10
PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Ni Ketut M e idayanti Putri , 1108105013 Jur usan Kimi a FM I PA Uni ve rsitas Uday ana, Buki t Jimbaran 2014 Abstrak Telah dilakukan praktikum mengenai penentuan orde suatu reaksi dan penentuan tetapan (k) laju reaksi. Digunakan sampel etilasetat dengan mengetahui bahwa reaksi  penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida dimana larutan NaOH digunakan sebagai titran. Variasi waktu yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pada menit ke-5; 20;50; dan 60 menit serta pemanasan. Dari hasil titrasi didapatkan volume NaOH pada masing-masing waktu secara berturut-turut yaitu 11,05 mL; 11,65 mL; 12,55 mL; 12,75 mL; dan pemanasan  yaitu 17,95 mL. Hasil perhitungan menunjukkan nilai tetapan (k) yang diperoleh yaitu  sebesar 3,8333; 1,11; 0,6340; dan 0,6667 serta pemanasan yaitu -0,4985 secara berturut- turut sehingga diperoleh nilai k rata-rata yaitu 1,1491. Selain penentuan nilai k, juga ditentukan grafik hubungan antara  x a a  x  (sebagai ordinat) terhadap waktu ( sebagai absis) sehingga diperoleh grafik yang linier dengan persamaan garis y = 21,61x + 965,31 dengan nilai koefisien regresi liniernya sebesar 0,9734. Berdasarkan reaksi yang terjadi, reaksi ini merupakan reaksi orde dua.  Keywords : Laju reaksi, orde reaksi, tetapan (k), titrasi, waktu, persamaan g aris. PENDAHULUAN Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakkan molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi waktu. Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan  pengamatan dan pengukuran besaran termodinamika suatu reaksi, dengan mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu system (Siregar, 2008). Reaksi kimia adalah proses  berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang  berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara

LAPORAN PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Meyda.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kimia fisika II penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi

Citation preview

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSINi Ketut Meidayanti Putri, 1108105013Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran2014

Abstrak

Telah dilakukan praktikum mengenai penentuan orde suatu reaksi dan penentuan tetapan (k) laju reaksi. Digunakan sampel etilasetat dengan mengetahui bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida dimana larutan NaOH digunakan sebagai titran. Variasi waktu yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pada menit ke-5; 20;50; dan 60 menit serta pemanasan. Dari hasil titrasi didapatkan volume NaOH pada masing-masing waktu secara berturut-turut yaitu 11,05 mL; 11,65 mL; 12,55 mL; 12,75 mL; dan pemanasan yaitu 17,95 mL. Hasil perhitungan menunjukkan nilai tetapan (k) yang diperoleh yaitu sebesar 3,8333; 1,11; 0,6340; dan 0,6667 serta pemanasan yaitu -0,4985 secara berturut-turut sehingga diperoleh nilai k rata-rata yaitu 1,1491. Selain penentuan nilai k, juga ditentukan grafik hubungan antara (sebagai ordinat) terhadap waktu ( sebagai absis) sehingga diperoleh grafik yang linier dengan persamaan garis y = 21,61x + 965,31 dengan nilai koefisien regresi liniernya sebesar 0,9734. Berdasarkan reaksi yang terjadi, reaksi ini merupakan reaksi orde dua.Keywords : Laju reaksi, orde reaksi, tetapan (k), titrasi, waktu, persamaan garis.

PENDAHULUANKinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakkan molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi waktu. Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan pengamatan dan pengukuran besaran termodinamika suatu reaksi, dengan mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu system (Siregar, 2008).Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasilreaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat.Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999).Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana laju bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen (Oxtoby, 2001).Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu. Satuan yang umum adalah mol/dm-3-i. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi dan dapat dinyatakan sebagaiLaju = k f (C1, C2, ., Ci)Di mana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepaan, C1, C2, adalah konsentrasi dari reaktan-reakan dan produk-produk (Dogra, 1990).Laju reaksi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah terus-menerus seiring dengan perubahan konsentrasi (Chang, 2005).Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya (Syukri, 1999). Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi: KonsentrasiKecepatan reaksi bergantung pada banyak factor. Konsentrasi reaktan memainkan peran penting dalam mempercepat atau memperlambat rekasi tertentu. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. SuhuKenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu, energy kinetic partikel zat-zat meningkat sehinga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Berdasarkan teori tumbukan, reaksi terjadi bila molekul bertumbukan dengan energy yang cukup besar, disebut energy aktivasi. Untuk memutus ikatan dan mengawali reaksi, konsatanta laju dan energy aktivasi dihubungkan oleh persamaan Arrhenius.k = Ae-Ea/RTketerangan: Ea = energy aktivasi T= suhu mutlak A= frekuensi tumbukan Luas PermukaanLuas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat. KatalisKatalis ialah zat yang mengambil bagian dalamn reaksi kimia dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam laju persamaan kimia balans secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan mempercepat lintasan yang ada. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industry, banyak upaya untuk menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan (Oxtoby, 2001). Efek pelarutPengaruh pelarut terhadap laju penguraian obat merupakan suatu topic terpenting untuk ahli farmasi. Walau efek-efek tersebut rumit dan generalisasi tidak dapat dilaksanakan. Tampak reaksi nonelektrolik dihubungkan dengan tekanan dalam relative atau parameter kelarutan dari pelarut dan zat terlarut. (Martin, 1993)Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitanKefarmasiaan, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana obat tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau racun, ahli farmasi harus mengetahui kestabilan potensial dari obat yang dibuatnya. Dokter dan pasien harus diyakinkan bahwa obat yang ditulis atau digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang cukup untuk mencapai efek pengobatan yang diinginkan. Ada beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam rantai peristiwa ini yaitu: kestabilan dan tak tercampurkan, disolusi, proses absorbs,distribusi dan eliminasi, dan kerja obat pada tingkat molekuler obat (Martin, 1993).Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode,1. Metode substansi. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubtitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.2. Metode grafik. Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde-kedua akan memberikan garis lurus bila 1/(a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1/(a-x)2terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mulanya, reaksi adalah orde-ketiga.3. Metode waktu-paruh. Dal reaksi orde, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal a, waktu paruh reaksi orde-pertama tidak bergantung pada a, waktu paruh untuk reaksi orde-kedua, dimana a=b sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde-ketiga, dimana a=b=c, sebanding dengan 1/a2. (Martin, 1993)Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai setengahnya dari konsentrasi mula-mula. Obat yang sama dapat menunjukkan orde penguraian yang berbeda pada konsidi yang berbeda. Walaupun penguraian hidrogen peroksida, misalnya dengan katalis ion iodine adalah sau orde pertama, telah ditemukan bahwa penguraian larutan yang distabilkan dengan berbagai pereaksi dapat menjadi orde-nol. Dalam hal ini, di mana reaksi tidak tergantung pada konsentrasi obat, penguraia mungkin akibat kontak dengan dinding wadah atau berbagai faktor luar lainnya (Martin, 1993). Tujuan dari mempelajari laju reaksi adalah untuk dapat memprediksi laju suatu reaksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan hitungan matematis melalui hukum laju. Sebagai contoh, pada reaksi:a A + b B c C + d DDimana A dan B adalah pereaksi, C dan D adalah produk dan a,b,c,d adalah koefisien penyetaraan reaksi, maka hukum lajunya dapat dituliskan sebagai berikut:Laju reaksi = k [A]m [B]n dengan, k = tetapan laju, dipengaruhi suhu dan katalis (jika ada)m = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi An = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi B[A], [B] = konsentrasi dalam molaritas.Pangkat m dan n ditentukan dari data eksperimen, biasanya harganya kecil dan tidak selalu sama dengan koefisien a dan b. Semakin besar harga k reaksi akan berlangsung lebih cepat. Kenaikan suhu dan penggunaan katalis umumnya memperbesar harga k. Secara formal hukum laju adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi v sebagai fungsi dari konsentrasi semua komponen spesies yang menentukan laju reaksi.BAHAN DAN METODEPeralatanAdapun peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu volumetris 250 mL, pipet volume 1 mL ; 10 mL dan 20 mL, labu erlenmeyer bertutup 250 mL dan 100 mL, labu erlenmeyer 250 mL, buret 10 mL, botol semprot, pipet tetes dan stopwatch.BahanBahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Etil asetat p.a, larutan NaOH 0,02 M, larutan HCl 0,02 M, ndikator fenolftalein, dan akuades.Cara KerjaSebanyak 0,5 mL larutan etil asetat 10,165 M dipipet ke dalam labu volumetris 250 mL lalu diencerkan sampai tanda batas untuk mendapatkan larutan etil asetat dengan konsentrasi 0,02 M sebanyak 250 mL. Larutan NaOH dengan konsentrasi tepat 0,02 M disediakan sebanyak 200 mL dan Larutan HCl dengan konsentrasi tepat 0,02 M disediakan sebanyak 150 mL. Dengan menggunakan pipet, sebanyak 100 mL larutan NaOH 0,02 M dan 100 mL etil asetat 0,02 M dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer bertutup. Sementara itu sebanyak 20 mL larutan HCl 0,02 M dipipet ke dalam masing-masing 5 buah labu erlenmeyer lainnya. Selanjutnya larutan etil asetat ditambahkan dengan cepat ke dalam larutan NaOH dan dikocok dengan baik. Pada saat kedua larutan tersebut bercampur, stopwatch dijalankan. Lima menit setelah reaksi dimulai, 10 mL dari campuran reaksi dipipet dan dimasukkan ke dalam salah satu labu yang berisi 10 mL larutan HCl itu dan diaduk dengan baik. Kelebihan HCl segera dititrasi secepat mungkin dengan larutan standar NaOH 0,02 M. Pengerjaan dilakukan pada waktu 5, 20, 50 dan 60 menit setelah waktu reaksi. Sisa campuran reaksi dalam erlenmeyer bertutup dipanaskan hingga mendidih untuk mempercepat reaksi. Konsentrasi OH kemudian ditentukan dengan cara yang sama seperti sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASANReaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasilreaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya.Kinetika reaksi menggambarkan suatu study secara kuantitatif tenang Perubahan-perubahan kadar terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi di tentukan oleh kecepatan terbentuknya zat hasil, dan kecepatan pengurangan reaktan. Tetapan kecepatan (K) adalah vaktor pembanding yang menunjukkan hubungan anntara kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan.Percobaan penetapan orde reaksi dan tetapan laju reaksi ini bertujuan untuk mengetahui orde reaksi dan tetapan laju reaksi yang terjadi pada reaksi penyabuan antara etil asetat (C2H5COOH) dengan ion hidroksida (OH-). Adapun reaksi yang terjadi adalah:CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OHDari reaksi diatas, dapat diketahui bahwa reaksi yang terlibat adalah reaksi orde 2. Sedangkan untuk mengetahui tetapan laju reaksi pada reaksi penyabunan tersebut, dilakukan percobaan dengan menggunakan metode titrasi. Sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu dibuat larutan etil asetat dengan cara mengencerkan sebanyak 0,5 mL etil asetat dalam labu ukur 250 mL sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan etil asetat 0,02 M. Selain larutan etil asetat 0,02 M, juga digunakan larutan NaOH 0,02 M serta larutan HCl 0,02 M. Adapun dalam percobaan ini, konsentrasi awal etil asetat dengan konsentrasi awal NaOH sama (a = b). Dalam percobaan ini reaksi yang akan diamati adalah reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida. Mula-mula larutan etil asetat 0,02 M direaksikan dengan larutan NaOH 0,02 M masing-masing sebanyak 50 mL. Larutan etil asetat dibiarkan bereaksi dengan larutan NaOH, setelah 5 menit campuran larutan direaksikan dengan 10 mL HCL hal itu dilakukan juga selama selang waktu 5 menit, 20 menit, 50 menit, 60 menit dan 60 menit dengan pemanasan. Selama selang waktu tersebut, etil asetat akan bereaksi dengan NaOH, dan selanjutnya setelah selang waktu yang ditentukan, NaOH yang tersisa dalam campuran direaksikan dengan larutan HCl 0,02 M. Setelah sisa NaOH dalam campuran dinetralkan oleh larutan HCl, maka kelebihan HCl dititrasi dengan menngunakan basa kuat yaitu larutan NaOH 0,02. Larutan NaOH bertindak sebagai titran, sedangkan campuran yang mengandung sisa HCl sebagai titrat. Dalam proses titrasi ditambahkan indikator fenolftalein yang berguna untuk mendeteksi titik akhir titrasi, dimana akan terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.Pada pemanasan pada campuran etil asetat-NaOH setelah selang waktu 60 menit untuk waktu tak terhingga. Proses pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga reaksi penyabunan cepat selesai dan mengetahui konsentrasi awal etil asetat dalam campuran. Etil asetat memiliki sifat yang mudah menguap, sehingga proses titrasi harus dilakukan secepat mungkin. Demikian pula saat proses memipet maupun saat mereaksikan larutan tersebut harus dilakukan secepat mungkin agar tidak terjadi penguapan yang dapat menurunkan volume etil asetat.Dari proses titrasi diperoleh volume larutan NaOH 0,02 M yang diperlukan untuk menetralkan sisa HCl dalam campuran. Adapun volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan sisa HCl selama selang waktu reaksi 5 menit, 20 menit, 50 menit, 60 menit, serta setelah pemanasan (waktu tak terhingga) secara berturut-turut adalah 11,05 mL ; 11,65 mL ; 12,55 mL ; 12,75mL. Sedangkan untuk pencampuran HCL 10 mL pada menit ke-60 dan pemanasan volume NaOH yang digunakan adalah 17,95 mL. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin banyak sisa asam (HCl) dalam campuran maka volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam tersebut juga semakin banyak, demikian pula sebaliknya.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan data yang telah diperoleh, maka diketahui bahwa konsentrasi etil asetat mula-mula yang akan bereaksi dengan NaOH adalah sebesar 0,01 M. Nilai ini merupakan nilai a yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya, dimana nilai a = b. Dari perhitungan selanjutnya, diperoleh nilai x (konsentrasi OH- bereaksi) selama selang waktu yang ditentukan yaitu berturut-turut sebesar 0,0092 M ; 0,0093 M ; 0,0095 M ; 0,0096 M dan 0,01059 M (untuk yang pemanasan). Dari nilai x ini dapat dihitung tetapan laju reaksi (k) yang merupakan jumlah molar (M) konsentrasi ion OH yang bereaksi pada waktu t. Adapun nilai tetapan k ini dihitung dengan menggunakan persamaan :k =

Dari persamaan ini diperoleh nilai tetapan k untuk waktu 5; 20; 50; 60 dan pemanasan menit secara berturut-turut adalah sebesar 3,8333 ; 1,11 ; 0,6340; 0,6667 dan -0,4985 mol -1 L s-1. Sehingga diperoleh nilai tetapan k rata-rata sebesar 1,1491 mol -1 L s-1. Dari perhitungan, juga diperoleh harga yang nantinya dipergunakan untuk membuat grafik hubungan antara (sebagai ordinat) terhadap waktu (sebagai absis).Dari kurva yang diperoleh didapatkan bahwa garis yang terbentuk adalah linier, adapun grafik yang terbentuk sebagai berikut :

SIMPULANSimpulan Adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dari percobaan ini diantaranya reaksi penyabuan antara etil asetat (C2H5COOH) dengan ion hidroksida (OH-) mengikuti orde reaksi dua, untuk mengetahui tetapan laju reaksi pada reaksi penyabunan tersebut, dilakukan percobaan dengan menggunakan metode titrasi, semakin banyak sisa asam (HCl) dalam campuran maka volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam tersebut juga semakin banyak, demikian pula sebaliknya, fungsi penambahan HCl yaitu untuk menghentikan reaksi dari basanya dan untuk menetralkan basanya, faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah luas permukaan, konsentrasi, temperatur, waktu dan teori tumbukan, nilai x (konsentrasi OH- bereaksi) selama selang waktu yang ditentukan yaitu berturut-turut sebesar 0,0092 M ; 0,0093 M ; 0,0095 M ; 0,0096 M ; dan 0,01059 M (untuk pemanasan), nilai tetapan k untuk waktu 5; 20; 50; dan 60 menit adalah 3,8333 ; 1,11 ; 0,6340 ; 0,6667 dan pemanasan sebesar -0,4985 mol -1 L s-1. Sehingga diperoleh nilai tetapan k rata-rata sebesar 1,1491 mol -1 L s-1, dari kurva yang diperoleh didapatkan bahwa garis yang terbentuk adalah linier.SaranDapat dilakukan dengan variasi waktu yang berbeda atau dengan jenis larutan yang lainnya sehingga dapat mengetahui orde reaksi dan laju pada lain jenis larutan dan variasi waktu yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKAAchmad, Hiskia .2001. Elektro Kimia dan Kinetika Kimia . PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.Anonim, 2013.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesi: MakassarBird, Tony. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia: Jakarta.Chang,Raymond.2005.Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi ketiga jilid 2.Erlangga :JakartaDitjen POM. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: JakartaDogra, S.K danS.Dogra.1990.Kimia Fisik dan soal-soal.Jakarta: Universitas IndonesiaKarlohadiprodjo, Irma. 1990. Kimia Fisik Jilid 1, Edisi Keempat. Penerbit Erlangga: Jakarta.Keenan, CW.1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1, edisi keenam. Penerbit Erlangga: Jakarta.Martin, Alfred, dkk, 1993,Farmasi Fisik.Dasar-dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik,Universitas Indonesia Press, JakartaOxtoby,dkk.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1.Jakarta: ErlanggaSiregar, Tirena Bahnur. 2008.Kinetika Kimia Reaksi Elementer. Medan. Usu press.Syukri S, 1999.Kimia Dasar jilid 2. ITB, Bandung.Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Jurusan Kimia F.MIPA Universitas Udayana :Bukit Jimbaran.www.chemistry.org//Orde reaksi dan persamaan laju reaksiwww.google.com//Jurnal Laju Reaksi Penyusun:Dra. Utiya Azizah, M.Pd.