43
ABSTRAK Perbedaan yang mendasar adalah adanya pengakuan pajak tangguhan berupa aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perbedaan temperer dalam neraca serta adanya pengakuan pajak kini dan pajak tangguhan dalam Laporan Laba Rugi yang mengacu pada PSAK No. 46. Akibatnya penyajian laporan ketiangan menjadi berubah dan dianggap Iebih kompleks karena menyangkut neraca dan perubahannya di tahun sebelum dan sesudah periode pelaporan yang bersifat retrospektif. Pajak kini adalah beban pajak penghasilan perusahan yang dihitung berdasarkan tariff pajak penghasilan dikalikan dengan laba fiscal, yaitu laba akuntansi yang telah dikoreksi agar sesuai dengan ketentuan perpajakan atau jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak, jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tariff pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang ditentukan atau diperbolehkan. Pengakuan kewajiban pajak tangguhan didasarkan pada fakta adanya kemungkinan pelunasan kewajiban yang mengakibatkan pembayaran pajak untuk periode mendatang menjadi lebih besar sebagai akibat pelunasan kewajiban pajak.

Manajemen Pajak Bab 7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Manajemen Pajak Bab 7

ABSTRAK

Perbedaan yang mendasar adalah adanya pengakuan pajak tangguhan berupa aktiva pajak

tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perbedaan temperer dalam

neraca serta adanya pengakuan pajak kini dan pajak tangguhan dalam Laporan Laba Rugi

yang mengacu pada PSAK No. 46. Akibatnya penyajian laporan ketiangan menjadi berubah

dan dianggap Iebih kompleks karena menyangkut neraca dan perubahannya di tahun sebelum

dan sesudah periode pelaporan yang bersifat retrospektif.

Pajak kini adalah beban pajak penghasilan perusahan yang dihitung berdasarkan tariff pajak

penghasilan dikalikan dengan laba fiscal, yaitu laba akuntansi yang telah dikoreksi agar

sesuai dengan ketentuan perpajakan atau jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak,

jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak

dikalikan dengan tariff pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.

Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang ditentukan atau

diperbolehkan. Pengakuan kewajiban pajak tangguhan didasarkan pada fakta adanya

kemungkinan pelunasan kewajiban yang mengakibatkan pembayaran pajak untuk periode

mendatang menjadi lebih besar sebagai akibat pelunasan kewajiban pajak.

Page 2: Manajemen Pajak Bab 7

DAFTAR ISI

Page 3: Manajemen Pajak Bab 7

KUMPULAN MATERI

ARTIKEL 1

Penerapan Psak 46 Tentang Akuntansi Pajak Tangguhan

Untuk menentukan laba atau pajak kena penghasilan dalam pelaporan akuntansi, wajib pajak

sering mengalami permasalahan akibat perbedaan peraturan perpajakan dengan pernyataan

standar keuangan akuntansi. Perbedaan tersebut terdiri dari perbedaan sementara(temporary

different) dan perbedaan tetap (Permanent different). Perbedaan tetap tidak boleh dimasukkan

ke dalam laporan laba rugi karena berdasar aturan perpajakan bukan merupakan penghasilan.

Sedangkan perbedaan sementara boleh diakui, sehingga harus dilakukan rekonsiliasi fiskal

untuk mengetahui laba fiskal perusahan.

PSAK 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam :

1. Mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode

mendatang untuk hal hal sebagai berikut :

a. Pemulihan nilai tercatat aktiva dan pelunasan nilai tercatat kewajiban yang disajikan di

dalam neraca

b. Transaksi atau kejadian lain dalam periode berjalan yang diakui dan disajikan didalam

laporan komersial perusahaan

2. Pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa kerugian yang belum

dikompesasikan, penyajian pajak penghasilan di dalam laporan keuangan komersial dan

pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak penghasilan Prinsip Dasar

Akunansi Pajak Penghasilan

Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan

Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar akrual, yang

mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang dibayar atau terutang dan

pajak yang lebih bayar dalam tahun berjalan.

Prinsip dasar :

1. Tujuan PSAK 46 adalah untuk mengatur akuntansi pajak penghasilan. Dalam

mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang yaitu

pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada

laporan posisi keuangan entitas. Transaksi-transaksi lain pada periode kini yang diakui

pada laporan keuangan entitas. Pernyataan ini juga mengatur aset pajak tangguhan yang

berasal dari rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut.

Page 4: Manajemen Pajak Bab 7

2. Ruang Lingkup PSAK 46 yaitu, PSAK ini diterapkan untuk akuntansi pajak penghasilan

termasuk semua pajak luar negeri yang didasarkan pada laba kena pajak. Pajak

penghasilan termasuk pemotongan pajak yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi

atau ventura bersama atas distribusi kepada entitas pelapor. Pajak penghasilan tidak

berlaku pada hibah pemerintah, tetapi berlaku atas perbedaan temporer yang dapat

ditimbulkan dari hibah tersebut atau kredit pajak investasi.

3. Dalam PSAK 46 dikenal istilah-istilah mengenai beban pajak (penghasilan pajak), laba

akuntansi, laba kena pajak, pajak penghasilan, pajak penghasilan final, pajak kini,

perbedaan temporer.

4. Dasar pengenaan pajak aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan. Dasar pengenaan

pajak liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat

dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan denganliabilitas tersebut pada periode masa

depan.

5. Dalam laporan keuangan konsolidasi, perbedaan temporer ditentukan dengan

membandingkan nilai tercatat aset liabilitas pada laporan keuangan konsolidasi.

6. Entitas menentukan dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT masing-masing entitas, jika

entitas tidak diizinkan oleh peraturan yang berlaku untuk membuat SPT konsolidasi.

Jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang

terutang, maka selisihnya diakui sebagai aset.

7. Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tanggugan, kecuali

jika timbul perbedaan temporer kena pajak berasal dari pengakuan awal goodwill atau

pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi yang bukan transaksi

kombinasi bisnis dan tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak. Pajak kini

dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi, kecuali

bila penghasilan berasal dari kombinasi bisnis dan transaski yang diakui periode yang

sama atau berbeda di luar laporan laba rugi.

8. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak

(SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi

periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan dan atau banding. Jumlah tambahan

pokok pajak dan denda yang ditetapkan dengan SKP ditangguhkan pembebanannya

sepanjang memenuhi kriteria pengakuan aset. Apabila terdapat kesalahan maka perlakuan

akuntansinya mengacu pada PSAK 25. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang

ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan

Page 5: Manajemen Pajak Bab 7

atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan

keberatan dan atau banding.

9. Atas perbedaan antara nilai tercatat menurut akuntansi dan DPP menurut pajak atas aset

dan liabilitas yang dikenai pajak final, tidak dilakukan pengakuan aset atau liabilitas pajak

tangguhan. Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan

sebagai pajak kini pada perhitungan laba.

http://nelapuspitowati.blogspot.com/2013/07/penerapan-psak-46-tentang-akuntansi.html

PEMBAHASAN ARTIKEL 1

PSAK No.46 merupakan standar yang mengatur perlakuan akuntansi pajak penghasilan

dengan menerapkan pendekatan neraca. Pendekatan neraca mengakui adanya kewajiban dan

aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan sebagai akibat adanya

perbedaan waktu dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan.

Untuk menentukan laba atau pajak kena penghasilan dalam pelaporan akuntansi, wajib pajak

sering mengalami permasalahan akibat perbedaan peraturan perpajakan dengan pernyataan

standar keuangan akuntansi. Perbedaan tersebut terdiri dari perbedaan sementara(temporary

different) dan perbedaan tetap (Permanent different). Perbedaan tetap tidak boleh dimasukkan

ke dalam laporan laba rugi karena berdasar aturan perpajakan bukan merupakan penghasilan.

Sedangkan perbedaan sementara boleh diakui, sehingga harus dilakukan rekonsiliasi fiskal

untuk mengetahui laba fiskal perusahan.

Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar akrual, yang

mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang dibayar atau terutang dan

pajak yang lebih bayar dalam tahun berjalan. Apabila ada perusahaan belum menerapkan

PSAK No.46 sehingga perubahan penerapan kebijakan yang baru menyebabkan laporan

keuangan harus disajikan kembali. Dari hasil penyajian kembali tersebut diketahui bahwa

penerapan PSAK No.46 mengakibatkan munculnya akun baru yaitu aktiva pajak tangguhan

yang menambah jumlah aktiva perusahaan sebagai akibat dari adanya manfaat pajak

tangguhan yang mengurangi beban pajak perusahaan. Adanya manfaat pajak tangguhan juga

mengakibatkan bertambahnya laba perusahaan sehingga meningkatkan ekuitas perusahaan.

Page 6: Manajemen Pajak Bab 7

ARTIKEL 2

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

Suatu seni dalam mencatat, menggolongkan, mengihtisarkan serta menafsirkan transaksi-

transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan dan bertujuan untuk menentukan jumlah

penghasilan kena pajak (penghasilan yang digunakan sebagai dasar penetapan beban

danpajak penghasilan yang terutang) yang diperoleh atau diterima dalam suatu tahun

pajakuntuk dipakai sebagai dasar penetapan beban dan/atau pajak penghasilan yang terutang

oleh perusahaan sebagai wajib pajak.

Perlunya akuntansi pajak untuk dipelajari dan diketahui selain akuntansi keuangan adalah

karena pajak penghasilan seringkali dikenakan atau dipungut atas dasar berbagai asas, tujuan,

dan pertimbangan-pertimbangan yang sebagian besar diantaranya justru tidak berhubungan

dengan penentuan laba rugi periodik atau penetapan beban dan pendapatan sebagai salah satu

tujuan pokok akuntansi keuangan. Sehingga untuk melaksanakan kewajiban pajakdengan

benar terutama dalam pengisian dan pelaporan SPT Tahunan sangat penting untuk

mengetahui dan mempelajari akuntansi pajak.

> Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Aktiva Dalam Akuntansi Pajak adalah :

Nilai aktiva yang diakui oleh Direktorat Jendral Pajak dalam penghitungan laba fiskal atau

jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan fiskal, terhadap setiap manfaat ekonomi

(penghasilan) kena pajak yang akan diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai

tercatat aktiva tersebut. Apabila manfaat ekonomi (penghasilan) tersebut tidak akan

dikenakan pajak maka Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Aktiva adalah sama dengan nilai

tercatat aktiva.

> Contoh :

- Mesin nilai perolehan 100. Untuk tujuan fiskal, mesin telah disusutkan sebesar 30 dan

sisa nilai buku dapat dikurangkan pada periode mendatang. Penghasilan mendatang dari

penggunaan aktiva merupakan obyek pajak. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) aktiva

tersebut adalah 70.

- Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100. Untuk tujuan fiskal, pendapatan bunga

diakui dengan dasar kas. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) piutang bunga adalah nihil.

Piutang usaha mempunyai nilai tercatat 100.

- Pendapatan usaha terkait telah diakui untuk tujuan fiskal. Dasar Pengenaan Pajak

(DPP) piutang adalah 100.

Page 7: Manajemen Pajak Bab 7

- Pinjaman yang diberikan mempunyai nilai tercatat 100. Penerimaan kembali pinjaman

tidak mempunyai konsekuensi pajak. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) pinjaman yang

diberikan adalah 100.

Apabila Dasar Pengenaan Pajak (DPP) aktiva tidak begitu jelas, maka Dasar Pengenaan

Pajak (DPP) tersebut dapat ditentukan menurut prinsip dasar yang digunakan dalam

Pernyataan PSAK 46. Dengan beberapa pengecualian, perusahaan harus mengakui aktiva

pajak tangguhan apabila pemulihan nilai tercatat aktiva akan mengakibatkan pembayaran

pajak pada periode mendatang lebih kecil dibandingkan dengan pembayaran pajak sebagai

akibat pemulihan aktiva yang tidak memiliki konsekuensi pajak.

> Pengertian Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets) adalah :

Jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya :

1. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary differences).

2. Sisa kerugian yang belum dikompensasikan.

Penilaian kembali Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets) harus dilakukan setiap

tanggal neraca, terkait dengan kemungkinan dapat atau tidaknya pemulihan akiva pajak

tangguhan (Deferred Tax Assets) direalisasikan dalam periode mendatang.

Penyajian akiva pajak tangguhan (Deferred Tax Assets) dalam neraca harus disajikan

terpisah dari aktiva, disajikan dalam aktiva tidak lancar.

Pengukuran akiva pajak tangguhan (Deferred Tax Assets) didasarkan pajak peraturan

yang berlaku, efek perubahan peraturan perpajakan yang terjadi di kemudian hari tidak

boleh diantisipasi atau diestimasikan.

Perbedaan temporer timbul sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan standar atau

ketentuan yang berkaitan dengan pengakuan (kriteria dan periode), dan pengukuran atau

penilaian elemen-elemen laporan keuangan yang berlaku dalam disiplin akuntansi

perpajakan (ketentuan perpajakan) disatu pihak dengan standar atau ketentuan yang

berlaku dalam disiplin akuntansi keuangan dipihak yang lain

http://1man1a.wordpress.com/2013/01/02/akuntansi-pajak-pajak-tangguhan/

Page 8: Manajemen Pajak Bab 7

PEMBAHASAN ARTIKEL 2

Perlunya akuntansi pajak untuk dipelajari dan diketahui selain akuntansi keuangan adalah

karena pajak penghasilan seringkali dikenakan atau dipungut atas dasar berbagai asas, tujuan,

dan pertimbangan-pertimbangan yang sebagian besar diantaranya justru tidak berhubungan

dengan penentuan laba rugi periodik atau penetapan beban dan pendapatan sebagai salah satu

tujuan pokok akuntansi keuangan. Sehingga untuk melaksanakan kewajiban pajakdengan

benar terutama dalam pengisian dan pelaporan SPT Tahunan sangat penting untuk

mengetahui dan mempelajari akuntansi pajak.

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Aktiva Dalam Akuntansi Pajak adalah nilai aktiva yang diakui

oleh Direktorat Jendral Pajak dalam penghitungan laba fiskal atau jumlah yang dapat

dikurangkan, untuk tujuan fiskal, terhadap setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena pajak

yang akan diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut.

Page 9: Manajemen Pajak Bab 7

ARTIKEL 3

PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN

PAJAK KINI

Pajak kini adalah beban pajak penghasilan perusahan yang dihitung berdasarkan tarif

pajak penghasilan dikalikan dengan laba fiskal, yaitu laba akuntansi yang telah dikoreksi agar

sesuai dengan ketentuan perpajakan atau jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak,

jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak

dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.

Alasan mengapa harus melakukan koreksi fiskal, karena adanya perbedaan perlakuan

atas pendapatan maupun biaya yang berbeda antara standar akuntansi dengan peraturan

perpajakan yang berlaku. Untuk kepentingan internal dan kepentingan lain wajib pajak dapat

menggunakan standar akuntansi yang berlaku umum, sedangkan untuk perhitungan dan

pembayaran pajak harus berdasarkan peraturan perpajakan.

PAJAK TANGGUHAN

Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang

ditentukan atau diperbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan

memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran

dan rekognisi pengahasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan

perhatian, bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak sekadar

intstrumen penstranfer sumber daya (fungsi budgeter), akan tetapi seringkali pula digunakan

untuk tujuan memepengaruhi perilaku wajib pajak untuk inveastasi, kesejahteraan, dll.

(fungsi mengatur) yang kadang-kadang merupakan alasan untuk membenarkan

penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.

Aset Pajak Tangguhan

Aset pajak tangguhan timbul apabila beda waktu yang menyebabkan

terjadinya koreksi positif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil

daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Aset pajak tangguhan adalah

jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan

temporer yang boleh di kurangkan dan sisa kompensasi kerugian.

Kewajiban Pajak Tangguhan

Page 10: Manajemen Pajak Bab 7

Kewajiban pajak tangguhan timbul karena adanya perbedaan waktu yang

menyebabkan terjadinya koreksi negative sehingga beban pajak menurut akuntansi

lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Kewajiban pajak

tangguhan adalah jumlah PPh terutang untuk periode mendatang sebagai akibat

adanya perbedaan temporer kena pajak.

Pengakuan Pajak Tangguhan

Pengakuan kewajiban pajak tangguhan didasarkan pada fakta adanya kemungkinan pelunasan

kewajiban yang mengakibatkan pembayaran pajak untuk periode mendatang menjadi lebih

besar sebagai akibat pelunasan kewajiban pajak.

http://indahyuanita010492.blogspot.com/2013/01/pajak-kini-dan-pajak-tangguhan.html

PEMBAHASAN ARTIKEL 3

Pajak kini adalah beban pajak penghasilan perusahan yang dihitung berdasarkan tarif pajak

penghasilan dikalikan dengan laba fiskal, yaitu laba akuntansi yang telah dikoreksi agar

sesuai dengan ketentuan perpajakan atau jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak,

jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak

dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.

Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang ditentukan atau

diperbolehkan. Pengakuan kewajiban pajak tangguhan didasarkan pada fakta adanya

kemungkinan pelunasan kewajiban yang mengakibatkan pembayaran pajak untuk periode

mendatang menjadi lebih besar sebagai akibat pelunasan kewajiban pajak.

Page 11: Manajemen Pajak Bab 7

ARTIKEL 4

PAJAK TANGGUHAN

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang yang

disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta

kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward)

yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.

Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan

diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa

saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang

lebih besar di masa datang. Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar pajak lebih

besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih kecil di masa

datang. Bila dampak pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi,

maka laporan keuangan bisa saja menyesatkan pembacanya.

> Metode Penangguhan Pajak penghasilan

Metode alokasi pajak digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh-pengaruh

pajak dan bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut harus disajikan dalam laporan

keuangan.

Ada tiga metode untuk mengalokasikan pajak, (Kieso dan Weygant, 2001 : 1067-1068)

antara lain :

1. Deferred method (Metode Penangguhan)

Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (income statement approach) yang

memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang

laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari

segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan

perbedaan permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan

diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba rugi. Metode ini lebih menekankan

matching principle pada periode terjadinya perbedaan tersebut.

Namun, perkembangan dunia bisnis dan akuntansi telah sedemikian pesatnya sehingga

muncul transaksi-transaksi yang tidak diakui dalam laporan laba rugi tetapi langsung

diakui sebagai bagian dari ekuitas misalnya keuntungan atau kerugian dari surat

berharga yang siap untuk dijual kapan saja. Apabila menggunakan pendekatan laba rugi

transaksi seperti itu tidak dapat terdeteksi, sehingga pendekatan ini dipandang kurang

relevan.

2. Asset-liability method (Metode Aktiva-Kewajiban)

Page 12: Manajemen Pajak Bab 7

Metode ini menggunakan pendekatan neraca (balance sheet approach) yang

menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan

dan memprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan neraca

memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang neraca,

yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial dan dasar pengenaan pajaknya.

Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan perbedaan non temporer. Pada

metode ini terjadi pengakuan pajak tangguhan (deferred tax) atas konsekuensi pajak di

masa mendatang berupa aktiva (kewajiban) pajak tangguhan yang harus dilaporkan di

neraca. Beban pajak tangguhan dilaporkan di laba rugi bagian taksiran PPh sebagai

komponen pajak tangguhan, sedangkan penghasilan pajak tangguhan harus dilaporkan

di laba rugi sebagai komponen negatif dari beban pajak tangguhan.

3. Net-of-tax method (Metode Bersih dari Pajak)

Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas

perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan sebagai

penyesuaian atas nilai aktiva atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang

terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan laba rugi sama

dengan jumlah pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT tahunan.

> Kegiatan yang Dilakukan dalam Menentukan Pajak Tangguhan

Sama halnya dengan proses akuntansi lainnya, Akuntansi Pajak Tangguhan tidak terlepas

dari empat kegiatan berikut ini :

1. Pengakuan (recognition) yaitu standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas

perbedaan temporer dan tax loss carry forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus

diakui dalam laporan keuangan. Pengakuan ini menyiratkan bahwa perusahaan pelapor

akan memulihkan nilai tercatat aktiva pajak tangguhan atau deferred tax asset (DTA)

dan akan melunasi nilai tercatat dalam kewajiban pajak tangguhan atau deferred tax

liability (DTL) tersebut. Aktiva pajak tangguhan dan Kewajiban pajak tangguhan yang

disebabkan oleh perbedaan temporer akan terpulihkan di masa datang karena jumlah

yang akan diakui sebagai biaya atau pendapatan akan sama antara akuntansi dan pajak,

hanya berbeda alokasi waktunya saja. Sedangkan Aktiva pajak tangguhan yang timbul

dari kompensasi rugi akan terpulihkan bila perusahaan menggunakan kompensasi rugi

tersebut pada tahun di mana perusahaan memperoleh laba fiskal. Bila kompensasi rugi

tersebut tidak terpakai dan menjadi hangus, maka Aktiva pajak tangguhan yang timbul

harus disesuaikan.

Page 13: Manajemen Pajak Bab 7

2. Pengukuran (measurement) yaitu cara menghitung jumlah yang harus dibukukan dalam

buku besar perusahaan. Dalam hal ini pajak tangguhan akan dihitung dengan

menggunakan tarif yang berlaku atau efektif akan berlaku di masa yang akan datang.

Dalam praktek, biasanya pajak tangguhan dihitung dengan tarif PPh yang tertinggi

yaitu sebesar 30%, meskipun tarif yang sebenarnya berlaku bersifat progresif. Lapisan

tarif PPh sebesar 10% dan 15% dianggap tidak terlalu material untuk diperhitungkan.

Di samping itu, kedua lapisan tarif PPh tersebut biasanya dipergunakan untuk

menghitung pajak kini. Meskipun pajak tangguhan berkaitan dengan dampak pajak di

masa datang, namun dalam pengukurannya tidak boleh didiskonto (discounted).

3. Penyajian (presentation) yaitu standar yang menentukan cara penyajian di dalam

laporan keuangan, baik dalam neraca ataupun laba rugi. Aktiva pajak tangguhan (DTA)

atau kewajiban pajak tangguhan (DTL) harus disajikan secara terpisah dari aktiva atau

kewajiban pajak kini dan disajikan dalam unsur non currentdalam neraca. Sedangkan

beban atau penghasilan pajak tangguhan harus disajikan terpisah dengan beban pajak

kini dalam laporan keuangan.

4. Pengungkapan (disclosure) yaitu berkaitan dengan standar informasi yang perlu

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya unsur-unsur utama

perbedaan temporer yang menimbulkan pajak tangguhan, unsur-unsur yang dibebankan

langsung ke laba ditahan, perubahan tarif pajak dan sebagainya.

> Perbedaan Temporer

Sesuai namanya, perbedaan temporer merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan

perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya secara keseluruhan beban atau pendapatan

akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.

Perbedaan temporer bisa bersifat koreksi positif atau koreksi negatif. Koreksi positif

adalah koreksi yang menyebabkan penambahan laba fiskal yang akhirnya akan menambah

PPh terutang. Sedangkan koreksi negatif merupakan koreksi yang menyebabkan

pengurangan laba fiskal sehingga PPh terutang menjadi lebih kecil. Mengingat sifatnya

yang temporer, maka koreksi positif saat ini akan mengakibatkan perusahaan membayar

pajak besar saat ini, tetapi akan dikompensasi (dipulihkan) dengan penghematan PPh

terutang karena koreksi negatif di masa datang. Demikian sebaliknya.

Transaksi akuntansi yang mengakibatkan perbedaan temporer antara perlakuan akuntansi

dan perpajakan yang merupakan unsur Pajak Tangguhan diantaranya adalah perbedaan

metode penyusutan antara akuntansi dengan pajak, perbedaan perlakuan penyertaan

saham equity method menurut akuntansi dengan cost method menurut pajak, perbedaan

Page 14: Manajemen Pajak Bab 7

pencadangan pesangon menurut PSAK No. 24 dengan perpajakan yang hanya mengakui

pembebanan pesangon pada saat realisasinya, perbedaan pencadangan piutang ragu-ragu

menurut akuntansi dengan perpajakan yang hanya mengakui pembebanan piutang tak

tertagih pada saat benar-benar tidak tertagih, dan lainnya.

Sedangkan untuk rugi fiskal yang masih dapat dikompensasi di masa datang (tax loss

carry forward) menurut PSAK No. 46 diakui sebagai Aktiva Pajak Tangguhan (DTA)

apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk

dikompensasi. Atau dengan kata lain, bahwa akumulasi rugi fiskal yang terjadi baru boleh

diakui sebagai aktiva pajak tangguhan jika besar kemungkinan bisa dikompensasi

seluruhnya dengan laba fiskal dalam 5 tahun ke depan, sesuai dengan peraturan perpajakan

yang berlaku.

http://aryantobn.blogspot.com/2010/04/pajak-tangguhan-deferred-taxes.html

PEMBAHASAN ARTIKEL 4

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang yang

disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta

kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward)

yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu. Dampak PPh di

masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan diungkapkan dalam laporan

keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa saja membayar pajak lebih

kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih besar di masa datang.

Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya

memiliki potensi hutang pajak yang lebih kecil di masa datang.

Metode alokasi pajak digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh-pengaruh pajak

dan bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut harus disajikan dalam laporan keuangan. Ada

tiga metode untuk mengalokasikan pajak, (Kieso dan Weygant, 2001 : 1067-1068) yaitu

metode penangguhan, metode asset-kewajiban, dan metode bersih dari pajak.

Sesuai namanya, perbedaan temporer merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan

perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya secara keseluruhan beban atau pendapatan

akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.

Perbedaan temporer bisa bersifat koreksi positif atau koreksi negatif. Koreksi positif adalah

koreksi yang menyebabkan penambahan laba fiskal yang akhirnya akan menambah PPh

terutang. Sedangkan koreksi negatif merupakan koreksi yang menyebabkan pengurangan laba

fiskal sehingga PPh terutang menjadi lebih kecil.

Page 15: Manajemen Pajak Bab 7

ARTIKEL 5

PERHITUNGAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN

Tabel penyusutan menurut akuntansi dan fiskal sebagai berikut :

Aktiva TetapBeban Penyusutan menurut

Akuntansi

Beban Penyusutan 

menurut Fiskal

Bangunan 562.500.000 1.125.000.000

Mesin 3.333.333.333 5.000.000.000

Kendaraan 1.500.000.000 1.875.000.000

Peralatan 500.000.000 625.000.000

Jumlah 5.895.833.333 8.625.000.000

Berdasarkan tabel perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus di atas, dapat diketahui

bahwa telah terjadi perbedaan temporer antara perlakuan pajak dengan akuntansi. Mengingat

bahwa beban penyusutan secara fiskal lebih besar daripada beban penyusutan secara

akuntansi, PT XYZ akan melakukan koreksi negatif. Akibatnya, koreksi tersebut dapat

menyebabkan terjadinya pengurangan laba fiskal, sehingga beban PPh tahun berjalan menjadi

lebih kecil.

Perhitungan koreksi negatif yang dapat memperkecil laba fiskal tersebut adalah sebagai

berikut :

Laba akuntansi Rp          9.282.150.000

Koreksi fiskal

- penyusutan akuntansi (+)          5.895.833.333

- penyusutan fiskal (-)       (8.625.000.000)

Laba Fiskal Rp         6.552.983.333

Pembulatan         6.552.983.000

Page 16: Manajemen Pajak Bab 7

Perhitungan Pajak Penghasilan

   Keterangan          Akuntansi            Fiskal

Laba        9.282.150.000       6.552.983.333

PPh Terutang

10 % x 50.000.000               5.000.000              5.000.000

15 % x 50.000.000               7.500.000              7.500.000

30 % x 9.182.150.000        2.754.645.000

30 % x 6.452.983.000       1.935.894.900

Jumlah PPh       2.767.145.000       1.948.394.900

Taksiran Pajak Penghasilan

Beban Pajak Kini Rp      1.948.394.900

Beban Pajak Tangguhan Rp         818.750.100

   Jumlah Beban Pajak Rp      2.767.145.000

Jurnal akuntansinya sebagai berikut :

Beban Pajak Kini     1.948.394.900

Beban Pajak Tangguhan        818.750.100

Hutang PPh 25/29    1.948.394.900

Kewajiban Pjk Tangguhan       818.750.100

http://auditme-post.blogspot.com/2008/04/perhitungan-pajak-tangguhan-atas_28.html

Page 17: Manajemen Pajak Bab 7

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan

tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi

penghasilan dan biaya, namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak sekedar instrument pentransfer

sumber daya (fungsi budgeter) akan tetapi sering kali digunakan untuk tujuan mempengaruhi

perilaku wajib pajak untuk investasi, kesajahteraan dan lain-lain (fungsi mengatur) yang

kadang-kadang merupakan alasan untuk membenarkan penyimpangan dari standar akuntansi

keuangan.

Pada umumnya, bentuk dan isi yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan untuk

kepentingan perpajakan hamper tidak berbeda jauh dengan bentuk dan isi yang terdapat

dalam Laporan Keuangan untuk kepentingan komersial. Penghasilan Kena Pajak (PKP –

Taxable Income) dihitung berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan

(KPPP), sedangkan Penghasilan Sebelum Pajak (PSP – Accounting Income atau Pretax

Accounting Income atau Pretax Book Income) dihitung berdasarkan standar yang disusun

oleh profesi yang dikenal sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Pajak Penghasilan yang dihitung berbasis Penghasilan Kena Pajak yang

sesungguhnya dibayar kepada pemerintah disebut “PPh terutang – Income Tax Payable atau

Income Tax Liability” sedangkan Pajak Penghasilan yang dihitung berbasis Penghasilan

Sebelum Kena Pajak disebut sebagai “Beban Pajak Penghasilan – Income Tax Expense atau

Provision for Income Taxes”.

Page 18: Manajemen Pajak Bab 7

PEMBAHASAN

A. PAJAK KINI

A.1. Pengertian

Pajak Kini (current tax) adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak,

jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan

kena pajak dikalikan dengan tariff pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan

dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan

pajak yang berlaku. Penghasilan kena pajak atau laba fiscal diperoleh dari hasil

koreksi fiskal terhadap laba bersih sebelum pajak berdasrkan laporan keuangan

komersial (laporan akuntansi). Koreksi fiscal harus dilakukan karena adanya

perbedaan perlakuan atas pendapatan maupun biaya yang berbeda antara standar

akuntansi dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Untuk kepentingan internal

dan kepentingan lain wajib pajak dapat menggunakan standar akuntansi yang

berlaku umum, sedangkan untuk perhitungan dan pembayaran pajak harus

berdasarkan peraturan perpajakan, dalam hal ini adalah Undang-Undang Pajak

Penghasilan dan peraturan lainnya yang terkait.

A.2. Perbedaan perlakuan atas pendapatan maupun biaya yang berbeda antara standar

akuntansi dengan peraturan perpajakan yang berlaku

Perbedaan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

- Beda tetap (permanent difference) adalah perbedaan yang disebabkan oleh

adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan beban anatara standar akuntansi

dan peraturan perpajakan. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan besarnya laba

bersih sebelum pajak dengan laba fiscal atau penghasilan kena pajak.

- Beda waktu sementara (temporary difference) adalah perbedaan yang disebabkan

adanya perbedaan waktu dan metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu

berdasarkan standar akuntansi dengan peraturan perpajakan. Perbedaan ini

mengakibatkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara tahun

pajak yang satu ke tahun pajak berikutnya.

A.3. Perhitungan Pajak Kini

Pajak kini adalah beban pajak penghasilan perusahan yang dihitung berdasarkan

tariff pajak penghasilan dikalikan dengan laba fiscal, yaitu laba akuntansi yang telah

dikoreksi agar sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Page 19: Manajemen Pajak Bab 7

B. PAJAK TANGGUHAN

B.1. Pengertian

Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang

ditentukan atau diperbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi

keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis

dengan pengukuran dan rekognisi pengahasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal

yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan tidak sekadar intstrumen penstranfer sumber daya (fungsi budgeter),

akan tetapi seringkali pula digunakan untuk tujuan memengaruhi perilaku wajib

pajak untuk inveastasi, kesejahteraan, dll. (fungsi mengatur) yang kadang-kadang

merupakan alasan untuk membenarkan penyimpangan dari standar akuntansi

keuangan.

Oleh karena basis pengenaan penghasilan untuk keperluan perhitungan pajak

penghasilan berbeda dengan basis perhitungan penghasilan untuk keperluan

komersial, atau dengan perkataan lain, akibat dari perbedaan rekognisi penghasilan

dan biaya, maka akan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antar kedua basis

tersebut. Pajak pebnghasilan yang dihitung berbasis pada penghasilan yang

sesungguhnya dibayar kepada pemerintah, disebut sebagai “PPh terutang-income tax

payable atau income tax liability”, sedangkan pajak penghasilan yang dihitung

berbasis penghasilan sebelum pajak, disebut sebagai “beban pajak penghasilan-

income tax expense/ profision for income taxes”.

B.2. Beban Pajak Tangguhan dan Pendapatan Pajak Tangguhan

Beban PPh terdiri atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan atau pendapatan

pajak tangguhan. Pajak kini (current tax) merupakan jumlah PPh terutang atas

Penghasilan Kena Pajak pada suatu periode. Pajak Penghasilan diperlakukan sebagai

biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu, Pajak Penghasilan harus diasosiasikan

dengan laba dimana Pajak Penghasilan tersebut dikenakan atau diperhitungkan.

Proses untuk mengasosiasiakan Pajak Penghasilan dengan laba dimana pajak itu

dikenakan disebut Alokasi Pajak.

Beban pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan sedangkan

pendapatan pajak tangguhan mengakibatkan aset pajak tangguhan.

B.2.1 Aset Pajak Tangguhan

Aset pajak tangguhan timbul apabila beda waktu yang menyebabkan

terjadinya koreksi positif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil

Page 20: Manajemen Pajak Bab 7

daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Aset pajak tangguhan

adalah jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya

perbedaan temporer yang boleh di kurangkan dan sisa kompensasi kerugian.

B.2.2 Kewajiban Pajak Tangguhan

Kewajiban pajak tangguhan timbul karena adanya perbedaan waktu yang

menyebabkan terjadinya koreksi negative sehingga beban pajak menurut

akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan.

Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah PPh terutang untuk periode

mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

Baik Kewajiban Pajak Tangguhan maupun Aset Pajak Tangguhan dapat terjadi

dalam hal- hal sebagai berikut :

a. Apabila Penghasilan sebelum Pajak lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak,

maka Beban Pajak pun akan lebih besar dari Pajak Terutang, sehingga akan

menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan.

b. Sebaliknya apabila Penghasilan Sebelum Pajak lebih kecil dari Penghasilan Kena

Pajak, maka Beban Pajaknya akan juga lebih kecil dari Pajak Terutang, sehingga

akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan.

Perbedaan Temporer Perbedaan Temporer x Tarif Hasilnya

PSP > PKP BP > PT Kewajiban Pajak Tangguhan

PSP < PKP BP < PT Aset Pajak Tangguhan

Keterangan :

PSP : Penghasilan Sebelum Pajak BP : Beban Pajak

PKP : Penghasilan Kena Pajak PT : Pajak Terutang

B.3. Prinsip – Prinsip Alokasi Pajak

Pada dasarnya Alokasi Pajak Penghasilan bagi perusahaan sebagai wajib pajak bisa

mencakup 2 hal, yaitu:

a. Interperiod Allocation

Yaitu proses alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu

dengan periode- periode tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak

penghasilan antar periode tahun buku ini diperlukan karena adanya perbedaan

terhadap jumlah laba kena pajak dan laba akuntansi.

Page 21: Manajemen Pajak Bab 7

b. Intraperiod Allocation

Yaitu proses alokasi pajak penghasilan dalam suatu periode akuntansi karena

adanya perbedaan tarif pajak yang dikenakan terhadap tiap- tiap komponen laba

atau pendapatan (Misalnya, tarif pajak untuk laba sebelum pos luar biasa

berbeda dengan tarif pajak untuk laba atau rugi luar biasa).

Karena Undang-Undang Perpajakan di Indonesia tidak mengenal diskriminasi

tarif yang diberlakukan terhadap tiap-tiap komponen laba atau pendapatan,

maka masalah Intraperiod Allocation praktis tidak pernah dijumpai, sehingga

pembahasan lebih dititikberatkan pada masalah Interperiod Allocation.

B.4. Metode Alokasi Pajak Interperiode

Metode alokasi pajak digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh-

pengaruh pajak dan bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut harus disajikan dalam

laporan keuangan. Ada tiga metode untuk mengalokasikan pajak yaitu:

a. Deferral Method (Metode Pajak Tangguhan)

Dalam metode ini menggunakan pendekatan laba rugi yang memandang

perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang

laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi

baik dari segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah

perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil perhitungan dari pendekatan

ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai Pajak Tangguhan pada laporan

laba rugi. Metode ini lebih menekankan Matching Principle pada periode

terjadinya perbedaan tersebut. Keunggulan dan Kelemahan dari metode ini

adalah :

Metode pajak tangguhan lebih menekankan pada pengukuran berapa besar

pengematan pajak kini akibat perbedaan temporer tersebut yang

dialokasikan pada periode mendatang. Sedangkan di lain pihak, metode

kewajiban tekanannya pada berapa besar pengeluaran kas yang akan

dilakukan di masa mendatang untuk keperluan pajak penghasilan terutang.

Metode pajak tangguhan lebih obyektif bila dibandingkan dengan metode

kewajiban, karena tidak menggunakan estimasi atau asumsi berkenaan

Page 22: Manajemen Pajak Bab 7

dengan waktu pemulihan penhasilan kena pajak kini maupun pada periode

pemulihan atau tarif pajak.

Baik metode pajak tangguhan maupun metode kewajiban mengungkapkan

secara terpisah berkenaan dengan pajak tangguhan di neraca dan laba-rugi

perusahaan dan tidak tergabung dalam nilai individu asset atau kewajiban,

penghasilan atau biaya, seperti halnya pada metode pajak netto.

Kelemahan yang serius pada metode pajak tangguhan adalah tidak

terdapatnya konsep mendasar atau teori yang rasional yang

mempermasalahkan kredit paja tangguhan. Kredit tersebut tidak memiliki

atribut yang lazimnya sebagai utang menurut akuntansi, dan malahan.

Seolah-olah merupakan klaim pemilik atas asset perusahaan. Para direksi

lebih memfokuskan pada masalah laporan laba-rugi dan obyektivitas

pengukuran beban pajak dalam metode pajak tangguhan, dibandingkan

dengan perhatiannya terhadap neraca perushaan dan konstitensi teori kredit

pajak tangguhan dengan ekuitas lainnya.

b. Liability Method (Metode Kewajiban)

Metode ini menggunakan pendekatan neraca ( balance sheet approach) yang

menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi

keuangan dan memprediksi aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan

neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut

pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial dan dasar

pengenaan pajaknya. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan

non temporer. Beban pajak tangguhan di laporkan di laba rugi bagian taksiran

PPh sebagai komponen pajak tangguhan, sedangkan penghasilan pajak

tangguhan harus dilaporkan di laba rugi sebagai komponen negative dari beban

pajak tangguhan.

c. Net–of–Tax Method (Metode Pajak Neto)

Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi dari pajak

atas perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya

diperlakukan sebagai penyesuian atas niali aktiva atau kewajiban tertentu dan

penghasilan atau beban yang terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang

Page 23: Manajemen Pajak Bab 7

disajikan dalam laporan laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang

terutang menurut SPT Tahunan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 46) diantara ketiga metode

tersebut, hanya Deferral Method (Metode Pajak Tangguhan) yang

diperkenankan digunakan. Terpilihnya metode pajak tangguhan untuk

digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, karena secara umum dapat

dikatakan bahwa metode ini memasukkan alokasi perbedaan temporer yang

komprehensif dan bukan alokasi perbedaan temporer yang parsial. Selain itu

keunggulan dan kelemahan dari metode ini adalah : metode pajak tangguhan

lebih menekankan pada pengukuran berapa besar penghematan pajak kini akibat

perbedaan temporer tersebut yang dialokasikan pada periode

mendatang.Sedangkan di lain pihak, metode kewajiaban tekanannya pada

berapa besar pengeluaran kas yang akan dilakukan di masa mendatang untuk

keperluan pajak penghasilan terutang.

B.5 Perbedaan Permanen Dan Perbedaan Waktu

B.5.1 Perbedaan Permanen

Pada dasarnya, perbedaan permanen tersebut muncul disebabkan oleh

kebijaksanaan ekonomi atau disebabkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang

menghendaki penghapusan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang memberatkan salah satu sub sektor dari sub sektor

perekonomian.

Perbedaan permanen tersebut dapat terbentuk karena:

Penghasilan tertentu, baik sebagian maupun seluruhnya dikecualikan dari

pengenaan pajak penghasilan.

Kelompok wajib pajak tertentu, baik sebagian maupun seluruhnya

dibebaskan dari pembayaran pajak.

Pengurangan khusus yang diberikan kepada wajib pajak atau pengurangan

secara selektif yang diberlakukan terhadap wajib pajak tertentu.

Dengan demikian akan terjadi perbedaan sebagai berikut :

Bagi akuntansi keuangan merupakan penghasilan, tetapi bagi akuntansin

pajak pengahsilan tersebut bukan merupakan penghasilan (tidak objek

Page 24: Manajemen Pajak Bab 7

pajak) atau merupakan penghasilan yang diotangguhkan pengenaan

pajaknya.

Bagi akuntansi keuangan sudah merupakan pengeluaran, tetapi bagi

akuntansin pajak pengeluaran tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai

biaya.

Bagi akuntansi keuangan tidak atau belum merupakan biaya, tetapi bagia

akuntansi pajak pengeluaran tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya.

B.5.2 Perbedaan Waktu atau Sementara

Beda waktu maksudnya secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi

maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.

Beda waktu dapat berasal dari perbedaan akrual dan realisasi, penyusutan,

amortisasi, dan kompensasi kerugian fiscal antara akuntansi dan perpajakan.

Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan obyek pajak penghasilan.

Beda waktu akan menimbulkan asset atau kewajiban pajak tangguhan.

Perbedaan tersebut dapat dibagi dalam empat kelompok :

a. Penghasilan yang didasarkan pada akuntansi pajak sudah merupakan

penghasilan yang sudah dapat dikenakan pajak, tapi berdasarkan akuntansi

keuangan, merupakan penghasilan yang masih akan diterima.

b. Penghasilan yeng berdasarkan akuntansi pajak sudah merupakan

penghasilan yang sudah dikenakan pajak, tetapi berdasarkan akuntansi

keuangan, merupakan penghasilan yang diterima dimuka.

c. Beban atau pengeluaran yang berdasarkan akuntansi pajak sudah dapat

dikurangkan sebagai biaya, tetapi berdasarkan akuntansi keuangan

merupakan beban atau pengeluaran yang dibayar dimuka.

d. Beban atau pengeluaran yang berdasarkan akuntansi pajak sudah dapat

dikurangkan sebagai biaya, tetapi berdasarkan akuntansi keuangan

merupakan beban atau pengeluaran yang masih akan dibayar.

B.6 Pencatatan dan Penyajiannya

Pengakuan aset dan kewajiban Pajak Tangguhan dilakukan terhadap rugi fiscal yang

masih dapat dikompensasikan dan beda waktu antara laporan keuangan komersial

dengan laporan keuangan fiscal yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif pajak

yang berlaku. Karena tarif Pajak Penghasilan berubah – ubah dari waktu ke waktu,

Page 25: Manajemen Pajak Bab 7

maka diperlukan suatu metode alokasi agar diperoleh kepastian dan perlakuan yang

konsisten terhadap pajak penghasailan tersebut beserta penyajiannya dalam Laporan

Keuangan. Dalam aplikasinya, tarif pajak maksimum PPh 30% digunakan karena

alasan kepraktisan.

B.6.1 Pencatatan

Jurnal untuk mencatat timbulnya asset pajak tangguhan adalah:

Keterangan Debit Kredit

Aset pajak tangguhan

Pendapatan pajak tangguhan

xxxx

xxxx

Jurnal untuk mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan adalah:

Keterangan Debit Kredit

Beban pajak tangguhan

Kewajiban pajak tangguhan

xxxx

xxxx

B.6.2 Penyajian pajak tangguhan

a. Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan

kewajiban lainnya dalam neraca.

b. Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini

(tax receivable/prepaid tax) dan kewajiban pajak kini (tax payable).

c. Aset atau kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset atau

kewajiban lancar.

d. Aset pajak kini harus dikompensasikan (offset) dengan kewajiban pajak kini

dan iumlah netonya disajikan dalam neraca.

e. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari

aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.

f. Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan restitusi PPh

dan kewajiban tangguhan juga disajikan terpisah dengan utang PPh 29.

g. PPh final:

Page 26: Manajemen Pajak Bab 7

Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan PPh

final berbeda dari Dasar Pengenaan Pajaknya, maka perbedaan tersebut

tidak boleh diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.

Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui

proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui

pada periode berjalan.

Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang

dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai

Pajak Dibayar di Muka dan Utang Pajak.

Akun PPh final dibayar di muka harus disajikan terpisah dari PPh final

yang masih harus dibayar.

h. Perlakuan akuntansi untuk hal khusus:

Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dalam Surat

Ketetapan Pajak harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-

lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan.

Apabila diajukan keberatan dan atau banding, pembebanannya

ditangguhkan.

Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan akuntansinya mengacu pada

PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk periode berjalan, kesalahan

mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi.

C. PERHITUNGAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN

Tabel penyusutan menurut akuntansi dan fiskal sebagai berikut :

Aktiva Tetap Beban Penyusutan menurut Akuntansi Beban Penyusutan menurut Fiskal

Bangunan 562.500.000 1.125.000.000

Mesin 3.333.333.333 5.000.000.000

Kendaraan 1.500.000.000 1.875.000.000

Peralatan 500.000.000 625.000.000

Jumlah 5.895.833.333 8.625.000.000

Page 27: Manajemen Pajak Bab 7

Berdasarkan tabel perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus di atas, dapat

diketahui bahwa telah terjadi perbedaan temporer antara perlakuan pajak dengan

akuntansi. Mengingat bahwa beban penyusutan secara fiskal lebih besar daripada beban

penyusutan secara akuntansi, PT XYZ akan melakukan koreksi negatif. Akibatnya,

koreksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya pengurangan laba fiskal, sehingga beban

PPh tahun berjalan menjadi lebih kecil.

Perhitungan koreksi negatif yang dapat memperkecil laba fiskal tersebut adalah sebagai

berikut :

Laba akuntansi Rp          9.282.150.000

Koreksi fiskal

- penyusutan akuntansi (+)          5.895.833.333

- penyusutan fiskal (-)       (8.625.000.000)

Laba Fiskal Rp         6.552.983.333

Pembulatan         6.552.983.000

Perhitungan Pajak Penghasilan

   Keterangan          Akuntansi            Fiskal

Laba        9.282.150.000       6.552.983.333

PPh Terutang

10 % x 50.000.000               5.000.000              5.000.000

15 % x 50.000.000               7.500.000              7.500.000

30 % x 9.182.150.000        2.754.645.000

30 % x 6.452.983.000       1.935.894.900

Jumlah PPh       2.767.145.000       1.948.394.900

Taksiran Pajak Penghasilan

Beban Pajak Kini Rp      1.948.394.900

Beban Pajak Tangguhan Rp         818.750.100

   Jumlah Beban Pajak Rp      2.767.145.000

Page 28: Manajemen Pajak Bab 7

Jurnal akuntansinya sebagai berikut :

Beban Pajak Kini     1.948.394.900

Beban Pajak Tangguhan        818.750.100

Hutang PPh 25/29    1.948.394.900

Kewajiban Pjk Tangguhan       818.750.100