13
Naskah Drama oleh Reni Lestari, Deki Arliandi, dan Hastin Azkiah Tema : Percintaan dan Religi Judul : Endless Love Latar : Pondok pesantren Khusnul Khotimah dan Madinah Perwatakan : - Aisyah : shalehah, cerdas, sabar, ramah, dan bershabat - Fatimah : baik hati, shalehah, ramah, dan bersahabat - Ahmad : shaleh, baik hati, sabar, dan cerdas - Kiai Haji Zainudin : shaleh, baik hati, sabar, dan bijaksana Tokoh : - Aisyah - Fatimah - Ahmad - Kiai Haji Zainudin Dialog : Gemericik air hujan jatuh membasahi hamparan tanah yang luas terbentang, tampak segerombolan santriwan dan santriwati yang asyik melangkahkan kakinya dengan berhias senyum ikhlas diwajahnya menuju tempat yang senantiasa mereka kunjungi setiap waktu untuk beribadah dan menyucikan diri yakni di masjid Al- Musyahadah.

Naskah drama religi dan percintaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Naskah drama religi dan percintaan

Naskah Drama oleh Reni Lestari, Deki Arliandi, dan Hastin Azkiah

Tema: Percintaan dan Religi

Judul : Endless Love

Latar : Pondok pesantren Khusnul Khotimah dan Madinah

Perwatakan :

- Aisyah : shalehah, cerdas, sabar, ramah, dan bershabat

- Fatimah : baik hati, shalehah, ramah, dan bersahabat

- Ahmad : shaleh, baik hati, sabar, dan cerdas

- Kiai Haji Zainudin : shaleh, baik hati, sabar, dan bijaksana

Tokoh :

- Aisyah

- Fatimah

- Ahmad

- Kiai Haji Zainudin

Dialog :

Gemericik air hujan jatuh membasahi hamparan tanah yang luas terbentang,

tampak segerombolan santriwan dan santriwati yang asyik melangkahkan kakinya

dengan berhias senyum ikhlas diwajahnya menuju tempat yang senantiasa mereka

kunjungi setiap waktu untuk beribadah dan menyucikan diri yakni di masjid Al-

Musyahadah.

“assholatu sunnataddhuha jami’ah rohimahkumullah!!” (seru sang imam

dengan nada khusyuk, seraya berseru)

“assholatu laailahaillallah” (makmum menjawab seruan imam dengan khusyuk

pula)

“ assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu” (imam menoleh ke arah

kiri dan kanan kemudian mengusap wajahnya)

Page 2: Naskah drama religi dan percintaan

Sholat dhuha pun selesai dilaksanakan, wajah yang cerah berseri bak mentari

bersinarpun terpancarkan dari wajah-wajah hamba Allah ini. Tampak sang

pemilik pondok pesantren Khusnul Khotimah, Kiai Haji Zainudin beserta

putranya yang bernama Ahmad, sedang berbincang-bincang di sisi depan taman

masjid.

“nak, kau sudah cukup lama mengabdikan dirimu di Pondok Pesantren ini,

tidakkah kau berkeinginan untuk melanjutkan studimu ke jenjang yang lebih

tinggi?, kau bahkan sudah hafal Al-Qur’an 30 Juz (dengan wajah tenang seraya

menggulirkan tasbih yang dipegangnya)

“ InsyaAllah, Abi doakan saja anandamu ini agar dapat segera menuju

kesana” (jawabnya sopan dan lemah lembut)

“ Abi selalu mendoakan mu nak, maka dari itu segeralah kau

persiapkan keberangkatanmu menuju kesana, lebih cepat lebih baik”

“ iya, Abi nanti Ahmad segera hubungi paman Sabiq di Madinah”

“ Alhamdulillah jika kau sudah berencana seperti itu” (berjalan

perlahan menuju pondokannya)

Disisi lain Aisyah beserta sahabatnya yang bernama Fatimah sedang

mengkaji kitab kuning di ruang kelas bersama ukhti lainnya. Setelah jam belajar

berakhir Fatimah bertanya kepada Aisyah.

“ Aisyah, InsyaAllah sebentar lagi aku akan melanjutkan studiku ke

Turki, lantas bagaimana denganmu? Apakah kamu juga berencana melanjutkan

studi ke luar negeri?” (wajah Fatimah antusias penuh tanda tanya)

“ entahlah Fatimah, saat ini aku masih belum ada rencana buat kesana,

oiya kapan kamu berangkat ke Turki?” (tanya Aisyah dengan wajah ceria)

“ InsyaAllah bulan depan, doakan saja secepatnya”

“ Aaamiin, semoga kau dapat menimba ilmu, serta memperdalam iman

dan Islam mu di sana”

Page 3: Naskah drama religi dan percintaan

“ Aaamiin YaaRobbal’alamiin, syukron katsiiran yaa ukhti fillah”

(ucapnya seraya mendekap erat tubuh Aisyah)

“ aku pun juga akan mendoakanmu semoga kau nanti juga dibukakan

jalan dan kemudahan untuk menyusulku kesana, Aamiin” (seraya meraih kedua

tangan sahabatnya itu)

“ Aaamiin Yaa Robb” (ucap Aisyah pula seraya memegang erat tangan

Fatimah)

Pagi harinya Aisyah sedang berjalan dengan membawa sejumlah buku

yang didekap di tangannya, tak sengaja ia bertabrakan dengan Ahmad yang

sedang terburu-buru keluar dari perpustakaan yang entah kemana ia hendak

menuju.

“ brakkkk” (suara buku yang berserakan akibat tabrakan siku kanan

Ahmad dan Aisyah)

“ Afwan, yaa Ukhti” ucap Ahmad (seraya mengumpulkan buku-buku

yang tengah berserakan)

“ iya, tidak apa-apa biar aku saja” (ucap Aisyah sambil memangambil

buku-bukunya tanpa sedikitpun memandang Ahmad)

(Ketika berdiri tak sengaja Ahmad dan Aisyah bertatapan mata,

kemudian Ahmad pergi berlalu begitupula dengan Aisyah yang segera masuk ke

dalam ruang Perpustakaan)

Bulan purnama bersinar dengan terang, namun tak lebih terang

dapipada wajah santriwan dan santriwati yang baru saja melaksanakan rutinitas

mereka di rumah Allah yang senatiasa mereka makmurkan. Aisyah dan Fatimah

baru saja selesai membaca ayat suci Al-Qur’an. Mereka segera beranjak

meninggalkan masjid dan berjalan menuju pondokannya.

“ Imah, nanti boleh aku curhat padamu?”

“ Tentu saja, aku siap mendengar curhatmu” (jawab Fatimah dengan

senyum berhias di wajahnya)

Page 4: Naskah drama religi dan percintaan

Sesampaianya di pondokan, Aisyah dan Fatimah duduk di beranda,

mereka mengobrol sambil memandangi bulan dan bintang-bintang yang

bertebaran di langit.

“ Mah, aku mau curhat padamu, tadi siang aku bertemu dengan akhi

Ahmad anaknya Kiai Zainudin”

“ Oya, kok bisa? Gimana ceritanya Syah?(wajah Fatimah kaget penuh

tanda tanya)

“ Begini ceritanya, tadi siang aku hendak pergi ke perpustakan dengan

membawa beberapa bukuku, sesampainya aku di depan perpustakaan, tiba-tiba

tak sengaja aku bertabrakan dengan akhi Ahmad yang tampaknya sedang terburu-

buru, buku-buku milikku jatuh berserakan dan ia membantuku

mengumpulkannya”

“ benarkah begitu? Lantas apakah kau bertatapan dengannya?” (wajah

kaget dan antusias)

“ kurang lebih begitulah, awalnya aku tak menatap ia sedikitpun,

namun ketika aku dan ia berdiri tak sengaja kami saling bertatapan sesaat

kemudian kami pun berlalu” (menundukkan kepala dengan nada suara melemah)

“ mungkinkah saat ini kau memiliki perasan terhadapnya Syah?”

“ entalah lah Mah aku pun tak mengerti kenapa aku sampai kepikiran

seperti ini, mungkin saja ada perasaan seperti itu”

“ kalau memang seperti itu alangkah baiknya jika kamu melaksanakan

shalat istigharah, mohon petunjuk sama Allah agar kamu ditunjukkan jalan yang

terbaik” (memegang bahu Aisyah seraya tersenyum)

“ Baiklah nanti malam kan ku coba, trimakasih atas saranmu”

“ Iya, sama-sama, ngomong-ngomong sudah larut malam nih, ayo kita

tidur biar nanti kita bisa qiyamul lail bersama-sama”

“ baiklah, ayo kita tidur” (ajak Aisyah seraya membuka pintu)

Page 5: Naskah drama religi dan percintaan

Malam itu juga setelah shalat tahajjud Aisyah melaksanakan sahalat

istigharah sebanyak dua raka’at, iya memohon dan bermunajat kepada sang

Khalik agar ia diberikan petunjuk dari apa yang telah ia alami di hari itu. Aisyah

mengucapkan doanya dengan lembut penuh kekhusyukan.

“ Yaaa Allah Yaa Rahman Yaa Rahim, berilah petunjuk dan

hidayahmu kepada hamba yaa Robbi, tunjukkanlah hambamu ini jalanmu yang

lurus, tuntun dan bimbinglah hamba dengan cahaya rahmatmu, hindarkanlah

hamba dari segala bentuk pikiran-pikiran yang dapat menjerumuskan hamba ke

lembah dosa dan maksiat, pertemukanlah hamba dengan pilihanmu yang terbaik,

aamiin” (mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya)

Setelah melaksanakan shalat istigharah Aisyah kembali melanjutkan

tidurnya. Di tempat yang berbeda Ahmad juga melaksanakan ibadah qiyamul lail,

yang sudah menjadi rutinitasnya di setiap sepertiga malam yang akhir.

Keesokan harinya Aisyah dikejutkan dengan berita bahwa Ahmad akan

berangkat ke Madinah. Aisyah yang awalnya sama sekali tidak mengetahui

bahwa Ahmad akan melanjutkan studinya ke Madinah, tiba-tiba saja ia terkejut

setelah mendengar berita yang datang dari sahabatnya Fatimah.

“ Syah, sore ini akhi Ahmad akan berangkat ke Madinah loh, apa

kamu sudah tau informasinya?”

“ benarkah begitu Mah? Syukurlah kalau ia memang benar berangkat

ke Madinah” (Aisyah menjawab dengan cuek disertai raut wajah yang tampak

sedih)

“ tuh kan, sudah kukira kau akan sedih mendengarnya, ya sudah

sekarang segera kau buat sepucuk surat untuknya, dengan begitu kau akan lebih

lega melepas kepergiannya”

“ benarkah, seperti itu?, aku tak mau jika nantinya hanya akan menjadi

beban untuknya”

“ InsyaAllah tak kan menjadi beban baginya, justru ia akan senang jika

membaca surat darimu, ayoo cepat lekas kau tulis surat untuknya nanti biar aku

yang sampaikan padanya”

Page 6: Naskah drama religi dan percintaan

“ Baiklah, kau tunggu disini kan ku tulis sepucuk surat untuknya”

( berlari masuk ke dalam pondokan)

“ Imah, ini surat yang ku tulis untuk akhi Ahmad tolong kau

sampaikan ya padanya”

“ tentu saja akan ku berikan surat ini untuknya, kalau kau mau melihat

ia tuk terakhir kalinya ayo ikut aku” (tukas Fatimah)

“ tidak Mah, lebih baik kau sendiri saja yang pergi ke sana, aku akan

menunggu di pondok saja”

“ baiklah Syah, aku pergi ya Syah”

“ iya, hati-hati ya Mah” (melambaikan tangan ke arah Fatimah yang

telah beranjak pergi meninggalkan pondokan)

“ syukron katsiiran yaa ukhti fillah” (ucap Aisyah dalam hati)

Berkat bantuan teman ikhwan Fatimah yang merupakan sohib Ahmad,

surat yang ditulis Aisyah akhirnya telah sampai di tangan Ahmad. Sesampainya

Ahmad di tanah Madinah barulah ia teringat akan surat yang ditujukan untuknya

itu. Perlahan Ahmad membuka surat itu, kemudian membacanya tanpa bersuara

sedikitpun.

“ Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu, kaifa haluka yaa

akhi? Bagaimana kabar imanmu hari ini? Semoga kau baik-baik saja dan

senatiasa terjaga iman dan taqwa mu oleh Allah SWT, afwan jika kau merasa

risih dengan suratku ini. Semoga iman serta ilmu pengetahuanmu semakin

bertambah dengan adanya kau disana, aku berharap semoga Allah kelak dapat

mempertemukanku dengan hamba Allah yang kelak dapat membimbing dan

membinaku agar kelak di akhirat dapat menjadi ahli surga, aamiin ”

Setelah membaca surat yang diberikan Aisyah untuknya, Ahmad

kemudian berdoa kepada Allah SWT.

Allahu Rabbul Izzati...

Jika Cinta kan menghampiri diri

Jangan biarkan Cinta kepada-Mu hilang di hati..

Page 7: Naskah drama religi dan percintaan

Perkenankanlah selalu tuk selalu Mencintai-Mu..

Sepenuh hati dan Ketulusan diri

Allahu Rabbul Izzati...

Hanya kepada-Mu Cinta Hakiki

Cinta yang mengantarkan Keindahan sesungguhnya...

Cinta dengan kebersihan jiwa hati..

Cinta untuk mendapatkan Keridhoan-Mu

Allahu Rabbul Izzati...

Cinta itu pasti kan datang menghampiri diri

Berikanlah Cinta kepada seorang insan mulia..

Yang didalam dirinya selalu ada keinginan..

Keinginan dengan tujuan Keridhoan-Mu

Itulah Bidadari Surga Dunia..

Allahu Rabbul Izzati...

Dalam dunia yang merana...

Dunia yang nantinya kan binasa

Dunia kerakusan dan keserakahan manusia..

Dapatkah bertemu dengan dirinya..

Mencintai seorang Bidadari Surga Dunia...

Mencintai karena untuk mendapatkan Keridhoan-Mu

Allahumma Rabbanaa Aamiin....

Begitulah untaian do’a yang terucap dari mulut seorang hamba Allah ini, ia

berdo’a agar kelak dapat dipertemukan dengan bidadari surga dunia pilihan Allah

SWT dalam keadan iman dan islam yang senatiasa terpelihara. Tak terasa waktu

demi waktupun berlalu Ahmad sudah hampir menyelesaikan studi S2 nya di

tanah Madinah. Hingga tiba suatu waktu ia sedang berjalan menuju kampusnya

yaitu Universitas Islam Madinah atau yang biasa disebut Islamic University of

Madinah, ketika itu tak sengaja ia menabrak seorang akhwat yang tengah terburu-

buru.

Page 8: Naskah drama religi dan percintaan

“ brakkk” (suara buku jatuh berserakan)

“ afwan yaa akhi” (ucap akhwat itu dengan suara lemah lembut seraya

mengambil buku-bukunya yang masih berserakan)

“ na’am laa musyakkilah yaa ukhti” (jawab Ahmad seraya membantu

mengumpulkan buku-buku yang berserakan)

“ syukron katsiiran yaa akhi” (ucap wanita itu pula dengan kepala yang

menunduk ke bawah, seraya hendak beranjak meninggalkan ahmad yang masih

tertegun melihatnya)

“ afwan, hal ana min Indonesia?” tanya Ahmad kepada wanita itu

“ na’am, hal anta min Indonesia aidon?” tanya wanita itu pula dengan kepala

yang masih saja tertunduk

“ na’am ya ukhti, ana mutahkorrijah minal ma’had Khusnul Khotimah” (jawab

Ahmad dengan jelas)

“ benarkah?, apa mungkin kau adalah......” (ucap wanita itu seraya melihat ke

arah wajah Ahmad, dengan ekspresi terkejut)

“ iya, aku adalah Ahmad, bagaimana kabar imanmu sampai hari ini Aisyah”

(melemparkan senyuman dengan manisnya)

“ subhanallah, ternyata benar kau adalah akhi Ahmad anak Kiai Haji Zainudin,

alhamdulillah, imanku saat ini masih dalam fitrah keislaman. Bagaimana

denganmu?” (tanya Aisyah seraya membalas seyum Ahmad)

"Begitupun denganku." (tukas Ahmad pula)

Kedua insan mulia ini akhirnya dipertemukan oleh Allah SWT di tanah

Madinah, sepulangnya dari Madinah ke tanah air Ahmad berencana untuk

menikahi Aisyah yang masih melaksanakan studinya di Madinah. Namun apa

yang direncanakan Ahmad tak sesuai dengan kenyataan yang ia hadapi, ayahnya

Kiai Haji Zainudin berkeinginan untuk menikahkannya dengan anak seorang

syekh keturunan Arab.

Page 9: Naskah drama religi dan percintaan

“ nak, InsyaAllah bulan depan Abi akan mengajakmu untuk meminang anak

perempuan dari seorang syekh yang bernama Abdul Jalil, Abi harap kau setuju

dengan keputusan Abi, Abi lakukan ini mengingat usiamu yang sudah cukup

dewasa dan mapan untuk menaungi bahtera rumah tangga”

“ Abi, maafkanlah anandamu ini, ananda sebenarnya juga sudah berencana

untuk menikahi seseorang wanita muslimah”

“ benarkah seperti itu nak?, lantas siapa wanita itu dan bagaimana latar

belakang pendidikannya?”

“ ia bernama Aisyah Azzahra, saat ini ia masih melanjutkan studinya di

Madinah, InsyaAllah bulan depan ia wisuda dan akan pulang ke Indonesia, Abi”

“ baiklah nak, jika memang itu keputusanmu, Abi akan mendukungmu,

semoga pilihanmu itu merupakan pilihan terbaik yang Allah berikan untuk kita

semua”

“ Allahumma aamiin”

Kiai Haji Zainudin akhirnya mengijinkan anaknya untuk menikahi wanita

shalehah pilihannya. Sepulangya Aisyah dari Madinah ke tanah air, ia pun

dilamar oleh Ahmad yang didampingi oleh keluarganya. Akhirnya Ahmad dan

Aisyah membangun keluarga yang InsyaAllah senatiasa sakinah, mawaddah dan

warahmah dalam naungan kasih dan cinta Allah SWT.