Upload
horasdia
View
206
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 ISBN : 978-979-98010-6-7
276
Meningkatkan Laju Pengecambahan dan Laju Pertumbuhan Kecambah Kedelai Dengan Berbantuan Medan Magnetik Statik
Horasdia Saragih, Josua Tobing dan Ojahan Silaban Laboratorium Teknologi Terapan, Universitas Advent Indonesia
Jl. Kol. Masturi No. 288 Parongpong, Bandung INDONESIA 40559 e-mail : [email protected]
Abstrak
Medan magnetik adalah suatu variabel yang tidak dapat dihindari pengaruhnya terhadap pertumbuhan berbagai tanaman, namun sampai saat ini bentuk dan mekanisme pengaruhnya belum dapat difahami dengan baik. Beberapa bentuk dan aturan perlakuan magnetisasi telah diuji coba terhadap beberapa jenis tanaman, dan teramati adanya fenomena dimana terjadi peningkatan jumlah kecambah dan peningkatan laju pertumbuhan. Pada penelitian ini, efek medan magnetik statik pada laju pengecambahan dan pertumbuhan kecambah kacang kedelai, dipelajari. Biji bibit kedelai dimagnetisasi pada kuat medan magnetik 5, 10, 15, 20, dan 25 mT. Waktu magnetisasi untuk masing-masing kuat medan tersebut divariasi dari 30, 60, 90, dan 120 menit. Biji kedelai yang tidak dimagnetisasi dipakai sebagai kontrol. Kuat medan magnetik dengan waktu magnetisasi yang paling optimum yang menghasilkan laju pengecambahan dan laju pertumbuhan kecambah yang paling tinggi, dicari. Mengacu pada data yang diperoleh, ditemukan bahwa kuat medan magnetik 20 mT dengan waktu magnetisasi 30 menit menghasilkan laju pengecambahan dan laju pertumbuhan kecambah paling tinggi. Kata kunci : Kecambah Kedelai, Laju Pengecambahan, Laju Pertumbuhan Kecambah, Medan Magnetik Statik.
1. Pendahuluan
Mekanisme pengaruh medan magnetik pada pertumbuhan tanaman sampai saat ini masih
belum secara jelas diketahui. Sel-sel tanaman merespon medan magnetik dengan berbagai
fenomena yang tak terduga. Beberapa faktor teramati mempengaruhi fenomena yang terjadi,
seperti intensitas dan frekuensi medan magnetik yang diberikan, jenis tanaman yang
dimagnetisasi, dan lama waktu magnetisasi [1]. Telah dilaporkan bahwa medan magnetik
statik mempengaruhi aktivasi ion-ion dan polarisasi dipol-dipol di dalam sel [2]. Di pihak lain
dilaporkan bahwa panjang gelombang dan amplitudo medan magnetik bolak-balik serta beda
fase antara gelombang medan magnetik tersebut dengan osilasi ion-ion pada sel
mempengaruhi respon sel [3].
Gaya yang diinduksi oleh medan magnetik dapat mengendalikan dan mengubah laju
pergerakan elektron-elektron di dalam sel secara signifikan sehingga mempengaruhi berbagai
jenis proses metabolisme sel [4]. Belyavskaya et al. melaporkan bahwa medan magnetik
H. Saragih dkk.,, Meningkatkan Laju Pengecambahan dan Laju Pertumbuhan ……….. 277
dapat mempercepat proses pembelahan sel [5]. Suatu pemberian kuat medan magnetik secara
tepat dapat mempercepat aktivasi pertumbuhan tanaman, khususnya pada pertumbuhan
kecambah sebagaimana diamati oleh Aladjadjiyan, et al. pada kecambah tembakau [6].
Cadangan nutrisi di dalam sel dapat ditingkatkan melalui proses magnetisasi. Absorpsi dan
asimilasi terhadap cadangan nutrisi tersebut juga dapat ditingkatkan. Sharaf [7] melaporkan
bahwa medan magnetik dapat meningkatkan konsentrasi kandungan amino acids, Ca dan K di
dalam sel jamur. Yao, et al. [8] melaporkan bahwa medan magnetik dapat meningkatkan
oksidasi lipid dan kandungan ascorbic acid pada mentimun. Dengan demikian, medan
magnetik dapat memacu pertumbuhan suatu tanaman.
Dari beberapa fenomena yang teramati sebagaimana diterangkan di atas, medan magnetik
dapat digunakan sebagai instrumen untuk meningkatkan laju pertumbuhan tanaman tanpa
melibatkan perlakuan secara kimia melalui pemupukan yang cenderung merusak lingkungan.
Namun pengamatan terhadap efeknya pada jenis tanaman yang lain masih perlu dilakukan.
Dalam studi ini, efek medan magnetik statik (frekuensi nol) pada pengecambahan kedelai dan
laju pertumbuhannya, dipelajari.
2. Eksperimen
Biji kedelai dimagnetisasi dengan menggunakan medan magnetik berfrekuensi nol (medan
magnetik statik). Kuat medan magnetik yang digunakan divariasi dari 5, 10, 15, 20, dan 25
mT. Untuk setiap kuat medan, lama pemagnetan divariasi dari 30, 60, 90 dan 120 menit. Biji
kedelai tanpa dimagnetisasi digunakan sebagai kontrol. Efek kuat medan dan lama
pemagnetan terhadap proses pengecambahan (germinasi) dan laju pertumbuhan kecambah
kedelai, diamati. Eksperimen dilakukan pada kondisi laboratorium dengan penyinaran alami
dan pada temperatur ruang.
Sebelum dimagnetisasi, biji kedelai yang akan dikecambahkan ditimbang untuk
mendapatkan sampel dengan massa yang sama. Massa biji kedelai yang digunakan pada
eksperimen ini adalah 0,17 g. Digunakan sebanyak 100 biji kedelai untuk setiap perlakuan
(replika), dengan demikian sebanyak 21 replika diinvestigasi. Proses magnetisasi dilakukan
terhadap setiap replika, masing-masing sesuai dengan pasangan kuat medan magnetik dan
waktu magnetisasi, yaitu: kuat medan 5 mT dengan waktu magnetisasi 30-120 menit (D1-
D4), kuat medan 10 mT dengan waktu magnetisasi 30-120 menit (E1-E4), kuat medan 15 mT
dengan waktu magnetisasi 30-120 menit (F1-F4), kuat medan 20 mT dengan waktu
magnetisasi 30-120 menit (G1-G4), dan kuat medan 25 mT dengan waktu magnetisasi 30-120
278 Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010
menit (H1-H2), digunakan sebagai parameter perlakuan. Setelah dimagnetisasi, seluruh
sampel biji kedelai direndam bersama-sama dengan sampel kontrol (C) di atas kertas filter
pada petri dish selama 6 jam dengan menggunakan akuades.
Biji kedelai yang telah direndam, selanjutnya dikecambahkan di atas kertas filter di wadah
pengecambahan dengan memberi jarak masing-masing biji sekitar 2 cm. Perkembangan
proses pengecambahan terus diamati dari waktu ke waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kecambah sebanyak 1, 10, 25, 50, 75 dan 90% untuk masing-masing replika,
dicatat. Biji kedelai dinyatakan berkecambah bila panjang kecambahnya telah mencapai
ukuran minimum 2 mm. Setelah seluruh replika mencapai jumlah kecambah 90%, maka
massa setiap kecambah untuk masing-masing replika ditimbang.
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for Windows
Versi 17. Analisis of varians (ANOVA) digunakan untuk melihat pengaruh kuat medan
magnetik dan waktu magnetisasi terhadap laju pertumbuhan kecambah yang dinyatakan oleh
massa rata-rata kecambah yang dihasilkan pada setiap replika. Signifikansi perbedaan rata-
rata massa kecambah pada masing-masing replika diuji dengan menggunakan uji Games-
Howell (multiple comparison). Uji Dunnet digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan
rata-rata massa kecambah yang dihasilkan oleh biji yang tidak dimagnetisasi (kontrol) dengan
yang dimagnetisasi.
3. Hasil dan Diskusi
Didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil eksperimen untuk seluruh replika, baik
yang dimagnetisasi maupun tidak, laju germinasi (%/jam), rata-rata massa kecambah (g) dan
standar deviasinya, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 1% (T1),10% (T10), 25% (T25),
50% (T50), 75% (T75), 90% (T90) kecambah setelah 52 jam waktu pengecambahan sebagai
pengaruh parameter perlakuan, ditunjukkan pada tabel 1.
H. Saragih dkk.,, Meningkatkan Laju Pengecambahan dan Laju Pertumbuhan ……….. 279
Tabel 1. Rata-rata massa, standar deviasi, laju pengecambahan (laju germinasi), dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 1% (T1),10% (T10), 25% (T25), 50% (T50), 75% (T75), 90% (T90) kecambah kedelai pada beberapa parameter perlakuan magnetisasi. (data diambil selama 52 jam waktu pengecambahan).
Parameter Perlakuan Waktu (Jam)
Sampel Kuat
Medan Magnetik
(mT)
Waktu Magneti
sasi (menit)
T1 T10 T25 T50 T75 T90
Rata-rata Massa
Kecambah (g)
Standar Deviasi
Laju Germinasi (% / Jam)
C 0 Kontrol 17 20 26 32 38 44 0.2446 0.0291 3.420
D1 30 14 17 20 26 32 35 0.2788 0.0303 4.265
D2 60 14 17 20 29 35 38 0.2652 0.0243 3.603
D3 90 14 17 20 26 32 35 0.2622 0.0219 4.265
D4
5
120 14 17 20 29 35 38 0.2600 0.0267 3.603
E1 30 12 21 24 30 39 45 0.2704 0.0330 2.922
E2 60 14 25 28 34 40 47 0.2732 0.0313 2.987
E3 90 14 25 28 34 40 48 0.2628 0.0289 2.919
E4
10
120 14 25 30 36 42 48 0.2546 0.0300 2.844
F1 30 12 18 24 30 42 48 0.3270 0.0430 2.570
F2 60 12 18 24 31 42 48 0.3537 0.3066 2.571
F3 90 12 18 25 31 45 52 0.3546 0.3916 2.302
F4
15
120 15 21 25 33 45 52 0.3124 0.0472 2.493
G1 30 10 13 16 22 25 31 0.4207 0.4620 4.499
G2 60 10 13 16 22 25 31 0.3401 0.0430 4.499
G3 90 10 13 16 22 25 31 0.3444 0.0380 4.499
G4
20
120 12 15 18 24 27 33 0.3384 0.0422 4.499
H1 30 10 13 28 31 39 42 0.2769 0.0276 2.613
H2 60 10 13 28 34 40 46 0.2937 0.2683 2.402
H3 90 10 13 28 31 39 42 0.2657 0.0229 2.613
H4
25
120 10 13 28 31 39 45 0.2568 0.0225 2.502
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh kuat medan magnetik dan waktu magnetisasi
terhadap laju pertumbuhan kecambah, yang dinyatakan oleh massa kecambah, yang
dihasilkan pada setiap replika maka analisis terhadap varians (ANOVA) rata-rata massa
kedelai dilakukan dengan berbantuan program SPSS pada tingkat signifikansi α=0.05.
Hasilnya ditunjukkan pada tabel 2.
280 Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010
Tabel 2. Analisis statistik ANOVA terhadap rata-rata massa kecambah kedelai untuk melihat ada tidaknya pengaruh kuat medan magnetik dan waktu magnetisasi terhadap laju pertumbuhan kecambah.
ANOVA Rata-rata Massa Kecambah Kedelai
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups
3.843 20 .192 7.318 .000
Within Groups
49.066 1869 .026
Total 52.908 1889
Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai F = 7.318 dan Sig = 0.000. Karena nilai Sig lebih
kecil dari nilai α, maka disimpulkan bahwa rata-rata massa kecambah yang dihasilkan pada
setiap replika adalah berbeda. Signifikansi perbedaan ini diuji dengan uji Games-Howell.
Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata massa kecambah yang dihasilkan oleh biji yang
dimagnetisasi pada kuat medan 10 mT dengan waktu magnetisasi 120 menit dan rata-rata
massa kecambah yang dihasilkan oleh biji yang dimagnetisasi pada kuat medan 25 mT
dengan waktu magnetisasi 120 menit dan rata-rata massa kecambah yang tidak dimagnetisasi
(kontrol), tidak berbeda secara signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil uji Dunnett yang
menyatakan bahwa rata-rata massa kecambah yang dihasilkan oleh biji yang dimagnetisasi
untuk setiap replika lebih besar dibandingkan dengan rata-rata massa kecambah yang
dihasilkan oleh biji yang tidak dimagnetisasi (kontrol), kecuali untuk biji yang dimagnetisasi
pada kuat medan 10 mT dengan waktu 120 menit dan biji yang dimagnetisasi pada kuat
medan 25 mT dengan waktu 120 menit.
Gambar 1. Perbedaan rata-rata massa kecambah kedelai (g) sebagai akibat dari perbedaan perlakuan pemberian kuat medan magnetik (mT) dan waktu magnetisasi (menit).
H. Saragih dkk.,, Meningkatkan Laju Pengecambahan dan Laju Pertumbuhan ……….. 281
Merujuk pada data yang ditunjukkan pada tabel 1, perbedaan rata-rata massa kecambah
yang dihasilkan untuk seluruh replika ditunjukkan pada gambar 1. Perbedaan massa
kecambah disebabkan oleh perbedaan ukurannya. Kecambah dengan pertumbuhan yang lebih
cepat menghasilkan ukuran panjang yang lebih besar. Dibandingkan dengan kontrol,
ditemukan adanya perbedaan rata-rata massa kecambah pada sampel yang dimagnetisasi.
Rata-rata massa kecambah yang paling tinggi dihasilkan oleh sampel yang dimagnetisasi pada
kuat medan 20 mT, khususnya yang menggunakan waktu magnetisasi 30 menit. Berikutnya
diikuti oleh sampel yang dimagnetisasi pada kuat medan 15 mT dan 20 mT. Hasil ini
menunjukkan bahwa pemagnetan yang optimum teramati terjadi pada ketiga kuat medan
tersebut dengan sebaran waktu magnetisasi masing-masing.
Biji kedelai yang dimagnetisasi lebih cepat berkecambah dibanding dengan biji yang
tidak dimagnetisasi. Hal ini ditunjukkan oleh waktu yang dibutuhkan setiap replika untuk
menghasilkan 1% kecambah (T1). Sampel kontrol membutuhkan waktu selama 17 jam dari
waktu pengecambahan untuk menghasilkan kecambah sebanyak 1%, sementara sampel
termagnetisasi hanya membutuhkan waktu dari 10-14 jam. Jumlah kecambah 1% lebih cepat
dicapai oleh sampel G1-G4 dan H1-H4, yaitu rata-rata dalam waktu 10 jam. Namun terjadi
perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok ini pada pencapaian jumlah kecambah 90%
dimana sampel H1-H4 lebih lambat sekitar 11 jam. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan
pada laju germinasi masing-masing kelompok.
Gambar 2. Kurva germinasi biji kedelai: (G1) biji yang dimagnetisasi pada kuat medan magnetik 20 mT selama 30 menit, (C) biji yang tidak dimagnetisasi (kontrol).
282 Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010
Laju germinasi (pengecambahan) diperoleh dengan melakukan fiting kurva data persen
kecambah (T1-T90) terhadap waktu. Fiting kurva data sampel G1 dan kontrol C ditunjukkan
pada gambar 2. Kemiringan grafik yang dihasilkan menunjukkan laju pertambahan persen
kecambah dalam satu satuan waktu (Jam). Kemiringan kurva G1 lebih besar dibandingkan
dengan kemiringan kurva C. Artinya, waktu yang dibutuhkan oleh sampel G1-G4 untuk
mencapai jumlah kecambah sebanyak 90% dari jumlah biji yang dikecambahkan, lebih
singkat (rata-rata 31-10=21 jam) dibanding dengan kontrol (C) (44-17=27 jam). Untuk sampel
G1 kemiringan grafik yang dihasilkan adalah 4.499, sementara untuk sampel C adalah 3.420.
Gambar 3. Perbedaan laju germinasi kecambah kedelai (%/Jam) sebagai akibat dari perbedaan perlakuan pemberian kuat medan magnetik (mT) dan waktu magnetisasi (menit).
Perbedaan laju germinasi seluruh sampel sebagai akibat dari perbedaan perlakuan
pemberian kuat medan magnetik dan waktu magnetisasi ditunjukkan pada gambar 3. Laju
germinasi paling tinggi terjadi pada sampel yang dimagnetisasi pada kuat medan magnetik 20
mT yaitu G1-G4 (4.499%/Jam). Sementara laju germinasi yang paling rendah terjadi pada
sampel yang dimagnetisasi pada kuat medan magnetik 25 mT yaitu H1-H4 (2.5325 %/Jam).
Teramati ada penurunan laju germinasi pada sebahagian sampel yang dimagnetisasi
dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terjadi pada sampel yang dimagnetisasi pada kuat
medan magnetik 10, 15 dan 25 mT. Khusus untuk ketiga kelompok sampel ini, magnetisasi
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jumlah kecambah sebesar 90% dari
jumlah biji yang dikecambahkan menjadi bertambah. Teramati juga bahwa perbedaan waktu
magnetisasi sangat mempengaruhi laju germinasi pada sampel yang dimagnetisasi pada kuat
H. Saragih dkk.,, Meningkatkan Laju Pengecambahan dan Laju Pertumbuhan ……….. 283
medan 5, 10, 15 dan 25 mT. Tidak demikian halnya pada sampel yang dimagnetisasi pada
kuat medan 20 mT yang adalah relatif konstan.
Mengacu pada hasil analisis data di atas, uji beda rata-rata massa kecambah, pengamatan
terhadap perbedaan laju germinasi, perbedaan waktu yang dibutuhkan biji untuk
berkecambah, jelas teramati secara fenomenologis bahwa ada pengaruh signifikan kuat medan
magnetik dan lama waktu magnetisasi pada biji kacang kedelai. Hasil ini mempertegas
temuan-temuan para peneliti lain pada jenis tanaman yang lain sebagaimana diuraikan pada
awal tulisan ini.
4. Kesimpulan
Effek kuat medan magnetik statik dan lama waktu magnetisasi pada pengecambahan
kacang kedelai telah dipelajari. Kuat medan magnetik yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20
dan 25 mT dengan lama pemagnetan untuk masing-masing kuat medan, 30, 60, 90 dan 120
menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan biji kedelai yang
dimagnetisasi untuk menghasilkan kecambah lebih singkat jika dibandingkan dengan biji
yang tidak dimagnetisasi, dan laju pertumbuhan kecambah dari biji yang dimagnetisasi lebih
tinggi. Kuat medan magnetik 20 mT dengan waktu magnetisasi 30 menit menghasilkan laju
pengecambahan (germinasi) dan rata-rata massa kecambah yang paling optimum, yaitu
masing-masing 4.499 %/Jam dan 0.4207 g.
Daftar Pustaka
1. Belyavskaya, N.A., 2004. Biological effects due to weak magnetic field on plants. Adv.
Space Res., 34, hal. 1566-1574.
2. Pazur, A. & Rassadina, V., 2009. Transient effect of weak electromagnetic fields on
calcium ion concentration in Arabidopsis thaliana. BMC Plant Biology, 29, hal. 47-55.
3. Kindzelskii, A.L. & Petty, H.R., 1997. Extremely low frequency electric fields promote
metabolic resonance and cell extension during neutrophil migration. J. Allergy Clin.
Immunol., 99, hal. S317.
4. Goodman, R. & Blank, M., 2002. Insights into electromagnetic interaction mechanisms. J.
Cellular Physiol., 192, hal. 16-22.
5. Belyavskaya, N.A., Fomicheva, V.M., Govorun, R.D., & Danilov, V.I., 1992. Structural-
functional organization of the meristem cells of pea, lentil and flax roots in conditions of
screening the geomagnetic field. Biophysics, 37, hal. 657-666.
284 Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010
6. Aladjadjiyan, A. & Ylieva, T., 2003. Influence of stationary magnetic field on early stages
of the development of tobacco seeds (Nicotina tabacum). J.C.E.A., 4, hal. 132-138.
7. Sharaf, E.S., 2003. Improvement of some characters of edible mushroom with magnetic
field. Bull NRC Egypt, 28, hal. 709-717.
8. Yao, Y., Li, Y., Yang, Y. & Li, C., 2005. Effect of seed pretreatment by magnetic field on
the sensitivity of cucumber (Cucumis sativus) seedlings to ultraviolet-B radiation. Env.
Exp. Botany, 54, hal. 286-294.