23
Skenario 2 ANYANG-ANYANGAN Mh, wanita usia 23 tahun datang ke dokter Puskesmas dengan keluhan disuria dan polakisuria. Keluhan ini dirasakan sejak dua hari yang lalu. Pemeriksaan fisik: Kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 24x/menit, frekuensi nadi 80x/menit, suhu 37 o C Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal Pemeriksaan abdomen: nyeri tekan supra simpisis (+) Pemeriksaan laboratorium: Darah: Hb 12 gr/dL, Ht 38%, leukosit 10.000/μL, trombosit 200.000/μL Urin: pH 6.5, BJ 1.020, protein (+), eritrosit 2-4/LPB, leukosit 15-30/LPB, bakteri (+++), nitrit (+) Dokter menyimpulkan bawha Mh menderita infeksi saluran kemih dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.

PBL skenario 2 urin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PBL skenario 2 urin

Skenario 2

ANYANG-ANYANGAN

Mh, wanita usia 23 tahun datang ke dokter Puskesmas dengan keluhan disuria dan polakisuria. Keluhan ini dirasakan sejak dua hari yang lalu.Pemeriksaan fisik:

Kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 24x/menit, frekuensi nadi 80x/menit, suhu 37oC

Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal Pemeriksaan abdomen: nyeri tekan supra simpisis (+)

Pemeriksaan laboratorium: Darah: Hb 12 gr/dL, Ht 38%, leukosit 10.000/ L, trombosit 200.000/ Lμ μ Urin: pH 6.5, BJ 1.020, protein (+), eritrosit 2-4/LPB, leukosit 15-30/LPB, bakteri (++

+), nitrit (+)Dokter menyimpulkan bawha Mh menderita infeksi saluran kemih dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.

Page 2: PBL skenario 2 urin

Step 1clarify unfamiliar terms

Disuria : miksi yang sedikit disertai dengan rasa nyeri.

Polakisuria : frekuensi miksi yang meningkat.

Supra simpisis : daerah di atas simpisis pubis.

1

Page 3: PBL skenario 2 urin

Step 2define problems

1. Mengapa jumlah eritrosit dan leukosit dalam urin tidak normal?

2. Mengapa ditemukan bakteri di dalam urin?

3. Mengapa pasien merasakan nyeri pada saat miksi dan urinnya juga sedikit?

4. Bakteri apa yang mungkin menyebabkan infeksi pada kasus ini?

5. Apa saja faktor predisposisi ISK?

6. Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan urin?

7. Mengapa pasien merasa nyeri tekan supra simpisis pada pemeriksaan abdomen?

2

Page 4: PBL skenario 2 urin

Step 3brainstorm possible explanations for the problems

1. Eritrosit meningkat karna adanya kerusakan endotel pada saluran kemih, sedangkan jumlah leukosit yang meningkat disebabkan karena adanya infeksi pada saluran kemih.

2. Karena adanya infeksi pada saluran kemih.

3. Infeksi pada saluran kemih dapat menyebabkan reaksi inflamasi. Reaksi ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan urin yang dikeluarkan sedikit.

4. Eschericia coli, Klebsiella sp, Proteus sp.

5. Kehamilan, kateterisasi, hubungan sexual, anak laki-laki yang tidak disirkumsisi, sanitasi, usia.

6. * Untuk mengetahui jenis bakteri penyebab ISK.* Untuk memberikan terapi yang tepat.

7. Karena vesica urinaria-nya mengalami infeksi.

3

Page 5: PBL skenario 2 urin

Step 4arrange explanation into a tentative solution or hypothesis

Pasien mengalami ISK akibat infeksi oleh bakteri seperti Escherichia coli, Klebsiella sp, atau Proteus. Bakteri ini menyebabkan inflamasi pada saluran kemih dan menimbulkan manifestasi klinis yang dapat berupa nyeri pada saat miksi dan jumlah urine yang sedikit.

Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan nyeri tekan suprasimpisis karena vesica urinaria mengalami infeksi dan inflamasi. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium urine didapatkan jumlah leukosit dan eritrosit yang meningkat dalam urine. Pemeriksaan urine ini bertujuan untuk mengetahui bakteri penyebab dan memberikan terapi yang tepat.

Adapun faktor predisposisi ISK antara lain kehamilan, kateterisasi, hubungan sexual, anak laki-laki yang tak disirkumsisi, sanitasi, dan usia.

4

Page 6: PBL skenario 2 urin

Step 5define learning objectives

1 Memahami dan menjelaskan anatomi vesica urinaria dan urethra1.1 Menjelaskan anatomi vesica urinaria dan urethra1.2 Menjelaskan anatomi vesica urinaria dan urethra

2 Memahami dan mejelaskan fisiologi proses berkemih (miksi)

3 Memahami dan menjelaskan infeksi saluran kemih (ISK)3.1 Menjelaskan klasifikasi ISK3.2 Menjelaskan etiologi ISK3.3 Menjelaskan faktor predisposisi ISK3.4 Menjelaskan patogenesis ISK3.5 Menjelaskan manifestasi klinis ISK

4 Memahami dan menjelaskan diagnosis ISK4.1 Menjelaskan pemeriksaan penunjang4.2 Menjelaskan komplikasi ISK4.3 Menjelaskan prognosis ISK

5 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan ISK5.1 Menjelaskan terapi farmakologis5.2 Menjelaskan pencegahan

5

Page 7: PBL skenario 2 urin

Step 6gathering information and individual stu

6

Page 8: PBL skenario 2 urin

Step 7

1. ANATOMI MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK VESICA URINARIA DAN URETHRA1.1 ANATOMI MAKROSKOPIK VESICA URINARIA DAN URETHRA

a. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria cukup baik untuk menyimpan urine. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin di dalamnya. Vesica urinaria yang kosong pada dewasa seluruhnya terletak di dalam pelvis; bila vesica urinaria terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastricum. Pada anak kecil, vesica urinaria yang kosong menonjol di atas apertura pelvis superior; kemudian bila cavitas melebar, vesica urinaria terbenam di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang dewasa.

Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum.

Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphysis pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum umbilicale medianum (sisa urachus).

Basis, atau facies posterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra. Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies posterior vesicae diliputi peritoneum, yang membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula seminalis, dan fascia rectovesicalis.

Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum atau colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong, facies superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis. Peritoneum yang meliputinya terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen sehingga vesica urinaria berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen.

Facies inferolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan pubis. Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan musculus obturatorius internus dan di bawah dengan musculus levator ani.

Collum vesicae berada di inferior dan terletak pada superior prostatae. Di sini, serabut otot polos dinding vesica urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostata. Collum vesicae dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan ligamentum pubovesicale pada perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan penebalan fascia pelvis.

Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area tunica mucosa yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum vesicae Liutaudi. Di sini, tunica mucosa selalu licin,

7

Page 9: PBL skenario 2 urin

walaupun dalam keadaan kosong karena membrana mucosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya.

Trigonum vesicae dibatasi di sebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ureter yang lain dan disebut sebagai plica interureterica. Uvula vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang ostium urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang ada di bawahnya.

Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapisan yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae.

▲Gambar 1-1. Vesica urinaria dan prostata, dilihat dari ventral

Vaskularisasi Vesica Urinaria Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang arteria iliaca interna. Venae membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan

plexus venosus prostaticus; dan bermuara ke vena iliaca interna.

Persarafan Vesica UrinariaPersarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut postganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis I dan II lalu berjalan turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvici berasal dari nervus sacrales II, III, dan IV, berjalan melalui plexus hypogastricus menuju ke dinding vesica urinaria, di tempat ini serabut tersebut bersinaps dengan neuron postganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatis melalui plexus hypogastricus dan masuk ke medulla spinalis segmen lumbalis I dan II.

Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatis

8

Page 10: PBL skenario 2 urin

merangsang kontraksi musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter vesicae.

▲Gambar 1-2. Vesica urinaria dan prostata, dilihat dari dorsal

b. Urethra Urethra masculina

Urethra masculina panjangnya sekitar 15-20 cm dan terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethra externum pada glans penis. Urethra masculina dibagi menjadi tiga bagian: (1) pars prostatica, (2) pars membranacea, dan (3) pars spongiosa.

Urethra pars prostatica panjangnya 3 cm dan berjalan melalui prostat dari basis sampai apexnya. Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan yang paling dapat dilebarkan dari urethra. Pada bagian ini

bermuara ductus ejaculatorius dan saluran keluar kelenjar prostat.

9

Page 11: PBL skenario 2 urin

Urethra pars membranacea panjangnya sekitar 1,25 cm, terletak di dalam diaphragma urogenitale, dan dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian ini merupakan bagian urethra yang paling tidak bisa dilebarkan.

Urethra pars spongiosa panjangnya sekitar 15,75 cm dan dibungkus di dalam bulbus dan corpus spongiosum penis. Ostium urethrae externum merupakan bagian yang tersempit dari seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk fossa navicularis (fossa terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra pars spongiosa distal dari diaphragma urogenitale.

Urethra femininaPanjang urethra feminina + 3,8 cm. Urethra terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm distal dari clitoris. Urethra menembus musculus sphinter urethrae dan terletak tepat di depan vagina. Di samping ostium urethrae externum, terdapat muara kecil dari ductus glandula paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.

▲Gambar 1-4. Urethra feminina

Vaskularisasi UrethraArteria dorsalis penis dan arteria bulbourethralis yang merupakan cabang dari arteria pudenda interna.

Persarafan UrethraPersarafan urethra diurus oleh nervus dorsalis penis yang merupakan cabang-cabang dari nervus pudendus.

1.2 ANATOMI MIKROSKOPIK VESIKA URINARIA DAN URETHRAa. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)

Penampilan irisan kandung kemih mirip ureter. Epitel transisionalnya lebih tebal, terdiri atas 6-8 lapis sel pada kandung kemih kosong, dan hanya setebal 2-3 lapis kandung kemih terisi penuh. Di bawah epitel terdapat muskularis mukosa yang tidak utuh yang dibentuk oleh serat-serat otot kecil yang tidak beraturan,

10

▲Gambar 1-3. Urethra masculina; pars prostatica, pars membranacea, pars cavernosa

Page 12: PBL skenario 2 urin

dengan banyak serat saraf. Lamina proprianya tebal dengan lapis luar yang longgar, kadang disebut submukosa, yang memungkinkan mukosa ini berlipat

pada kandung kemih kosong.Tebal tunika muskularis

sedang saja dan terdiri atas tiga lapisan: (1) lapisan dalam yang longitudinal, (2) lapisan tengah yang sirkular, dan (3) lapisan luar yang longitudinal. Lapisan sirkular tengah paling mencolok dan membentuk sfingter tebal sekitar muara urethra dalam dan tidak begitu tebal sekitar muara ureter. Lapisan adventisia terdiri atas jaringan fibro-elastis, hanya permukaan superior kandung kemih saja yang ditutupi peritoneum secara longgar.

b. Urethra Urethra masculina

Panjang urethra pria antara 15-20 cm dan untuk keperluan deskriptif dibagi dalam tiga bagian (seperti yang telah dijelaskan pada bagian 1.1.a).

Epitel pembatas urethra pars prostatica ialah epitel transisional, tetapi pada bagian lain berubah menjadi epitel berlapis/bertingkat silindris, dengan bercak-bercak epitel berlapis gepeng. Ujung urethra bagian penis yang melebar (fossa navicularis) dibatasi epitel berlapis gepeng, terdapat sedikit sel goblet penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibro-elastis longgar. Membran mukosa tidak beraturan, dengan lekukan atau sumur kecil-kecil yang meluas ke dalam membentuk kelenjar tubular (Littre) yang bercabang. Kelenjar ini lebih banyak pada permukaan dorsal urethra dan tersusun serong dengan bagian dasar tersusun proximal terhadap muaranya. Kelenjar ini dibatasi epitel serupa dengan yang membatasi urethra dan menghasilkan mukus.

Urethra femininaUrethra pada wanita jauh lebih pendek daripada urethra pria. Muskularis terdiri atas dua lapisan otot polos tersusun serupa dengan yang ada pada ureter, tetapi diperkuat sfingter otot pada muaranya. Epitel pembatasnya terutama epitel berlapis gepeng, dengan bercak-bercak epitel bertingkat silindris. Juga terdapat penonjolan berupa kelenjar, serupa kelenjar Littre pada pria. Lamina proprianya merupakan jaringan ikat fibrosa longgar yang ditandai dengan banyaknya sinus venosus mirip jaringan cavernosa.

11

◄Gambar 1-5. Vesica urinaria; epitel transisional (TE), lapisan otot longitudinal dalam (IL), lapisan otot sirkular tengah (MC), lapisan otot longitudinal luar (OT)

Page 13: PBL skenario 2 urin

2. FISIOLOGI PROSES BERKEMIH (MIKSI)Miksi merupakan suatu kerja refleks yang pada dewasa normal dikendalikan oleh pusat yang lebih tinggi di otak. Refleks ini mulai bila volume urine mencapai + 300 ml. Reseptor regangan di dalam dinding vesica urinaria terangsang dan impuls tersebut diteruskan ke susunan saraf pusat, dan orang itu mempunyai kesadaran untuk miksi. Sebagian besar impuls naik ke atas nervi melalui nervi splanchnici pelvici dan masuk ke medulla spinalis segmen sacralis II, III, dan IV medulla spinalis. Sebagian impuls aferen berjalan bersama dengan saraf simpatis yang membentuk plexus hypogastricus dan masuk segmen lumbalis I dan II medulla spinalis.

Impuls eferen parasimpatis meninggalkan medulla spinalis dari segmen sacralis II, III, dan IV lalu berjalan melalui serabut preganglionik parasimpatis dengan perantaraan nervi splanchnici pelvici dan plexus hypogastricus inferior ke dinding vesica urinaria, tempat saraf-saraf tersebut bersinaps dengan neuron postganglionik. Melalui lintasan saraf ini, otot polos dinding vesica urinaria (musculus detrusor vesicae) berkontraksi dan musculus sphincter vesicae dibuat relaksasi. Impuls eferen juga berjalan ke musculus sphincter urethrae melalui nervus pudendus (SII, III, dan IV), dan menyebabkan relaksasi. Bila urine masuk ke urethra, impuls aferen tambahan berjalan ke medulla spinalis dari urethra dan memperkat refleks. Miksi dapat dibantu oleh kontraksi otot abdomen dan meningkatkan tekanan intraabdominal dan tekanan pelvicus sehingga timbul tekanan dari luar oada dinding vesica urinaria.

Pada anak kecil, miksi merupakan refleks sederhana dan terjadi bila vesica urinaria mengalami peregangan hebat. Pada orang dewasa, refleks regangan sederhana ini dihambat oleh aktivitas cortex cerebri sampai waktu dan tempat untuk miksi tersedia. Serabut inhibitor berjalan ke bawah bersama tractus corticospinalis menuju segmen sacralis II, III, dan IV medulla spinalis. Kontraksi musculus sphincter urethrae yang menutup urethra dapat dikendalikan secara volunter; dan aktivitas ini dibantu oleh musculus sphinter vesicae yang menekan collum vesicae.

Pengendalian miksi secara volunter normalnya berkembang pada tahun pertama dan kedua kehidupan.

12

Page 14: PBL skenario 2 urin

▲Gambar 2-1. Sistem saraf yang mengatur vesica urinaria dan urethra

3. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)3.1 KLASIFIKASI ISK

Infeksi saluran kemih/infeksi traktus urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa memandang usia, terutama perempuan. Secara mikrobiologi, ISK dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 105/ml pada urine pancaran tengah yang dikumpulkan dengan cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya berupa kolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatik dari struktur-struktur traktus urinarius.

ISK umumnya dibagi dalam dua subkategori besar: UTI bagian bawah (uretritis, sistitis, prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis akut (infeksi vesika urinaria) dan pielonefritis akut (infeksi pelvis dan intrestitium ginjal) merupakan infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbiditas, tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif. Pielonefritis kronik (PN) adalah cedera ginjal progresif yang menunjukkan pembentukan jaringan parut parenkimal ada pemeriksaa IVP, disebabkan oleh infeksi berulang atau infeksi yang menetap pada ginjal. Akhir-akhir ini, beberapa bukti menunjukkan bahwa pielonefritis kronik terjadi pada pasien ISK dengan kelainan anatomi, terutama pada saluran kemih, seperti refluks vesikoureter (VUR), obstruksi, batu, atau neurogenik vesica urinaria (Kunin, 1997; Rose Rennke, 1994).

Diperkirakan bahwa kerusakan ginjal pada pielonefritis kronik yang juga disebut nefropati refluks, diakibatkan oleh refluks urine terinfeksi ke dalam ureter yang kemudian masuk ke dalam parenkim ginjal (refluks intrarenal). Pielonefritis kronik akibat VUR adalah penyebab utama gagal ginjal tahap akhir pada anak-anak, dan secara teoritis dapat dicegah dengan mengendalikan ISK dan memperbaiki kelainan struktural dari saluran kemih yang menyebabkan obstruksi. Sayangnya, VUR mungkin tidak ditemukan pada masa kanak-kanak, dan kerusakan ginjal yang progresif dapat tidak diketahui sampai timbul gejala dan tanda ESRD (seperti diabetes melitus tipe 2 dan SLE) pada masa dewasa.

3.2 ETIOLOGI ISKOrganisme penyebab infeksi pada saluran kemih yang tersering adalah Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80% kasus. Escherichia coli merupakan flora normal (FN) pada kolon. Organisme lain yang dapat menimbulkan infeksi adalah golongan Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dan Pseudomonas. Organisme gram positif kurang berperan dalam ISK, kecuali Staphylococcus saprophyticus, yang menyebabkan 10-15% ISK pada perempuan muda. Pada wanita yang dirawat di rumah sakit, dan mungkin menggunakan kateter, maka dapat ditemukan bakteri lain seperti Serratia morcecen, Candida albicans, dan biasanya merupakan infeksi nosokomial.

3.3 FAKTOR PREDISPOSISI ISKFaktor predisposisi dalam perkembangan infeksi saluran kemih dan pielonefritis kronik antara lain: obstruksi aliran urine (misal batu, penyakit prostat) perempuan umur yang sudah lanjut kehamilan

13

Page 15: PBL skenario 2 urin

refluks vesikoureter (VUR) peralatan kedokteran (terutama kateter menetap) kebiasaan menahan kencing kelainan anatomi urethra atau vesica urinaria vesica urinaria neurogenik. penyalahgunaan analgesik secara kronik penyakit ginjal penyakit metabolik (diabetes, gout, batu urine)

3.4 PATOGENESIS ISKPada kebanyakan kasus, organisme tersebut dapat mencapai vesica urinaria melalui urethra. Infeksi dimulai sebagai sistitis, dapat terbatas di vesica urinaria saja atau dapat pula merambat ke atas melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme juga dapat sampai di ginjal melalui aliran darah (hematogen) atau aliran getah bening, tetapi cara ini dianggap jarang terjadi. Vesica urinaria dan bagian atas urethra biasanya steril, meskipun bakteri dapat ditemukan di bagian bawah urethra. Tekanan dari aliran urine menyebabkan saluran kemih normal mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sempat menyerang mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja antibakteri yang dimiliki oleh mukosa urethra, sifat bakterisidal dari cairan prostat pada laki-laki, dan sifat fagositik epitel vesica urinaria. Meskipun terdapat mekanisme pertahanan seperti itu, infeksi tetap mungkin terjadi dan kemungkinan ini berkaitan dengan faktor predisposisi.

3.5 MANIFESTASI KLINIS ISKGejala dan tanda infeksi saluran kemih atas, seperti pyelonefritis, dapat berupa demam, menggigil, malaise umum, anoreksia, mual, muntah, dan nyeri/rasa sakit pada pinggul atau sudut costovertebra.

Sedangkan gejala dan tanda infeksi saluran kemih bawah, seperti sistitis, yang klasik adalah disuria, frekuensi/sering berkemih, urgensi (kadang-kadang ada inkontinensia ringan), nokturia (sering kencing di malam hari), nyeri suprasimpisis, nyeri pada pinggul bawah, peranakan terasa turun atau turun berok, dan hematuria pada akhir berkemih (urin merah).

Gejala dan tanda di atas ditemukan pada ISK simtomatik, tetapi banyak pula ditemukan ISK yang tidak memperlihatkan gejala (bakteriuria asimtomatik). Pada wanita hamil dengan ISK asimtomatik, sering dapat menjadi ISK simtomatik seperti sistitis atau pyelonefritis. Bila hal ini terjadi, dapat menimbulkan kejadian abortus atau partus prematurus.

4. DIAGNOSIS ISK4.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang sangat dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis ISK, terlebih jika gejala dan tanda infeksi yang timbul tidak lengkap atau bahkan tidak ada. Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan pada gejala serta kelainan-kelainan yang mungkin menjadi faktor risiko, sedangkan pemeriksaan penunjang bertujuan untuk memastikan ISK serta jenis bakteri yang menyebabkannya serta faktor resistensi bakteri tersebut. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: Pemeriksaan urin (urinalisis)

14

Page 16: PBL skenario 2 urin

Urinalisis merupakan tes yang mengevaluasi sampel urin, yang bertujuan untuk mendeteksi kelainan pada traktus urinarius, kelainan ginjal, dan diabetes. Pada pemeriksaan urin rutin, jika ditemukan leukosit yang jumlahnya >10/LPB (lapangan pandang besar) dengan mikroskop, maka hal ini merupakan tanda tidak normal. Piuria merupakan tanda yang penting pada ISK. Oleh karena itu, leukosit >10 kemungkinan besar menandakan adanya ISK.

Pemeriksaan urin dengan tes dipstik plastik (contoh tes nitrit) bila positif menandakan adanya bakteri di dalam urin. Perhitungan jumlah bakteri dari sediaan langsung urine (tanpa pusingan/sentrifuge) dan diwarnai dengan pewarnaan Gram, bila ditemukan 1 bakteri saja pada pemeriksaan dengan mikroskop maka hal ini menunjukkan adanya bakteriuria sekitar 88% secara kultur.

Kultur urin dan biakan kumanSetelah pemeriksaan screening di atas dilakukan, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur atau biakan kuman yang berguna untuk memastikan adanya bakteriuria, jenis kuman, dan sekaligus tes kepekaan kuman terhadap antibiotika.

Pemeriksaan sistoskopiPemeriksaan ini bertujuan untuk menyatakan adanya leukosit dan hematuria karena adanya tumor buli-buli, sekaligus untuk melihat adanya tanda-tanda radang akut atau kronik dari saluran kemih; juga dapat melihat kemungkinan adanya polip, divertikal yang sangat erat hubungannya dengan kejadian ISK.

Pemeriksaan ultrasonografiPemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui adanya pembesaran ginjal, bendungan karena kelainan bentuk, serta massa atau pun batu.

Pemeriksaan pyelografiPemeriksaan ini untuk melihat bentuk ginjal, fungsi ekskresi, keadaan ureter, batu ureter, atau buli-buli, dan sebagainya.

4.2 KOMPLIKASI ISKPenatalaksanaan ISK yang baik dan benar sangat jarang menimbulkan komplikasi. Namun, jika ISK dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat, maka ISK dapat menjadi lebih serius dan menyebabkan beberapa gejala yang sangat tidak nyaman.

ISK yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal ginjal akut/kronik (akibat pyelonefritis), yang dapat merusak ginjal secara permanen. Anak-anak dan orang tua merupakan usia yang berisiko tinggi mengalami kerusakan ginjal akibat ISK karena gejala yang ditimbulkannya sering diabaikan atau disalah-artikan akibat adanya kondisi lain. Wanita hamil dengan ISK juga berisiko mengalami abortus atau kelahiran bayi prematur.

4.3 PROGNOSIS ISKPada pengobatan yang baik, hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 24-48 jam dengan menurunnya atau hilangnya gejala dan tanda, serta sterilnya urin.

5. PENATALAKSANAAN ISK

15

Page 17: PBL skenario 2 urin

5.1 TERAPI FARMAKOLOGISTujuan pengobatan ISK adalah untuk menurunkan gejala, morbiditas, menghilangkan bakteri penyebab, dan mencegah rekurensi serta terjadinya perubahan sekunder abnormalitas fungsi ginjal dan kerusakan struktur saluran kemih.

Pada kasus asimtomatik, bakteriuria pada anak-anak dan wanita hamil diterapi dengan antibiotik selama 3 hari (ada juga yang menganjurkan hingga 5-7 hari). Dua minggu kemudian, sesudah pengobatan, pemeriksaan kultur urine harus dilakukan kembali untuk memastikan apakah urine sudah steril atau masih terdapat bakteri. Pemberian antibiotik pada anak-anak dan wanita hamil ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi selama masa kehamilan dan kemungkinan terjadinya kerusakan saluran kemih pada anak-anak setelah mereka dewasa. Pada wanita yang tidak hamil—yang menderita ISK asimtomatik, juga yang sedang dirawat di rumah sakit/oleh orang tua—tidak diberikan pengobatan dengan antibiotik karena dapat menyebabkan meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik; pengobatan cukup dengan berkemih normal dan periodik.

Pada bakteriuria simtomatik seperti sistitis akut, perlu diberikan antibiotika selama 3 hari, jika perlu hingga 7-10 hari. Pada pengobatan yang baik, hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 24-48 jam dengan menurunnya atau hilangnya gejala dan tanda, serta sterilnya urin. Umumnya, semua antibiotik dapat digunakan dan biasanya ditujukan untuk infeksi yang terutama disebabkan oleh E. Coli; bila perbaikan tidak terjadi pasca-terapi, pengobatan disesuaikan dengan hasil kultur dan tes kepekaan kuman. Untuk mengurangi rasa nyeri atau sakit, dapat pula diberikan obat analgesik.

Pada ISK yang lebih tinggi, seperti pyelonefritis, penderita harus dirawat, diberi cairan yang cukup, antibiotik, dan semua obat diberikan secara parenteral. Pengobatan yang diberikan dengan cara ini merupakan pengobatan pada ISK tanpa penyulit. Pada penderita ISK dengan penyulit, selain pemberian antibiotik, juga perlu diperhatikan penatalaksanaan penyulit-penyulit tersebut sehingga infeksi tidak dapat berulang atau menjadi lebih berat.

Pemberian antibiotik selalu berdasarkan jenis kuman penyebabnya, serta tes kepekaan kuman terhadap antibiotik. Banyak antibiotik yang dapat digunakan seperti preparat golongan sulfa, penicillin, aminoglikosida, tetrasiklin, nitrofurantoin, asam nalidik, dan golongan antibiotik lainnya. Perlu diperhatikan bahwa beberapa antibiotik tidak boleh dipergunakan selama masa kehamilan karena dapat menyebabkan toksik pada janin, seperti nitrofurantoin, asam nalidik, dan tetrasiklin.

5.2 PENCEGAHANBerikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ISK: Asupan cairan yang banyak, terutama air. Meminum air yang banyak dapat

membantu mencegah ISK dengan cara sering berkemih sehingga urine dapat mendorong bakteri keluar dari traktus urinarius.

Basuh alat pengeluaran urin dari depan ke belakang. Melakukan hal ini setelah berkemih dapat mencegah bakteri di daerah anal menyebar ke daerah vagina dan urethra.

Kosongkan kandung kemih sesegera mungkin setelah intercourse (hubungan seksual).

Hindari penggunaan produk kewanitaan yang dapat menimbulkan iritasi. Penggunaan deodorant sprays (deodoran semprot) atau produk kewanitaan lainnya di daerah genital dapat menyebabkan iritasi pada urethra.

16

Page 18: PBL skenario 2 urin

* * *

17

Page 19: PBL skenario 2 urin

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC

Gartner, Leslie P. & James L. Hiatt. 2007. Color Atlas of Histology, Fourth Edition. Baltimore, Maryland: Lippincott Williams & Wilkins

Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI

Junizaf. 2009. Buku Ajar Uroginekologi. Jakarta: FKUI

Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi, Edisi V. Jakarta: EGC

Mayo Clinic Staff. 2009. Urinary Tract Infection (UTI). http://mayoclinic.com/health/urinary-tract-infection/DS00286/

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC

Putz, Reinhard & Reinhard Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2 Edisi 22. Jakarta: EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

Syam, Edward & Inmar Raden. 2009. Bahan Kuliah Anatomi Sistem Urinarius. Jakarta: FK YARSI

18