8
Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006 71 Pendahuluan Rumput laut cukup mudah dibu- didayakan di perairan pantai di Indonesia. Rumput laut (seaweed) merupakan salah satu komoditi yang potensial dan dapat menjadi andalan bagi upaya pengem- bangan usaha skala kecil dan menengah yang sering disebut sebagai UKM. Ini terjadi karena rumput laut sangat banyak digunakan oleh manusia, baik melalui pengolahan sederhana yang langsung dikonsumsi maupun melalui pengolahan yang lebih komplek untuk dijadikan barang setengah jadi dan diolah lebih lanjut oleh industri hilir menjadi barang jadi yang dapat digunakan (dikonsumsi) langsung, seperti produk farmasi, kosmetik dan pangan serta produk lainnya. Tulisan ini tampaknya akan membahas mengenai budidaya yang sangat erat kaitannya dengan industri pengolahan rumput laut menjadi barang setengah jadi, yaitu tepung rumput laut atau biasa disebut “karagenan”. Untuk keperluan tersebut petani dan pelaku industri pengolahan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus mempunyai kaitan yang erat. Khusus untuk membantu petani dalam kelangsungan dan kesinambungan kegiatan produk- sinya, tampaknya sangat diperlukan ke- hadiran kelembagaan yang dapat mem- PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI RUMPUT LAUT MELALUI MODEL KLASTER BISNIS Oleh: DR. Ir. Suhendar Sulaeman* bantu dalam kegiatan produksi (on farm). Pengembangan dengan model klaster bisnis tampaknya akan dapat banyak membantu kelangsungan aktivitas petani rumput laut dan sekaligus Industri peng- olahnya. Petani rumput laut dalam hal ini pada umumnya berusaha dengan skala kecil (usaha kecil), sedangkan industri pengolah rumput laut skala usahanya me- nengah (usaha menengah). Sayangnya hingga saat ini masih sulit ditemui adanyai UKM yang mengem- bangkan rumput laut dalam bentuk kluster bisnis yang terpadu mulai hulu hingga hilir. Kondisi tersebut mengakibat- kan hilangnya peluang “Stokeholders” untuk dapat menikmati nilai tambah produk. Ini terjadi karena sebagaian besar rumput laut diekspor hanya dalam bentuk asalan kering, jika rumput laut diolah lebih lanjut maka nilai tambah akan dinikmati oleh mereka yang terkait di dalamnya. Sebagai dampak dari kurangnya kegiatan industri pengolahan rumput laut, padahal animo masyarakat pesisir terutama di kawasan Indonesia bagian Timur untuk menanam rumput laut semakin besar, maka pendapatan petani rumput laut kurang memadai. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan dapat mengurangi gairah petani untuk memproduksi rumput laut. * Penulis adalah Peneliti pada Kementerian Negara Koperasi dan UKM

pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

71

Pendahuluan

Rumput laut cukup mudah dibu-didayakan di perairan pantai di Indonesia.Rumput laut (seaweed) merupakan salahsatu komoditi yang potensial dan dapatmenjadi andalan bagi upaya pengem-bangan usaha skala kecil dan menengahyang sering disebut sebagai UKM. Initerjadi karena rumput laut sangat banyakdigunakan oleh manusia, baik melaluipengolahan sederhana yang langsungdikonsumsi maupun melalui pengolahanyang lebih komplek untuk dijadikanbarang setengah jadi dan diolah lebihlanjut oleh industri hilir menjadi barangjadi yang dapat digunakan (dikonsumsi)langsung, seperti produk farmasi,kosmetik dan pangan serta produklainnya. Tulisan ini tampaknya akanmembahas mengenai budidaya yangsangat erat kaitannya dengan industripengolahan rumput laut menjadi barangsetengah jadi, yaitu tepung rumput lautatau biasa disebut “karagenan”.

Untuk keperluan tersebut petani danpelaku industri pengolahan tidak dapatberdiri sendiri, tetapi harus mempunyaikaitan yang erat. Khusus untukmembantu petani dalam kelangsungandan kesinambungan kegiatan produk-sinya, tampaknya sangat diperlukan ke-hadiran kelembagaan yang dapat mem-

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI RUMPUT LAUT

MELALUI MODEL KLASTER BISNIS

Oleh: DR. Ir. Suhendar Sulaeman*

bantu dalam kegiatan produksi (on farm).Pengembangan dengan model klasterbisnis tampaknya akan dapat banyakmembantu kelangsungan aktivitas petanirumput laut dan sekaligus Industri peng-olahnya. Petani rumput laut dalam hal inipada umumnya berusaha dengan skalakecil (usaha kecil), sedangkan industripengolah rumput laut skala usahanya me-nengah (usaha menengah).

Sayangnya hingga saat ini masih sulitditemui adanyai UKM yang mengem-bangkan rumput laut dalam bentukkluster bisnis yang terpadu mulai huluhingga hilir. Kondisi tersebut mengakibat-kan hilangnya peluang “Stokeholders”untuk dapat menikmati nilai tambahproduk. Ini terjadi karena sebagaian besarrumput laut diekspor hanya dalam bentukasalan kering, jika rumput laut diolah lebihlanjut maka nilai tambah akan dinikmatioleh mereka yang terkait di dalamnya.

Sebagai dampak dari kurangnyakegiatan industri pengolahan rumput laut,padahal animo masyarakat pesisirterutama di kawasan Indonesia bagianTimur untuk menanam rumput lautsemakin besar, maka pendapatan petanirumput laut kurang memadai. Kondisitersebut dikhawatirkan akan dapatmengurangi gairah petani untukmemproduksi rumput laut.

* Penulis adalah Peneliti pada Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Page 2: pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

72

“Walaupun dalam dua tahunterakhir ini ekspor rumput laut keringsangat bagus, namun kondisiperdagangan rumput laut asalan keringsangat berpotensi besar menjadipermainan pedagang pengumpul. Initerjadi karena peran pedagangpengumpul sangat besar bagiterlaksananya perdagangan rumputlaut dari petani ke pedagang besar danpasar ekspor”.

Karena jumlah permintaan (pasar localdan ekspor) masih lebih besar daripenawarannya, maka harga rumput lautmenjadi cukup baik, yaitu sekitarRp. 5.200 per kilogram. Walaupun dalambeberapa bulan terakhir ini harga agakmenurun sedikit sebagai akibat daribeberapa pengolah rumput laut danindustri hilirnya di beberapa negara adayang sedang istirahat berproduksi,namun prospek agribisnis rumput laut inimasih sangat menjanjikan baik bagipetani yang membudidayakan maupunindustri pengolah rumput laut. Sebagaigambaran cukup diminatinya rumput lautIndonesia di manca Negara adalah bahwa“ Ekspor rumput laut Sulawesi Selatantelah menembus 21 negara di seluruhbenua di dunia selama semester I/2006,dengan total volume 12.900 ton senilaiUS$4,8 juta”.

Beberapa masalah yang ditemui padaagribisnis rumput laut, baik jenis Eucheu-ma maupun Glacilaria yang banyak dibudidayakan di perairan pantai di Indo-nesia, secara garis besar ada di tingkatpetani (on farm) dan di tingkat industripengolahan (off farm). Secara lebih rincipermasalahan tersebut adalah:

1. Di Tingkat Petani :a. Kurangnya pengetahuan

budidaya yang baikb. Kurangnya ketersediaan

bibit yang baikc. Su l i t akses ke sumber

modald. Buruknya proses penge-

ringane. Pasar yang masih banyak

bergantung pada pedagangpengumpul

2. Di Tingkat Industri Pengolahan(Tepung)a. Ketersediaan jumlah rumput

laut kering sebagai bahanbaku produksi yang seringtidak sesuai dengankebutuhan.

b. Kualitas rumput laut keringyang sering kurang baik,masih terlalu banyak kotoranatau benda asing.

c. Kurang adanya dukunganyang baik dari pihakperbankan, baik untukkeperluan penyediaanmodal investasi maupunmodal kerja, terutama untuk“Star-Up”

Harapan dilakukannya pengembang-an agribisnis rumput laut denganmenggunakan model klaster bisnisadalah:

1. Membangun agribisnis rumput lautyang tangguh yang pelaku utamanyaadalah UKM.

2. Memberikan nilai tambah ekonomisbagi komoditi rumput laut

3. Menciptakan lapangan kerja bagimasyarakat terutama masyarakatpesisir di kawasan timur Indonesia.

4. Meningkatkan pendapatan dan tarafhidup nelayan/petani budidaya rumput

Page 3: pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

73

laut serta masyarakat lainnya yangterlibat

5. Menambah cadangan devisa

Agroindustri Karagenan Indonesiadiperkirakan akan menguasai 31%pangsa pasar rumput laut (eucheuma dangracilaria) dunia pada 2007. Sampaidengan 2010, kontribusi Indonesia akanterus meningkat meski tidak terlalu me-nonjol. “Pada 2008, diprediksikan kontri-busi Indonesia yaitu sekitar 32%, 2009sekitar 34% dan 2010 sekitar 35%,” (AchmadZatnika, 2004 di WWW.Jasuda.net).

Lebih lanjut dikatakan bahwa untukproduk olahan rumput laut yaitukaragenan, Indonesia mampu menguasaipasar dunia sekitar 13% pada 2007, pada2008 sekitar 13,7%, 2009 sekitar 14%dan 2010 sekitar 15%.

Bahan baku yang digunakan dalamekstraksi karagenan adalah rumput lautatau alga (makroalga). Rumput laut (sea-weed) secara biologi termasuk salah satuanggota alga yang merupakan tumbuhanberklorofil.

Rumput laut terdiri dari satu atau ba-nyak sel, berbentuk koloni,hidupnya bersifat bentik di daerahperairan yang dangkal, berpasir,berlumpur atau berpasir danberlumpur, daerah pasut, jernih danbiasanya menempel pada karangmati, potongan kerang dan subtrakyang keras lainnya, baik terbentuksecara alamiah atau buatan(artificial).

Untuk memenuhi kebutuhankaragenan dalam negerisampai saat ini masih harusmengimpor. Besarnya impor

karagenan Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat sehubungandengan peningkatan perkembanganindustri yang menggunakankaragenan sebagai bahan baku.

Ini terjadi sesuai dengan perkem-bangan industri yang memerlukan kara-genan, seperti industri makanan, es krim,pasta gigi dan tekstil, yang terus meningkatmaka kebutuhannya akan karagenan jugaterus meningkat. Jika hal ini tidak dibarengidengan produksi dalam negeri maka nilaiimpor karagenan Indonesia sangat besar.Pada tahun 2003 saja impor karagenantidak kurang dari 900 ton.

Pentingnya meningkatkan kapasitasindustri karagenan adalah terutama un-tuk memenuhi kebutuhan industri pangandan non-pangan di dalam negeri, dianta-ranya industri pangan, seperti es krim,minuman, makanan dan industri non-pangan seperti industri tekstil, farmasidan kosmetik. Industri hilir karagenandan proporsi penggunaannya dapat dilihatsecara rinci pada tabel 1. Kemudian bebe-rapa pelaku industri pengolah rumput lautmenjadi tepung, terutama karagenan dansejenisnya dapat dilihat pada tabel 2.

No. Produk Akhir Pemakaian (%)

1 Tekstil 15

2 Kosmetik 15

3 Es krim dan sherbets 13

4 Flavor 12

5 Meat Products 12

6 Pasta ikan 10

7 Produk saus 10

8 Industri sutera 10

9 Lain-lain 3

Tabel 1. Industri Hilir Karagenan

Page 4: pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

74

Tidak hanya industri pengolahan pangandan non pangan di dalam negeri sajayang membutuhkan karagenan sebagaibahan baku, bahkan industri pengolahanpangan dan non pangan di banyaknegara terutama negara majukebutuhannya jauh lebih banyak.Padahal ketersediaan karagenan yangdiolah oleh berbagai industri peng-olahan di berbagai negara masih belumdapat sepenuhnya memenuhi kebu-tuhan karagenan dunia.

Kebutuhan karagenan meningkattajam setelah pengemulsi, pengentaldan sejenisnya yang selama inibanyak menggunakan gelatin(tepung dari tulang/kulit) yangsebagian besar diproduksi denganbahan baku tulang/kulit babi beralihatau mensubsitusinya dengan tepungkaragenan.

Ini terjadi karena banyak negara muslimyang menolak produk pangan dan nonpangan yang diolah dengan meng-gunakan gelatin tersebut sejak perte-ngahan tahun 1990 an.

Klaster Bisnis Rumput LautAgribisnis rumput laut termasuk didalamnya industri pengolahan rumput

laut menjadi karagenansebagaimana bisnis berbasis hasilpertanian lainnya memerlukanketerkaitan yang erat antara hulu(up stream) dan hilir (downstream). Hal ini dikarenakan padatingkat hulu (petani atau nelayan)memiliki keahlian dan kemauandalam berproduksi dan keter-batasan dalam mengakses pasardan teknologi. Sementara itu ditingkat hilir, dalam hal ini pemilik

pabrik, memiliki kekuatan dalam halteknologi dan akses pasar, namunmembutuhkan kontinuitas dalamketersediaan bahan baku.

Kebutuhan yang berbeda antara huludan hilir dapat dijembatani oleh suatulembaga. Lembaga tersebut di tingkathulu diharapkan bertindak men-dampingi, membimbing, dan me-monitor semua kegiatan yangberjalan. Pada tingkat hilir lembaga iniberfungsi sebagai mediator yangmemberikan masukan dan informasitentang ketersediaan produk di tingkathilir. Mekanisme ini disebut sebagaikluster bisnis.

Model klaster bisnis dimaksud dapat dili-hat secara rinci pada Gambar 1.PadaGambar 1 Kluster Bisnis rumput laut di-maksud melibatkan beberapa sub sistem(komponen) yaitu Kelompok Tani, Lem-baga ULP2 (Lembaga Usaha Lepas Pa-nen Pedesaan), Perusahaan Penghela,BDS (Business Development Services)dan Lembaga Pembiayaan (Bank atauLPBB).

Penjelasan masing-masing komponendalam kluster bisnis tersebut adalah seba-gai berikut :

Tabel 2. Industri Karagenan di IndonesiaPerusahaan Kapasitas Produk

Ton/Bulan

PT. Gumindo 3,000 SRC

PT. Galic Artha Eahar 1,600 Petfood,RC

PT. Bantimururig Indah 1,000 ATCC

PT. Seamatec 720 Petfood ATCC

PT. Surya Indoalgas 600 RC,Jelly

PT. Cahaya Cemerlang 500 ATCC

Page 5: pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

75

Gambar 1. Model Kluster Bisnis Rumput Laut

1. Kelompok Tani

Satu kelompok tani yang terlibatdalam kluster bisnis beranggotakan5 orang petani yang melakukanbudidaya rumput laut di lahan seluas1 ha. Direkomendasikan jumlahkelompok tani yang terlibat dalam satukluster pada tahap awal sebanyak200 kelompok.

Proses kerja yang dilaksanakankelompok tani adalah penanaman,pemanenan dan pengeringan. Seluruhproduksi rumput laut dari kelompoktani akan ditampung oleh lembaga

ULP2 untuk dilakukan proseslanjutan sebelum dijual ke peru-sahaan penghela sebagai bahan bakuproduksi. Dalam upaya meningkatkankomitmen dan kelangsungan produk-si, diharapkan kelompok tani secarabertahap dapat memiliki saham diperusahaan penghela.

2. Business Development Services(BDS)

BDS merupakan badan independenyang berfungsi sebagai pendampingdan pemonitor kinerja ULP2 dankelompok tani. BDS ini dapat berasal

BANK/LKBBPASAR NASIONAL/INTERNASIONAL

Lembaga pengembanganTeknologi/ R&D

LEMBAGA

PERUSAHAANPENGHELA

LEMBAGA

Kel.Tani

Kel.Tani

Kel.Tani

Kel.Tani

Kel.Tani

Kel.Tani

BDS BDS

Page 6: pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

76

dari kalangan perguruan tinggi,lembaga penelitian atau perusahaanyang berpengalaman dalam industrirumput, dimungkinkan juga lembagakoperasi yang mempunyai pengalam-an di bidang tersebut. Apabila sesuaidengan persyaratan teknis, makalembaga koperasi dapat berperansebagai ULP2 dan atau BDS.

Setiap BDS direncanakan akanmenangani sekitar 200 kelompok tani(1kelompok tani menangani 1 Ha)yang berarti akan mendampingisekitar 1.000 petani rumput laut.Peran BDS melakukan pendam-pingan dalam rangka menjaga danmenjamin kuantitas, kualitas, dankontinuitas produksi rumput lautsesuai dengan yang diharapkan.Selain itu BDS akan melakukanmonitoring terhadap pengembalianpinjaman yang diterima oleh kelom-pok tani. Pemilihan BDS yang akandilibatkan dalam kluster bisnisdidasarkan atas rekomendasi dariInstansi yang berwenang, baik swastamaupun pemerintah.

3. Lembaga ULP2

Lembaga ULP2 juga merupakanbadan independen yang akanmelakukan proses lanjutan rumputlaut yang dihasilkan petani. Rumputlaut kering yang dibeli dari petanikemudian akan mengalami perlakuanproses sortasi, pengeringan ulang(redrying) dan pengemasan untukselanjutnya dijual ke perusahaanpenghela. Apabila ULP2 dalam ben-tuk koperasi, maka sebaiknya tidakterjadi jual beli antara petani dengankoperasi, yang terjadi adalah koperasimembantu mengolah lebih lanjut

rumput laut petani dan menjualkanrumput laut olahan tersebut ke peru-sahaan penghela (salah satu cirisebagai koperasi yang genuine).

4. Perusahaan penghela

Perusahaan penghela akan menyerapseluruh rumput laut kering yangdiproses oleh lembaga ULP2 danberfungsi sebagai pabrikan pengolahrumput laut kering menjadi tepungkaragenan. Produk tepung karagenantersebut akan dipasarkan olehperusahaan penghela baik ke pasardomestik maupun internasional.Adapun bentuk badan hukumperusahaan penghela dapat berupaPT atau CV yang sahamnya dapatdimiliki oleh petani dan disarankanmelalui lembaga koperasi.

Perusahaan penghela juga akanbertindak sebagai avalis/penjaminatas pinjaman yang diterima olehLembaga ULP2 dan kelompok tani.

5. Lembaga Pembiayaan/Bank danBukan Bank

Bank berfungsi sebagai salah satusumber dana bagi keberlangsungankluster bisnis rumput laut. Fungsi iniakan diwujudkan dalam bentukpemberian pinjaman berupa investasidan modal kerja bagi komponenkluster yang terlibat yaitu: pe-rusahaan penghela, Lembaga ULP2dan petani di dalam kelompok tani.Fungsi pembina seperti KementerianKoperasi dan UKM dan instansipembina lainnya adalah mediator bagikerjasama antar komponen klusterbisnis dalam kaitannya denganperbankan. Selain itu pihak pembina

Page 7: pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

77

yang berwenang akan menseleksikelompok tani, Lembaga ULP2, BDSdan perusahaan penghela yang akanterlibat di dalam kluster bisnis.

Pada model kluster bisnis dimaksudterdapat lembaga surveyor yang tidaktermasuk dalam komponen kluster. Lem-baga surveyor bertindak sebagai pemantaupersediaan di level perusahaan pengheladan hanya sebagai pemeriksa persediaandi level ULP2.

Layanan sebagai pemantau per-sediaan mewajibkan lembaga surveyormembuat laporan rutin (seminggu ataudua minggu sekali) kepada lembaga pem-biayaan perihal kuantitas dan kondisi fisikpersediaan, yang menjadi jaminan, mulaidari bahan baku hingga barang jadi selamajam kerja. Lembaga surveyor juga akanmenerapkan sistem kunci ganda pada gu-dang dalam rangka mengawasi keamanandan mutasi barang yang bersangkutan.

Layanan sebagai pemeriksa per-sediaan hanya mewajibkan lembaga sur-veyor membuat laporan atas kuantitas dankondisi persediaan, yang dijaminkan,pada satu waktu tertentu yang telah dite-tapkan.

Manfaat lembaga surveyor akandirasakan oleh lembaga keuangan pem-beri kredit/pembiayaan dan kluster bisnisitu sendiri. Manfaat bagi lembaga pembia-yaan adalah sebagai berikut:1) Pengawasan terhadap jaminan ber-

jalan secara kontinyu.2) Berfungsi sebagai peringatan dini ter-

hadap kondisi usaha.

Manfaat bagi kluster bisnis rumput lautadalah:

1) Berfungsi sebagai peringatan dinidalam mengembangkan usaha.

2) Memberikan keyakinan terhadap lem-baga keuangan dalam menyalurkanpembiayaan terhadap usaha rumputlaut.

Hasil penelitian yang dilakukanpenulis bersama tim menunjukkanbahwa baik usaha yang dilakukan olehpetani di dalam kelompok budidayarumput laut dan ULP2, maupun yangdilakukan oleh industri pengolahantepung rumput laut (semi refinecarragenan) adalah sangat layak.

Kelompok petani budidaya rumput lautdengan pinjaman sebesar Rp 7,105 milliarmampu mengembalikan pinjaman modalkerja dan modal investasinya hanya dalamjangka waktu satu tahun. Kemudian lem-baga ULP2 dengan pinjaman Rp. 27,061milyar untuk modal kerja dan investasidapat mengembalikan pinjamannya dalamwaktu 2 tahun, dengan IRR 74 % dan BEP1,053 pada tingkat bunga 17 %.

Selanjutnya untuk industri pengolahantepung rumput laut ternyata denganpinjaman sekitar Rp. 54 milyar baik untukmodal kerja maunpun modal investasidapat mengembalikan pinjamannya (payback period) juga dalam waktu 2 tahun,dengan IRR 56 %, B/C 1,339 juga padatingkat bunga pinjaman 17 %.

Penutup

n Argribisnis rumput laut (dari mulaibudidaya sampai industri tepung)merupakan usaha yang sangat mena-rik dan sangat prospektif baik dilihatdari kelayakan ekonomi maupunfinansial.

Page 8: pengembangan agribisnis komoditi rumput laut

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

78

n Kunci sukses agribisnis rumput lautadalah apabila (1) dilakukan denganmodel pengembangan kluster bisnisyang utuh, dimana UKM dan koperasiada dan sekaligus berperan didalamnya (2) dibantu secara seriusoleh pemerintah, terutama yangmenyangkut izin penggunaan pantai

dan akses ke sumber permodalan.

Keberhasilan agribisnis rumput laut secaralangsung akan dapat meningkatkan penda-patan dan sekaligus daya beli masyarakatpesisir atau keluarga nelayan yangselama ini sebagian besar kelompoktergolong miskin.

Daftar Pustaka

Ahmad Zatnika. 2006. Indonesia Rebut 31% Pasar Rumput Laut Dunia. di WWWJasuda.net

Suhendar Sulaeman. 2005. Business Plan Agroindustri Rumput Laut (Tidak dipubli-kasi).