18
I. Pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. II. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea Abdomen (sectio caesarea abdominalis) a.Sectio caesarea transperitonealis: 1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan: Mengeluarkan janin dengan cepat. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal. Kekurangan: Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan. 2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim).

LP Sectio Caesarea

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP Sectio Caesarea

I. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi

untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

II. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea

Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio caesarea transperitonealis:

1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira 10 cm.

Kelebihan:

Mengeluarkan janin dengan cepat.

Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan:

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperitonealis yang baik.

Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan.

2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen

bawah rahim).

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen

bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan:

Penjahitan luka lebih mudah.

Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.

Perdarahan tidak begitu banyak.

Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

Page 2: LP Sectio Caesarea

Kekurangan:

Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat

menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan

perdarahan banyak.

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan

demikian tidak membuka cavum abdominal.

Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai

berikut:

1. Sayatan memanjang (longitudinal).

2. Sayatan melintang (transversal).

3. Sayatan huruf T (T insicion).

III. Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan

menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal

yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses

persalinan normal (Dystosia):

- Fetal distress.

- His lemah/melemah.

- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.

- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).

- Plasenta previa.

- Kalainan letak.

- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan

panggul).

- Rupture uteri mengancam.

- Hydrocephalus.

Page 3: LP Sectio Caesarea

- Primi muda atau tua.

- Partus dengan komplikasi.

- Panggul sempit.

- Problema plasenta.

IV. Pohon Masalah

Kelemahan Umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung,

Placenta Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis

Pintu vagina lemah, tumor vagina tumor cervic

Kehamilan Serotinus (lebih dari 42 minggu)

Distocia karena kekurangan his

Prolapsus Foniculli

Sectio Caesarea

Perdarahan Nyeri Abdomen

Perlukaan

Shock Gangguan Rasa Nyaman GangguanIntegritas Kulit

Devisit Vol. Cairan Gangguan Aktivitas Resiko Tinggi Infeksi

Page 4: LP Sectio Caesarea

V. Tanda dan Gejala

a) Kejang parsial ( fokal, lokal )

Kejang parsial sederhana :

Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut

ini:

1. Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi

tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.

2. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,

dilatasi pupil.

3. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,

merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.

4. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

Kejang parsial kompleks

1. Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai

kejang parsial simpleks.

2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –

ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –

ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.

3. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

b) Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )

Kejang absens

1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung

kurang dari 15 detik

3. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan

konsentrasi penuh

Kejang mioklonik

1. Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang

terjadi secara mendadak.

Page 5: LP Sectio Caesarea

2. Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik

berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan

kaki.

3. Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam

kelompok.

4. Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

Kejang tonik klonik

1. Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum

pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung

kurang dari 1 menit.

2. Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.

3. Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.

4. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

Kejang atonik

1. Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan

kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.

2. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

VI. Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:

1. Infeksi puerperal (Nifas):

- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan

perut sedikit kembung.

- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.

2. Perdarahan:

- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

- Perdarahan pada plasenta bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

Page 6: LP Sectio Caesarea

VII.Pemeriksaan Diagnostik

1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis

dan fokus dari kejang.

2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri

biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan

menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk

memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila

menggunakan pemindaian CT

4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi

kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan

metabolik atau alirann darah dalam otak

5. Uji laboratorium

Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

Panel elektrolit

Skrining toksik dari serum dan urin

GDA

Kadar kalsium darah

Kadar natrium darah

Kadar magnesium darah

VIII. Penatalaksanaan1. Memberantas kejang Secepat mungkin.

Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan

kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi

suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15

menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis

yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan

Page 7: LP Sectio Caesarea

berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau

paraldehid 4 % secara intravena.

2. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya

pengobatan penunjang

Semua pakaian ketat dibuka

Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen,

bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.

Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.

3. Pengobatan rumat

Profilaksis intermiten

Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti

konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai

kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana

yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.

Profilaksis jangka panjang

Diberikan pada keadaan

Epilepsi yang diprovokasi oleh demam

Kejang demam yang mempunyai ciri:

- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,

retardasi perkembangan dan mikrosefali

- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau

diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap

- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik

- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan

4. Mencari dan mengobati penyebab

IX. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Page 8: LP Sectio Caesarea

1. Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit

vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan

thrombus).

2. Integritas ego

Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress

multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda

tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.

3. Makanan/cairan

Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra

operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/

ketoasidosis.

4. Pernafasan

Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.

5. Keamanan

- Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan

larutan.

- Adanya defisiensi imun.

- Munculnya kanker/adanya terapi kanker.

- Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi.

- Riwayat penyakit hepatic.

- Riwayat tranfusi darah.

- Tanda munculnya proses infeksi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan.

2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi.

3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi.

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi.

5. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.

C. Intervensi Keperawatan

Page 9: LP Sectio Caesarea

Dx 1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan

Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan

output baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi:

a. Kaji kondisi status hemodinamika.

R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan

faktor utama masalah.

b. Ukur pengeluaran harian.

R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian

ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post

operasi dan harian.

c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian.

R/ Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif.

d. Evaluasi status hemodinamika.

R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan

fisik.

Dx 2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi:

a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.

R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi

perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien

lebih buruk.

b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh

umum.

R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi

organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post

operasi dan berkurangnya energi.

c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.

Page 10: LP Sectio Caesarea

d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan

kemampuan/kondisi klien.

R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,

istirahat mutlak sangat diperlukan.

e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.

R/ Menilai kondisi umum klien.

Dx 3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi

Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.

Intervensi:

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.

R/ Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala

maupun dsekripsi.

b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.

R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance

mengatasi nyeri.

c. Ajarkan teknik distraksi.

R/ Pengurangan persepsi nyeri.

d. Kolaborasi pemberian analgetika.

R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan

pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum

luas/spesifik.

Dx 4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi.

Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka

operasi.

Intervensi:

a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan

bau dari luka operasi.

Page 11: LP Sectio Caesarea

R/ Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart

keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak

mungkin merupakan tanda infeksi.

b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post

operasi.

R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.

c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.

R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.

d. Lakukan perawatan luka.

R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.

e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi.

R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik

infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan

gejala infeksi.

X. Daftar Pustaka

Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.

Doengoes, M. E,. 2000. Rencana askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Page 12: LP Sectio Caesarea

Laporan Pendahuluan

Sectio Caesaria

Di RSUD Kepanajen Kab. Malang

Oleh:

Aulia Dwi Zhukmana (06060006)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2009

Page 13: LP Sectio Caesarea