bahwa tidak

ada satu strategi coping yang terbaik yang diharapkan pada semua situasi stressful.

Situasi yang berbeda biasanya akan menimbulkan stres yang berbeda sehingga

strategi coping yang digunakan akan berbeda pula tergantung beberapa faktor

tertentu. Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan jenis strategi coping,

yaitu :

a. Faktor sosio demografis

Sejumlah studi menunjukkan adanya hubungan antara status sosial ekonomi

dan tingkat pendidikan dengan pemilihan strategi coping tertentu.Individu

dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung menggunakan strategi coping

yang adaptif daripada strategi coping yang sifatnya defensive.Individu dengan

tingkat pendidikan tinggi juga cenderung menggunakan strategi coping yang

berpusat pada masalah. Perbedaan jenis kelamin juga ternyata mempengaruhi

pemilihan strategi coping .wanita lebih cenderung menggunakan strategi coping

terpusat emosi.

b. Faktor kepribadian

Faktor kontekstual meliputi dua hal yaitu tuntutan yang muncul dari situasi

stressful dan sumber daya sosial yang dimiliki individu, termasuk hubungan

interpersonal dengan orang lain.

Faktor yang Mempengaruhi Coping Stress Menurut Mu’tadi (1992), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi coping stress, beberapa diantaranya yaitu ;

a. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang paling penting, karena dalam usaha mengatasi

stres, individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau Pandangan yang Positif

Keyakinan menjadi sumber psikologi yang sangat penting, seperti keyakinan

akan nasib, yang mengarahkan individu, pada penilaian ketidakberdayaan, yang

dapat menurunkan kemampuan strategi coping.

c. Keterampilan dalam Memecahkan Masalah

Keterampilan ini meliputikemampuan untuk mencari informasi, menganalisa

situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan, untuk menghasilkan alternatif,

sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan

rencana,dengan melakukan suatu tindakkan yang tepat.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 43

Page 44: Pengertian Komunikasi

d. Keterampilan Sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku

yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.

e. Dukungan Sosial

Dukungan ini meliputi, dukungan penentuan kebutuhan informasi dan emosional

pada diri individu, yang diberikan oleh orangtua, anggota keluarga, saudara,

teman dan masyarakat sekitar.

f. Materi

Dukungan ini meliputi, sumber daya berupa uang, barang atau layanan yang

biasanya dapat dibeli.

g. Proses keperawatan( pengkajianintervensi )

I. Pengkajian

Terdapat skala koping keluarga yang terstruktur dan teruji, yang digunakan untuk

penelitian dan praktik klinis serta pertanyaan pengkajian yang disertakan, dan

informasi yang dikumpulkan dari anggota keluarga melalui wawancara, serta laporan

atau data dari sumber lain. Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan

saat menilai stressor, kekuatan, persepsi, strategi koping dan adaptas.

1. Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga

a) Stersor (baik jangka panjang maupun poendek) apa yang dialami oleh

keluarga? Lihat family inventory of life scale untuk contoh stressor yang

signifikan. Pertimbangkan stressor lingkungan dan sosioekonomi.

Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini?

b) Kekuatan apa ynag menyebabakan stressor? Apakah keluarga mampu

mengatasi stress biasa dan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

keluarga? Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk mengatasi stressor?

c) Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat sebagai

tantangan secara realistic dan penuh harapan? Apakah keluarga mampu

bertindak bardasarka penilaian realistic dan objektif mengenai situasi

dan peristiwa penuh stress? Apakah stressor utama dilihat sangat

membebani, mustahil untuk diatasi, atau sedemikian rupa mengganggu?

2. Strategi Koping Keluarga

a) Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya?

Strategi koping apa yang digunakan? Strategi koping apa yang

diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah apa? Apakah

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 44

Page 45: Pengertian Komunikasi

anggota keluarga berada dalam cara koping mereka saat ini? Jika

demikian, bagaimana keluarga mengatasi perbedaab itu?

b) Sejauh man keluarga menggunakan strategi koping internal:

Mengandalkan kelompok keluarga

Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas

Fleksibilitas peran

Normalisasi

Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan

penilaian pasif

Pemecahan masalah bersama

Mendapatkan informasi dan pengetahuan

Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga

Menggunakan humor dan tawa

c) Sejauh man keluarga menggunakan keluarga menggunakan strategi

koping eksternal dan sistem dukungan informal berikut:

Memelihara jalinan aktif dengan komunitas

Menggunakan dukungan spiritual

Menggunakan sistem dukungan sosial

Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan teman,

kerabat, tetangga, kelompok social dan organisasi komunitas yang

memberikan dukungan dan bantuan jika dibutuhkan?

Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan

mereka? Apakah keluarga memiliki sedikit atau tidak memiliki

teman, tetangga, kerabat, kelompok social atau organisasi

komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga

mempunyai ketidakpuasan atau kemarahan terhadap sumber

dukungan social yang ada?

Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga?

Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini?

d) Strategi koping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga atau

apa yang sedang digunakan? Apakah ada tanda-tanda

disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat keberadaannya dan

seberapa ekstensif digunakannya?

Mengambinghitamkan

Penggunaan ancaman

Orang ketiga

Psedumutualitas

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 45

Page 46: Pengertian Komunikasi

Otoriterianisme

Perpecahan keluarga

Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan

Kekerasan dalam keluarga

Pengabaian anak

3. Adaptasi

a) Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau

masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak

dari stressor pada fungsi keluarga?

b) Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada

bagian ketidakmampuan kronikmenyelesaikan masalah?

4. Mengidentifikasi Stressor, Koping dan Adaptasi

Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan

sangat bermamfaat untuk mengidentifikasi atau memantau bagaimana

keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi, koping dan adaptasi. Apakah

keluarga mulia pulih, menghasilkan proses koping yang berguna, atau

apakah tetap pada tingkat adptasi yang sama atau menunjukkan tanda-

tanda penurunan daptasi?

II. Diagnosa Keperawatan

Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12 diagnosis

keperawatan yang berhubungan erat dengan masalah stress, koping, dan adaptasi

keluarga antara lain:

1. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga

2. Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga

3. Gangguan koping keluarga

4. Ketidakmampuan koping keluarga

5. Resiko kekerasan terhadap orang lain

6. Gangguan proses keluarga

7. Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme

8. Berduka disfungsional

9. Gangguan pemeliharaan rumah

10. Distress spiritual

11. Resiko distress spiritual

12. Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 46

Page 47: Pengertian Komunikasi

III. Intervensi

Intervensi keluarga didasarkan pada data pengkajian keluarga yang terkait

dengan stressor keluarga, persepsi stressor, koping, dan adaptasi.Seperti yang

dibahas dalam pengkajian serta diagnosis keperawatan keluarga yang teridentifikasi.

1. Membantu Keluarga Menurunkan Factor Resiko

Perawat keluarga dapat, dengan menggunakan persfektif pencegahan,

memberikan konsling pada keluarga mengenai perlunya menurunkan pejanan

terhadap atau kelebihan tekanan.Selain itu penting untuk memberikan

penyuluhan antisipasi.Berkenaan dengan ini, perawat keluarga dapat

membantu keluarga dengan menolong mereka mengidentifikasi dan siap

terhadap situasi yang mengancam. Satu cara membantu keluarga

mengantasipasi apa yang mungkin terjadi adalah dengan member ikan

mereka informasi mengenai peristiwa yang mungkin terjadi (Wlsh, 1998)

2. Membantu Keluarga Beresiko Untuk Mengatasi

a. Dorong semua anggota keluarga terlibat

Merupakan cara untuk melibatkan anggota keluarga mencakup:

Mendorong perawatan oleh anggota keluarga selama hospitalisasi

Menyertakan anggota keluarga, bersama dengan pasien terlibat

dalam keputusan perawatan jesehatan

Mendorong anggota keluarga yang lansia memelihara hubungan

keluarga yang dekat

Member penyuluhan kepada pemberi asuhan

Mendorong istirahat untuk pemberi perawatan primer dengan

meminta anggota keluarga lain yang bertugas

Mendorong anggota keluarga saling berbagi cerita kehidupan

mereka

b. Mobilisasi keluarga

Dengan membatu keluarga mengenali, mengidentifikasi, dan

memamfaatkan kekuatan dan sumber keluarga guna secar positif

mempengaruhi kesehatan keluarga yang sakit (Johson, 2001)

c. Beri pujian pada upaya dan pencapaian keluarga

d. Berdasrkan pengakuan dan poenghormatan terhadap nilai, kepentingan,

dan tujuan keluarga serta dukungan keluargaJohson et.al 2001,

mencantukan banyak cara umum yang dapat dilakukan oleh perawat

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 47

Page 48: Pengertian Komunikasi

berorientasi keluarga. Beberapa anjuran mereka yang paling relevan

adalah:

Meningkatkan harapan yang realistic

Mendengarkan anggota keluarga yang berhububngan dengan

persepsi, perasaan, kekhawatiran dan kepentingan mereka

Memfasilitasi komunikasi antara anggota keluarga

Mengorientasi anggota keluarga pada linhkungan dan sistem

perawatan kesehatan

Memberikan informasi yang dibutuhkan

Memberikan advokasi bagi keluarga

Memperkenalkan anggota keluarga ke keluarga lain yang mengalami

masalah yang serupa

Merujuk keluarga ke kelompok perawatan dari pendukung

Berikan keluarga sumber atau referensi literature dan internet

e. Ajarkan keluarga mengenai car, koping yang efektif

Program ini tidak sekedar mengenali kebutuhan keluarga mendapatkan

pengetahuan kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan, tetapi aspek

psikososial perawatan dan kekhawatiran keluarga (Campbell,2000).

f. Dorong keluarga menormalisasi kehidupan keluarga dan distress

keluarga sebanyak mungkin

g. Bantu keluarga membingkai ulang dan member label ulang situasi

masalah

h. Bantu keluarga mendapatkan dukungan spiritual yang mereka butuhkan

i. Rujuk keluarga yang mengalami krisis

j. Bantu keluarga meningkatkan dan memamfaatkan sistem dukungan

social mereka.

3. Pemanfaatan Kelompok Swa-Bantu

Perawat sangatlah menyadari mamfaat kelompok swa-bantu bagi anggota

keluarga yang membutuhkan dukungan guna mengatasi atau mengkoping

pengalaman hidup penuh stress. Intervensi khusus dapat sangat

memfasilitasi keluarga:

Mencari informasi tentang kelompok yang memberikan bantuan bagi

individu dan keluarga

Kolaborasi dengan kelompok tersebut

Memahami bagaimana kelompok ini meningkatkan dan melengkapi

layanan professional

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 48

Page 49: Pengertian Komunikasi

Merujuk anggota keluarga dan keluarga ke kelompok yang tepat

Menciptakan kelompok baru untuk melakukan saat terjadi kekurangan

kelompok swa-bantu

Memberikan konsling anggota keluarga

4. Terapi Keluarga Jaringan Sosial

Terapi jaringan social berlangsung di lingkungan rumah dengan keluarga dan

jaringan social luasnya, yang dipasangkan untuk menciptakan matriks social

yang mengasuh dan sehat.

5. Prinsip-Prinsip Intervensi Krisis Keluarga

Mengidentifikasi peristiwa yang mencetuskan dan peristiwa hidup yang

membahayakan

Mengkaji interpretasi keluarga terhadap peristiwa

Mengkaji sumber keluarga dan metode koping terhadap stressor

Mengkaji status fungsi keluarga

6. Pemberdayaan Keluarga

Figley (1989), menyiratkan bahwa pemberdayaan keluarga adalah sebanyak

sikap filosofis terhadap bekerja dengan keluarga trauma saat keluarga terlibat

dalam aktivitas khusus tertentu. Ketika ia memandang dan menerapi keluarga

yang bermasalah, pendekatannya diperlembut oleh penghormatan tulusnya

terhadap kemampuannya bertindak secara alami dan kekuatan keluarga.

7. Melindungi Anggota Keluarga Yang Berisiko Mengalami Kekerasan

Tujuan ini dapat dicapai dengan:          

Mengenali dan melaporkan penganiayaan anak

Mendukung dan merujuk pasangan, lansia, saudara kandung, orang tua,

homoseksual yang dianiaya, pelaku penganiayaan dan unit keluarga

Mengkoordinasi perawatan bagi keluarga dan anggota keluarga, bekerja

secara kolaborasi dengan petugas kesehatan lain dan pekerja

kesejahteraan

8. Merujuk Anggota Keluarga Yang Menunjukkan Masalah Koping Dan

Disfungsi Yang Lebih Kompleks

Ketika stress dan masalah koping keluarga di luar layanan yang dapat

diberikan perawat keluarga, perujukan dan tindak lanjut konsling atau terapi

keluarga yang berkelanjutan sering kali diindikasikan. Perujuk kekonselor

yang menggunakan pendekatan sistem keluarga seringkala sangat

membantu.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 49

Page 50: Pengertian Komunikasi

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M, M. (1998).Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih Bahasa ; Ina Debora

dan Yakim Asy. Jakarta ; EGC.

Carnegi,D. (1979). Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang .Jakarta :Gunung Jati

Cecep

Darmawan. (2007).”Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Moral dan Global ”dalam

Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam kehidupan Keluarga Sekolah dan

Masyarakat. Bandung : Jurusan PKK FPTK UPI

Liliweri, Alo. (1997). Komunikasi Antarpribadi.Bandung : PT.Citra Aditya Bakti

Widjaja.H.A.W (2000).Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta

Atienza, Maria Fe G (1972). Effective Teaching of Home Economic. Garcia Publishing

Company

Lukman Yasni (1999). Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial. Gepartemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Tilman , D dan Diana (2004) Living Value : An Educational Program. Jakarta : Grasindo

Abraham, C., dan Shanley, E. (1997). Psikologi sosial untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kozier, B., and Erb., G. (1983). Fundamental of nursing: concept and procedures.

PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 50