Naskah Drama

Embed Size (px)

Citation preview

AINUR RASYID SANDI KURNIAWAN

(100210402087) (100210402109) Konyol Pasti Hadir dalam Kehidupan Baru

Sandi kini telah lulus dari Sekolah Menengah Kejururan (SMK) VI Rogojampi Banyuwangi. Universitas adalah langkah selanjutnya untuk Sandi. Jember terseleksi untuk Sandi menerima kehidupan dan pendidikan baru. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidkikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) telah menerima kehadirannya tepat di Universitas Jember. Awal kisah yang konyol terjadi saat Sandi mendiami kos. Kos tempat tinggal Sandi adalah lingkungan masyarakat Madura, Sepertinya Sandi salah pilih jika harus tinggal di lingkungan Madura karena Sandi sendiri adalah orang Jawa. Kewajiban Sandi kini harus belajar sedikit demi sedikit mengenai kehidupannya di lingkungan Madura. Mbah Marjo yang akrab dipanggil Mbah Mar menjadi penuntun sandi untuk beradaptasi di lingkungan Madura. Mbah Mar sendiri adalah bapak kos di tempat tinggal Sandi. Sedikit demi sedikit Mbah Mar menuntun Sandi. Sandi : Mbah, Bagaimana keadaan di lingkungan ini? Mbah : Mon hidup di lingkungan sini ya ikut tradisi Madura le, sebenarnya Jawa-Madura cuma berbeda sedikit kok le, hampir sama lah. Ujar mbah Mar dengan mencampur bicaranya dalam logat Madura. Sandi : kok pengajian disini cuma hari selasa mbah? Aku lo dek Banyuwangi hari jumat pengajiannya mbah. Timpal Sandi dengan logat Jawanya. Mbah : Kalau hari jumat masyarakat sini sibuk le, biasa lah namanya juga orang kaya. Kerjaannya cari uang terus dari pagi sampai malam. Sandi melihat-lihat kosan si mbah. Sandi : Mbah, pertama bangun kosan, tahun berapa ini? kok sepertinya sudah sangat tua. Mbah : Tahun 1995 le, mbah bekto rua sek segar-segarnya sama mbah uti. Semangat masih membara untuk cari uang. Kosan ini sudah buktinya cara mbah biar dapat uang. Lagi-lagi si mbah dengan logat Maduranya. Sandi menghitung jumlah kamar kos. Sandi : satu dua tiga empat lima enam. Enam kamar ini ada yang kosong mbah? Mbah : ada dua yang kosong Sandi : Kamar nomor berapa mbah yang kosong? Mbah : itu se e adek ben e budi. (itu yang di depan dan di belakang).

Tiba-tiba bicara mbah menjadi Bahasa Madura. Sandi menjadi bingung karena masih belum paham betul Bahasa Madura. Sandi Mbah Sandi Mbah : Bicara apa pajenengan mbah, bahasa mana itu mbah? : tak mengerti Madura to le? : ya tak mengerti la mbah, wong orang Banyuwangi osing. : ha ha ha Ya sambil belajar nanti kalau sudah tinggal disini san. oh ya mau di kamar yang mana le? Kini si mbah dan Sandi mulai mencampur percakapannya dengan logat bahasa Jawa-Madura. Sandi : seng iku mbah, kamar nomor siji. (yang itu mbah, kamar nomor satu) Mbah menjadi bingung seketika, karena mbah tak mengerti Bahasa Madura. Mbah : ngocak apa been jieh? Engkok tak ngerte. (bicara apa kami itu? Saya tak ngerti) Sandi tambah bingung dengan bicara si mbah. Sandi : tambah bingung aku mbah, pakai Bahasa Indonesia saja lah mbah. Berapa mbah kos satu bulan disini? Mbah : mbah pake tahunan le, bukan bulanan, kalau setahun Rp. 1.200.000 le. Sandi : oke dah mbah Akhirnya Sandi kini mendiami kosan si mbah. Sandi mulai belajar kehidupan lingkungan di kos tersebut. Setelah seminggu mendiami kos tersebut, Sandi suka merokok dan ingin pinjam korek pada si mbah. Sandi : Mbah, saya mau pinjam colok Mbah bingung, tapi tiba-tiba mbah langsung tertawa setelah melihat sebatang rokok di tangan Sandi. Mbah : ha ha ha ha ha nginjemma colok been cong ha ha ha Sandi : kenapa kok tertawa mbah? Mbah : colok itu artinya mulut le. Sandi : ya ampun. Maaf mbah, maksud saya mau pinjam korek. Saya tak punya korek. Mbah : ha ha ha Tak apa-apa lah cong namanya juga belajar. Itu koreknya di atas meja di dapur. Sandi : oke mbah. Terima kasih mbah. Mbah : ya cong.