10
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Jl. Kalimantan 37 kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN RENCANA TINDAK LANJUT TUGAS AKHIR DI DESA PRINGGOWIRAWAN KECAMATAN SUMBERBARU KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012 A. PENDAHULUAN ASI Eksklusif adalah pemberian air susu dari payudara ibu tanpa didampingi makanan atau minuman lain (Roesli, 2005). WHO (2011) merekomendasikan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun. Undang- Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 juga menyatakan bahwa bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan hingga berusia 6 bulan, kecuali tidak dimungkinkan atas indikasi medis. Namun, bayi usia 5 bulan yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3% (RISKESDAS, 2010). Data tersebut masih jauh dari cakupan yang ingin dicapai sebesar 80% (Depkes, 2011). ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dan paling efektif untuk menurunkan angka kematian bayi (WHO, 2005). ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain itu, ASI juga mengandung berbagai zat kekebalan yang memberikan kekebalan pasif terhadap penyakit. Zat kekebalan tersebut tidak didapatkan pada makanan atau minuman selain ASI (Ramaiah, 2006) Bayi yang mendapatkan makanan selain ASI 4 kali lebih sering mengalami infeksi saluran pernapasan (ISPA) dan 17 1

LPJ ISI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LPJ ISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER TAHUN AKADEMIK 2011/2012Jl. Kalimantan 37 kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN RENCANA TINDAK LANJUT TUGAS AKHIR DI DESA PRINGGOWIRAWAN

KECAMATAN SUMBERBARU KABUPATEN JEMBERTAHUN 2012

A. PENDAHULUAN

ASI Eksklusif adalah pemberian air susu dari payudara ibu tanpa

didampingi makanan atau minuman lain (Roesli, 2005). WHO (2011)

merekomendasikan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan

sampai 2 tahun. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 juga menyatakan

bahwa bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan hingga berusia 6

bulan, kecuali tidak dimungkinkan atas indikasi medis. Namun, bayi usia 5 bulan

yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3% (RISKESDAS, 2010).

Data tersebut masih jauh dari cakupan yang ingin dicapai sebesar 80% (Depkes,

2011).

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dan paling efektif untuk

menurunkan angka kematian bayi (WHO, 2005). ASI mengandung semua zat gizi

yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain itu, ASI juga

mengandung berbagai zat kekebalan yang memberikan kekebalan pasif terhadap

penyakit. Zat kekebalan tersebut tidak didapatkan pada makanan atau minuman

selain ASI (Ramaiah, 2006)

Bayi yang mendapatkan makanan selain ASI 4 kali lebih sering

mengalami infeksi saluran pernapasan (ISPA) dan 17 kali lebih besar mengalami

resiko diare (Departemen Kesehatan RI, 2005). Pemberian makanan lain sebelum

waktunya juga dapat menimbulkan bahaya bagi bayi karena saluran pencernaan

bayi belum siap mencerna makanan selain ASI. Hasil Survey Dasar Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2010 menyatakan bahwa pemberian ASI ekslusif masih

rendah sebesar 38,4%.

Cakupan ASI ekslusif yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa hal

yaitu kurangnya pengetahuan, ibu bekerja, motivasi, pengaruh promosi susu

formula, dan sosial budaya mengenai pemberian makanan prelakteal. Salah satu

yang sangat mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif adalah budaya pemberian

1

Page 2: LPJ ISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER TAHUN AKADEMIK 2011/2012Jl. Kalimantan 37 kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450

makanan prelakteal pada bayi setelah lahir. Budaya pemberian makanan

prelakteal yang sudah turun temurun ini sangat erat dengan kepercayaan

masyarakat sehingga sulit untuk dihilangkan.

Makanan prelakteal adalah makanan atau minuman yang diberikan kepada

bayi 1-3 hari kelahiran (Suhardjo, 2004). Data Riskesdas tahun 2010

menunjukkan pemberian makanan prelakteal sebesar 81%. Penelitian yang

dilakukan oleh Defni (2001) juga menunjukkan 75% pola pemberian makanan

bayi usia 0-4 bulan termasuk dalam kategori kurang baik, karena sebagian besar

(95%) ibu memberikan makanan prelakteal sebelum usia bayi 7 hari dengan

alasan produksi ASI masih sedikit dan anggapan bayi masih lapar.

Pemberian makanan prelakteal memberikan dampak pada proses

menyusui. Prasetyono (2009) menyatakan bahwa 20-30 menit pertama setelah

kelahiran merupakan puncak reflek menghisap bayi yang kuat. Apabila ibu

terlambat menyusui dan memberikan makanan prelakteal pada bayinya maka

reflek menghisap akan berkurang dan proses menyusui menjadi tidak efektif.

Bayi yang sudah mendapatkan makanan prelakteal akan menyebabkan

bayi kenyang sehingga malas menyusu. Bayi yang malas menyusu menyebabkan

produksi ASI berkurang. Produksi ASI dipengaruhi oleh isapan bayi yang akan

merangsang hormone oksitosin. Semakin sering bayi menghisap maka semakin

banyak hormone oksitosin memproduksi ASI. Jika bayi sudah malas menyusu

karena sudah kenyang akibat pemberian makanan prelalkteal, proses menyusu

menjadi terhambat dan akhirnya terjadi kegagalan ASI eksklusif. Untuk itu

penting sekali menghidari pemberian makanan prelakteal kepada bayi.

B. TUJUAN

1) Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan masyarakat menghindari

makanan prelakteal sehingga dapat meningkatkan pemberian ASI

Eksklusif

2

Page 3: LPJ ISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER TAHUN AKADEMIK 2011/2012Jl. Kalimantan 37 kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450

2) Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan masyarakat dapat menyebutkan

Menjelaskan pengertian ASI eksklusif, menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, menjelaskan tentang makanan

prelakteal (pengertian, jenis, kerugian), dan menjelaskan pencegahan

pemberian makanan prelakteal

C. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Metode : Ceramah, diskusi

2. Waktu

Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Juni 2012

Pukul : 09.00 – 10.00 WIB

3. Tempat : Pendopo Desa Pringgowirawan, Kecamatan Sumberbaru

Kabupaten Jember

4. Seting tempat :

Penyuluhan

Keterangan:

= Penyuluh

= Peserta penyuluhan

5. Media : booklet panduan

6. Peserta : kader Posyandu dan ibu hamil

3

Page 4: LPJ ISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER TAHUN AKADEMIK 2011/2012Jl. Kalimantan 37 kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450

7. Susunan Acara :

No Acara Waktu1. Persiapan 08.30– 09.00 WIB

2.Pembukaan, memberi salam, memperkenalkan diri

09.00 – 09.05 WIB

3.Penyuluhan tentang ASI eksklusif dan makanan prelakteal

09.05 – 09.45 WIB

4. Penutup 09.45 – 10.00 WIB

8. Pengorganisasian

Penanggung jawab : Diana Panji Sutayani

Penyaji : Diana Panji Sutayani

Fasilitator : Mayang Anggun Pertiwi

Sie. Dokumentasi : Muhamad Royhan

D. SASARAN & TARGET

1. Sasaran & Target

Sasaran : Kader Posyandu dan ibu hamil

Target : 14 kader posyandu dan 6 ibu hamil

E. EVALUASI

1. Evaluasi Kegiatan

Kegiatan rencana tindak lanjut dilaksanakan dengan memberikan

penyuluhan ASI eksklusif dan menghindari pemberian makanan

prelakteal, kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama. Kegiatan ini

dihadiri peserta sebanyak 9 ibu yang merupakan warga desa

Pringgowirawan. Proses kegiatan diawali dengan salam, perkenalan,

maksud dan tujuan dilaksanakan penyuluhan, kemudian dilanjutkan

dengan pemberian materi penyuluhan yaitu meningkatkan ASI eksklusif

dengan menghindari pemberian makanan prelakteal.

Kegiatan dilakukan dengan diskusi, tanya jawab dengan peserta.

Beberapa peserta aktif bertanya dan memberi tanggapan terhadap materi

penyuluhan. Peserta tertarik pada materi ASI eksklusif, cara menyusui,

4

Page 5: LPJ ISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER TAHUN AKADEMIK 2011/2012Jl. Kalimantan 37 kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450

dan pemberian makanan prelakteal. Peserta banyak yang berpendapat

bahwa susu formula sama kandungannya dengan ASI, sehingga tidak

masalah apabila diberikan pada bayi setelah lahir. Kegiatan ini

berlangsung kondusif dan semua peserta dapat mengikuti kegiatan

penyuluhan dengan tertib dan aktif mengikuti kegiatan.

2. Faktor Pendukung:

a. Dukungan dari bidan dan kepala desa yang telah memberi ijin;

b. Tidak hanya memberikan informasi lewat komunikasi verbal, tetapi

memberikan leaflet berupa rangkuman materi isi penyuluhan sehingga

peserta dapat membawa pulang dan dapat sebagai bahan bacaan.

c. Peserta juga aktif memberikan tanggapan isi materi sehingga terjadi

diskusi yang sangat menarik.

d. Peserta sangat antusias dengan bertanya dan menjawab pertanyaan

3. Faktor Penghambat:

a. Kader posyandu mungkin ada kegiatan di rumah, sehingga tidak hadir,

peserta total yang hadir hanya 9 ibu.

F. PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari data tersebut menunjukan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan,

orang tua murid masih belum mengerti bagaimana cara pemberian ASI

eksklusif. Setelah dilakukan penyuluhan, kader posyandu dan ibu hamil

mengerti bahwa ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja tanpa

diberikan makanan atau minuman lain, selain itu, kader Posayandu dan ibu

hamil mengerti bahwa memberikan makanan prelakteal dapat

membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa

dalam pemberian materi terkait dengan meningkatkatkan ASI eksklusif

dengan cara menghindari pemberian makanan prelakteal memberikan

informasi dan manfaat bagi kader posyandu dan ibu hamil.

5

Page 6: LPJ ISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER TAHUN AKADEMIK 2011/2012Jl. Kalimantan 37 kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450

2. Saran

Perlu dilakukan kegiatan penyuluhan dengan materi yang berbeda

mengenai permasalahan lain yang dihadapi oleh ibu hamil dan menyusui

terkait program ASI eksklusif seperti teknik menyusui yang benar,

perawatan payudara pada ibu sebelum menyusui.

6

Page 7: LPJ ISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER TAHUN AKADEMIK 2011/2012Jl. Kalimantan 37 kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450

DAFTAR PUSTAKA

Defni, L. 2001. Pola Pemberian Makanan pada Bayi Usia 0-4 Bulan dan Pengaruhnya terhadap Status Gizi Bayi di Kelurahan Baranangsiang dan Desa Katulampa Kecamatan Kota Bogor, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Bogor: IPB.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005. [serial online] http://www.depkes.go.id [ 22 Maret 2012]

Departemen Kesehatan RI. 2011. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2009–2014. [serial online] http://www.depkes.go.id [ 22 Maret 2011]

Departemen Kesehatan RI. 2011. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2009–2014. [serial online] http://www.depkes.go.id [ 22 Maret 2011]

Ramaiah, S. 2006. Manfaat ASI dan Menyusui: Panduan Praktis bagi Ibu setelah Melahirkan. Jakarta: Buana Ilmu Populer.

Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspa Swara.

Suhardjo. 2004. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Kanisius

WHO. 2011. Exclusive breastfeeding for six months best for babies everywhere. [serial online]. http//www.who.int [29 Maret 2011]

7