Lap Tokling AAS

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

ANALISIS LOGAM BERAT BESI (Fe) DAN CADMIUM (Cd) PADA AIR, SEDIMEN DAN IKAN DI PERAIRAN SUNGAI BARITO DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA)

Nama NIM Kelompok Asisten

: Natalina : J1C108027 : 2 (Dua) : Ridha Ikrimah

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan mengenai lingkungan hidup selalu menjadi topik yang hangat dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu khususnya tentang kemerosotan kualitas lingkungan sehingga hilangnya keanekaragaman hayati, krisis air, pemanasan global, teknologi yang membahayakan lingkungan serta penggersangan lahan yang semakin memburuk sehingga diperlukan konservasi, pemulihan dan proteksi kesehatan dan integritas ekosistem bumi. Air buangan atau Air limbah merupakan suatu kejadian masuknya atau dimasukannya benda padat, cair, gas, dalam bentuk endapan atau padat, padat tersuspensi, terlarut, sebagai koloid, emulsi yang menyebabkan air yang dimaksud dipisahkan atau dibuang (Tjokrokusumo, 1998). Sedang menurut Sugiharto (1985) air limbah merupakan bahan sisa yang merupakan kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum (Dewi, 2007). Badan perairan merupakan tempat pembuangan limbah baik limbah domestik maupun limbah industri adalah salah karena dapat menyebabkan perubahan dan gangguan terhadap sumber daya air. Organisasi yang tergolong dalam kelompok organisme akuatik adalah yang pertama kali mengalami kehidupan buruk secara langsung dari pengaruh limbah atau pencemaran terhadap badan air. Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu lokasi maka akan terjadi perubahan padanya. Perubahan dapat terjadi pada organisme yang hidup di lokasi itu serta lingkungannya yang berupa faktor fisika dan kimianya pada ekosistem (Budiono, 2003). Salah satu perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan perairan dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut. Oksigen penting untuk pernafasan yang merupakan komponen utama untuk metabolisme ikan dan oprganisme lain. Persenyawaan organik di perairan akan dipecah oleh organisme pembusuk. Terjadinya proses ini sangat membutuhkan oksigen terlarut dalam perairan tersebut (Budiono, 2003).

Logam berat di lingkungan secara umum berasal dari proses alam dan akibat aktivitas manusia. Miettinen (1977), menyatakan bahwa logam berat adalah unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, berafinitas yang tinggi terhadap unsur sulfur (S) dan biasanya bernomor atom antara 22 92 dari perioda 4 hingga 7. Menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe (Rudy, 2007). 1.2 Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Fe dan Cd pada air, sedimen dan ikan di perairan sungai Barito dengan spektrofotometer serapan atom (AAS).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan besi (Fe) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Rama, 2001). Menurut Darmono (1995) sifat logam berat sangat unik, tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya : 1. berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air), 2. berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang, 3. berbahaya bagi kesehatan manusia, 4. menyebabkan kerusakan pada ekosistem. Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Akan tetapi bila jumlah dari logam berat masuk ke dalam tubuh dengan jumlah berlebih, maka akan berubah fungsi menjadi racun bagi tubuh (Palar, 2004). Unsur-unsur logam berat tersebut biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah industri merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat dalam sedimen dan biota perairan. Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai

sebagai indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan organisme hidup (Irwan, 2008). Sedimen adalah endapan bahan-bahan organik dan anorganik yang tersuspensi ke dalam air dan diangkat oleh air sehingga terjadi pengendapan pada suatu tempat, dimana air tidak lagi sanggup membawa partikel tersuspensi. Contoh konkrit, yaitu pada sungai Siak, kandungan logam berat Pb telah terdeteksi melalui akumulasinya pada sedimen sebesar 35,20118,43 ug/g. Apabila kandungan logam berat (contohnya Fe dan Cd) semakin meningkat akan sangat berpengaruh pada organisme hidup yang terdapat di sekitar sungai (Muhayin, 2000). Prinsip spektrofotometer serapan atom (SSA) yaitu melibatkan penguapan contoh, seringkali dengan menyemprotkan suatu larutan contoh ke dalam suatu lampu listrik yang menghasilkan spektrum dari unsur yang akan ditetapkan. Atom logam bentuk gas normalnya tetap berada dalam keadaan terkesitasi, atau dengan perkataan lain dalam keadaan dasar, mampu menyerap energi cahaya yang panjang gelombang resonansi yang khas untuknya, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom itu bila terkesitasi dari keadaan dasar. Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi itu dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala (Iqbal, 2002). Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan diantaranya oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan sampai 61 logam (Iqbal, 2002). Analisa logam berat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) yaitu dengan menggunakan prinsip berdasarkan Hukum Lambert-Beert yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat. Persamaan garis antara konsentrasi logam berat dengan absorbansi adalah

persamaan linier dengan koefisien arah positif: Y = a + bX. Dengan memasukkan nilai absorbansi larutan contoh ke persamaan garis larutan standar maka kadar logam berat contoh dapat diketahui (Iqbal, 2002).

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 21 November 2010 (pengambilan sampel), dan hari Sabtu, 27 November sampai 2 Desember 2010 bertempat di Laboratorium Dasar Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNLAM, Banjarbaru. Berikut ini adalah jadwal kegiatan praktikum : No. 1. Hari/Tanggal Minggu, 21 November 2010 2. 3. 4. Sabtu, 27 November 2010 Rabu, 1 Desember 2010 Kamis, 2 Desember 2010 10.00-14.00 09.30-11.00 09.00-11.00 Pukul 10.00-11.00 Kegiatan Pengambilan sampel air, sedimen dan ikan di perairan sungai Barito. Persiapan uji sampel

air, sedimen dan ikan. Pengenceran sampel air, sedimen dan ikan. Pengujian kandungan logam berat Fe dan Cd Atom dengan (SSA) Spektrofotometer Serapan atau Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum kali ini yaitu Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) atau Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), neraca analitik dengan ketelitian sampai dengan 0,0001 g, cawan porselin, desikator, oven, gelas ukur 100 ml, pipet volumetri 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml; 5,0 ml; dan 10 ml, pipet komagome 3 ml dan 5 ml, gelas piala 100 ml, hot plate, corong, kaca arloji, batang pengaduk, spatula, erlenmeyer 250 ml, mortar dan alu, botol gelas atau polietilen bertutup, labu ukur 50 ml; 100 ml; dan 1000 ml, pipet ukur 10 ml. Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini yaitu air, sedimen, ikan, larutan induk besi (Fe) dan Kadmium (Cd) 1000 g/ml, asam nitrat p.a, HNO3 pekat (65%), asam nitrat HNO3 1,0 N (ambil 142,5 ml asam nitrat, HNO3 pekat ke

dalam labu ukur 1000 ml yang telah berisi 250 ml air suling, lalu tepatkan menjadi 1000 ml. kocok sampai homogen), asam nitrat HNO3 10 % (ambil 153,8 ml asam nitrat, HNO3 pekat ke dalam labu ukur 1000 ml yang telah berisi 250 ml air suling, lalu tepatkan menjadi 1000 ml. kocok sampai homogen), asam perklorat p.a, HClO 4 pekat, air suling yang bebas bahan analit atau mengandung timbal dengan dengan kadar lebih rendah dari batas deteksi dan daya hantar listrik (DHL) < 2,00 S/cm, batu didih, kertas saring kuantitatif dengan ukuran pori 8,0 m, dan kertas label. 3.3 Prosedur Kerja A. Pengambilan sampel di sungai Barito kota Banjarmasin 1. Pengambilan sampel air a) Disiapkan 2 botol aqua 1,5 liter b) Diambil sampel air dengan cara masing-masing botol aqua dicelupkan pada aliran sungai (botol diisi penuh mencakup 3 titik pengambilan sampel) c) Diberi label 2. Pengambilan sampel sedimen a) Disiapkan 2 botol aqua 1,5 liter b) Diambil sampel sedimen pada 3 titik pengambilan sampel c) Dimasukkan sampel sedimen tersebut kedalam masing botol aqua (dari 3 titik pengambilan sampel sedimen digababungkan kedalam botol) d) Diberi label 3. Pengambilan sampel ikan a) Disiapkan alat perangkap ikan b) Diambil sampel ikan dari 3 titik pengambilan sampel yang sudah ditentukan (minimal didapat 2 ekor ikan dari masing-masing titik) c) Dimasukkan sampel ikan ke dalam kantong plastik (digabung jadi satu dari semua titik pengambilan) d) Diberi label e) Disimpan dalam freezer sampel ikan yang akan digunakan, sebelum dilakukan pengujian di laboratorium B. Pengujian sampel di Laboratorium Kimia FMIPA UNLAM 1. Pembuatan sampel

a. Sedimen a) Dikeringanginkan sedimen yang didapat dan diayak hingga halus b) Ditimbang sedimen sebanyak 3 gr c) Ditambahkan HNO3 sebanyak 5 ml dan dipanaskan di hot plate d) Ditambahkan aquades 25 ml jika sampel sudah mengeluarkan asap berwarna kuning dan didiamkan hingga larutan berkurang dan didinginkan e) Disaring sampel tersebut dengan kertas saring dan dimasukkan larutan hasil saringan di labu ukur 25 ml hingga pas b. Ikan a) Dibakar ikan hingga hangus di Tanur b) Ditimbang abu ikan c) Ditambahkan HNO3 sebanyak 5 ml dan dipanaskan di hot plate d) Ditambahkan aquades 25 ml jika sampel sudah mengeluarkan asap berwarna kuning dan didiamkan hingga larutan berkurang dan didinginkan e) Disaring sampel tersebut dengan kertas saring dan dimasukkan larutan hasil saringan di labu ukur 25 ml hingga pas c. Air a) Diambil sampel air 10 ml b) Ditambahkan HNO3 sebanyak 5 ml dan dipanaskan di hot plate c) Ditambahkan aquades 25 ml jika sampel sudah mengeluarkan asap berwarna kuning dan didiamkan hingga larutan berkurang dan didinginkan d) Disaring sampel tersebut dengan kertas saring dan dimasukkan larutan hasil saringan di labu ukur 25 ml hingga pas 2. Pembuatan larutan standar Fe a) Dibuat larutan standar dengan melakukan pengenceran b) Pembuatan larutan standar dengan 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm Fe c) Pembuatan larutan standar Fe 100 ppm dari 1000 ppm (larutan induk) dengan mengambil 1 ml larutan induk dan menambahkan 9 ml air dan dikocok

d) Pembuatan larutan standar dengan 10 ppm dengan mengambil 5 ml larutan standar Fe 100 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur hingga tepat 50 ml 1 ppm= 1 x 10/10 ppm= 1 ml larutan standar Fe 10 ppm+9 ml aquades 2 ppm= 1 x 10/10 ppm= 2 ml larutan standar Fe 10 ppm+8 ml aquades 3 ppm= 1 x 10/10 ppm= 3 ml larutan standar Fe 10 ppm+7 ml aquades 4 ppm= 1 x 10/10 ppm= 4 ml larutan standar Fe 10 ppm+6 ml aquades 5 ppm= 1 x 10/10 ppm= 5 ml larutan standar Fe 10 ppm+5 ml aquades 3. Pembuatan larutan sampel a) Diambil 1 ml sampel+9 ml air, kemudian dikocok (Fp 10x) b) Diambil 1 ml sampel+9 ml air, kemudian dikocok (Fp 100x) c) Diambil 1 ml sampel+9 ml air, kemudian dikocok (Fp 1000x) B. Sampel ikan - Diambil 1 ml sampel+9 ml air, kemudian dikocok (Fp 10x) C. Sampel air - Diambil 1 ml sampel+9 ml air, kemudian dikocok (Fp 10x) A. Sampel sedimen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel 1. Hasil AAS Cd pada sedimen Titik Pengambilan Sampel 1 2 Kandungan Cd 0,005 -0,004 Error 1 76,8 51,2 Error 2 0,001 Error 3 0,000 Error 4 0,002 Error 5 0,002 Keterangan

Tanpa

3

0,005

99,9

0,001 0,001

0,001 0,001

0,001 0,002

0,001 0,002

pengenceran

Tabel 2. Hasil AAS Cd pada ikan Titik Pengambilan Sampel 1 2 3 Kandungan Cd 0,012 0,011 0,006 Error 1 7,8 32,7 17,6 Error 2 0,003 0,002 0,001 Error 3 0,003 0,002 0,002 Error 4 0,003 0,002 0,001 Error 5 0,003 0,003 0,001 Keterangan

Tanpa pengenceran

Tabel 3. Hasil AAS Cd pada air Titik Pengambilan Sampel 1 2 3 Kandungan Cd 0,007 0,001 0,002 Error 1 19,5 99,9 99,9 Error 2 0,002 0,000 0,001 Error 3 0,002 0,001 0,001 Error 4 0,001 0,000 0,000 Error 5 0,001 0,000 0,001 Keterangan

Tanpa pengenceran

Tabel 4. Hasil AAS Fe pada sedimen Titik Pengambilan Sampel 1 2 3 Kandungan Fe 2,113 2,248 4,773 Error 1 5,8 1,4 0,5 Error 2 0,078 0,082 0,171 Error 3 0,084 0,082 0,170 Error 4 0,077 0,082 0,171 Error 5 0,075 0,084 0,172 Keterangan Pengenceran 100x

Tabel 5. Hasil AAS Fe pada ikan Titik Pengambilan Sampel 1 2 3 Kandungan Fe 1,250 0,592 1,722 Error 1 1,1 1,0 1,8 Error 2 0,050 0,024 0,066 Error 3 0,050 0,024 0,065 Error 4 0,049 0,024 0,065 Error 5 0,050 0,024 0,067 Keterangan Pengenceran 100x Pengenceran 10x

Tabel 6. Hasil AAS Fe pada air Titik Kandungan Error Error Error Error Error Keterangan

Pengambilan Sampel 1 2 3 4.2

Fe 0,880 0,537 0,697

1 0,8 2,2 3,2

2 0,036 0,022 0,028

3 0,36 0,021 0,029

4 0,035 0,028 0,028

5 0,036 0,028 0,028 Pengenceran 100x Pengenceran 10x Pengenceran 10x

Pembahasan Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat

Fe dan Cd pada air, sedimen dan ikan di perairan sungai Barito dengan spektrofotometer serapan atom (ASS). Pengambilan sampel dilakukan di Trisakti dengan 3 titik yaitu pelabuhan petik emas, di depan pabrik karet dan di depan . sampel yang diambil pada praktikum kali ini adalah air, sedimen dan ikan. Berdasarkan hasil yang didapatkan, logam berat Fe dan Cd terkandung di dalam sampel. Logam berat yang paling tinggi terkandung dalam sampel adalah Fe yaitu pada sedimen sebesar 2,113; 2,248; dan 4,773, pada air sebesar 0,880; 0,537, dan 0, 697, pada ikan sebesar 1,250; 0, 592 dan 1,722. Jika logam ini melampaui batas, maka akan menjadi toksik di dalam tubuh. Logam berat yang didapat tersebut berasal dari limbah buangan dari pabrik yang ada di sekitar perairan. Logam berat yang ditemukan pada perairan sungai tersebut, berasal dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar perairan. Pabrik-pabrik tersebut membuang limbah hasil produksi ke perairan tanpa dikelola lebih lanjut, oleh karena itu ikan, air dan sedimen disekitar perairan mengandung Fe dan Cd dari limbah buangan pabrik. Logam Fe (besi) bila masuk tubuh dalam jumlah agak banyak biasanya tidaklah membahayakan, karena unsur Fe dalam tubuh mengikat oksigen, tetapi bila Fe dalam tubuh melampaui batas maka akan berubah menjadi racun. Besi (Fe) dalam haemoglobin berperan sebagai kofaktor enzim. Jadi, beberapa logam/logam berat ternyata memiliki manfaat yang baik bagi manusia. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa logam/logam berat pun mempunyai efek yang merugikan dan membahayakan sel-sel tubuh kita, terutama bila berada dalam jumlah yang melampaui batas standar yang diperbolehkan. Kita pun harus ingat bahwa efek toksik dua atau lebih logam berat secara bersama-sama akan meningkat secara kumulatif (sesuai dengan logam yang diserap oleh tubuh).

Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas. Prinsip kerja dari AAS adalah adanya interaksi antara energi (sinar) dan materi (atom). Jumlah radiasi yang terserap tergantung pada jumlah atom-atom bebas yang terlibat dan kemampuannya untuk menyerap radiasi. Cara kerja dari ASS adalah sebagai berikut : 1. Sumber sinar yang berupa tabung katoda berongga (Hollow Chatode Lamp) menghasilkan sinar monokromatis yang mempunyai beberapa garis resonansi 2. Sampel diubah fasenya dari larutan menjadi uap atom bebas di dalam atomizer dengan nyala api yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dengan oksigen 3. Monokromator akan mengisolasi salah satu garis resonansi yang sesuai dengan sampel dari beberapa garis resonansi yang berasal dari sumber sinar 4. Energi sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi listrik dalam detektor 5. Energi listrik dari detektor inilah yang akan menggerakkan jarum dan mengeluarkan grafik 6. Sistem pembacaan akan menampilkan data yang dapat dibaca dari grafik AAS memiliki kelebihan dan kekurangan, ini adalah kelebihan dari AAS yaitu panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi, caranya sederhana, dan dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil. Sedangkan kekurangan dari AAS adalah absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan kebersihan dari kuvet, hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm, pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi dengan energi eksitasi rendah dan sinar yang dipakai harus monokromatis.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Logam berat yang paling tinggi terkandung dalam sampel adalah Fe yaitu secara berturut-turut pada sedimen, air dan ikan adalah 2,113; 2,248; dan 4,773; 0,880; 0,537, dan 0, 697; 1,250; 0, 592 dan 1,722. 2. Prinsip kerja dari AAS adalah adanya interaksi antara energi (sinar) dan materi (atom).

3.

Kelebihan dari AAS yaitu panjang gelombang dari sinar putih dapat

lebih terseleksi, caranya sederhana, dan dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil. 4. Kekurangan dari AAS adalah absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan kebersihan dari kuvet, hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm, pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi dengan energi eksitasi rendah dan sinar yang dipakai harus monokromatis. 5.2 Saran Sebaiknya limbah-limbah dari pabrik yang ada di sekitar perairan dapat dikelola dengan baik, sehingga tidak menjadi toksik di sekitar perairan yang nantinya akan merusak biota perairan dan lingkungan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA Budiono,A. 2003. Makalah Pengantar Falsafah Sains. http://iodeweb1.vliz.be/odin/bitstream/1834/183/1/WATER%20QUALITY %20AND%20POLLUTION%20.pdf Diakses pada tanggal 5 Desember 2010 Dewi, A.R. 2007. Pecemaran. http://www.google.co.id/eprints.undip.ac.id/784/1/makalah-penelitian.pdf/ Diakses pada tanggal 5 Desember 2010 Irwan F. 2008. Penentuan kadar logam berat pada perairan. FTSP UII. Yogyakarta. Iqbal, H. Z. and M.A. Qodir. 2002. AAS determination of Lead and Cadmium in Leaves Polluted by Vehicles Exhoust. Interface. Journal Environmental.

Muhayin. 2000. Mempelajari Distribusi Unsur Pb, Cu dan Cd Dalam Sedimen di perairan Sungai Siak Kodya Pekanbaru. Skripsi FMIPA UNRI. Pekanbaru. Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. Rama, D.P., and Rama Krisha Naidu, G. 2001. Enrichment of Trace Metals in Water on Activated Carbon. http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=880&tbl=kesling Diakses pada tanggal 5 Desember 2010 Rudy. 2007. Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal, Kadmium, dan Tembaga) Di Perairan. http://rudyct.topcities.com/pps70271034/marganof.htm Diakses tanggal 5 Desember 2010

LAMPIRAN