PENCEMARAN LINGKUNGAN

Embed Size (px)

Citation preview

PENCEMARAN LINGKUNGANPencemaran (polusi) adalah proses masuknya polutan ke dalam suatu lingkungan sehingga menurunkan mutu lingkungan. Sedang yang dimaksud lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik berupa faktor abiotik (benda mati) maupun faktor biotik (makhluk hidup).Sementara itu, yang dimaksud polutanadalah bahan pencemar lingkungan, dapat berupa bahan kimia, debu, panas, suara, radiasi, dan mikroorganisme.Suatu zat dikategorikan polutan (bahan pencemar) apabila kadarnya melebihi batas kewajaran serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Berdasarkan sifat polutannya, pencemaran dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Pencemaran Kimiawi, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh zat-zat kimia.2. Pencemaran Fisikawi, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh zat cair, zat padat, dan gas. 3.Pencemaran Biologis, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh mikroorganisme. Sementara itu, berdasarkan tempatnya, pencemaran dibedakan menjadi 4 macam, yaitu : air, udara, tanah dan udara. Beberapa istilah dalam pencemaran adalah : 1. Penyakit Minamata adalah penyakit akibat penimbunan logam berat merkuri (raksa). 2. Eutrofikasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat dari gulma air akibat kelebihan sisa pupuk yang terbawa air. 3. DDT (Dikloro Diphenyl Trikloroetana) adalah salah satu jenis insektisida yang sangat Berbahaya karena tidak dapat terurai di alam. 4. Efek Rumah Kaca ( Green House Effect ) adalah meningkatnya kadar CO2 di atmosfer akibat asap dari cerobong baprik dan kendaraan bermotor yang menghalangi pantulan panas dari bumi sehingga bumi makin lama makin panas. 5. Hujan asam adalah hujan yang bercampur dengan oksida nitrogen (NO2 dan NO3) dan oksida belerang (SO2 dan SO3).http://wahanaguru.blogspot.com/2009/04/pencemaran-lingkungan.html

Pengendalian Pencemaran, Perlu Keterpaduan Antar StakeholderPencemaran udara dari emisi gas buang kendaraan, belum optimalnya pengelolaan limbah padat dan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun), serta masih tingginya pencemaran sungai kegiatan domestic (rumah tangga) dan industri, merupakan potret permasalahan lingkungan hidup yang mengancam kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Tidak heran jika udara dan air, kini menjadi barang mahal bagi kehidupan manusia. Sebagai regulator dalam pengendalian pencemaran lingkungan, Pemerintah Kota bandung sangat berkepentingan terutama dalam melindungi masyarakatnya dari dampak negative pencemaran lingkungan. Dalam melaksanakan fungsi dan perannya, diperlukan keterpaduan antar stakeholder, yaitu masyarakat dan para pemangku kepentingan, kata kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung, H Dandan Riza Wardana dalam acara sosialisasi pemantauan kualitas lingkungan melalui pengendalian pencemaran air, limbah padat dan bahan berbahaya dan beracun (B3), di gedung serba guna PT Bio Farma, Jalan Pasteur Bandung, Kamis (18/06/09). Sosialisasi diikuti 150 peserta, terdiri dari pelaku usaha yang diindikasikan dapat mencemari lingkungan, antara lain rumah sakit, industri, hotel, mall, retail dan restaurant, bengkel dan pencucian kendaraan. Menghadirkan nara sumber, Kepala BPLHD Jabar Setiawan Wangsaatmaja, peneliti dari DPKLTS Ratna Hidayat, PT Ecostar pengusaha pengolah lombah B3, PT Bio Farma dan Superindo mewakili kelompok retail. Dandan menyebutkan, dari 34 rumah sakit yang ada di Kota Bandung, hanya 16 yang memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan insenerator (tungku pemusnah limbah padat). Itupun secara kualitas masih harus ditingkatkan. Kepala BPLHD Jabar Setiawan Wangsaatmaja dalam paparannya berjudul kebijakan pengelolaan limbah cair dan B3, institusinya memiliki tekad, yang namanya sampah organic di semua kantor pemerintah harus tuntas ditempat, tidak perlu lagi dibawa ke TPA. Upaya ini akan mengurangi volume sampah, karena sampah yang ada saat ini 70 persen merupakan sampah organic. Setiawan menuturkan, kebijakan pengendalian pencemaran lingkungan dalam bentuk regulasi diperlukan, karena permukaan bumi 75 % adalah air, o,62% atau 8,476 m3 diantaranya merupakan air tawar yang sangat dibutuhkan manusia. Harus dipahami suplai air itu harus terjaga kualitas, kuantitas dan kutinuitasnya. Kalau tidak ada pengaturan, suatu saat akan terjadi perang rebutan air. Pengaturan diperlukan, karena semua kegiatan manusia, baik industri, pertanian dan ekonomi lainnya berpotensi menghasilkan limbah. Ini kan memperburuk keadaan badan air, sehingga kebutuhan air dikonsumsi berkurang potensinya,. Kota Bandung punya program gerakan Cikapundung bersih, tetapi kalau dihulu dan sepanjang DAS masyarakat terus membuang sampah dan limbah rumah tangganya ke sungai, ditambah pabrik yang sisa air pengolahan limbahnya dialirkan ke Cikapundung, rasanya tidak banyak artinya. Setiawan menyebutkan, data di BPLHD Jabar menyatakan, sebenarnya yang jadi masalah adalah limbah domestikk. Tititk-titik pembuangan limbah ini nyaris tidak kelihatan dan sulit dipantau. Dari 4 juta penduduk cekungan Bandung dikatakannya, hanya 40 persen saja septiktank penduduk yang berfungsi baik. Survey yang dilakukan BPLHD Jabar, kualitas air sumur penduduk sepanjang DAS Cikapundung, 75 persen sudah terkontaminasi bakteri ecoli. Bakteri ini spesifik tumbuh didalam usus manusia. Sumber-sumber air sumur sudah terkontaminasi oleh tinja kita sendiri. Jadi kita tidak beradab sebetulnya. Kita meminum kotoran sendiri. Ini mohon jadi perhatian kita semua, saat ini kita sudah masuk ke dalam ketidak beradaban. Untuk itu perlunya kita memperhatikan pembuatan septiktank sesuai standar kesehatan, tuturnya. Nara sumber lainnya, Ratna Hidayat dari dewan pemerhati kehutanan dan lingkungan tatar Sunda (DPKLTS) mengemukakan, sudah waktunya warga Bandung melakukan upaya emergensi penanggulangan sampah. Memilah sampah organic, non organic dan sampah B3 dalam tempat terpisah. Sampah B3 mengandung yang mercury dari sebuah accu bekas atau batere, harus dipahami dapat mencemari lingkungan. Ini sangat berbahaya, menyebabkan kanker pada manusia yang terkontaminasi,. Ratnya juga mengingatkan tingginya bahaya dioksin dari limbah plastic yang dibakar. Dirinya menyarankan, perlunya regulasi penggunaan bahan kertas untuk kantung belanjaan konsumen atau bahan lain seperti bio plastic yang cukup ramah lingkungan. (www.bandung.co.id)

http://www.koranglobal.com/article/berita/koran-pencemaran-lingkungan.html

Pencemaran Sungai Dikurangi dengan Memperketat AMDAL22 June 2011

Bengkulu Pengamat Lingkungan dari Universitas Prof Hazairin, Dr Henny Aprianty mengatakan, untuk mengurangi tingkat pencemaran sungai Air Bengkulu pemerintah hendaknya memperketat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam memberi izin operasi bagi perusahaan yang berpotensi mencemari lingkungan. Pemerintah harus benar-benar selektif memberi persetujuan AMDAL bagi perusahaan yang beroperasi di sepanjang DAS sungai Air Bengkulu karena pencemaran sungai tersebut sudah diambang batas yang ditetapkan sehingga harus dikurangi sebab sungai tersebut menjadi sumber air minum warga, ujar Henny, di Bengkulu, Rabu. Ia mengatakan,Sumber pencemaran Sungai Air Bengkulu antara lain berasal dari limbah pertambangan batu bara, limbah pabrik pengolahan karet remah, pabrik kelapa sawit, galian C, pertanian, perkebunan maupun limbah domestik. Pemerintah yang berwenang menangani Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Bengkulu hendaknya memperketat lagi izin AMDAL terutama untuk perusahaan pertambangan dan memberi sanksi tegas bagi perusahaan yang tidak menggunakan sistem pembuangan limbah, ujarnya. Menurut dia Sungai Air Bengkulu sangat penting terutama bagi masyarakat Kota Bengkulu yang merupakan sekitar 30-40 persen pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum dengan sumber air dari sungai tersebut. Sanksi tegas hingga pencabutan izin beroperasi sangat perlu dilakukan sebab jika tidak adanya tindakan tegas dari pemerintah maka selain berdampak pada kesehatan, sungai yang dahulunya merupakan tempat aktivitas masyarakat dan saat ini sebagai sumber air hanya akan menjadi kenangan saja, ujarnya. Sementara itu Kepala badan Lingkungan Kota Bengkulu, Fachriza razie mengatakan, berdasarkan penelitian yang mereka lakukan pada November 2010,tingkat kekeruhan sungai Air Bengkulu mencapai 421 sampai 1.500 NTU, sedangkan ambang batas yang ditetapkan sebanyak lima NTU. Adapun kandungan besi dalam air sungai tersebut juga telah melebihi ambang batas yakni sebesar 0,76 miligram per liter dari seharusnya tidak lebih dari 0,30 miligram per liter. Dari hasil pemantauan yang kami lakukan pada 2010, pencemaran Sungai Air Bengkulu sudah jauh melebihi ambang batas yang menunjukkan kualitas air sangat buruk sehingga tidak layak diminum, ujarnya.Sungai Air Bengkulu adalah sungai terbesar di Kota Bengkulu dengan panjang 51 km dan luas daerah tangkapan air 500,65 km2. Sungai tersebut mengalir dari bukit barisan melewati bagian utara Kota Bengkulu dan bermuara di Pasar Bengkulu di wilayah pantai Samudera Indonesia.

http://www.wartadunia.com/pencemaran-sungai-dikurangi-dengan-memperketat-amdal.html

Dede Yusuf Pemerintah Belum Mampu Tuntaskan Pencemaran Air07 Mar 2011

y

Ekonomi

y

Harian Ekonomi Neraca

Kondisi pencemaran lingkungan di Jabar semakin meningkat. Upaya mengatasinya sudah direalisasi sejak 2004melalui pembentukan regulasi dengan diterbitkannya Perda tentang Pencegahan Pencemaran Air. Namun itupun belum cukup, karena peran pemerintah belum mampu menuntaskanpencemaran air. Wagub Jabar, H. Dede Yusuf mengungkapkan itu kepada wartawan usai membuka dialog lingkungan hidup di Aula Gedung Sate Jl. Dipenogoro Kota Bandung, Kamis (3/3) lalu. Untuk merespon dan membuat solusi atas masalah tersebut, lanjut Wagub Dede Yusuf, sejak tahun 2005telah dibentuk Pengendali Manajer lingkungan, melalui kegiatan pelatihan sekarang sudah tercatat adanya 250 orang pengendali manajer lingkungan. Melalui kegiatan yang kontinyu serta melalui partisipasi dari negara luar yaitu Jepang melalui organisasi Ringkasan Artikel Ini Untuk merespon dan membuat solusi atas masalah tersebut, lanjut Wagub Dede Yusuf, sejak tahun 2005telah dibentuk Pengendali Manajer lingkungan, melalui kegiatan pelatihan sekarang sudah tercatat adanya 250 orang pengendali manajer lingkungan.y Harian Ekonomi Neraca

http://bataviase.co.id/node/592828

Pencemaran Air di Jakarta Pencemaran air di Jakarta Utara sudah sampai pada tahap cemar berat, mencapai 60 persen. Dari data itu kondisi air di Jakarta Utara yang masih baik hanya 7 persen saja, 7 persen cemar sedang, dan 27 persen cemar ringan. Di Jakarta Pusat, cemar berat 36 persen, 9 persen cemar sedang, 36 persen cemar ringan, baik 18 persen. Untuk Jakarta Barat, 7 persen cemar berat, 27 persen cemar sedang, 40 persen cemar ringan, dan 27 persen baik. Air di Jakarta Timur, 6 persen cemar berat, 12 persen cemar sedang, 53 persen cemar ringan, dan 29 persen baik. Sedangkan di Jakarta Selatan yang merupakan wilayah tangkapan air memiliki tingkat kecemaran air yang rendah. Cemar ringan ada 47 persen, cemar sedang 18 persen, dan 35 persen baik. Di Jakarta Selatan tidak ada yang cemar berat. Polusi air bersih karena nitrogen dan fosfor menelan kerugian US$4,3 miliar per tahunnya Polusi air bersih karena nitrogen dan fosfor menelan kerugian US$4,3 miliar per tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Kansas di AS menemukan bahwa polusi dari nitrogen dan fosfor ditanggung oleh negara dengan kerugian lebih dari US$4,3 miliar setahun. Para ilmuwan mengatakan bahwa itu berada di luar perkiraan, perhitungan itu berasal dari kontaminasi persediaan air bersih, tambahan dana untuk perawatan air, dan kehilangan pendapatan dari berkurangnya rekreasi. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB melaporkan bahwa akar masalah dari polusi ini adalah nitrogen dan fosfor sintetis (pupuk buatan) yang digunakan pada tanaman. Para Ilmuwan Universitas Kansas serta Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, kami berterima kasih atas informasi kuantitatif ini. Semoga kita juga memikirkan efek kimia ini bagi kesehatan semua makhluk dan mengganti secepatnya dengan penyembuhan melalui makanan nabati. KORAN ANAK INDONESIA, Yudhasmara Publisher http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2010/11/21/dampak-dan-pencegahan-pencemaran-air/

Dampak dan Pencegahan Pencemaran AirPencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Kemanfaatan terbesar danau, sungi, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Meskipun dunia penuh dengan air, hanya tiga persen itu minum. Termasuk dalam sumber 3% air minum adalah sungai, musim semi, sungai, danau, dan air terjun yang terus menerus terancam dan terkontaminasi oleh berbagai faktor yang menyebabkan pencemaran air. Jika sumber-sumber pencemaran air tidak dikendalikan, kebutuhan dasar ini pada akhirnya akan menjadi komoditi yang langka hanya beberapa mampu untuk memilik Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. email : [email protected] http://mediaanakindonesia.wordpress.com

Kabut Asap Sisa Kebakaran Hutan Masih Tampak10 July 2011

Dumai Kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan di Kota Dumai, Riau, hingga Minggu masih berlanjut. Dari pemantauan di lokasi, kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan pada pukul 06.00 WIB masih mengganggu jarak pandang di bawah lima ratus meter namun menjelang siang kabut asap terus menipis tersapu angin yang berhembus. Walau tipis kabut asap ini terasa sangat menganggu kegiatan masyarakat, kata Jhohanes, warga Jalan Semangka, Dumai. Kabut itu mengganggu pernafasan warga. Saya saja sekarang merasa sesak nafas. Biar nggak parah, saya kurangi kegiatan luar rumah, ujar Jhohanes. Sedangkan Irfan, warga Jalan Serai, mengatakan masih adanya kabut asap berarti masih terjadi kebakaran hutan dan lahan. Jika kebakaran hutan dan lahan masih marak, berarti pemerintah telah gagal dalam menjaga lingkungannya, kata dia. Sementara Kepala Bidang Kehutanan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Hadiono menguraikan saat ini di wilayahnya tidak lagi ditemukan titik api. Masih ada sisa kebakaran di Kecamatan Medang Kampai dan Sungai Sembilan, namun tak sehebat sebelumnya. Kabut asap di Dumai ini, kemungkinan disebabkan kebakaran lahan di luar Dumai, katanya.

http://www.wartadunia.com/kabut-asap-sisa-kebakaran-hutan-masih-tampak.html

Air Bengawan Solo Berbuih Kerena Pencemaran9 July 2011

Bojonegoro Permukaan air Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu tampak berbuih yang diperkirakan akibat pencemaran berbagai limbah dari daerah hulu, Jateng, termasuk dari daerah hilir Bojonegoro dan sekitarnya. Munculnya buih ini baru hari ini, kalau sehari yang lalu kondisi airnya jernih, kata seorang warga Kelurahan Karangpacar, Kecamatan Kota, Yarmanu (54), Sabtu. Ia yang sedang memancing dengan Susilo (34), warga Desa Ledokkulon, Kecamatan kota, mengatakan, dalam beberapa hari terakhir ini, warna air sungai terpanjang di Jawa itu, air Bengawan Solo di Bojonegoro, mulai berangsur-angsur jernih. Namun, lanjutnya, hanya dalam sehari, airnya berubah, tidak sebagaimana biasanya yaitu warna airnya menjadi keruh dan kecoklat-coklatan.Biasanya kalau begini, di daerah hulu hujan dan limbah pertanian masuk ke Bengawan Solo, sehingga menimbulkan buih, katanya memperkirakan. Hampir seluruh badan Bengawan Solo di Bojonegoro dan sekitarnya, dipenuhi buih yang terus berdatangan dari daerah hulu. Menurut Susilo, dalam kondisi seperti ini, biasanya berbagai aneka ikan Bengawan Solo, sulit didapat dengan cara dipancing. Ikan-ikan enggan, karena airnya tidak jernih, coba kalau jernih pasti ikannya mau makan, katanya menambahkan. Di Bojonegoro, air Bengawan Solo juga dimanfaatkan mandi sebagian warga setempat, selain juga dimanfaatkan untuk air minum warga melalui Instalasi Pengolah Air (IPA) milik PDAM di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk. Ditemui terpisah, Kepala Bagian Lingkungan Hidup (LH) Bojonegoro, Suharto menyatakan, pihaknya baru akan melakukan pemantauan kualitas air Bengawan Solo di Bojonegoro, September ini. Alasannya, sekarang ini, anggaran untuk melakukan uji kualitas air Bengawan Solo, masih dalam tahap pengajuan melalui Perubahan APBD. Pengujian sample air harus ke Surabaya dan membutuhkan biaya, katanya. Dalam menguji kualiatas air, biasanya dilakukan di tiga titik yaitu di wilayah barat di Kecamatan Padangan, tengah di Kecamatan Kota dan di wilayah timur di Kecamatan Baureno. Di Bojonegoro, limbah yang masuk ke Bengawan solo, selain limbah pertanian, domestik, juga limbah industri di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya pada musim kemarau, kadar BOD dan COD air Bengawan Solo di tiga titik tersebut, selalu di atas ambang batas yang diperbolehkan, katanya tanpa merinci ambang batas BOD dan COD yang normal.

http://www.wartadunia.com/air-bengawan-solo-berbuih-kerena-pencemaran.html

Danau Ranau Telah Aman dari Pencemaran Belerang25 June 2011

Liwa, Lampung Kawasan Danau Ranau terletak di Kecamatan Lumbok Seminung, Lampung Barat, dipastikan telah aman dari pencemaraan belerang. Kawasan Danau Ranau, kami pastikan aman dari pencemaran belerang, hal ini di buktikan dengan uji air danau dan hasilnya kadar air belerang danau tersebut stabil, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat, Nata Djudin Amran MM, di Liwa, Sabtu. Dia menjelaskan, sejak tercemarnya danau oleh belerang, petugas terus mengawasi setiap perubahan yang terjadi di danau tersebut. Nata menuturkan, petani ikan di harapkan waspada terhadap air belerang yang tiba tiba muncul dari tengah danau. Kami melakukan himbauan terhadap masyarakat yang berada di kawasan danau terutama yang memiliki keramba jaring apung maupun tancap, untuk melakukan tindakan saat air belerang itu mulai mencemari danau, kata dia. Kemudian Nata menyebutkan, tercemarnya Danau Ranau sebulan yang lalu, membuat petani ikan merugi hingga puluhan juta. Kawasan Danau Ranau yang terletak di Kecamatan Lumbok Seminung, Lampung Barat, memang menjadi langganan pencemaran akibat air belerang yang diduga berasal dari Gunung Seminung. Danau yang berada di bawah kaki gunung Seminung ini, mememiliki kadar belerang yang tinggi, sehingga saat belerang keluar dari tengah danau, dipastikan dapat mematikan ribuan ikan yang ada di perairan tersebut. Danau Ranau sendiri, menjadi salah satu lokasi yang dijadikan oleh masyarakat setempat untuk mengembangkan budidaya ikan melalui media keramba jaring apung (KJA) dan keramba jaring tancap (KJT), sebagai usaha utama masyarakat selain bertani. Bulan lalu karena tingginya kadar belerang di Danau Ranau, membuat ribuan ikan mati, bahkan Dinas Kelautan dan Perikanan setempat mencatat sedikitnya tujuh ton ikan mati akibat air belereng yang mencemari Danau Ranau. Uji coba dan pengawasan yang dilakukan di kawasan Danau Ranau terus di lakukan, bahkan data terakhir menunjukan kadar belerang di Danau Ranau relatif stabil, bahkan petugas menyatakan air Danau Ranau dinyatakan aman dari belerang. Hasil uji air danau menyebutkan suhu udara danau mencapai 30 derajat celcius, Alkalinitas 6,5, Amonium 0,05 Mg/L, PH 8, hasil uji tersebut memastikan bahwa kondisi Danau Ranau di level aman.

Sementara itu, petugas pemantau Danau Ranau, Taufik Suryadi menjelaskan, masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan terhadap air belerang. Air belerang akan keluar dengan tiba tiba di Danau Ranau, sehingga masyarkat di tuntut mewaspadai fenomena alam yang terjadi, sehingga dampak dari pencemaran belerang di Danau Ranau dapat di tekan sekecil mungkin, kata dia. Dia menjelaskan, petugas terus melakukan uji air di danau, sehingga kadar belerang Danau Ranau dapat terpantau. Menurut dia, masyarakat dapat menghindari kawasan budidaya yang berada di tengah danau, sebab di kawasan tersebut rentan terhadap pencemaran belerang. Kami menghimbau bagi masyarakat yang memiliki media keramba jaring apung, agar menjauh dari lokasi belerang, sehingga kematian ikan akibat pencemaran dapat ditekan sekecil mungkin, katanya. (ANT049/K004)

http://www.wartadunia.com/danau-ranau-telah-aman-dari-pencemaran-belerang.html

Pencemaran Laut Timor Versus Teluk MeksikoKupang (ANTARA News) - Isu mengenai pencemaran Teluk Meksiko menyusul meledaknya sebuah anjungan minyak milik Trans Ocean Ltd, di bawah kontrak British Petroleum pada Kamis 22 April lalu menggemparkan dunia, karena tidak kurang dari Presiden Barack Obama, menyatakan kepeduliannya. Ledakan anjungan minyak sekitar 80 kilometer dari Pantai Louisiana itu, saban hari memompa minyak mentah 8.000 barel atau setara dengan 336.000 galon minyak ke perairan di sekitarnya. Kebakaran anjungan minyak itu, menyebabkan sejumlah pekerja hilang dan luka-luka setelah berupaya melompat dari ketinggian 100 meter ke laut untuk menyelamatkan diri. Peristiwa itu menarik perhatian dunia dan media barat memberikan porsi khusus untuk liputan tragedi, sekaligus menggambarkan bahwa kebakaran anjungan minyak disertai pencemaran Teluk Meksiko, adalah sesuatu yang sangat serius bagi lingkungan dan karena itu, patut mendapat perhatian. Koran-koran besar di seluruh dunia dan jaringan televisi internasional melaporkan insiden tersebut. Di Indonesia, tidak kurang dari Harian Kompas memuat berita dan foto kebakaran dan pencemaran tersebut pada halaman internasional. Apakah perhatian masyarakat dunia terhadap meledaknya kilang di Teluk Meksiko itu, sebanding dengan peristiwa serupa ketika kilang minyak Montara milik Australia yang bocor di Celah Timor pada Agustus 2009 dan kemudian mencemari Laut Timor hingga ke perairan selatan Indonesia, terutama di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ? Ketua Yayasan Peduli Timor Barat Ferdy Tanoni menilai reaksi pemerintah Indonesia sangat lamban, padahal menyangkut kehidupan ribuan petani dan nelayan di pantai selatan Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Rote Ndao, Sabu Raijua dan Pulau Sumba.

TNI Angkatan Laut akhirnya melakukan pemantauan di wilayah selatan Pulau Rote, namun tidak menggunakan teknologi yang bisa mengukur apakah benar, Laut Timor tercemar hingga ke wilayah perairan Indonesia atau tidak. Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA/Australian Maritime Safety Authority) mengakui adanya pencemaran itu. AMSA kemudian melakukan tindakan penyelamatan dengan menyemprotkan sejenis cairan yang disebut dispersant untuk menenggelamkan gumpalan minyak mentah di permukaan ke dasar laut. Tindakan itu, mendapat protes dari sejumlah pejabat di NTT, karena menenggelamkan gumpalan minyak ke dasar laut, tetap saja mengancam biota laut dan keseimbangan ekosistem. Kekhawatiran itu, datang dari Ketua DPRD NTT Ibrahim Agustinus Medah dan Bupati Kabupaten Rote Ndao Lens Haning. Alasan kedua pejabat itu senada yakni gumpalan minyak mentah yang ditenggelamkan ke dasar laut, terseret arus di dasar samudra ke wilayah perarian Indonesia. Benar saja kekhawatiran itu, karena terbukti para nelayan di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Sabu Raijua, menemukan cairan pekat menempel pada rumput laut yang mereka budidayakan, bahkan menjadi sandaran untuk menghidupi keluarga. Sampai kini, pantai-pantai di Rote Ndao dan Sabu Raijua, belum steril dari minyak mentah, sehingga rumput laut yang dibudidayakan tak tumbuh normal dan berproduksi maksimal. http://www.antaranews.com/berita/1273205116/pencemaran-laut-timor-versus-teluk-meksiko

ULASAN Inilah masalah lingkungan hidup yang di alami manusia

Penebangan hutan Kawasan hutan merupakan bidang utama keanekaragaman hayati, hutan juga menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Tapi laju penebangan hutan secara global bisa mencapai sekitar 32 juta hektar per tahun. Selain itu, kekeringan yang disebabkan oleh pemanasan global dapat memperburuk situasi hutan di beberapa daerah. Efek Rumah Kaca Industri peternakan merupakan penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar, yaitu 18%. Jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia yaitu 13%. Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9% karbon dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2), 65% dinitrogen oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64% amonia penyebab hujan asam Pencemaran air Dua per tiga dari planet bumi ditutupi dengan permukaan air. Bila air tercemar, tentu saja dapat menyebabkan makhluk hidup di bumi tidak bisa hidup. Dampak pemanasan global juga mengubah pola ketersediaan air untuk minum dan pertanian. Penumpukan gas rumah kaca di atmosfer Karbon dioksida dan gas penangkap panas lainnya adalah polutan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca. Banyaknya gas buangan pabrik dan kendaraan akan memperbanyak jumlah emisi gas rumah kaca ini.

Pencegahan 5R itu Reduce, Reuse, Recycle, Recharge dan Recovery. Dua yang terakhir adalah usaha pemulihan, misalnya dengan pembuatan lubang biopori dan sumur resapan. Sedangkan contoh recycle yaitu dengan memanfaatkan air mandi untuk menyiram tanaman atau nyuci kendaraan.