Masalah Ekonomi Nasional (2)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Disusun Oleh Aditio Pangestu SMAN PLUS

Citation preview

Masalah Ekonomi Nasional Indonesia 2012

Kronis, Kemiskinan di RI Sulit DihilangkanVIVAnews - Badan Pusat Statistik (BPS) menilai kemiskinan Indonesia telah mencapai tahap kronis dan sulit dihilangkan. Rendahnya kapasitas penduduk dan tidak meratanya program bantuan pemerintah menjadi kendala. Data BPS menyebutkan jumlah penduduk sangat miskin pada September 2011 sebesar 10,098 ribu orang atau 4,17 persen dari total penduduk. Sementara penduduk sangat miskin sebanyak 19,791 ribu atau 8,19 persen dan penduduk hampir miskin sebesar 27,824 ribu atau 11,5 persen. Menurut Direktur Statistik Ketahanan Sosial BPS, Hamonangan Ritonga, banyaknya penduduk sangat miskin yang tinggal di daerah terpencil menjadi penghambat. Faktor lain adalah keterbatasan kapasitas individu. "Jadi kalau penurunan tiap tahun satu persen itu berat. Karena mereka yang kurang berdaya tinggal di daerah terpencil, jauh dari jangkauan pemerintah. Kalaupun ada beras miskin, misalkan, terkadang mereka tidak dapat," jelas Hamonangan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin 2 Januari 2011. Hamonangan mengungkapkan, program bantuan pemerintah di pelosok daerah kerap kali tidak tepat sasaran program bantuan. Padahal BPS telah mempunyai data penduduk sangat miskin tersebut. "Sebetulnya pengelola program di daerah membantu masyarakat miskin menggunakan nama dan alamat yang disediakan (BPS) penduduk miskin bisa lebih cepat lagi," imbuhnya. Program bantuan yang tepat pada penduduk kronis ini, lanjutnya, ialah bantuan bahan makanan pokok. Bantuan Kredit Usaha Rakyat dan infrastruktur pertanian tidak terlalu banyak berpengaruh. "Konsep pemberdayaan kurang tepat sama mereka. Mereka dikasih traktor, KUR, tidak mampu mereka. Mereka mungkin tidak akan bisa mengembangkan usahanya karena kapasitasnya rendah," tuturnya. Pengentasan kemiskinan yang mencapai 0,13 persen, tambahnya, tergolong rendah. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pengentasan kemiskinan ditargetkan satu persen selama satu tahun. "Ini sudah sembilan bulan baru turun segitu (0,13). Mau tidak mau, (proram) tepat sasaran sangat diperlukan," terangnya. Sumber : VIVAnews.com Tanggapan : Menurut saya sebaiknya pemerintah mencari program yang tepat sasaran yaitu memberi penyuluhan tentang penggunakan alat-alat yang mempermudah proses pekerjaan (sesuai

1

Masalah Ekonomi Nasional Indonesia 2012 paragrap 8) dan selalu memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi pada kemiskinan di masyarakat.

Pendapatan Per Kapita Indonesia US$3.716VIVAnews - Badan Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNDP) mencatat, pendapatan per kapita Indonesia terus meningkat hingga melewati US$3.000 sejak 2007. Tahun ini, pendapatan per kapita Indonesia telah mencapai US$3.716. Dalam laporan yang menggunakan data perpaduan antara Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Divisi Statistik PBB (UNSD) tersebut, pendapatan nasional bruto (GNI) Indonesia naik dari US$1.318 pada 1980 menjadi US$2.007 (1990), selanjutnya US$2.478 (2000), dan US$3.544 (2010). Meski demikian, bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, pendapatan nasional bruto Indonesia jauh tertinggal. Malaysia pada 1980 telah memiliki GNI US$4.722. Tak heran bila saat ini pendapatan per kapita mereka telah berlipat-lipat kali dari Indonesia, yakni mencapai US$13.685. Dibandingkan Thailand, Indonesia juga kalah jauh. Meski mengawali GNI sebesar US$2.211 pada 1980, Thailand kini melompat jauh meninggalkan Indonesia. Pada 1995, GNI Thailand telah melewati US$5.500. Wajar bila pendapatan per kapita saat ini US$7.694. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia hanya menang dari Filipina dan Vietnam. Pendapatan per kapita Filipina dan Vietnam masing-masing hanya US$3.478 dan US$2.805. Pendapatan per kapita merupakan salah satu faktor dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index yang dipublikasikan Rabu lalu. Dalam ajang ini, Indonesia menempati peringkat ke 124 dari 187 negara. Indonesia yang memiliki nilai 0,617 masih di bawah rata-rata kawasan Asia Timur dan Pasifik, yakni 0,671. Indonesia juga kalah jauh dibandingkan peringkat Malaysia (61), Thailand (103), dan Filipina (112). Indonesia hanya menang dengan Vietnam yang menempati peringkat 128. (art) Sumber : VIVAnews.com Tanggapan : Pemerintah sebaiknya melakukan pembangunan yang merata dan membuka lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan pemberi jasa. Lebih meningkatkan sumber manusia yang berkualitas dan memanfaatkan sumber daya alam dengan maksimal. Dengan hal tersebut tentu pendapatan perkapita Indonesia akan meningkat

2

Masalah Ekonomi Nasional Indonesia 2012

Pengangguran 8,1 Juta Jiwa, Apa Saran BPSVIVAnews - Indonesia hingga Februari 2011 masih menghadapi kendala pengangguran terbuka mencapai 8,12 juta jiwa atau 6,8 persen dari jumlah angkatan kerja di Indonesia. Menghadapi hal tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) mengusulkan pemerintah memperhatikan sektor industri sebagai pencipta lapangan pekerjaan baru. Hal tersebut disampaikan Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta, Kamis, 5 Mei 2011. "Perdagangan itu kan tidak stabil, tiba-tiba hilang, tiba-tiba ada. Sedangkan di industri kan tidak," kata dia. Rusman mengatakan, sektor industri sangat berbeda dengan pertanian dan perdagangan yang bersifat musiman. Industri dianggap sebagai salah satu sektor yang pertumbuhannya terus berkelanjutan. Sektor industri juga memiliki prospektif cerah karena memiliki home base dan faktor kontinuitas. "Mereka ada aturan kerja dan rutinitas," kata Rusman. Data BPS menunjukkan, sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan, dan sektor industri secara berurutan menjadi penampung terbesar tenaga kerja pada Februari 2011. Pertanian dapat menyerap 42,47 juta pekerja, perdagangan 23,24 juta pekerja, jasa kemasyarakatan 17,03 juta pekerja, dan industri 13,71 juta pekerja. Laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di sektor industri meningkat sebesar lima persen yakni dari Rp382,1 triliun pada 2010 menjadi Rp417,6 triliun pada 2011. Sayangnya, BPS menilai laju pertumbuhan ekonomi industri sebesar ini belum cukup untuk sektor industri. "Saya kira, pertumbuhan lima persen ini belum cukup untuk menampung," katanya. Guna meningkatkan sektor industri ini, Rusman menilai pemerintah sudah seharusnya menganggarkan lebih banyak dana di bidang infrastruktur untuk pembangunannya. Infrastruktur yang membaik akan semakin menarik banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Di tempat terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa optimistis penyerapan tenaga kerja hingga akhir tahun akan terus meningkat. Hal itu berkaca dari pengalaman 2010, di mana terjadi penyerapan tenaga kerja baru sebanyak 3,3 juta jiwa. Hatta mengatakan, peningkatan serapan lapangan kerja akan meningkat seiring banyaknya investasi yang masuk. "Meningkatnya itu seiring dengan semakin banyaknya investasi serta diiringi dengan upaya penciptaan lapangan kerja lebih banyak," ujar dia. Sumber : VIVAnews.com Tanggapan :

3

Masalah Ekonomi Nasional Indonesia 2012 Ada baiknya juga Pemerintah menambahkan anggaran untuk infrastruktur di bidang industri agar terdapat lebih banyak pekerjaan-pekerjaan di bidang industri yang dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Tetapi Pemerintah juga harus mengawasi perkembangan yang terjadi di bidang industri agar kegiatan ekonomi yang lainnya tidak hilang.I

CIDES: 2012, Ekonomi Indonesia MelambatVIVAnews - Center For Information and Development Studies (CIDES) memperkirakan bahwa memasuki 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melemah akibat dampak krisis Eropa yang berkepanjangan. Menurut Ekonom CIDES, Umar Juoro, tahun depan diperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh sekitar 6,2 persen. Pada 2011 pertumbuhan ekonomi sekitar 6,5 persen. "Ekspor kemungkinan juga akan mengalami penurunan dengan melemahnya perekonomian negara-negara Eropa. Jadi, jika tahun ini tumbuh sekitar 14 persen, di 2012 hanya sekitar 12 persen," ujar Umar Juoro di Jakarta, Selasa 27 Desember 2011 Sementara itu, dari sisi investasi, lanjut Umar, sekalipun tak setinggi tahun ini, namun para investor akan mengarahkan investasinya ke negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan konsumsi masyarakat, kata dia, masih akan cukup tinggi. Secara sektoral, pertumbuhan non traded (tidak diperjualbelikan) masih tinggi, namun pertumbuhan sektor manufaktur kemungkinan akan kembali melemah. "Pertumbuhan investasi akan melemah di tahun ini, yakni hanya tumbuh sebesar 8,7 persen dan di 2012 akan tumbuh 8,6 persen," ujarnya. Umar menambahkan, dari sektor kredit perbankan masih akan tinggi yakni sekitar 23 hingga 25 persen di tahun depan. Namun, ketersediaan kredit dolar juga semakin ketat. "Sektor non traded seperti telekomunikasi masih akan tumbuh tinggi, namun pertumbuhan perdagangan dan perumahan diperkirakan mengalami penurunan. Jika pembangunan infrastruktur dapat dipercepat, akan mengkompensasi penurunan pertumbuhan sektor perumahan ini," jelasnya. Seperti diketahui, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan bahwa di tengah melambatnya ekonomi global, BI memperkirakan perekonomian nasional di 2012 akan tumbuh 6,3 hingga 6,7 persen. "Penguatan momentum ekonomi domestik masih dapat kita pertahankan selama basis-basis pertumbuhan domestik dapat semakin mantap," kata dia, di acara Bankres Dinner di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, belum lama ini. Menurut Darmin, dari sisi investasi di tahun ini tumbuh 7,7 dan diperkirakan masih meningkat ke 9,7 hingga 10,1 persen di 2012, dengan investasi yang meningkat pada

4

Masalah Ekonomi Nasional Indonesia 2012 gilirannya akan mampu menjaga kekuatan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2012 dapat dipertahankan pada tingkat 4,7 hingga 5,1 persen. Sumber : VIVAnews.com Tanggapan : Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan perdagangan domestik yaitu dengan memberi modal agar pedagang lebih berjualan dengan maksimal dan pemerintah juga harus mempercepat gerakannya dalam bidang pembangunan nasional.

Ekonomi Tumbuh Bukan Jaminan Bebas KemiskinanVIVAnews - Pertumbuhan ekonomi sebaiknya tidak menjadi patokan atas meningkatnya kesejahteraan penduduk Indonesia. Saat ini, pemerintah seperti sedang mengalami ilusi pertumbuhan. "Seolah-olah pertumbuhan itu solusi. Kalau ada pertumbuhan, lalu akan menyediakan lapangan kerja atau mengurangi kemiskinan. Padahal, itu tidak ada jaminan sama sekali," ujar ekonom Universitas Gadjah Mada, Revrisond Baswir saat ditemui usai acara seminar di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis 16 Juni 2011. Pertumbuhan, menurut Revrisond, jangan melihat dari angka saja, namun juga kualitas pertumbuhan itu sendiri. Kualitas yang dimaksud ialah pertumbuhan perekonomian kerakyatan seperti sektor pertanian, pedesaan, dan industri kecil. "Mungkin pertumbuhan tidak terlalu tinggi, tapi lebih inklusif," ujarnya. Pertumbuhan pada perekonomian kerakyatan, tambah dia, tidak memerlukan dana sebesar seperti pada pertumbuhan infrastruktur, sehingga pemerintah tidak memerlukan investasi pihak asing karena perbankan nasional masih bisa membiayai. "Secara finansial pemerintah tidak memiliki dana untuk pembangunan infrastruktur," tuturnya. Buktinya, dia menjelaskan, belanja modal saat ini dianggarkan hanya sekitar enam persen. Karena, saat ini pemerintah masih terjebak pada kewajiban membayar utang dan bunga yang cukup besar yang mencapai sekitar 24 persen. Sementara itu, belanja modal hanya 25 persen bunga utang. Lebih lanjut, Revrisond mengkhawatirkan pengaruh kekuatan kapital dari rezim yang berkuasa sudah terlampau besar, sehingga agenda pembangunan yang ada membuktikan kalau pemerintah didikte. "Kalau pemerintah sudah dikendalikan kepentingan kapital, tidak ada yang bisa diharapkan," ujarnya. (art) Sumber : VIVAnews.com

5

Masalah Ekonomi Nasional Indonesia 2012 Tanggapan : Pemerintah harus lebih serius lagi dalam menanggapi masalah-masalah ekonomi yang terjadi walaupun pertumbuhan ekonomi kita mengkat. Hal yang bisa dilakukan yaitu memberikan infrastruktur di bidang pembangunan dan pemberian modal di bidang perdagangan, perkebenunan, perindustrian dan pertanian

Nama : Aditio Pangestu Kelas : X.1

6