7
PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN Pengantar Pengalaman mengajar Bahasa Indonesia yang akan saya paparkan di sini berlangsung di kelas X. Di sekolah kami, siswa putra dan putri yang duduk di kelas X dipisahkan ke dalam dua kelas yang berbeda. Berdasarkan pengalaman saya selama mengajar, kelas X yang hanya terdiri dari pelajar putra (kelas putra) cenderung lebih aktif jika dibandingkan kelas putri, suasana kelasnya lebih hidup, mereka pun memiliki keberanian lebih tinggi dalam berpendapat dan berbicara. Sebaliknya kelas putri cenderung lebih pasif, lambat hangatnya, dan kurang responsif. Dari segi kemampuan akademis, siswa kelas putra lebih beragam, meskipun rata-rata mereka memiliki kemampuan daya tangkap yang lebih baik dibandingkan siswa putri. Sedangkan kelas putri dapat dikatakan mempunyai kemampuan akademik yang relatif sama, yaitu dalam kisaran sedang. Pada dasarnya berbagai model permainan yang akan saya ceritakan nanti berkaitan dengan upaya untuk menyegarkan suasana belajar, menumbuhkan keaktifan dan kerja sama di antara siswa, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Mengemas dan Melakukan Review terhadap Materi dengan Permainan Seperti yang saya paparkan sebelumnya, kelas putri cenderung lebih pasif dibandingkan dengan kelas putra. Di kelas putri saya agak sulit membangun suasana kelas agar menjadi lebih nyaman dan kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Apalagi jika pelajaran Bahasa Indonesia jatuh di jam terakhir

PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

  • Upload
    elang

  • View
    929

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG

MENYENANGKAN

Pengantar 

Pengalaman mengajar Bahasa Indonesia yang akan saya paparkan di sini

berlangsung di kelas X. Di sekolah kami, siswa putra dan putri yang duduk

di kelas X dipisahkan ke dalam dua kelas yang berbeda. Berdasarkan

pengalaman saya selama mengajar, kelas X yang hanya terdiri dari

pelajar putra (kelas putra) cenderung lebih aktif jika dibandingkan kelas

putri, suasana kelasnya lebih hidup, mereka pun memiliki keberanian

lebih tinggi dalam berpendapat dan berbicara. Sebaliknya kelas putri

cenderung lebih pasif, lambat hangatnya, dan kurang responsif. Dari segi

kemampuan akademis, siswa kelas putra lebih beragam, meskipun rata-

rata mereka memiliki kemampuan daya tangkap yang lebih baik

dibandingkan siswa putri. Sedangkan kelas putri dapat dikatakan

mempunyai kemampuan akademik yang relatif sama, yaitu dalam kisaran

sedang. 

Pada dasarnya berbagai model permainan yang akan saya ceritakan nanti

berkaitan dengan upaya untuk menyegarkan suasana belajar,

menumbuhkan keaktifan dan kerja sama di antara siswa, serta

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. 

Mengemas dan Melakukan Review terhadap Materi dengan Permainan 

Seperti yang saya paparkan sebelumnya, kelas putri cenderung lebih pasif

dibandingkan dengan kelas putra. Di kelas putri saya agak sulit

membangun suasana kelas agar menjadi lebih nyaman dan kondusif

untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Apalagi jika pelajaran Bahasa

Indonesia jatuh di jam terakhir menjelang pulang sekolah. Pada awalnya

kondisi ini cukup menjadi hambatan besar bagi saya. 

Untuk menyikapi hal ini, biasanya pelajaran saya awali dengan nyanyian.

Page 2: PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

Bukan mereka yang menyanyi tetapi saya yang berinisiatif untuk mulai

bernyanyi. Sengaja saya memilih dan menyanyikan lagu yang lucu-lucu,

sehingga mengundang tawa mereka. Misalnya lagu “SMS” atau “Jablay”

yang saya nyanyikan dengan memberikan improvisiasi yang “aneh-aneh”.

Kelas akan menjadi riuh, sehingga suasana kelas menjadi lebih hangat.

Sesudah itu barulah pelajaran bisa dimulai.

Melakukan pembelajaran dengan mengemas materi dalam bentuk lagu-

lagu, khusus saya lakukan di kelas putri. Pada waktu itu materi yang ingin

saya sampaikan adalah menyusun kamus kecil (glosarium) dalam bidang

tertentu. Di kelas putri jumlah keseluruhan siswanya adalah 18 orang.

Mereka saya minta untuk membentuk 3 kelompok, sehingga masing-

masing kelompok berjumlah 6 orang. Pada satu pertemuan saya bersama-

sama dengan siswa mencoba merumuskan hal-hal penting yang harus

diperhatikan ketika membuat/menyusun kamus kecil. Di antara sekian

banyak isi rumusan tersebut tentunya ada yang bersifat teoritis dan

menuntut kemampuan siswa untuk menghafalkannya. 

Strategi pembelajaran yang saya pilih agar mereka dapat menghapalkan

materi yang bersifat teori, misalnya berkaitan dengan langkah/prosedur

kerja, adalah dengan meminta mereka menuangkan dan mengemas

materi tersebut dalam sebuah lagu. Pada suatu pertemuan pembelajaran,

diluangkan waktu dimana siswa didorong untuk mencoba memasukkan

materi itu dalam lirik-lirik lagu. Pada umumnya mereka akan memasukkan

materi itu ke dalam lagu-lagu dangdut yang sedang ngetop saat itu. Syair

lagu yang asli mereka ganti sesuai dengan materi yang sedang dibahas.

Kegiatan dilanjutkan dengan latihan menyanyikan lagu itu sesuai dengan

kelompok masing-masing. 

Di pertemuan berikutnya, masing-masing kelompok ini saya persilakan

maju satu persatu untuk menyanyikan lagu mereka. Unjuk kemampuan/

demonstrasi ini tidak saya beri nilai kognitif secara khusus, karena tujuan

saya adalah untuk menguatkan penguasaan mereka terhadap materi ini.

Di sisi lain, suasana kelas akan menjadi lebih semarak dengan munculnya

beragam nyanyian dan gaya dari para peserta belajar.

Saya juga sering melakukan proses penyegaran terhadap materi-materi

yang sudah dibahas dengan berbagai macam bentuk permainan. Seperti

yang saya lakukan setelah siswa di kelas X menuntaskan 3 (tiga)

Page 3: PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

Kompetensi Dasar. Sebagian siswa mempunyai kebiasaan untuk malas

mengulang atau mempelajari kembali kompetensi yang telah

dituntaskannya. Padahal kemampuan mereka akan diuji lagi melalui

ulangan blok di akhir semester dan Ujian Nasional di tahun terakhir masa

SMA. Supaya proses review terhadap materi-materi “usang” ini tidak

menegangkan siswa, saya mengemasnya dalam sebuah permainan

balon. 

Siswa dalam satu kelas yang sama didorong untuk membentuk beberapa

kelompok yang terdiri dari 5 – 6 orang. Saya menyiapkan beberapa buah

balon (sesuai dengan kelompok yang terbentuk). Di dalam setiap balon itu

saya masukkan tugas yang harus mereka lakukan dan sanksi yang harus

diterima jika mereka gagal melaksanakan tugas. Balon-balon itu

kemudian dilemparkan ke atas, masing-masing kelompok harus

menangkap sebuah balon. Setelah memecahkan balon yang

didapatkannya, setiap kelompok harus menjalankan instruksi yang ada

didalamnya. Instruksi yang saya buat adalah menjelaskan kembali materi-

materi yang pernah dibahas, di hadapan teman-teman yang lain. Setelah

materi dijelaskan oleh satu kelompok yang mendapatkan tugas, siswa lain

diperbolehkan untuk bertanya, dan pertanyaan itu harus dijawab. Jika

kelompok yang menjelaskan tidak mampu menyampaikan materinya

dengan baik, mereka dijatuhi sanksi untuk menjelaskannya di pertemuan

berikutnya. 

Permainan dengan balon dapat dimodifikasi dengan menyediakan balon

sebanyak jumlah siswa. Semua balon diisi kertas yang berisi tugas yang

berbeda-beda. Kemudian balon dilemparkan ke atas dan masing-masing

siswa mencari dan menangkap salah satu balon yang ada. Apabila

semuanya sudah mendapatkan balon masing-masing, balon itu kemudian

dipecahkan. Dengan demikian siswa bisa membaca sendiri tugasnya dan

kemudian melaksanakan tugas itu. Jika ada siswa yang tidak berhasil

melaksanakan tugasnya, maka siswa tersebut akan diberi hukuman.

Hukuman yang diberikan tentunya berkaitan dengan materi. Biasanya

saya meminta siswa yang bersangkutan menjelaskan materi di depan

kelas dan menjawab pertanyaan dari teman-temannya. Jika siswa yang

tidak berhasil melaksanakan tugas lebih dari satu orang, maka siswa-

siswa tersebut akan membentuk satu kelompok. Hukuman seperti ini

menurut saya, menuntut siswa untuk selalu siap dengan materi dan akan

Page 4: PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

terus dipacu untuk belajar.

Satu model permainan yang lain saya terapkan untuk menyegarkan

kembali ingatan dan pengetahuan siswa dalam menggunakan bahasa

berdasar tata bahasa dan tanda baca yang benar dalam aturan penulisan

bahasa Indonesia. Pada kesempatan sebelum permainan ini dilakukan,

saya menugaskan siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan materi ini. Misalnya mereka menulis sebuah kalimat,

lalu menanyakan apakah kalimat tersebut sudah ditulis dengan kaidah

bahasa yang tepat atau belum. Saya kemudian bertugas untuk

menghimpun soal-soal yang dibuat oleh siswa tersebut. 

Pada saat permainan, saya membawa kumpulan soal itu ke tengah

lapangan. Sementara seluruh siswa berkumpul di lapangan dan

membentuk sebuah lingkaran besar. Mereka saya minta untuk

menyanyikan lagu yang bertempo cepat (lincah iramanya). Biasanya yang

kami nyanyikan adalah mars sekolah. Sambil mereka bernyanyi, mereka

harus memberikan bolpoin yang ada di tangan mereka kepada teman di

sebelahnya. Proses memindahkan bolpoin itu tidak boleh berhenti

sebelum ada aba-aba “STOP” dari saya. Pada saat saya mengucapkan

“STOP”, seluruh siswa menghentikan nyanyiannya. 

Siswa yang memegang bolpoin terakhir kali harus menjawab pertanyaan

yang saya ajukan. Jika mereka dapat menjawab, permainan dilanjutkan

kembali dan prosesnya sama seperti semula. Namun apabila terdapat

siswa yang tidak bisa menjawab, ia diperbolehkan menunjuk teman lain

untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kesempatan ini hanya berlaku satu

kali saja. Jika siswa kedua tidak bisa menjawab pertanyaan yang

dilemparkan, maka jawaban akan disimpan dan permainannya tetap

dilanjutkan. Menjelang saat tatap muka berakhir, soal-soal yang tidak

terjawab tadi akan dibahas satu persatu. Siswa sendiri yang akan

mencoba untuk membahasnya. Siswa yang belum mendapatkan

kesempatan, bisa ikut serta dalam menjawab pertanyaan yang belum

terselesaikan di permainan sebelumnya. Dalam pertemuan berikut, saya

melanjutkan putaran kedua permainan ini dengan proses yang kurang

lebih sama, sehingga dapat dikatakan model ini saya terapkan dalam 4

jam pelajaran (dua kali tatap muka). 

Hambatan yang Ditemui dalam Penerapan Model Pembelajaran Ini

Page 5: PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

Problem pertama yang saya temui adalah berkaitan dengan

pembagian/pembentukan kelompok yang dilakukan sendiri oleh siswa.

Ada kecenderungan siswa yang aktif dan memiliki kemampuan akademis

yang baik, akan bergabung dengan kawan-kawan yang relatif sama

dengan mereka. Begitu juga sebaliknya, yang pasif dan memiliki

kemampuan akademis yang kurang baik akan bergabung dalam satu

kelompok yang sama. Sebagai guru saya tidak akan melakukan intervensi

dengan merombak kelompok yang telah terbentuk, tetapi saya memilih

untuk melakukan bimbingan secara khusus terhadap kelompok-kelompok

yang pasif ini. Solusi lain yang saya tempuh adalah dengan melakukan

variasi dalam pembentukan kelompok, tidak hanya dilakukan secara

bebas, tetapi kadang-kadang juga ditentukan dengan hitungan. Jika ingin

membentuk 5 kelompok, siswa diminta untuk menyebutkan angka 1–5

secara bergantian sampai seluruh siswa di kelas tersebut mendapatkan

giliran menyebutkan salah satu angka tersebut. Siswa yang menyebutkan

angka 1 berkumpul/berkelompok dengan siswa lain yang menyebut angka

1, siswa yang menyebutkan angka 2 berkumpul/berkelompok dengan

siswa lain yang menyebut angka 2, dan seterusnya. Dengan demikian

siswa tidak bisa memilih dengan bebas anggota kelompoknya, tetapi guru

juga tidak secara langsung membentuk kelompok sesuai dengan

keinginannya.

Problem yang kedua, berkenaan dengan kelambanan penguasaan dan

pemahaman materi. Untuk mendorong percepatan penguasaan dan

pemahaman siswa di kelas putri, saya meminta siswa membentuk

kelompok-kelompok belajar di asrama. Bagi siswa yang tinggal di luar

asrama biasanya saya minta untuk bergabung dalam satu kelompok

tersendiri, meskipun dalam praktiknya mereka pun bisa berkunjung ke

asrama dan belajar bersama dengan teman-teman mereka yang tinggal di

situ. Pekerjaan rumah yang paling sering saya berikan adalah membuat

pertanyaan untuk materi yang akan dibahas di pertemuan berikutnya.

Secara tidak langsung saya mengajak mereka untuk memperoleh

gambaran tentang materi yang akan dibahas dan mempunyai

pengetahuan awal sebelum mengikuti pembelajaran. Supaya kelompok-

kelompok belajar ini dapat menjalankan kewajibannya dengan sungguh-

sungguh, saya berkoordinasi dengan para pembina asrama. 

Page 6: PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

Manfaat Positif yang Dapat Dipetik dari Proses Pembelajaran yang

Partisipatif

Dengan beberapa model permainan yang telah dilakukan bersama

dengan siswa, saya melihat adanya perkembangan yang positif di kelas

putri. Paling tidak mereka semakin senang dan termotivasi dalam

kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar dan mengajar berlangsung

dalam suasana yang hangat. Keberanian mereka untuk mengekspresikan

diri dan menampilkan sebuah karya kreatif pun terlihat semakin baik.

Kondisi ini sangat positif karena mereka kian bertambah semangat dalam

mempelajari materi yang sedang dipelajari. 

Proses belajar yang demokratis pun dapat ditemukan ketika siswa diberi

kepercayaan untuk membentuk kelompok sendiri, menyusun soal dan

menemukan jawabannya secara mandiri, menyampaikan

pengetahuannya kepada teman-temannya, dan membangun proses

dialog antarsiswa untuk membahas materi pelajaran. Saya sebagai guru

juga mengurangi peran saya untuk menentukan siapa yang harus

menjawab pertanyaan, atau apa yang seharusnya menjadi jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam permainan tersebut. 

Model-model belajar yang telah saya paparkan di atas, ternyata sangat

membantu siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi

ajar dan cukup signifikan pengaruhnya terhadap pencapaian nilai kognitif,

afektif dan psikomotor. Selama ini pada umumnya siswa mengalami

kesulitan untuk mengingat materi-materi yang menunjukkan sebuah

prosedur baku, definisi, maupun aturan-aturan berbahasa Indonesia yang

baik dan benar. Namun dengan mengemas materi dalam bentuk lagu dan

permainan, tampaknya kendala yang ditemui siswa semakin berkurang.

Secara tidak langsung mereka akan “dipaksa” untuk mengingat materi-

materi ajar dengan cara yang menyenangkan. Apalagi jika dilakukan

proses pengulangan/evaluasi materi yang telah dipelajari secara berkala.

Para siswa otomatis akan selalu terdorong untuk menyegarkan kembali

ingatannya dan berkesempatan untuk menambah pengetahuan yang

dimilikinya selama ini dengan informasi terbaru. Sanksi yang dikenakan

kepada siswa yang gagal menjawab pertanyaan ataupun

mempresentasikan topik bahasan kelompok yang dipilihnya, berupa tugas

Page 7: PENERAPAN BERBAGAI MODEL PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MEMBANGUN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

untuk mempelajari kembali materi-materi tersebut dan menjelaskannya di

depan kelas, ternyata cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi-materi ajar yang penting.