22
MAKALAH PENGANGGURAN Pengaruh Banyaknya Pengangguran Terhadap Perekonomian Di Madiun Disusun Oleh: Nama : Yasheive Saadi

MAKALAH PENGANGGURAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah

Citation preview

Page 1: MAKALAH PENGANGGURAN

MAKALAH PENGANGGURAN

Pengaruh Banyaknya Pengangguran Terhadap

Perekonomian Di Madiun

Disusun Oleh:

Nama : Yasheive Saadi

Page 2: MAKALAH PENGANGGURAN

Kata Pengantar

Hingga saat ini, masalah pengangguran di Indonesia sepertinya tidak

pernah terselesaikan secara tuntas. Kondisinya diperparah dengan persoalan

ekonomi yang juga tidak kunjungselesai setelah sangat terpuruk di akhir abad dua

puluh yang lalu. Permasalahan lain, berkaitan dengan kualitas sumber daya

manausia dari para penganggur sendiri, misalnya dari aspek tingkat pendidikan

yang masih belum begitu bagus. Jika pun penganggur berkualifikasi pendidikan

tinggi, sering dihadang oleh kesempatan kerja yang sangat terbatas.

Bukan rahasia lagi, banyak mereka yang bekerja pada posisi yang

sebetulnya bisa diisi oleh mereka yang berpendidikan rendah atau menengah.

Keadaan seperti ini memunculkan fenomena mismatch, yaitu angkatan kerja yang

bekerja pada posisi yang tidak sesuai dengan pendidikannya. 

Selain karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran

dihadapkan pula pada bermunculannya para penganggur baru, yaitu orang-orang

yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam

kondisi penganggur lama, yaitu mereka yang pernah bekerja tetapi masih mencari

pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja

turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.

Penulis,

Page 3: MAKALAH PENGANGGURAN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Rumusan Masalah 2

1.3Tujuan Penulisan 3

1.4Sistematis Penulisan 3

1.5Manfaat Penelitian 3

BAB II PEMBAHASAN 4

2.1 Pengertian (definisi) Masalah pengangguran 4-5 

2.2 Masalah Pengangguran di kota Madiun 6

2.3 Tingkat Pengangguran di kota Madiun 6-7

2.4 Dampak Pengangguran bagi kota Madiun 8

BAB III PENUTUP 10

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Solusi Masalah Pengangguran 11-12

3.3 Kritik dan Saran 12

Page 4: MAKALAH PENGANGGURAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah kependidikan yang serius dihadapi oleh kota berkembang pada

umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga

pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Membidik masalah yang terakhir,

dengan tidak bermaksud mengecilkan arti ketiga masalah lainnya, memiliki greget

yang lain. Kekurangtersediaan lapangan pekerjaan akan berimbas pada

kemapanan sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif masyarakat.

Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana

untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada.

Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa

pendidikan, adalah teraihnya lapangan kerja yang diaharpkan. Atau setidak-

tidaknya, setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai "gengsi"

yang lebih tinggi di banding sektor informal.

Dengan demikian, keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga berpotensi

untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja,

secara linear berpotensi menggugat eksistensi dan urgensi pendidikan dalam

perspektif masyarakat. Masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan

terhadap eksistensi lembaga pendidikan.

Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan

masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan

"pendidikan". Maka merembaknya isyu pengangguran terdidik menjadi sinyal

yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara

berkembang pada umumnya, khususnya juga di Indonesia. 

1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang telah di uraikan pada latar belakang masalah dapat membuat

rumusan masalah yaitu :

1.Apa pengertian dari Pengangguran 

2.Apa yang menjadi masalah pengangguran di kota Madiun

Page 5: MAKALAH PENGANGGURAN

3.Bagaimana keadaan pengangguran di kota Madiun

4.Apa dampak dari pengangguran bagi kota Madiun

5.Sajian data pengangguran di kota Madiun

1.3 TUJUAN PENULISAN 

Dapat di ketahui tujuan penulis makalah ini.

1.Untuk mengetahui pengertian ( Definisi )

2.Untuk mengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di kota Madiun

3.Untuk mengetahui keadaan pengangguran di kota Madiun

4.Untuk mengetahui akibat yang timbul dari pengangguran 

5.Untuk mengetahui data-data tentang pengangguran di kota Madiun

1.4 SISTEMATIKA PENULISA

BAB 1 PENDAHULUAN

Dapat di jelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan

sistematika penlisan.

BAB 2 PEMBAHASAN

Pada bab ini di temukan pembahasan yang terdiri dari : pengertian pengangguran ,

masalah , pengangguran keadaan, dampak pengangguran, data-data

pengangguran.

BAB 3 PENUTUP

Diakhir memuat kesimpulan dan solusi masalah pengangguran.

1.5 MANFAAT PENULISAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1.Penulis

Karena dengan tugas ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi si

penulis mengenai kemiskinan. 

2.Masyarakat 

Masyarakat juga dapat mengetahui penyebab apa saja yang menimbulkan

kemiskinan serta masyarakat juga dapat berindak langsung dalam upaya

pengentasan kemiskinan

Page 6: MAKALAH PENGANGGURAN

3.Rekan-rekan Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk yang ingin mengetahui lebih

dalam mengenai Masalah Kemiskinan. hasil penelitian ini juga dapat

dimanfaatkan dan dijadikan salah satu bahan masukan ataupun bahan

pertimabngan dalam kegiatan penelitian selanjutnya.

Page 7: MAKALAH PENGANGGURAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian 

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai

64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang

yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa

sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena

sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.

Jenis & Macam Pengangguran

1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara

yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara

pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.

2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment

Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang

mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang

ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu

daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang

memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya

fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus

nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan

duren yang menanti musim durian.

Page 8: MAKALAH PENGANGGURAN

4. Pengangguran Siklikal 

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat

imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih

rendah daripada penawaran kerja.

Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela

(voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment).

Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk

sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik.

Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur

karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan

kerja.

2.2 Masalah pengangguran di kota Madiun

Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi

pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita

menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara

kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab,

rendahnya taraf hidup di kota-kota berkembang adalah terbatasnya penyerapan

sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan kota-

kota maju.

Pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh kota-kota berkembang

relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di kota-kota maju karena buruknya

efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam 

maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan 

sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat 

pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak.

Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang 

sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan 

pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun 1997 jumlah 

pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10%.

Page 9: MAKALAH PENGANGGURAN

2.3. TINGKAT PENGANGGURAN

1. Tingkat Pengangguran Menurut Umur

Tingkat pengangguran yang dimaksud pada tulisan ini

adalah tingkat pengangguran terbuka atau open unemployment

rate. Ukuran ini merupakan salah satu tolok ukur ketenagakerjaan

yang banyak digunakan untuk melihat sampai seberapa

jauh penawaran tenaga keja, serta bagaimana permintaan akan

kesempatan kerja.

Diperoleh dengan cara menghitung jumlah absolut angkatan kerja yang

menganggur, baik mereka yang baru lulus sekolah dan pertama kali mencari

pekerjaan, maupun yang sudah pernah bekerja tetapi sedang mencari kembali

pekerjaan, dibagi dengan total angkatan kerja dikalikan seratus. Jika tingkat

pengangguran 10 persen, berarti ada 10 orang penganggur dari setiap 100 orang

angkatan kerja.memperlihatkan pola tingkat pengangguran yang sangat umum,

yaitu memiliki persentase yang tinggi pada kelompok umur muda (15-19 tahun),

kemudian menurun tajam hingga usia 30-34 tahun. Pada umur-umur tua, relatif

stabil rendah, untuk kemudian meningkat lagi pada kelompok usia non produktif,

karena mungkin masih banyak yang pension tapi masih mencari pekerjaan.

2.Tingkat Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pengangguran menurut tingkat pendidikan yang

ditamatkan lebih menarik untuk di bahas. Pada umumnya tingkat pengangguran di

pedesaan lebih rendah dari perkotaan, namun pada tingkat SLTP angkanya

sedikit lebih tinggi di pedesaan, dan pada klasifikasi SLTA angkanya hampir

sama. Kemungkinan penyebab ini adalah banyaknya lulusan SLTP yang tidak

mampu melanjutkan pendidikan ke SLTA, tetapi langsung mencari kerja.

Baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan, tingkat pengangguran yang paling

tinggi adalah pada jenjang SLTA.

Kondisi ini belum banyak berubah sejak beberapa decade terakhir Hal ini

dapat dibuktikan dengan mengkaji ulang

beberapa tulisan yang membahas mengenai pengangguran seperti Effendi (1993)

yang memakai data SUPAS 1985, pembahasan yang berasal dari data sensus

Page 10: MAKALAH PENGANGGURAN

penduduk 1990 serna Sakernas 1996 oleh Tjiptoherijanto dan Soemitro (1998),

serta analisis Setiawan (2002) terhadap angkatan kerja dan pengangguran, yang

didasarkan pada data ketenagakerjaan hasil Sakernas 2001.

2.4 DAMPAK PENGANGGURAN BAGI KOTA MADIUN

Kecenderungan pengangguran terdidik di kota Madiun semakin meningkat

namun upaya perluasan kesempatan pendidikan dari pendidikan menengah sampai

pendidikan tinggi tidak boleh berhenti. Akan tetapi pemerataan pendidikan itu

harus dilakukan tanpa mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri. 

Karena itu maka salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah sulitnya

memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk profesionalisme

seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini pendidikan kita terlalu

menekankan pada segi teori dan bukannya praktek. 

Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang monoton sehingga

membuat para siswa menjadi bosan., pendidikkan dalam wujud praktek lebih

diberikan dalam porsi yang lebih besar. Di sanapun, cara pembelajaran dan

pemberian pendidikkan diberikan dalam wujud yang lebih menarik dan kreatif. 

Tingginya angka inflasi karena tidak seimbangnya antara permintaan dan 

penawaran barang dan jasa. Ini membuktikan tingginya laju inflasi di negara kita

lebih banyak dipengaruhi sektor riil, bukan sektor moneter. Jika kita mengambil

kesimpulan mengenai masalah inflasi di Indonesia bahwa ternyata laju inflasi

tidak semata ditentukan faktor moneter, tapi juga faktor fisik. Ada empat faktor

yang menentukan tingkat inflasi, tingkat inflasi ditentukan faktor fisik prasarana.

Melonjaknya inflasipun karena dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menarik

subisidi sehingga harga listrik dan BBM meningkat. Kenaikan BBM ini telah

menggenjot tingkat inflasi bulan Juni 2001 menjadi 1,67 persen. Dampak ini

masih terasa sampai bulan Juli 2001 yang akan memberikan sumbangan inflasi

antara 0,3-1 persen. Efek domino yang ditimbulkan pun masih menjadi pemicu

kenaikan harga lainnya. Diperkirakan inflasi tahun ini. 

Page 11: MAKALAH PENGANGGURAN

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan

kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari

kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi

pasar kerja bagi para pencari kerja. 

Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi

kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945

dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan

penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional. 

Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro

(khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran,

antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat

suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank

Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat

kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan

pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran

harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya. 

Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus). Kebijakan itu dapat

dijabarkan dalam beberapa poin. Pertama, pengembangan mindset dan wawasan

penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya

memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan

mengembangkan secara optimal.

Kedua, segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya

yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas

transportasi dan komunikasi. Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang

dapat menjamin kehidupan penganggur. 

Keempat, segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu

banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal

Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi

Page 12: MAKALAH PENGANGGURAN

masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Kelima, mengaitkan secara

erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan

lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat.

Kita. Diharapkan ke depannya di kota Madiun kebijakan ketenagakerjaan dapat

diubah (reorientasi) kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi

pengangguran.

3.2 SOLUSI MASALAH PENGANGGURAN DI KOTA MADIUN

Sekitar 10 juta penganggur terbuka (open unemployed) dan 31 juta

setengah penggangur (underemployed) bukanlah persoalan kecil yang harus

dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini dan ke depan. Sepuluh juta

penganggur terbuka berarti sekitar separo dari penduduk Malaysia. Penganggur

itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial,

politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan

yang luar biasa. Setiap orang harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian,

energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak

mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan berapa ton beras dan kebutuhan

lainnya harus disubsidi setiap harinya. Bekerja berarti memiliki produksi.

Seberapa pun produksi yang dihasilkan tetap lebih baik dibandingkan jika tidak

memiliki produksi sama sekali. Karena itu, apa pun alasan dan bagaimanapun

kondisi Indonesia saat ini masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan

berbagai upaya. 

Sering berbagai pihak menyatakan persoalan pengangguran itu adalah

persoalan muara. Berbicara mengenai pengangguran banyak aspek dan teori

disiplin ilmu terkait. Yang jelas pengangguran hanya dapat ditanggulangi secara

konsepsional, komprehensif, integral baik terhadap persoalan hulu maupun muara.

Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh

sebagai berikut. 

Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi

kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945

Page 13: MAKALAH PENGANGGURAN

dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan

penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.

Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro

(khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran,

antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat

suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank

Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. 

Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya

dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga

pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam

keputusannya dan pelaksanaannya.

3.3 Kritik dan saran 

Demikianlah makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita bersama.

Ibarat ”tak ada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini jauh dari

kesempurnaan maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat dih

Page 14: MAKALAH PENGANGGURAN

DAFTAR PUSTAKA

http://www.andisite.com, 2007

http://www.datastatistik-indonesia.com, 2007

http://www.dephan.go.id, 2007

http://www.google.co.id, 2007

http://id.wikipedia.co.id, 2007

http://www.instruments.worldpress.com, 2007

http://www.suarapembaruan.com, 2007

http://www.tempointeraktif.com, 2007