Makalah Kpk Suami Istri Kpk

Embed Size (px)

Citation preview

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat memegang peranan penting sebagai aset bangsa. Keluarga bukan hanya dianggap sekadar sasaran pembangunan, tetapi merupakan pelaku (subyek) pembangunan. Untuk itu perlu diatur tentang pembangunan keluarga sejahtera, terutama dalam mempersiapkan sumber daya anggota keluarga yang potensial. Pembangunan berwawasan keluarga merupakan pembangunan yang dilakukan secara seksama mempertimbangkan dimensi keluarga sebagai sasaran dan pelaku. Hal ini sekaligus mengarah pada peranan keluarga sebagai pengembang sumber daya manusia potensial dengan mendayagunakan keluarga untuk mempertajam potensi dasar seseorang. Upaya pembangunan keluarga berkualitas dilakukan melalui pemberdayaan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia. Upaya ini perlu memperhatikan sistim nilai yang ada dalam masyarakat, kondisi politik, ekonomi, sosial bidaya dan pertahanan keamanan serta perkembangan globalisasi. Proses pemberdayaan keluarga dilakukan secara terpadu oleh pemerintah bersama masyarakat melalui pemantapan sosialisasi dan pelaksanaan delapan fungsi keluarga sesuai dengan kondisi tiap-tiap keluarga melalui siklus perkembangan keluarga guna menjadikan setiap anggotanya sebagai insan pembangunan yang produktif dan kompetitif dalam rangka menuju persaingan pasar bebas. Pemberdayaan keluarga diawali dengan pengenalan kondisi dan potensi keluarga sasaran, melalui pendataan keluarga yang dilakukan para kader setempat dari rumah ke rumah. (Subagus 2011). Kehidupan rumahtangga tidak selamanya berjalan mulus. Seberapa besar masalah yang datang tergantung bagaimana pasangan suami istri tersebut menyikapinya. Komunikasi yang kurang bagus sering menjadi pangkal utama masalah muncul antara pasangan suami istri Persoalan dalam rumah tangga yang menjadi sumber konflik, bisa disebabkan oleh banyak hal. Bahkan, masalah yang seharusnya tidak diributkan pun bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung selesai. Di bawah ini ada delapan sumber konflik yang perlu diketahui pasangan dan bagaimana menyelesaikannya: 1. PENGHASILAN Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan istri adalah hal yang biasa. Namun bila yang terjadi kebalikannya, si istri yang lebih besar, bisa-bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas, sehingga jadi sombong dan tidak hormat lagi pada pasangannya. Solusinya: walaupun penghasilan istri lebih besar dari suami, sang istri harus mencoba untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika istri terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah membesar. 2. ANAK Ketidakhadiran anak di tengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan antara suami-istri. Solusi: Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajak suami untuk bersama memeriksakan kondisi diri ke dokter. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran anak belum

datang juga, pasanagn mengadopsi anak.

dapat

menempuh

cara lain,

misalnya

dengan

3. KEHADIRAN PIHAK LAIN Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan. Solusi: Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum istri dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak istri ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. 4. SEKS Masalah yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres ataupun hamil. Solusi: Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut. 5. KEYAKINAN Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup-semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumahtangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini seringkali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan, sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan. Solusi: Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masingmasing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya. Cobalah untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan. 6. MERTUA Kehadiran mertua dalam rumahtangga seringkali menjadi sumber konflik, karena terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya. Solusi: Bila istri tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Istri harus cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik istri dengan orangtua..

7. RAGAM PERBEDAAN Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu saja juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Solusi: Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur perkawinan sudah puluhan tahun. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi. 8. KOMUNIKASI TERBATAS Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya tidak punya cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur, atau di akhir pekan. Kurangnya atau tak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang, namun malah cekcok. Solusi: Sesibuk apapun istri dan suami, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya dengan sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur, usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun istri dan suami bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. (Anonim 2010). Sekain itu, enam penyebab sulitnya masalah suami istri untuk diselesaikan, yaitu: 1. Kaku Tidak Flexible/ sulit menyesuaikan diri Mekanisme sulitnya konflik diselesaikan akibat tidak flexible. Sebagian terbesar masalah pernikahan atau suami istri berhubungan dengan kebiasaan hidup mereka berdua yang berbeda. Oleh karena itulah maka yang dibutuhkan oleh suami istri adalah kesanggupan untuk penyesuaian dari diantara kedua belah pihak. Kita pun perlu menyadari bahwa semakin lebar jurang perbedaan diantara suami istri akan semakin memerlukan waktu dan menguras banyak tenaga untuk saling menyesuaikan diri. Adapun yang sering kali terjadi bila diantara Pasangan suami istri terjadi ketidak sanggupan untuk menyesuaikan diri terhadap perbedaan yang ada diantara mereka adalah: 1) Pada umumnya mereka beranggapan bahwa pasangan kitalah yang bermasalah dan dialah yang harus berubah. 2) Sedangkan diri kita pada umumnya kita enggan melakukan perubahan sebab kita beranggapan bahwa dalam diri kita tidak ada yang salah. Itu sebabnya yang dibutuhkan dalam pernikahan adalah fleksibelitas suami istri, atau kesanggupan untuk saling menyesuaian dari satu dengan yang lain. Orang yang kaku, atau orang yang mau menang sendiri dimanapun akan sulit untuk diajak hidup bersama, karena akan selalu menimbulkan masalah. 2. Sulit Untuk mengalah Terjadinya kesulitan penyelesaian konflik adalah akibat sulit mengalah. Masalah dalam pernikahan diantara suami istri menuntut kesediaan untuk mengalah dan lebih jauh diperlukan berkompromi. Karena sumber dari konflik suami istri adalah adanya perbedaan yang disebabkan dari adanya latar

belakang sifat, dan adanya kehidupan yang berbeda. Alasan tidak mudahnya pasangan untuk mengubah gaya hidup, yaitu: 1) Karena gaya hidup yang sudah melekat pada diri selama bertahun-tahun. 2) Karena mempunyai keangkuhan, dan keangkuhan yang tidak ditaklukan akan menghalangi kita untuk menyesuaikan diri dengan pasangan kita.. hal ini dipersulit dengan ada sebagian orang yang beranggapan bila mengalah atau berkompromi, itu berarti lemah atau takut terhadap pasangan kita 3. Hilangnya respect atau kekaguman terhadap pasangan Mekanisme sulitnya konflik diselesaiakan karena mulai kehilangan respect. Hampir semua masalaha suami istri diawali oleh hilangnya rasa hormat/respect diantara mereka. Sebelum pasangan suami istri menikah, sejak masih pacaran seharusnya mereka mengagumi pasanganya. Unsur kekaguman itu harus mencakup kekaguman fisik yaitu apakah kita kagum akan kecantikannya, kegagahan, keindahan rambutnya, kerapaian berpakaiannya dan lain sebagainya, itu semua diperlukan. Memang kekaguman secara fisik lama kelamaan dengan bertambahnya usia akan luntur karena keindahan dan kekuatan fisik akan pudar. Untuk itulah diperlukan kekaguman yang bersifat abadi yaitu karakter. Contohnya karakter itu ialah keuletannya, ketelitiannya, kejujurannya, kelembutannya, ketegasanya, kepintarannya, keberaniannya, dan lain sebagainya. Seharusnya apa yang dikagumi dari pasangan, semakin hari seharusnya semakin bertambah banyak. Bila kekaguman itu hilang atau pudar dikarenakan pasangan berubah kearah yang lebih jelek sifat dan tabiatnya, maka inilah awal dari timbulnya berbagai konflik suami istri. Untuk itu jadilah orang yang layak untuk dikagumi pasangan dan pertahankan bahkan tingkatkan itu. 4. Simpanan cinta yang mulai kosong Dengan berkurangnya cinta/kasih ternyata akan berkurang pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya akan timbul perasaan tidak peduli. 5. Konflik diselesaikan dengan melibatkan kekerasan emosional atau fisik Ada beberapa pasangan suami istri yang sudah terlanjur mencontoh perilaku orang tuanya atau saudaranya dalam menyelesaikan konflik dengan cara melibatkan cara-cara yang tidak sehat, yaitu dengan kekerasan fisik dan emosi termasuk berkelahi, bertengkar, marah-marah, berteriak, bahkan main pukul. 6. Berkepribadian bermasalah: Ada pasangan suami istri yang salah satu dari mereka memiliki kepribadian yang bermasalah yang sulit menyelesaikan masalah yang terjadi diantara mereka. Orang-orang yang memiliki kepribadian bermasalah ini antara lain memiliki ciri-ciri: 1) Suka Menyalahkan orang lain, bila terjadi masalah pribadi seperti ini biasanya tidak mau koreksi diri tetapi malah mulai cari kambing hitam untuk bisa dipersalahkan. Hal yang melatarbelakangi kenapa ini bisa terjadi adalah ia menolak memikul tanggung jawab yang seharusnya dia pikul. Selanjutnya masalah akan timbul dan sulit diselesaikan karena ketidaksanggupan pribadi untuk menyelesaikannya.

2) Mendiamkan pasangan. Perilaku ini sesungguhnya adalah salah satu bentuk penghukuman, namun tidak begitu jelas. Hal ini sering dilakukan oleh sebagian pasangan dan akan berdampak sangat buruk dalam hubungan suami istri, dan menimbulkan konflik bahkan konflik yang ada akan semakin sulit diselesaikan. 3) Menyakit dan menyerang. Perilaku ini didasari oleh ketidaksanggupan mengendalikan kemarahan. Orang yang sehat jasmani dan rohani seharusnya memiliki kesanggupan untuk mengotrol kemarahan namun mereka kesulitan mengendalikannya. 4) Berteriak Histeris. Hal yang melatarbelakangi prilaku ini adalah adanya ketidaksanggupan seseorang mengendalikan emosi. Bagi orang yang normal emosi itu bisa dikontrol, kapan harus tersenyum, gembira, serius namun bagi beberapa orang akan sulit mengontrol emosi dan muncul dalam bentuk teriakan histeris. (Anonim 2011). Pada hakekatnya permasalahan yang paling mendasar dalam proses interaksi sosial adalah komunikasi. Komunikasi yang lancar dan dapat diterima serta memperoleh tanggapan atau respon yang sesuai dengan tujuannya merupakan dambaan setiap orang. Percekcokan dalam rumah tangga, perselisihan pendapat antara orang tua dengan anak, pertengkaran dengan tetangga, adalah merupakan akibat dari proses komunikasi yang tidak lancar, terhambat, atau bahkan disebabkan tidak adanya komunikasi sama sekali. Oleh karena itu komunikasi merupakan kunci pokok dalam membangun kehidupan rumah tangga maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Hal pertama yang diharapkan ada pada diri individu sebelum mengadakan komunikasi dengan orang lain adalah kemauan dan kemampuan untuk menyadari bahwa masing-masing orang memiliki keunikan yang berbedabeda. Oleh karena itu setiap individu diharapkan berusaha menerima kekurangan maupun kelebihan masing-masing pribadi lainnya dengan tanpa syarat (unconditioning positif regard). Dengan demikian dapat menetralisir rasa curiga dan menanamkan rasa percaya terhadap hal-hal yang sering melekat pada diri seseorang misalnya kepada suku bangsa, agama, dan ras. Penerimaan terhadap orang lain dengan tanpa syarat inilah yang melandasi proses komunikasi selanjutnya. Di samping itu ada beberapa aspek psikologis yang perlu dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain yakni: 1. Perhatian Yaitu perlu adanya perhatian pada orang lain ataupun lingkungan sekitar, janganlah bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain. 2. Empati Yaitu suatu perasaan yang diikuti pola pikir untuk mengerti orang lain dengan cara memahami suatu masalah berdasarkan pandangan orang lain (tepa salira). 3. Mendengar secara Aktif Yaitu suatu perilaku mendengar dengan melibatkan atau menggunakan segenap sumber daya yang dimiliki. Mendengar secara aktif lerbeda daripada mendengar secara pasif atau mendengar sambil lalu. Dalam mendengar secara aktif tidak hanya menggunakan reseptor pendengaran narnun juga melibatkan kepekaan perasaan, daya pikir, pemusatan

perhatian atau konsentrasi, dan kesadaran (awareness). Usahakanlah memandang wajah pasangan atau menghadap kepada orang yang mengajak berbicara dan janganlah sambil melakukan sesuatu misalnya sambil membaca atau menonton televisi. 4. Tidak Egosentris Yaitu memandang segala sesuatu tidak hanya berdasar keinginan sendiri dan tidak boleh memaksakan kehendak. Agar komunikasi dapat berjalan lancar, dapat diterima dan atau memperoleh tanggapan yang positif dari pasangan atau orang lain sesuai dengan tujuan yang harapkan, maka berikut ini ada beberapa tips yang sangat bermanfaat apabila hendak menyampaikan sesuatu /berkomunikasi : 1. Memilih waktu yang tepat untuk berbicara Hal penting yang harus diperhatikan jika hendak melakukan pembicaraan yang serius dengan keluarga adalah bagaimana memilih waktu yang tepat. Jangan mengajukan pertanyaan atau pernyataan penting yang membutuhkan penjelasan panjang di saat suasana sedang sibuk bekerja maupun ketika masing-masing sedang dalam keadaan lelah. Cobalah melakukan pembicaraan penting tersebut pada waktu senggang misalnya sehabis makan malam atau pada hari libur. Dengan memilih waktu yang tepat, maka ada kesempatan untuk menyampaikan suatu permasalahan lebih detail, lebih luas, dan lebih mendalam, sehingga sama-sama akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Bisa juga memilih waktu ketika pasangan sedang kelihatan bahagia. Orang yang sedang bahagia tentunya akan memberikan tanggapan yang lebih baik daripada orang yang sedang mengalami emosi negatif seperti sedang sedih, kecewa, atau marah. Perlu diketahui bersama bahwa dalam diri pasangan ada situasi khusus yang dapat mempengaruhi cuaca emosi. Para suami perlu memahami bahwa ada saat-saat dimana sang istri sedang kurang enak hati akibat situasi tertentu yang tidak bisa dihindarinya. Ketika istri sedang hamil, sedang menstruasi, atau saatsaat memasuki masa menopause merupakan situasi yang kadang kurang menguntungkan karena suasana hati sang istri sedang mendung disebabkan oleh keadaan hormonal dalam tubuhnya yang sedang labil. Pada masa-masa tersebut biasanya seorang wanita akan lebih sensitif, mudah marah, mudah tersinggung, dan emosi-emosi lain yang bersifat negatif. Demikian juga ketika istri sedang lelah karena seharian bekerja dan mengurus anak. Para istri juga perlu memaklumi bahwa pada saat tertentu diharapkan untuk tidak mengajukan permintaan atau pertanyaan macam-macam. Misalnya sewaktu suami baru pulang kerja dimana suasana hatinya masih terpengaruh oleh keadaan di kantor (stress kerja), istri diharapkan berusaha untuk mengendalikan diri hingga suasana sudah lebih santai dan suami telah beristirahat. Bila suami mendapat surat keputusan dirumahkan atau bahkan dipecat dari pekerjaannya, suami sedang menghadapi pensiun, maupun ketika memasuki hari-hari awal masa pensiun. Pada kondisi tersebut bukanlah tindakan yang bijaksana bila istri mengajukan permintaan atau pertanyaan macam-macam, karena yang dibutuhkan suami justru dukungan moral dari istri sebagai pendamping hidupnya untuk menghadapi masa-masa sulit tersebut. 2. Bersikap tenang Usahakan jangan pernah memulai pembicaraan ketika sedang marah, kepala yang panas tidak dapat berpikir rasional. Bila ada kecenderungan bertindak emosional ketika berbicara dengan orang lain atau keluarga, cobalah

catat yang ingin disampaikan sebelum memulai pembicaraan. Karena berteriak dan menghina atau mencaci maki pasangan atau orang lain hanya akan memperburuk masalah. Kalau situasinya terlihat sulit dipecahkan, mungkin perlu time out atau istirahat dan pembicaraan tersebut. Namun jangan meninggalkan pembicaraan begitu saja atau membiarkan masalah menggantung. Cobalah untuk membicarakan lagi di lain waktu saat pasangan merasa lebih tenang. Ingatlah pepatah yang mengatakan bahwa hati boleh panas tetapi kepala harus tetap dingin ternyata pepatah ini tidak pernah usang dan selalu dapat diterapkan dalam berbagai situasi. 3. Lakukanlah aktifitas bersama pasangan atau keluarga Hubungan yang baik perlu dibina dengan kerja keras. Usahakan agar selalu membina hubungan baik dengan pasangan atau keluarga dalam keseharian. Pada waktu-waktu senggang cobalah meluangkan waktu untuk melakukan aktifitas yang menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga misalnya bermain-main dengan anak-anak. Dengan melakukan aktifitas yang menggembirakan dan disenangi maka segenap anggota keluarga dapat menikmatinya sehingga rasa kebersamaan pun semakin mendalam. 4. Jadikan kata maaf dan terima kasih dalam percakapan sehari-hari. Mengungkapkan kata maaf kepada orang lain ketika merasa bersalah adalah kunci dan teknik kehidupan. Janganlah menempatkan gengsi terlalu tinggi sehingga untuk meminta maaf pada orang lain, utamanya pada pasangan hidup atau keluarga dianggap sebagai sesuatu yang akan menjatuhkan harga diri. Justru dengan kata maaf, seseorang yang tertutup hatinya ataupun yang sedang meluap amarahnya akan mencair atau luluh. Namun kata maaf didasari dengan ketulusan dan sungguh-sungguh menyesali kesalahan atau perbuatan yang telah dilakukan dibarengi dengan tekad untuk tidak mengulanginya. Begitu juga bila mengucapkan terima kasih untuk segala sesuatu yang telah dikatakan maupun dilakukan oleh pasangan walau sekecil apa pun juga. Contohnya seorang suami yang baru pulang kerja diambilkan minum oleh istrinya dan suami mengucapkan terima kasih, pasti akan menciptakan kehangatan dan kemesraan dalam keluarga. Kompromi dengan pasangan atau keluarga Kompromi merupakan kunci untuk menyelesaikan masalah. Ketika pasangan suami istri punya pendapat yang berbeda mengenai satu hal, kedua belah pihak harus rela berkorban sehingga masalah tersebut dapat dipecahkan. Kompromi bukanlah cara yang dipaksakan agar kemauan terwujud, akan tetapi merelakan sebagian permintaan demi kepentingan bersama. Perlu disadari bahwa tidak semua keinginan maupun kebutuhan dapat terwujud, karena ternyata kepentingan yang diharapkan kadang kala berseberangan dengan kepentingan pasangan. Oleh karena itu perlu didiskusikan dengan santai untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagi kedua pihak sehingga terjalin hubungan yang jujur, saling memberi dan menerima (take and give) dengan ikhlas tanpa ada unsur mengeksploitasi pasangan. (Hastina 2011).

Anonim 2010. Inilah 8 Masalah Utama Rumah Tangga. http://www.dalimunthe.com/2010/04/inilah-8-masalah-utama-rumahtangga.html [11 Nov 2011]. Anonim. 2011. Penyebab sulitnya masalah http://www.kadnet.org/ [11 Nov 2011]. suami istri diselesaikan.

Hastina W. Komunikasi dalam keluarga. http://prestasikita.com/index.php? option=com_content&task=view&id=47&Itemid=2 [11 Nov 2011]. Subagus. 2011. Membangun keluarga berkualitas melalui pemberdayaan keluarga. Www.gemari.or.id [11 Nov 2011].