11
Penentuan Orde Reaksi dan Laju Reaksi Fauzan Arif (10508012); Irika Devi(10508014); Fahlesa Fatahillah (10508016); Paramita Ardana N. (10508018); Cahya Yudha P(10508020); Ana Yuliana(10508022); Yudha Aria Dilaga C.(10508024) Asisten : Habiburrahman (10507045) dan Audisny Apristiaramitha (10507038) [email protected] Abstrak Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi penyabunan dari etil asetat dengan NaOH diukur dengan menggunakan dua metode, yaitu metode titrasi dan metode konduktometri. Semakin tinggi temperatur yang digunakan, maka laju reaksi yang terjadi akan semakin cepat. Pada percobaan kali ini, komposisi etil asetat dan NaOH dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama perbandingan komposisi etil asetat dan NaOH 50:50, dan yang kedua 50:100. Kedua komposisi ini dibuat untuk membandingkan pengaruh NaOH dalam laju reaksi. Keyword: reaksi penyabunan, temperatur, laju reaksi, titrasi, konduktometri Pendahuluan Kajian tentang kinetika kimia sudah dibahas sejak abad ke-19. Kinetika kimia ini berkaitan dengan laju reaksi, orde reaksi, konstanta laju reaksi dan tetapan laju reaksi. Ostwald mulai mengembangkan kajian mengenai orde reaksi pada tahun 1887. Perkembangan yang cukup signifikan tentang teori kinetika kimia hingga saat ini masih terus berlanjut. Teori kinetika kimia diharapkan bisa menjadi parameter kinetika kimia dalam proses reaksi kimia yang tidak sekedar teoritis. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan tetapan laju reaksi yaitu dengan cara titrasi dan cara konduktometri. Dalam metode titrasi, konstanta laju reaksi dapat diketahui dengan menentukan jumlah konsentrasi ion basa yang ditambahkan asam berlebih. Ketika reaksi berhenti, hal ini menunjukkan bahwa asam berlebih pada larutan telah dinetralkan oleh basa. Pada metode konduktometri, penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi dapat diketahui dari nilai hantaranlarutan di tiap menit pengukuran. Semakin lama waktu pengukuran, hantaran dari larutan akan semakin berkurang karena basa di dalam larutan akan menjadi spesi asam konjugasi. Kedua metode tersebut digunakan dalam percobaan ini. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi penyabunan dari etil asetat dengan basa NaOH. Asam yang digunakan adalah HCl sebagai indikator bahwa reaksi tersebut telah selesai. Pada konduktometri, hantaran dari campuran larutan NaOH dengan air digunakan sebagai hantaran standar dalam percobaan ini.

Penentuan Orde Reaksi Dan Laju Reaksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penentuan Orde Reaksi Dan Laju Reaksi

Penentuan Orde Reaksi dan Laju Reaksi

Fauzan Arif (10508012); Irika Devi(10508014); Fahlesa Fatahillah (10508016); Paramita Ardana N. (10508018); Cahya Yudha P(10508020); Ana Yuliana(10508022); Yudha Aria Dilaga C.(10508024)

Asisten : Habiburrahman (10507045) dan Audisny Apristiaramitha (10507038)

[email protected]

Abstrak

Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi penyabunan dari etil asetat dengan NaOH diukur dengan menggunakan dua metode, yaitu metode titrasi dan metode konduktometri. Semakin tinggi temperatur yang digunakan, maka laju reaksi yang terjadi akan semakin cepat. Pada percobaan kali ini, komposisi etil asetat dan NaOH dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama perbandingan komposisi etil asetat dan NaOH 50:50, dan yang kedua 50:100. Kedua komposisi ini dibuat untuk membandingkan pengaruh NaOH dalam laju reaksi.

Keyword: reaksi penyabunan, temperatur, laju reaksi, titrasi, konduktometri

Pendahuluan

Kajian tentang kinetika kimia sudah dibahas sejak abad ke-19. Kinetika kimia ini berkaitan dengan laju reaksi, orde reaksi, konstanta laju reaksi dan tetapan laju reaksi. Ostwald mulai mengembangkan kajian mengenai orde reaksi pada tahun 1887. Perkembangan yang cukup signifikan tentang teori kinetika kimia hingga saat ini masih terus berlanjut. Teori kinetika kimia diharapkan bisa menjadi parameter kinetika kimia dalam proses reaksi kimia yang tidak sekedar teoritis.

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan tetapan laju reaksi yaitu dengan cara titrasi dan cara konduktometri. Dalam metode titrasi, konstanta laju reaksi dapat diketahui dengan menentukan jumlah konsentrasi ion basa yang ditambahkan asam berlebih. Ketika reaksi berhenti, hal ini menunjukkan bahwa asam berlebih pada larutan telah dinetralkan oleh basa. Pada metode konduktometri, penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi dapat diketahui dari nilai hantaranlarutan di tiap menit pengukuran. Semakin lama waktu pengukuran, hantaran dari larutan akan semakin berkurang karena basa di dalam larutan akan menjadi spesi asam konjugasi.

Kedua metode tersebut digunakan dalam percobaan ini. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi penyabunan dari etil asetat dengan basa NaOH. Asam yang digunakan adalah HCl sebagai indikator bahwa reaksi tersebut telah

selesai. Pada konduktometri, hantaran dari campuran larutan NaOH dengan air digunakan sebagai hantaran standar dalam percobaan ini.

Percobaan

Percobaan ini dilakukan dalam dua metode. Hal ini dilakukan untuk membandingkan hasil yang paling baik dalam menentukan laju reaksi dan orde reaksi dari reaksi penyabunan etil asetat dengan menggunakan NaOH 0.0213 M. Masing-masing metode dilakukan pada dua komposisi etil asetat dan NaOH yang berbeda, yaitu etil asetat : NaOH = 50:50 dan 50:100.

A. Cara TitrasiDisiapkan larutan etil asetat 0.02 M dan NaOH 0.0213 M. Dibuat dua jenis campuran dari kedua larutan tersebut dengan perbandingan 50:50 dan 50:100 di mana yang dimaksud dengan 50:50 adalah 50 mL etil asetat dicampurkan dengan 50 mL NaOH. Sedangkan yang dimaksud dengan 50:100 adalah 50 mL etil asetat dicampurkan dengan 100 mL NaOH.

Sebelum dicampurkan, masing-masing etil asetat dan NaOH dipanaskan di atas thermostat hingga kedua larutan tersebut memiliki temperatur yang sama. Setelah temperatur sama, kedua larutan tersebut dicampurkan. Setelah dicampurkan, kedua larutan harus tetap berada di atas thermostat. Hal ini bertujuan agar temperatur dari larutan tidak turun.

Page 2: Penentuan Orde Reaksi Dan Laju Reaksi

Stopwatch dijalankan ketika kedua larutan mulai dicampurkan.

Setelah 3 menit dari pencampuran, larutan etil asetat-NaOH diambil 10 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi 20 mL HCl 0.0205 M. Ditambahkan 2 tetes indikator phenoptalein ke dalam larutan, kemudian dititrasi dengan NaOH 0.0213 M. Pengambilan larutan dan titrasi ini dilakukan pada menit ke 8; 15; 25; 35; 45; dan 55.

B. Cara KonduktometriPengerjaan dengan metode konduktometri ini dilakukan pada komposisi yang sama dengan metode titrasi, di mana campuran etil asetat-NaOH memiliki komposisi 50:50 dan 50:100.

Disiapkan larutan KCl, kemudian ditentukan hantarannya dengan konduktometer. Ditentukan pula suhu dari larutan KCl. Jantaran jenis larutan 0.1 N KCl pada berbagai suhu diketahui sebagai berikut:

toC x, Ω-

1m-1toC x, Ω-

1m-1

21 1,191 26 1,31322 1,215 27 1,33723 1,239 28 1,36224 1,264 29 1,38725 1,288 30 1,412

Larutan etil asetat dan larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer tertutup, kemudian diletakkan di atas thermostat hingga mencapai suhu yang sama. Hal serupa dilakukan pula pada campuran NaOH-air dengan perbandingan yang sama dengan etil asetat-NaOH. Campuran NaOH-air diletakkan di atas thermostat hingga suhunya sama, kemudian diukur hantarannya.

Ketika suhu larutan etil asetat dan larutan NaOH sama, kedua larutan tersebut dicampurkan dengan cepat agar suhu tidak cepat turun. Larutan campuran kemudian dikocok dengan baik. Stopwatch dijalankan ketika kedua larutan mulai dicampurkan.

Setelah 3 menit pencampuran, larutan campuran tersebut ditentukan hantarannya. Pengukuran hantaran dilakukan pada kedua

komposisi larutan, dan dilakukan pada setiap menit ke 8; 15; 25; 35; 45;55; dan tak hingga.

Hasil dan DiskusiReaksi yang terjadi pada percobaan kali ini adalah reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CH 3COOC2H 5(aq)+OH (aq)−¿ →C2H 5OH (aq)+CH 3COO(aq)

−¿ ¿¿

Konsentrasi awal CH 3COOC2H 5❑ dinotasikan sebagai a, sedangkan konsentrasi awal dari NaOH dinotasikan sebagai b. Selama t detik, konsentrasi masing-masing reaktan akan bereaksi sebanyak x. Percobaan dilakukan pada 2 jenis komposisi yang berbeda di mana a=b dan b=2a.

Data yang diperoleh dari percobaan dengan metode konduktometri adalah sebagai berikut:

Table 1

Bahan Volume Total (ml) Hantaran (x

1000 mMHOS)

NaOH 50 ml + air

50 ml

100 0,16

NaOH 100 ml + air

50 ml

150 8,4

Table 2

Waktu

(menit)

Hantaran1 (x

1000 mMHOS)

Waktu

(menit)

Hantaran (x 1000

mMHOS)

Etil Asetat : NaOH

= 50:100

Etil Asetat : NaOH

= 50:50

8,30 2,5 8,34 1,8

15,18 2,55 15,14 1,7

25,30 2,5 25,17 1,7

35,21 2,6 35,14 1,7

45,18 2,6 25,25 1,6

Page 3: Penentuan Orde Reaksi Dan Laju Reaksi

55,17 2,6 55,2 1,7

~

(menit

ke-

70,35

dan

dipana

skan)

3,1 ~

(menit

ke-

70,17

dan

dipanas

kan)

2,1

Ada pun data yang diperoleh dari metode titrasi dengan komposisi reaktan yang sama dengan metode konduktometri sebagai berikut :

Etil asetat : NaOH = 50:50

Table 3

t (detik) V titrasi (mL)180 17.4480 18.1900 17.8

1500 18.12100 18.42700 183300 18.5

Etil asetat : NaOH = 50:100

Table 4

t (detik) V titrasi (mL)180 14.5480 15.2900 15.1

1500 15.22100 15.32700 15.53300 15.5

Perhitungan Persamaan Laju

Dari data yang diperoleh di atas, kemudian dihitung kosentrasi dari etil asetat (a) dan NaOH (b). Konsentrasi tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :

a=[etil asetat ]V etil asetatV total

b=[NaOH ]V NaOHV total

Dari hasil perhitungan, pada perbandingan komposisi etil asetat : NaOH = 50:50 didapatkan nilai a sebesar 0,01 dan nilai b sebesar 0,01065. Dan pada perbandingan komposisi 50:100 didapatkan nilai a sebesar 0,006667 dan nilai b sebesar 0,0142.

Setelah itu, perhitungan untuk motode konduktometri dilanjutkan dengan mengetahui konsentrasi yang bereaksi, yang dinotasikan dengan x. Untuk menentukan konsentrasi yang bereaksi, digunakan rumus sebagai berikut :

x=aL0−LtL0−L

Di mana L0adalah hantaran larutan NaOH, Ltadalah hantaran saat t detik, dan L adalah hantaran pada waktu tak hingga. Untuk mendapatkan konsentrasi akhir dari reaktan setelah setimbang, maka harus dihitung nilai a-x dan b-x.

Table 5

a=b 0,01 Lo 1400 t

(detik)Lt (x1000 mMHOS) x a-x b-x

4981,8

0,0057142860,00428

6 0,004286

910,81,7

0,0042857140,00571

4 0,005714

15181,7

0,0042857140,00571

4 0,005714

2112,61,7

0,0042857140,00571

4 0,005714

2710,81,6

0,0028571430,00714

3 0,007143

3310,21,7

0,0042857140,00571

4 0,005714~ 2,1

Table 6

b=2a a=0,0067 Lo 1213,33 b=0,013

t (detik)Lt (x1000 mMHOS)

xa-x b-x

500,4 2,5 0,00289414 0,003806 0,010106

Page 4: Penentuan Orde Reaksi Dan Laju Reaksi

908,4 2,55 0,003006607 0,003693 0,0099931510,2 2,5 0,00289414 0,003806 0,0101062108,4 2,6 0,003119073 0,003581 0,0098811515 2,6 0,003119073 0,003581 0,0098813312 2,6 0,003119073 0,003581 0,009881

~ 3,1

Dari data di atas, diperoleh kurva sebagai berikut:

02000

40000

0.0020.0040.0060.008f(x) = − 1.23558E-15 x⁴ + 9.23571E-12 x³ − 0.0000000237395 x² + 0.0000249382 x − 0.00333969R² = 0.984938818329467

a-xLinear (a-x)Linear (a-x)Polynomial (a-x)

t (detik)

a-x

Gbr 1. Kurva a=b

0 2000 40000.00340.00350.00360.00370.00380.0039

f(x) = 1.32717E-16 x⁴ − 9.31733E-13 x³ + 0.00000000220079 x² − 0.00000214905 x + 0.00443841R² = 0.587062619813707

a-xLinear (a-x)Polynomial (a-x)Linear (a-x)

t (detik)

a-x

Gbr 2. Kurva b=2a

Turunan pertama dari kedua persamaan garis tersebut akan memberikan nilai laju reaksi, yaitu:

Table 7- a=b

t (detik) r ln r498 -6,28208E-06 -11,9778

910,8 -2,94379E-06 -12,73581518 -7,50489E-06 -11,8

2112,6 -1,82843E-05 -10,90952710,8 -3,02952E-05 -10,40453310,2 -3,83574E-05 -10,1686

Table 8- b=2a

t (detik) r ln r

500,4 0,000338359 -7,9914908,4 0,002022595 -6,20337

1510,2 0,009296999 -4,678062108,4 0,025303274 -3,676821515 0,009385949 -4,668543312 0,098095546 -2,32181

Laju reaksi (r)= -f’(t)

ln rt=ln k+m ln (a−x )+n ln(b−x)

Dari persamaan tersebut akan didapatkan 7 persamaan dari tiap waktu. Dihitung pula nilai konstanta laju reaksi dengan rumus ,

a=b

1a−x

=kt+ 1a

b=2a

lna−xb−x

=k (a−b ) t+ ln ab

Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Table 9-a=b

ln k ln (a-x) ln (b-x) r ln r-3,96859 -5,45247 -5,45247 -6,28208E-06 -11,9778-3,96859 -5,16479 -5,16479 -2,94379E-06 -12,7358-3,96859 -5,16479 -5,16479 -7,50489E-06 -11,8-3,96859 -5,16479 -5,16479 -1,82843E-05 -10,9095-3,96859 -4,94164 -4,94164 -3,02952E-05 -10,4045-3,96859 -5,16479 -5,16479 -3,83574E-05 -10,1686

Table 10- b=2a

ln k ln (a-x) ln (b-x) r ln r0,463734 -5,57121 -4,59464 0,000338359 -7,99140,463734 -5,60121 -4,60583 0,002022595 -6,203370,463734 -5,57121 -4,59464 0,009296999 -4,678060,463734 -5,63213 -4,61715 0,025303274 -3,676820,463734 -5,63213 -4,61715 0,009385949 -4,668540,463734 -5,63213 -4,61715 0,098095546 -2,32181

Kemudian, dengan cara eliminasi dari masing-masing persamaan maka akan didapatkan nilai m dan n .

Page 5: Penentuan Orde Reaksi Dan Laju Reaksi

Dari perhitungan, didapatkan nilai n yang sangat besar yaitu 170, sehingga nilai m nya pun tidak valid.

Pada metode titrasi, nilai konsentrasi etil asetat dan NaOH sama dengan metode konduktometri. Kemudian dihitung konsentrasi yang bereaksi dengan rumus:

x=b−CHClV HCl ditambahkan−[NaOH ]V t

10mL

Diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Table 11

a=b 0.01 t (s) Vt (ml) x180 17,4 -0,36294498 18,1 -0,36145900 17,8 -0,36209

1500 18,1 -0,361452100 18,4 -0,36081

(b = 2a)

a = [0,02 M] 50ml

50ml+100ml = 0,0067 M

b = [0,02 M] 100ml

50ml+100ml = 0,013 M

x = 0,013 – 0,0205M .20ml−0,0213 .Vt

10ml

Dialurkan kurva dengan sumbu mendatar t dan sumbu tegak a-x. Kemudian regresi dilakukan dengan program Microsoft Excel. Bentuk kurva tidak boleh linier, harus berupa polinom, logaritmik atau fungsi lain. Kemudian didapatkan persamaan f(t) yang bila diturunkan akan didapatkan laju reaksi (r).Laju reaksi (r)= -f’(t)

ln rt=ln k+m ln (a−x )+n ln(b−x)

Dari persamaan tersebut akan didapatkan 7 persamaan dari tiap waktu.

Table 12-titrasi a=b

ln (a-x) ln (b-x) r ln r-0,98634 -0,98634 2,26513E-05 -10,6953-0,99035 -0,99035 3,81217E-05 -10,1747-0,98863 -0,98863 6,98765E-05 -9,56878-0,99035 -0,99035 0,000126253 -8,97723-0,99207 -0,99207 0,000180685 -8,61876-0,98978 -0,98978 0,000233173 -8,36373-0,99265 -0,99265 0,000299269 -8,11417

k = 4.10-6

Table 13-titrasi b=2a

ln (a-x) ln (b-x) r ln r

-0,98667 -0,96992 -1,62964E-05 -11,0246-0,99068 -0,97386 -2,38697E-05 -10,6429-0,99011 -0,97329 -2,94639E-05 -10,4323-0,99068 -0,97386 -3,54063E-05 -10,2486-0,99125 -0,97442 -4,36599E-05 -10,0391

-0,9924 -0,97555 -5,57799E-05 -9,7941-0,9924 -0,97555 -6,86559E-05 -9,5864

k = 3,17 . 10-6

Kemudian, dengan cara eliminasi dari masing-masing persamaan maka akan didapatkan nilai m adalah dan n adalah dengan tetapan laju reaksi didapatkan dari perhitungan di bawah ini.

Perhitungan Tetapan Laju ReaksiPerhitungan dilakukan dengan asumsi bahwa perbandingan etil asetat dan NaOH adalah 1:1.Dengan persamaan sebagai berikut:

a=b

1a−x

=kt+ 1a

b=2a

lna−xb−x

=k (a−b ) t+ ln ab

Page 6: Penentuan Orde Reaksi Dan Laju Reaksi

DIperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

KONDUKTOMETRIa = b

0 2000 40000

50

100

150

200

250

f(x) = − 0.0188891190834323 x + 213.709091007288R² = 0.453138093650971

1/(a-x)Linear (1/(a-x))Linear (1/(a-x))

t (detik)

1/(a

-x)

m = k1 = -0,0189

b=2a

0 2000 4000

-1.02

-1.01

-1

-0.99

-0.98

-0.97

-0.96

-0.95

f(x) = − 1.29747478931379E-05 x − 0.977603518634052R² = 0.460236293899189

ln (a-x)/(b-x)Linear (ln (a-x)/(b-x))Linear (ln (a-x)/(b-x))

t (detik)

ln (a

-x)/

(b-x

)

m = k(a-b) = -1.10-5

a = 0,0067

b = 0,013

k2 = -1,59

TITRASI

a=b

0 2000 40002.67

2.675

2.68

2.685

2.69

2.695

2.7

f(x) = 3.66864736582566E-06 x + 2.68544425519925R² = 0.560269522032925

1/ (a-x)Linear (1/ (a-x))Linear (1/ (a-x))

waktu (detik)

1/(a

-x)

m = k = 4.10-6

b=2a

02000

4000

-0.01688-0.01686-0.01684-0.01682

-0.0168-0.01678-0.01676-0.01674-0.01672

-0.0167

f(x) = − 2.31075603618221E-08 x − 0.0167857816507712R² = 0.687366636012439

ln (a-x)/(b-x)Linear (ln (a-x)/(b-x))Linear (ln (a-x)/(b-x))

waktu (detik)

ln (a

-x)/

(b-x

)

m = k (a-b) = -2.10-8

a = 0,0067

b = 0,013

k = 3,17 . 10-6

Dari percobaan yang dilakukan, disimpulkan bahwa di antara kedua metode yang digunakan, metode konduktometri adalah yang lebih baik daripada metode titrasi. Hal ini disebabkan karena pada metode konduktometri lebih efisien dengan menggunakan alat konduktometer.

Pada metode titrasi, volume NaOH yang diperoleh sebagai titran tidak sesuai dengan teori. Seharusnya semakin lama larutan dipanaskan, semakin cepat laju reaksi yang terjadi. Semakin cepat laju reaksi, maka ion hidroksida pada larutan semakin sedikit. Tetapi pada percobaan yang dilakukan, volume NaOH mengalami penambahan dan pengurangan

Page 7: Penentuan Orde Reaksi Dan Laju Reaksi

yang tidak teratur. Hal ini diduga karena beberapa faktor. Yang pertama, terjadi kesalahan di awal percobaan di mana setelah etil asetat dan NaOH dicampurkan, larutan tersebut tidak diletakkan di atas thermostat. Yang kedua, ketika larutan akan diambil 10 mL, larutan diambil dengan menggunakan pipet volume di mana dinding pipet tersebut memiliki suhu ruang sehingga mengurangi suhu larutan yang berada di dalamnya. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi HCl berlebih. Labu Erlenmeyer juga berada pada suhu ruang, sehingga suhu dari larutan campuran etil asetat-NaOH semakin menurun.Karena data yang diperoleh kurang valid, hal ini mempengaruhi dalam pengolahan data yang dilakukan sehingga banyak terjadi hasil perhitungan yang negatif atau terjadi keanehan hasil perhitungan.

Secara teoritis, metode yang paling baik digunakan adalah metode titrasi dibandingkan metode konduktometri. Metode konduktometri hanya bergantung pada hantaran dari masing-masing larutan sedangkan pada metode titrasi, dilakukan percobaan yang lebih teliti dan tepat sehingga bisa diketahui kapan ion hidroksida dalam larutan tepat berubah menjadi asam konjugasinya.

KesimpulanDari hasil percobaan, diperoleh data pengamatan yang lebih baik pada metode konduktometri. Pada perhitungan, didapatkan nilai orde reaksi yang sangat besar.

Ucapan Terima KasihUcapan terima kasih diberikan kepada asisten kami, Kak Habiburrahman dan Kak Audisny Apristiaramitha atas bimbingannya dalam menjalankan praktikum Penentuan Orde Reaksi dan Laju reaksi ini.

Ucapan terima kasih juga diberikan kepada rekan praktikan kelompok 2 praktikum Kimia Fisik, yaitu kepada Irika Devi, Fauzan Arif, Cahya Yudha, Yudha Aria, Ana Yuliana dan Fahlesa Fatahillah, atas kerja samanya dalam menjalankan praktikum Penentuan Orde Reaksi dan Laju reaksi ini. Percobaan dalam praktikum ini tidak akan bisa berjalan dengan lancer jika tidak ada kerja sama tim antar praktikan.

Referensi- http://www.ems.psu.edu/~radovic/

KineticsHistory.html , tanggal akses 28 Oktober 2010; 20.49

- Jurnal Internasional “Study of Saponification Reaction Rate of Ethyl Acetat by High Frequency Titrimetry”, F.W. Jensen, G. M. Watson and J. B. Beckham.

Lampiran1. Reaksi penyabunan diatas adalah reaksi

orde dua jika dilihat dari reaksi yang berlangsung dimana ada 2 produk yang dihasilkan dan tidak memiliki koefisien sehingga dapat dikatakan bahwa ini adalah reaksi orde dua

2. Satuan hantaran jenis adalah (1/OHM) dan hantaran molar adalah m S m2 mol-1

3. Bila titrasi dari HCl tidak dilakukan secepatnya maka kemungkinan kandungan OH ada yang berubah dan volume titrasi untuk NaOH menjadi tidak akurat.

4. 3 metode untuk menentukan orde reaksi adalah metode titrasi, konduktometri dan spektrofotometri. Dimana orde reaksi metode titrasi dan konduktometri dijelaskan pada jurnal diatas, sedangkan metode spektrofotometri mengamati perubahan intensitas warna reaksi dalam selang waktu tertentu.

5. Berdasarkan persamaan Arrhenius dikatakan bahwa:

k=−AeEa /RTDimana k adalah konstanta laju reaksi sehingga energy aktivasi ditentukan dari gradient hasil aluran grafik ln k terhadap 1/T.