LAJU METABOLISME

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN AIR LAJU METABOLISME

OLEH:

NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN PEMB.

: RUZNAENI : I1A2 08 008 : I (SATU) : HASLIANTI, S.Pi.

PROGRAM STUDI : B D P

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2010

I. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan diri pada suhu lingkungan sekelilingnya. Ikan mempunyai derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Ikan akan mengalami stress manakala terpapar pada suhu diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Perubahanperubahan faktor tersebut hingga batas tertentu dapat menyebabkan stress dan timbulnya penyakit. Faktor fisik tersebut mencakup suhu, dan intensitas cahaya http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswan-laju-metabolisme-laporan2.html Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting dalam menunjang kehidupan organisme perairan. Pada suhu perairan yang tinggi aktifitas metabolisme akan meningkat sehingga pada kondisi demikian konsumsi oksigen akan bertambah pula, sedangkan kelarutan oksigen dalam air akan mengalami penurunan dengan bertambahnya suhu sehingga hal tersebut bisa saja menyebabkan kematian bagi organisme tertentu. Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan. Pada proses pencernaan yang tadak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak energi yang terbuang. Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat maka laju pencernaan

juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat pengosongan lambung tinggi. Tingkat pengosongan lambung yang tinggi menyebabkan ikan cepat lapar dan nafsu makannya meningkat. Jika konsumsi pakan tinggi, nutrien yang masuk kedalam tubuh ikan juga tinggi, dengan demikian ikan memiliki energi yang cukup untuk pertumbuhan http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswanlaju-metabolisme-laporan-2.html Ikan dalam proses pertumbuhannya, tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk metabolisme, dan sebagiannya lagi digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi. Proses metabolisme dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan pengetahuan penting dalam pengembangan budidaya perikanan. Oleh karena itu, perlu diadakannya praktikum mengenai laju metabolisme ikan http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswan-laju-

metabolisme-laporan-2.html B. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur laju metabolisme Ikan Lele Dumbo (Clarias glariepinus) terhadap oksigen pada berbagai suhu media. Sedangkan kegunaan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu yang merupakan salah satu parameter kualitas air yang dapat mempengaruhi laju metabolisme pada Ikan Lele Dumbo (C. glariepinus).

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Menurut Scopoli (1777) klasifikasi Lele dumbo (C. gariepinus) adalah sebagai berikut : Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Siluriformes Famili: Clariidae Genus: Clarias Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 1. Ikan Lele (C. gariepinus) (Sumber. http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah) Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainnya. Ikan ini meiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alt peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan. Bagian depan badannya tedapat penampang

melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih (Najiyati, 2005). Lele, secara ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia). Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka),. Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti lincah, kuat, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air http://id.wikipedia.org/wiki/Clarias_gariepinus Ikan lele merupakan ikan yang mendiami rawa dan sungai. Ikan ini cocok di kolam air diam. Lele dapat hidup dalam lumpur atau dalam perairan yang lembap karena mempunyai alat pernapasan tambahan yang terdapat dalam rongga insang. Bentuknya merupakan membran yang berlipat-lipat yang penuh dengan kapiler darah. Letaknya berada dalam ruang udara sebelah atas insang. Dalam hidupnya, ikan lele sangat perlu untuk menyembulkan kepalanya ke udara terbuka untuk memperoleh oksigen langsung dari udara. Iakn ini sering ditemukn mati pada kolam yang permukaan airnya tertutup rapat oleh gulma air., seperti enceng gondok aatu teratai. Selain ditemukan di rawa dan sungai, ternyata lele juga ditemukan di perairan payau atau agak asin (Susanto, 2009).

B. Laju Metabolisme

Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, terdiri atas anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah proses sintesis senyawa kimia kecil menjadi molekul yang lebih besar, misalnya asam amino menjadi protein. Laju metabolisme dipengaruhi oleh faktor biotik seperti suhu, salinitas, oksigen, karbondioksida, amoniak, pH, fotoperiode, musim dan tekanan; dan abiotik seperti aktivitas, berat, kelamin, umur, scooling, stress, puasa dan ratio makan. Suhu air yang normal bagi organisme perairan adalah 2025 oC. Pada suhu perairan yang tinggi aktivitas metabolisme akan meningkat dimana pada kondisi demikian konsumsi oksigen organisme akan bertambah sedangkan kelarutan oksigen dalam air menurun dengan bertambahnya suhu sehingga menyebabkan kematian. Konsumsi oksigen berbeda tergantung dari aktivitas organisme serta faktor lingkungan temperatur dan konsentrasi oksigennya. Mortalitas benih terjadi bila suhu air mencapai 35 oC (Fujaya, 2004) http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswan-laju-metabolisme-laporan2.html Suhu perairan sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme. Kisaran toleransi suhu antar spesies ikan satu dengan yang lainnya berbeda. Suhu

tertinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan stress kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stress yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah

memungkinkan air untuk mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stress pernapasan pada ikan berupa menurunnya laju pernapasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Apabila di suatu daerah suhu air menjadi hangat maka ikanikan akan bergerak ke bawah, kebagian yang lebih dingin atau bermigrasi ke tempat lain. Demikian pula sebaliknya untuk menghindari suhu yang terlalu dingin (Irianto, 2005) http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswan-lajumetabolisme-laporan-2.html Suhu media yang optimum akan mendorong enzim-enzim pencernaan dan metabolisme untuk bekerja secara efektif. Konsumsi pakan yang tinggi yang disertai dengan proses pencernaan dan metabolisme yang efektif, akan menghasilkan energi yang optimal untuk pertumbuhan. Proses metabolisme ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga dibawah batas yang mematikan. Berdasarkan hukum vant Hoff, kenaikan suhu sebesar 10 C akan menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan pada kondisi normal. Kebutuhan protein pada ikan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum sangat dipengaruhi oleh suhu. Contoh pada suhu 20 oC pada ikan Channel Catfish (Ictalurus punctatus) memperlihatkan pertumbuhan optimum dengan kadar protein 35 %, sedangkan pada suhu 25 oC membutuhkan protein 40%. (Musida, 2007) http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswan-lajumetabolisme-laporan-2.html Sel merupakan unit kehidupan yang terkecil, oleh karena itu sel dapat menjalankan aktivitas hidup, di antaranya metabolisme. Metabolisme adalah

proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim. Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi2, yaitu: 1) anabolisme/asimilasi, yaitu proses pembentukan molekul yangkompleks dengan menggunakan energi tinggi; 2) katabolisme (Dissimilasi), yaitu proses penguraian zat untuk membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organik tersebut. Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil terjadi pelepasan energi sehingga terbentuk energi panas. Bila pada suatu reaksi dilepaskan energi, reaksinya disebut reaksi eksergonik. Reaksi semacam itu disebut juga reaksi eksoterm (Praweda, 2007) http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswanlaju-metabolisme-laporan-2.html Suhu media juga berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang terlibat proses katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh terhadap proses katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi senyawa baru yang dibutuhkan tubuh). Jika aktifitas enzim metabolisme meningkat maka laju proses metabolisme akan semakin cepat dan kadar metabolit dalam darah semakin tinggi. Tingginya kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk proses-proses maintenance dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan (Effendi, 2003) http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswan-laju-

metabolisme-laporan-2.html

Suhu air merupakan salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu air yang optimal untuk benur dan nener di daerah tropis biasanya berkisar antara 25-30 oC. Sedangkan perbedaan suhu siang dan malam tidak boleh melebihi dari 5 oC. Hal ini dapat menguntungkan bagi lingkungan perairan, goncangan suhu tidak pernah drastis seperti pada lingkungan udara (Susanto, 1991)

http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswan-laju-metabolisme-laporan2.html Proses metabolisme akan meningkat dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10 oC, dan apabila laju metabolismenya meningkat maka kebutuhan akan oksigen juga akan meningkat pula. Dalam kisaran dimana proses-proses kehidupan berlangsung, metabolisme tergantung pada suhu. Kebanyakan organisme laut telah mengalami adaptasi untuk hidup dan berkembang baik dalam kisaran total antar 0 - 40 oC, karena sebagian besar organisme laut bersifat polikiometrik dan suhu air laut bervariasi, maka penyebarannya mengikuti perbedaan suhu lautan secara geografik (Nybakken, 1992)

http://laporanperikanan.blogspot.com/2010/03/fiswan-laju-metabolisme-laporan2.html

III. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum laju metabolisme dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 7 Mei 2010 pukul 15.30 17.30 WITA, bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum laju metabolisme dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Alat dan Bahan No. Nama Alat A. Alat 1. Toples 2. Saringan teh 3. Thermometer 4. Stopwatch 5. Termos air panas 6. Alat tulis B. Bahan 1. Benih ikan lele dumbo (C. gariepinus) 2. Air laut dan ikan air tawar 3. Air es dan air panas C. Prosedur Kerja Prosedur kerja pada praktikum aklimatisasi adalah sebagai berikut Menyiapkan 2 buah wadah (toples) yang diisi media yang sama suhunya dengan media asalnya. Memasukkan hewan uji. Melakukan penurunan atau penaikkan suhu media tersebut dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit es batu untuk penurunan suhu, dan dengan

Kegunaan Media pengamatan Untuk mengambil hewan uji Untuk mengukur suhu air Untuk menghitung waktu Untuk wadah air panas Mencatat hasil pengamatan Sebagai media pengamatan Sebagai larutan uji Sebagai larutan uji

menambahkan air hangat untuk penaikkan suhu, dan mengamati tingkah laku hewan uji. Menghentikan penambahan bila waktu pengujian telah selesai, dan mencatat suhu media.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengamatan Hasil pengamatan pada praktikum osmoregulasi dapat dilhat pada tabel 8 dan 9 sebagai berikut : Tabel 8. Hasil pengamatan tingkah laku Ikan lele Dumbo (Clarias batrachus) untuk penaikan suhu Suhu Waktu Perubahan Tingkah Laku (Menit) 26 OC 0 Kondisi ikan normal, tetap seperti kondisi dari semula 28 OC 2 Ikan masih tenang/belum gelisah O 31 C 2 Ikan masih terlihat masih tenang. 34 OC 2 Ikan tampak mulai gelisah.. O 36 C 2 Ikan tampak mulai sangat gelisah 38 OC 2 Ikan mulai lemas dan pingsan Tabel 9. Hasil pengamatan tingkah laku Ikan lele Dumbo (Clarias batrachus) untuk penurunan suhu Suhu Waktu Perubahan Tingkah Laku (Menit) 26 OC 0 Kondisi ikan normal, tetap seperti kondisi dari semula O 21 C 2 Kondisi tubuh ikan lebih banyak diam, sesekali naik ke permukaan, tutup insang bergerak normal 17 OC 2 Katup insang pergerakannya semakin melemah dan kondisi tubuh keseluruhan mulai melemah. 11 OC 2 Pergerakan tubuh ikan tidak tenang. Beberapa menit kemudian tidak berdaya kemudian pingsan, dan warna tubuhnya pucat. B. Pembahasan Laju matabolisme adalah tingkat kecepatan suatu organisme untuk mengkonsumsi atau memakai oksigen (O2) dalam setiap pergerakannya. Proses metabolisme pada organisme terutama organisme perairan sangat penting terutama dalam upaya mempertahankan hidupnya dari kondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah.

Pada suhu tinggi, laju metabolisme organisme akan meningkat yang secara tidak langsung akan menyebabkan penggunaan oksigen juga akan tinggi, tetapi pada suhu rendah , penggunaan oksigen oleh organisme terutama ikan akan lebih tinggi dibandingkan pada saat suhu tinggi atau dalam kondisi panas. Hal ini terjadi karena energi yang ada digunakan untuk adaptasi terhadap lingkungan yang berubah-ubah. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ikan lele yang dinaikkan suhu medianya tiap 2 menit pertama yaitu dari 26 28 oC terlihat bahwa ikan tersebut pergerakannya masih dalam keadaan normal. Hal ini tidak jauh berbeda pada 2 menit kedua yaitu pada suhu 31 oC terlihat tingkah laku ikan masih tenang. Hal ini disebabkan karena suhu yang belum berubah secara signifikan sehingga ikan tersebut masih mampu menyesuaikan diri. Pada 2 menit ketiga dan keempat, yaitu pada temperatur 34 oC dan 36 oC terlihat tingkah laku ikan dengan operculum yang bergerak cepat, berenang dengan cepat, dan gelisah serta tingkah laku yang abnormal. Hal tersebut dikarenakan ikan mulai melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Menurut Irianto (2005) suhu perairan sangat berpengaruh terhadap laju

metabolisme. Suhu tertinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan stress kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stress yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal Setelah itu ikan mulai lemas dengan suhu akhir 38 C, disebabkan karena proses respirasi yang berlangsung cepat pada ikan tersebut. Selain itu, hal ini juga disebabkan berkurangnya kosentrasi oksigen terlarut dalam air akibat pergerakan

ikan yang lebih aktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Fujaya (2004) bahwa konsumsi oksigen berbeda tergantung dari aktivitas organisme serta faktor lingkungan temperatur dan konsentrasi oksigennya. Pada pengamatan terhadap ikan lele yang diturunkan suhu media hidupnya dari suhu awal yaitu 26 oC, tampak bahwa gerakan masih stabil / normal, hal ini terjadi karena belum ada pengaruh perubahan suhu lingkungan. Pada 2 menit berikutnya yaitu pada temperatur 21 C, ikan sesekali naik ke permukaan dan katup insang bergerak dengan normal. Hal ini dilakukan untuk menmgambil oksigen. Pada 2 menit selanjutnya, suhu telah menjadi 17 C, ditandai dengan pergerakan katup insang dan seluruh kondisi tubuh yang semakin melemah. Hal ini terjadi karena ikan mulai melakukan adaptasi dan juga disebabkan oleh berkurangnya kosentrasi oksigen terlarut dalam air akibat pergerakan ikan yang lebih aktif. Pada 2 menit terakhir pengamatan, suhu turun menjadi 11 C kondisi tubuh ikan mulai tidak tenang dan mulai tidak berdaya/pingsan, serta warna tubuhnya mulai pucat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Fujaya (2004) bahwa konsumsi oksigen berbeda tergantung dari aktivitas organisme serta faktor lingkungan temperatur dan konsentrasi oksigennya..

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi dalam

makhluk hidup sedangkan laju metabolisme merupakan proses perombakan dan penguraian terhadap organisme dalam suatu perairan yang dipengaruhi oleh suhu dan oksigen. Peningkatan dan penurunan suhu di dalam perairan berpengaruh

terhadap besarnya laju metabolisme. Pada suhu normal pertumbuhan organisme akan normal karena

energi yang dibutuhkan untuk roses metabolisme berjalan dengan seimbang. meningkat. B. Saran Pada praktikum di masa mendatang, perlu dilakukan penyortiran atau jenis kelamin dan faktor lain yang dapat mempengaruhi untuk mendapatkan hasil praktikum yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA Effendi Hefni, 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Fujaya Y., 2004. Fisiologi Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Irianto A., 2005. Patologi Ikan Teleostey. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Musida, 2007. Taxonomi. Diakses pada Tanggal 30 Maret 2009. Dari http://musida.web.id/taxonomy/term/116/all. Najiyati. S., 2005. Memelihara Lele Dumbo Di Kolam Taman. Penerbit Aneka Ilmu. Jakarta. Nybakken. 1992. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta. Praweda, 2007. Biologi. Diakses pada Tanggal 30 Maret 2009. Dari http://ftp.ui.edu/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/ Biologi%203.htm Susanto,H., 2006. Budidaya Ikan Dipekarangan. Swadaya. Jakarta. Tang. U.M. dan R. Affandi. 2001. Fisiologi Hewan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.