Upload
andri-adi-mustika
View
149
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas : Kelompok M.K : Bioetika Pendidikan Biologi
OPERASI KELAMIN (TRASGENDER DAN TRANSSEKSUAL)
“Ditinjau dari Pandangan Agama, Norma Adat Masyarakat, dan Hukum Negara”
Oleh : KELOMP
OLEH:
NINING HASNIATY
DIAN SAFITRI
SYAMSIARA NUR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011
A. Sekilas tentang transseksual dengan operasi ganti kelamin
Jenis kelamin merupakan identitas penting yang menentukan faktor biologis,
psikologis dan sosial seseorang. Setiap orang dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan.
Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut juga
sebagai gejala transseksualisme ataupun transgender merupakan suatu gejala
ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik
dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang
dimilikinya. Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku,
bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin (Sex Reassignment Surgery).
Dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) – III, penyimpangan ini
disebut sebagai juga gender dysporia syndrome. Penyimpangan ini terbagi lagi menjadi
beberapa subtipe meliputi transseksual, a-seksual, homoseksual, dan
heteroseksual.Transseksualitas adalah kondisi seseorang memiliki seks yang berbeda dengan
ketika mereka lahir. Operasi ganti kelamin adalah istilah untuk prosedur perubahan fisik dan
fungsi seksual seseorang. Operasi ini meliputi rekonstruksi genital. Operasi ini dikenal di
negara-negara Barat pada abad ke-20 karena revolusi seksual, banyak dianggap tabu dan tetap
menjadi topik kontroversial.
Operasi ganti kelamin dari pria menjadi wanita di zaman modern dilakukan pertama
kali pada seorang warga Amerika Serikat. Dia adalah seorang prajurit Angkatan Darat AS
bernama George (kemudian menjadi Christine) Jorgensen (1926-1989). Operasi tersebut
dilakukan di Denmark pada tahun 1952 dengan mengangkat organ kelamin pria Jorgensen.
Setelah melalui proses penyembuhan lama, seluruh rangkaian operasi selesai tahun 1954.
Operasi serupa bagi kaum trans-seksual di Indonesia dilakukan di Thailand dan Perancis.
Operasi pergantian kelamin kini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki gangguan jenis kelamin tapi juga orang-orang yang sadar ingin mengubah
kelaminnya.
Kasus kelamin ganda (ambigous genitalia) misalnya membuat beberapa anak-anak
terlahir dengan kelamin yang tidak sempurna. Si anak disangka pria atau wanita namun
seiring pertumbuhan usia, baru ketahuan jelas bentuk kelamin aslinya. Satu-satunya cara
dilakukan operasi sesuai dengan kromosom yang dimilikinya perempuan atau lelaki. Tapi ada
juga sebagian orang yang ingin berganti kelamin dengan kesadaran sendiri alias transeksual.
Orang trans seksual adalah bentuk gangguan identitas jenis kelamin (dysphoria gender) yakni
ketika seseorang yang memiliki anatomi seks normal tetapi ingin berganti jenis kelamin
berlawanan dengan jenis kelamin ketika dilahirkan.
Pada wanita dilakukan konstruksi bedah vagina dan pada pria konstruksi penis
(metoidioplasty). Ada pula prosedur medis tambahan yang diperlukan seperti orchiectomy
(pengangkatan testis) atau vaginectomy (pengangkatan sebagian atau keseluruhan vagina).
Ada juga pembedahan non-genital seperti mastektomi (pengangkatan payudara wanita)
dan rekonstruksi dada (pembentukan kontur dada laki-laki) atau histerektomi (operasi
pengangkatan kandungan, rahim dan uterus) dan salpingo-ooforektomi bilateral (operasi
pengangkatan tuba fallopi dan ovarium). Sedangkan untuk menghilangkan ciri atau
karakteristik kelamin sekunder biasanya dilakukan tindakan injeksi hormon testosteron pada
seseorang yang ingin menjadi laki-laki sebaliknya injeksi hormon estrogen pada seseorang
yang ingin menjadi wanita.
Dalam dunia kedokteran modern dikenal tiga bentuk operasi kelamin yaitu:
1. Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir
memiliki kelamin normal;
2. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang yang
sejak lahir memiliki cacat kelamin, seperti zakar (penis) atau vagina yang tidak berlubang
atau tidak sempurna.;
3. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan terhadap orang yang
sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin (penis dan vagina)
B. Transseksual dari Sudut Pandang Agama, Norma Adat, dan Hukum Negara
1) Sudut Pandang Agama
Dalil Al-Qur`an firman Allah SWT (artinya) : “Dan aku (syaithan) akan menyuruh
mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar mengubahnya”. (QS An-Nisaa`
[4] : 119). Ayat ini menunjukkan upaya syaitan mengajak manusia untuk melakukan berbagai
perbuatan maksiat. Di antaranya mengubah ciptaan Allah (taghyir khalqillah). Operasi ganti
kelamin termasuk mengubah ciptaan Allah, karena dalam operasi ini terdapat tindakan
memotong penis, testis, dan payudara. Maka operasi ganti kelamin hukumnya haram.
Yang berdosa bukan hanya orang yang dioperasi, tapi juga semua pihak yang terlibat di
dalam operasi itu, baik langsung atau tidak, seperti dokter, para medis, psikiater, atau ahli
hukum yang mengesahkan operasi tersebut. Semuanya turut berdosa dan akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah pada Hari Kiamat kelak, karena mereka telah bertolong
menolong dalam berbuat dosa. Padahal Allah SWT berfirman (artinya) : “Dan janganlah kamu
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al-Maidah(5):2).
Adapun operasi penyempurnaan kelamin (takmil al-jins) dan perbaikannya
hukumnya boleh. Hal ini berlaku bagi orang yang memiliki alat kelamin ganda, yaitu
mempunyai penis dan vagina sekaligus, atau terjadi ketidaknormalan pada alat kelaminnya.
Operasi ini hukumnya mubah, berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan berobat (al-
tadawiy). Nabi SAW bersabda,”Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah
menurunkan pula obatnya.” (HR Bukhari, no.5246).
2) Sudut Pandang Norma Adat
Dari sisi pendidikan yang dimaksud dengan kebanci-bancian atau transeksual adalah
kelainan identitas seksual (Gender Identity Disorder), yang merupakan suatu penyakit yang
secara klinis harus diobati. Di masyarakat kita, transgender dianggap sebagai sesuatu yang
menyimpang dari norma adat apapun yang berlaku. Pelaku transgender/transseksual dianggap
sebagai “sampah” dan merupakan “aib” masyarakat yang perlu diberantas. Kaum minoritas
yang jumlahnya sekitar 4 juta ini, sering mendapat perlakuan yang tak manusiawi, dipandang
sebelah mata, diskriminasi, dilecehkan, disiksa, bahkan dibunuh. Ketika mereka berusaha
untuk hidup dan berkontribusi positif bagi masyarakat, sering dihalangi oleh kelompok yang
mengatasnamakan agama tertentu.
3) Sudut Pandang Aturan/ Hukum Negara
Negara, terkhusus Indonesia tidak memiliki undang-undang/ aturan khusus yang
melarang atau membolehkan operasi kelamin tersebut. Namun perlu dipahami bahwa setiap
masyarakat memiliki hak asasi manusia (HAM) yang memperbolehkan hak seseorang untuk
membuat pilihan jenis kelaminnya (free choice) dan pilihan untuk menentukan orientasi
seksualnya, seperti memilih hidup sesama jenis (gay maupun lesbian). Kemudian dari aspek
hukum pidana, seseorang melanggar dan dilarang dalam hukum manakala seseorang tersebut
mengganggu ketertiban dan mengganggu orang lain. Jadi para pelaku transgender/transseksual
yang tidak mengganggu ketertiban dan tidak mengganggu orang lain, tidak dapat dijerat oleh
UU hukum pidana.
Sebagai wujud keinginan kaum minoritas ini untuk memperoleh haknya sebagai warga
negara, maka tanggal 20 November dijadikan sebagai hari Transgender international. Perlu
pula dipahami bahwa operasi transgender oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
(MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran kode etik
kedokteran. Teori etika kedokteran tidak hanya didasarkan pada perbuatan, tapi juga akibat
yang baik bagi orang bersangkutan atau diistilahkan teleologi. Artinya,operasi ganti kelamin
diperkenankan jika akibatnya baik bagi yang bersangkutan. Pada Pelaksanaannya, tentu saja
pihak rumah sakit akan melakukan proses assessment (penilaian) panjang dengan melibatkan
beberapa dokter dan ahli kejiwaan sebelum seseorang dinyatakan layak untuk menjalani
operasi ganti kelamin.
DAFTAR REFERENSI
http://eprints.upnjatim.ac.id/2067/
http://islama-dina.blogspot.com/2011/04/seminar-transeksual-dalam-
bingkai-hukum.html
http://mignus.lifeme.net/t370-hukum-operasi-ganti-kelamin-dalam-islam
http://majalah.baitulmalfkam.com/?p=323