11
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN PENGENALAN LABORATORIUM KULTUR JARINGAN NAMA : IDO SALOMO BUKIT NPM/JURUSAN : 140210070026/ KIMIA KELOMPOK : 4 TGL PRAKTIKUM : 18 MEI 2011 TGL MASUK LAPORAN : 25 MEI 2011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN

LAPORAN PRAKTIKUM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN

PENGENALAN LABORATORIUM KULTUR JARINGAN

NAMA : IDO SALOMO BUKIT

NPM/JURUSAN : 140210070026/ KIMIA

KELOMPOK : 4

TGL PRAKTIKUM : 18 MEI 2011

TGL MASUK LAPORAN : 25 MEI 2011

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2011

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkatnya saya dapat

menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Pengenalan Labolatorium Kultur Jaringan” . Penyusun

menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.

Semoga Tuhan YME membalas semua kebaikan.

Penyusun menyadari dalam penulisan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

penyusun menerima masukan, kritik, dan saran. Akhir kata, semoga laporan praktikum ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Cimahi, 23 Mei 2011

Penyusun

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM

ISI

KULTUR JARINGAN

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur

jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman

seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara

aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya

sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.

Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan

bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.

A. PERSYARATAN LABOLATORIUM KULTUR JARINGAN

Laboratorium kultur jaringan hendaknya jauh dari sumber polusi, dekat dengan

sumber tenaga listrik dan air. Untuk menghemat tenaga listrik, ada baiknya bila

laboratorium kultur jaringan ditempatkan di daerah tinggi, agar suhu ruangan tetap

rendah. Lokasi yang mendukung pelaksanaan kultur akan mengoptimalkan kinerja dari

proses kulturisasi yang tentunya pekerjaan akan lebih efektif dan efisien.

Tempat segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang

steril, yaitu di Laminar air flow. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu

dengan cara menyemprotkan etanol secara merata pada peralatan yang akan digunakan.

Media yang digunakan juga harus disterilisasi melalui proses autoclave. Teknisi atau

praktikan yang melakukan kultur jaringan juga harus steril, menggunakan masker dan

sarung tangan.

Semua jenis kultur harus disimpan dalam tempat yang terkontrol baik temperatur,

sirkulasi udara, kelembaban maupun kualitas dan lamanya cahaya. Faktor-faktor

lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan diferensiasi biakan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Kultur protoplas, suspensi sel dan kultur

anther adalah yang paling sensitif terhadap kondisi lingkungan. Suhu ruang kultur untuk

pertumbuhan umumnya berkisar antara 15o – 30oC. Pencahayaan, sebagai

penggantinsinar matahari (sebagai fotolisis air)

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM

B. PEMBAGIAN DAN FUNGSI RUANGAN DALAM LABORATORIUM KULTUR

JARINGAN

a. Ruang Pencucian dan Ruang Persiapan Media 

Ruang pencucian harus tersedia bak cuci, meja kerja yang terbuat dari bahan yang tahan

terhadap asam dan basa, rak pengering dan mempunyai saluran untuk air demineralisasi atau

destilasi, ruang untuk tempat oven pengering, alat/mesin pencuci dan pengering, serta rak

atau lemari penyimpanan alat. Di dalam ruang persiapan media harus tersedia tempat untuk

penyimpanan bahan-bahan kimia, gelas kultur dan penutupnya, dan peralatan gelas yang

diperlukan untuk pembuatan media, dan dispenser harus tersedia. Peralatan lain yang

biasanya ada di ruang persiapan dan pembuatan media antara lain alat vaccum, distiling unit,

bunsen, refrigerator (kulkas) dan freezer untuk penyimpanan larutan stok dan bahan kimia,

mikrowave, oven dan autoclave untuk sterilisasi media, peralatan gelas dan peralatan lain.

Didalam pembuatan media kultur, bahan-bahan kimia yang digunakan harus yang

bertaraf analitik dan penimbangannya harus baik dan benar. Agar lebih akurat, dalam

pembuatan media harus dilakukan tahap demi tahap dan bahan-bahan yang digunakan harus

di ”checklist”. Air yang digunakan dalam pembuatan media harus berkualitas tinggi yang

mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi. Air ledeng atau sumur tidak digunakan untuk

pembuatan media karena mengandung kation-kation (amonium, kalsium, besi, magnesium

natrium, dll.), anion-anion (bikarbonat, klorida, flourida, fosfat, dll.), mikroorganisme (algae,

jamur, bakteri), gas-gas (oksigen, CO2, nitrogen) dan bahan-bahan lain (minyak, bahan

organik dll.) yang dapat mengkontaminasi kultur, sehingga mengganggu pertumbuhan.

c. Ruang Transfer 

Teknik kultur jaringan dapat berlangsung dengan baik apabila dilakukan dibawah kondisi

laboratorium yang sangat steril. Oleh karena itu, pemindahan atau transfer biakan dikerjakan

dalam ruang transfer steril atau laminar air flow. Laminar air flow yang digunakan dalam

kultur jaringan tanaman adalah tipe horizontal dan dirancang dengan mempunyai ruangan

yang bebas dari partikel debu yang halus dan dilengkapi dengan sinar ultra violet (UV) serta

unit penyaring udara. Penyaring udara harus mempunyai filter udara dengan efisiensi tinggi

atau ”high-efficiency particulate air” (HEPA filter). HEPA filter harus mempunyai pori

sekitar 0.3 µm dengan efisiensi kerja berkisar 99.97 – 99.99%. Semua permukaan ruang kerja

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM

dalam laminar harus dirancang dan mempunyai konstruksi sedemikian rupa sehingga debu

dan mikroorganisme tidak dapat berakumulasi dan permukaan tempat kerja dapat mudah

dibersihkan dan didesinfeksi. Laminar air flow cabinet biasanya disteriliasi permukaannya

dengan 70% alkohol (v/v). Penggunaan alkohol asam (70% v/v, pH 2.0) mungkin lebih

efektif sebagai desinfektan, jarang digunakan karena memiliki efek korosif pada permukaan

logam. Semua alat dibenamkan pada larutan 70 – 80% (v/v) ethanol dan dipanasi dengan

lampu spiritus sebelum digunakan. Agar aman, sebaiknya wadah yang mengandung alkohol

untuk pemanasan (flaming) diletakkan pada suatu wadah dengan dasar yang berat. Ini

mencegah jatuhnya wadah alkohol akibat tersenggol secara tidak sengaja yang dapat

menyebabkan kebakaran dalam laminar. Sebagai aturan umum alkohol yang tersisa dibuang

pada beaker glass setelah melalukan pengkulturan.

d. Ruang Kultur 

Dalam kultur jaringan, pertumbuhan eksplan atau inokulum diusahakan dalam

lingkungan aseptik dan terkendali. Implikasi dari keadaan ini adalah bahwa setiap langkah

dalam pelaksanaanya harus dilakukan dalam laboratorium. Laboratorium yang efektif

merupakan salah satu unsur penting yang ikut menentukan keberhasilan suatu kegiatan, baik

untuk keperluan peneletian, maupun produksi. Laboratorium kultur jaringan sebaiknya

mempunyai pembagian ruangan yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan

terpisah satu dengan yang lainya, tetapi juga saling berhubungan dan mudah dicapai.

Semua jenis kultur harus disimpan dalam tempat yang terkontrol baik temperatur,

sirkulasi udara, kelembaban maupun kualitas dan lamanya cahaya. Faktor-faktor lingkungan

tersebut akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan diferensiasi biakan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kultur protoplas, suspensi sel dan kultur anther adalah

yang paling sensitif terhadap kondisi lingkungan. Suhu ruang kultur untuk pertumbuhan

umumnya berkisar antara 15o – 30oC, dengan fluktuasi kurang dari ±0.5oC; akan tetapi

kisaran suhu yang lebih besar mungkin diperlukan untuk tujuan percobaan. Ruang kultur

harus mempunyai pencahayaan hingga 10.000 lux. Suhu dan cahaya harus dapat diprogram

selama 24 jam. Ventilasi udara harus baik dengan kelembaban berkisar 20-98%.

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM

C. ALAT DAN FUNGSINYA YANG DIGUNAKAN DALAM KULTUR JARINGAN

1. Peralatan gelas (gelas ukur, erlenmeyer) atau stainless steel untuk memanaskan dan

melarutkan media

2. Alat sterilisasi dengan tekanan uap (autoclave) untuk sterilisasi basah

3. pH meter untuk mengukur pH

4. Timbangan (analitical dan bench top loading) untuk mengukur massa larutan stock

5. Gelas ukur gradual untuk persiapan larutan stock

6. Botol kultur dengan penutupnya sebagai tempat menyimpan media dah eksplan

7. Dispenser

8. Alat diseksi (spatula, scalpel (pinset), forcep, gunting)

9. Refrigerator penyimpanan larutan media atau stock, Freezer dan desikator

10. Distiling unit atau water deionizer

11. Oven untuk sterilisasi kering

12. Autoclave untuk sterilisasi media

13. Pipet ukur

14. Shaker untuk mix larutan stock

15. Laminar air flow untuk Sterilisasi , bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan

harus dalam keadaan steril dan menghindari adanya kontaminasi.

16. Desinfektan

17. Hot plate yang dilengkapi stirrer atau kompor gas

18. Stirrer dengan magnetic stirrer.

19. Water bath yang dilengkapi pengatur suhu

D. PENANAMAN (JENIS EKSPLAN, MEDIA, PARAMETER YANG DIAMATI)

Multiplikasi adalah suatu teknik memperbanyak calon tanaman dengan menanam

eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di Laminar air flow untuk menghindari

adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Pada percobaan

kali ini, jenis eksplan yang digunakan adalah batang tanaman Nilam loksmawe

(Pogostemon cablin Benth.) dan media kultur yang digunakan adalah media MS. Tabung

yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril

dengan suhu kamar. Multiplikasi tunas dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu:

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM

Ujung tunas yang sudah ada akan memanjang menghasilkan ruas dan buku

baru yang nantinya dapat dipotong lagi.

Tunas lateral yang ada pada eksplan akan menghasilkan tunas yang

selanjutnya akan menghasilkan tunas baru. Seringkali tunas lateral ini sulit

dilihat dengan mata telanjang, tapi sebagian besar titik tumbuh daun (leaf

axil) mengandung banyak calon tunas.

Perkembangan tunas adventif. Pada banyak spesies, organ tanaman seperti

akar, tunas, atau umbi dapat diinduksi untuk membentuk jaringan yang

biasanya tidak dihasilkan pada organ ini. Organogenesis adventif seperti

ini lebih berpotensi dibandingkan induksi tunas aksilar untuk perbanyakan

klonal tanaman. Satu daun, contohnya, mungkin akan dapat memproduksi

tunas atau pucuk yang identik secara genetik dengan eksplan.

Somatik embryogenesis. Potensi terbesar multiplikasi klon adalah melalui

somatic embryogenesis, dimana 1 sel dapat menghasilkan 1 embrio dan

menjadi tanaman lengkap. Somatic embryogenesis dapat terjadi pada

kultur suspense atau kadang terjadi pada kalus. Induksi embryogenesis

memerlukan ekspos terhadap auksin, biasanya 2,4-D yang diikuti oleh

penurunan pada level auksin. Induksi embrio juga memerlukan

pengurangan nitrogen pada media.