Upload
eris-trisna-illahi
View
6.644
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU
Sebagai manusia ada yang tidak percaya akan adanya sesuatu yang tidak dapat mereka
indra.bagi mereka ,apaapa yang tidak dapat ditangkap olehsalah satu panca indra itu berarti
tidak ada.sebagian lagi ada yang berpendirian bahwa mereka hanya dapat menerima
kebenaran sesua,bila hal itu masuk akal. Orang orang seperti ini hanya mempergunakan
akalnya untuk menerima suatu,tanpa melibatkan unsure kepercayaan.dengan keterbelakangan
karena itumereka tidak memprcayai pada apasaja yang dianggap tidak rasional.padahal pada
kenyataan sehari-hari seseoirang tidak mungkin melepaskan diri dari kepercayaan
Beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehiduopan manusia
A.Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
Oreang-orang beriman hanya prcaya kepada kekuatan dan kekuasaan allah.kepercayaan dan
keyakinan yang demikian memberikan sikap mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan;menghilangkan kepercayaan kepeda ,kesaktian benda-benda
keramat,jampi-jampi dan sebagainya
B.Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian itu ditangan allah
Firman allah:
Dimana saja kamu berada,kematian akan datang mendapatkan
Kamu kendatipun kamu dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.
(An-nisaa,4:78)
C.iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan
rezki atau mata pncaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.banyak
orang yang melepaskan pendiriannya karena kepentingan penghidupannya.
Firman allah:
Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan allah lah yang memberi
rezekinya,dandia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya (lauh
mahfud).(hud,11;6)
d.iman memberikan ketentraman jiwa
acapkali manusia dilanda resah dan duka cita,digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan.orang beriman mempunyai keseimbangan,hatinya
tentram(mutmainnah),jiwanya tenang(sakinah).
e.iman mewujudkan kehidupan yang baik(hayatan tayibah)
kehidupan yang baik ialah kehidupan oran-orangyangselalu melakukan
kebaikan,mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik
f.iman melakukan sikap ikhlas dan konsekuen
iaman memberikan pengaruh kepada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas,tanpa
pamrih.orang yang beriman akan senang tiasa konsekuen dengan apayang telah
diikrarkanya,baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya
g.iman memberikan keberutungan
orang yang beriman akan selalu berjalan pada arah yang benar karena allah membimbing dan
mengerahkanya kepada tujuan hidup yang hakiki.dengan demikian orang yang beriman
adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Kesimpulan
Iman bukan hanya sekedar keparcayaan yang berada dalam hati,tetapi menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup.apabila suatu masyarakat terdiri dari
orang-orang yang beriman,maka akan terbentuk masyarakat yang aman,tentram,damai,dan
sejahtera.Diterbitkan di: September 13, 2009http://id.shvoong.com/social-sciences/1928619-kutamaan-orang-beriman-dan-berilmu/
Renungan untuk Orang yang Berilmu dan Menyukai Ilmu
Oleh MOEFLICH HASBULLAH
Sunan Gunung Djati-Ilmu adalah amanat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Ilmu yang kita miliki harus diamalkan dan digunakan dengan benar. Itulah ilmu yang bermanfaat).
Fungsi ilmu adalah untuk meningkatkan pengetahuan, memperbaiki diri, meningkatkan kualitas hidup dan semakin mendekatkan diri kepada Alah SWT. Menggunakan ilmu dengan benar adalah menggunakan ilmu pada tempatnya dan sesuai dengan fungsinya.
Dalam hidup ini, ada orang-orang tertentu yang tidak menggunakan ilmunya dengan benar seperti untuk kesombongan, untuk karir dan jabatan, untuk uang dan kekayaan, untuk mendapat pujian, untuk memperdaya orang, bahkan untuk menipu dan mencelakakan orang. Rasulullah SAW mengancam: “Barangsiapa mencari ilmu bertujuan untuk membanggakan diri di hadapan ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau untuk mencari perhatian manusia, maka neraka adalah tempatnya” (HR. Tirmidzi). Beliau juga bersabda: “Ilmu itu ada dua: ilmu di hati dan ini yang bermanfaat. Dan ilmu di bibir yang digunakan untuk mengecoh orang lain, ini yang dilaknat.” Di bawah ini adalah ancaman-ancaman yang akan menjadi nyata pada orang-orang yang tidak menggunakan ilmunya dengan benar, baik buat dirinya sendiri maupun buat orang lain.
1. Lagu
Ancaman pertama bagi orang yang ilmunya tidak digunakan dengan benar adalah lagu. Artinya, ilmu yang dimilikinya terdengar oleh orang lain hanya sebagai lagu atau nyanyian belaka. Kalau ia bicara tentang ilmu dan kemampuannya terdengar nyaring, menarik
perhatian dan membuat orang kagum. Tapi, sebatas itu saja, tidak lebih. Ia sendiri tidak merasakan manfaat dari ilmunya itu, tidak naik derajatnya dan tidak menjadi terhormat dimata orang lain. Ini karena ilmu yang dimilikinya tidak digunakan dengan benar sehingga tidak terasa manfaatnya buat dirinya dan orang lain. Ciri orang yang ilmunya hanya menjadi lagu adalah ia sendiri sering tidak faham dengan pengetahuannya sendiri, tidak mengerti dengan apa yang diucapkannya dan kadang-kadang ia juga berfikir tidak ada manfaatnya “bernyanyi-nyanyi” seperti itu. Bila ada perasaannya seperti ini dalam diri kita, ini karena ilmu kita sering tanpa sadar digunakan dengan tidak benar. Orang seperti ini, jangankan orang lain, dirinya pun tidak percaya diri dengan ilmunya. Akhirnya, orang pun mendengarkannya tidak serius. Orang tahu ilmu dan pengetahuannya luas tapi orang tidak hormat padanya karena ilmunya, biasa-biasa saja. Hormatnya hanya karena kawan dan kenalan saja. Ketika ia berbicara menguraikan pengetahuannya, orang mendengarnya hanya sebuah lagu saja, terdengar nyaring tapi tidak berbekas, tidak berpengaruh, tidak dirasakan bermanfaat dan orang tidak merasa membutuhkannya. Kita harus segera introspeksi bila ilmu kita hanya berupa lagu saja.
2. Gagu
Kedua, orang yang tidak menggunakan ilmunya dengan benar ia akan gagu. Gagu adalah mulut yang sulit berbicara, kelu, kalau berbicara tidak jelas. Gagu adalah orang yang berilmu tapi bicaranya susah, mau menguraikan apa yang ada difikirannya susah, bicaranya pun tidak jelas. Ia gagu dengan ilmunya sendiri. Bila dipaksakan berbicara, tidak jelas kemana, tidak jelas arah dan maksudnya, orang mengkerutkan dahinya tidak mengerti. Ada sebagian orang di sekitar kita yang kondisinya seperti itu. Itu adalah hukuman karena ilmunya sering tidak digunakan dengan benar. Ilmunya sering digunakan untuk tujuan-tujuan salah, dibisniskan, disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang rendah sehingga akibat seperti itu. Akhirnya, ia menjadi gagu dengan ilmunya sendiri.
3. Tugu
Ketiga, orang yang ilmunya tidak digunakan dengan benar akan menjadi tugu. Tugu itu mati dan tontonan yang tidak menarik. Dimana-mana, tugu itu hanya monumen yang tidak menarik dipandang. Orang yang ilmunya menjadi tugu adalah orang yang ilmunya mati, tidak terdengar. Diketahui mendalami dan ahli ilmu tertentu, tapi tidak ada orang yang bertanya kepadanya tentang ilmunya. Orang tidak merasa tergerak untuk bertanya dan menggali ilmunya. Orang tidak menganggap penjelasannya akan menarik karena ketika ia sendiri menguraikan ilmunya, ia merasa susah, kesulitan dan malas menjelaskannya, dan sering tidak percaya diri. Sepertinya rendah hati padahal kurang percaya diri. Atau, ketika mencoba menguraikan pikirannya, ia kemudian membantahnya sendiri, mengoreksinya lagi sendiri karena takut terdengar salah di mata orang lain. Ilmunya ibaratnya seperti tugu, mati dan tidak berfungsi. Ia tidak hidup dan dikenal karena ilmunya. Kalau pun namanya disebut ya hanya namanya saja, atau hanya jabatannya saja, hanya penampilannya saja, hanya kegiatannya, hanya hobi dan sifatnya saja dll. “Profesor ahli apa” atau “doktor di bidang apa” tidak menonjol dan tidak jadi pembicaraan. Banyak disekitar kita orang yang ilmunya hanya tugu seperti ini. Gelarnya doktor dan profesor yang menguasai bidang ilmu tertentu tapi “tidak laku” alias tidak ada yang mengundangnya ceramah ilmiah atau menjadikannya sebagai nara sumber. Ilmunya hanya buat sendiri saja, hanya sebuah tugu. Seperti tugu, jangankan orang merasakan manfaatnya, ia sendiri mati dan tidak berfungsi.
4. Tungku
Keempat ilmunya seperti tungku yang tidak ada apinya. Sifat tungku itu baru menyala bila diberi kayu bakar dan disulut dengan api dari luar. Ini adalah simbol dari ilmu yang tidak berfungsi. Baru keluar bila ditanya, baru kelihatan bila dikorek-korek. Ia sendiri susah menggunakannya, susah mengeluarkannya sendiri bila ada orang atau situasi memerlukannya. Bila tidak ditanya, atau tidak ada orang bertanya, tidak ada orang tahu bahwa ia orang yang berilmu. Orang yang ilmunya menjadi tungku, tidak bisa mengeluarkannya sendiri. Cirinya tidak bisa dan tidak suka menulis, karenanya tidak punya karya tulis yang dibanggakannya, yang kualitasnya diakui orang, yang jadi bahan pembicaraan khalayak. Kalau pun ada karya tulisnya tidak seimbang dengan gelar, posisi dan status yang disandangnya. Psikologi orang yang berilmu, biasanya tidak tahan untuk selalu menjelaskan apa yang diketahui, dilihat dan diamatinya, kemudian dituliskan untuk memberikan gagasan, memecahkan persoalan, untuk menyumbangkan ide buat masyarakat terutama bila situasi menuntutnya. Tapi karena ilmunya hanya tungku, ia dingin dengan ilmunya. Tidak ada kreatifitas untuk menulis apa yang ada difikirannya, tidak ada keninginan menjelaskan persoalan yang dilihatnya dan mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Ia hanya bereaksi bila ditanya, bila diajak ngobrol atau diwawancara. Orang yang ilmunya jenis tugu, juga karena tanpa sadar, ilmunya sering dipergunakan untuk tujuan-tujuan salah.
5. Beku
Terakhir beku. Karenanya orang yang seperti ini, ilmunya seperti es, beku tidak mencair dan tidak memberikan kesegaran pada lingkungan sekitar. Banyak orang yang ilmunya beku padahal mestinya mencair, mestinya mengalir memberikan manfaat, membasahi dan menyuburkan lingkungan sekitar. Orang yang ilmunya beku, bila ada situasi dan lingkungan memerlukan ilmu dan pengetahuannya, ia diam saja, dingin, tidak kreatif, tidak bisa bergerak. Ilmunya beku dalam otak dan fikirannya, tidak bisa mengalirkannya pada orang lain agar bermanfaat.
Mudah-mudahan menjadi renungan dan ada manfaatnya.
Sifat Takabur Dan Bangga Diri
Alangkah cepatnya takabur menjalari para ulama dan ilmuan.karenanya Nabi muhammad SAW bersabda,"celaka ilmu ialah kesombongan!". baru saja sorang berilmu memantapkan kejayaan ilmunya,segeralah terasa dalam dirinya keindahan ilmu dan kelebihannya lalu dirinya dianggapnya penting dan orang lain di pandangnya remeh,bagaikan memandang hewan ternak saja.mereka di anggapnya bodoh-bodoh dan di tungguhnya untuk memberi salam.bila orang-orang telah dulu memberi salam kepadanya dan di balasnya dengan muka manis,maupun orang-orang bangkit berdiri menghormatinya atau di penuhi undangan orang,maka ia menganggap dirinya telah berbudi kepada orang itu dan haruslah yang bersangkutan berterimakasih kepadanya,serta meyakini bahwa dialah orang yang paling
mulia,yang telah sudi berbuat terhadap mereka hal-hal yang semestinya tak dapat mereka harapkan dari orang-orang sepertri dia.
Orang yang begini mutunya lebih tepat dinamakan orang jahil dan di katakan seorang'alim,karena ilmu yang hakiki ialah ilmu yang dengannya kita dapat tahu diri dan mengenal tuhan,tahu bahaya besar di akhir hayat(Al Khatimah)dan tahu bahwa ilmu pulalah nantinya yang akan menjadi alasan Allah untuk pemukul para ulama dan tahu pula besar resikonya ilmu di hari nanti,maka ilmu yang begini akan menambah rasa cemas,rasa khusyuk khidmat dan berendah diri dan menyebabkan kita untuk menganggap semua orang lebih baik dari kita,mengingat kuatnya alasan Allah untuk memukul kita karena kita berlimu,tapi begini alpa dalam mengisi wajib syukur kepada Allah pemberi karunia itu.ilmu adalah sarana terpenting untuk di takaburkan.dari itu Allah menitahkan kepada Nabi Muhammad SAW;
Artinya:"Rendahkanlah sayapmu terhadap pengikut mu orang-orang yang beriman!".(Q.S.Asy syu'ara:215)
Amat payahlah seoarng berilmu untuk tidak menganggap dirinya bermartabat dibanding dengan seorang kosong ilmu,karena syariat agama banyak sekali memujikan kelebihan ilmu.ia takkan sanggup menolak perdayaan untuk bertakabur,kecuali denagn memahamkan hal ini:
Hendaklah disadarinya,bahwa alasan Allah SWT,untuk memberatkan orang adalah lebih kuat.tuhan mungkin bersikap toleransi terhadap orang kosong ilmu tentang kesalahan yang di persepuluhkannya saja tak dapat di maafkan terhadap orang berilmu.seorang yang melanggar perintah tuhan dengan sadar dan mengetahui.kesalahannya akan amat berat,karena ia tiada menunaiakn hak Allah di bidang karunia ilmu.dari itu nabi Muhammad SAW.bersabda;
"Di tampilkan seorang berilmu di hari kiamat dan ia di jebloskan ke neraka.Maka berjela keluar perut panjangnay dan ia berputar keliling bagaikan keledai mengitari kilangan.lalu ia di kelilingi penduduk neraka dan mereka bertanya,"kenapa anda begini?".jawabnya,"Aku menyuruh orang kepada kebaikan,tapi aku tak membuatnya dan ku larang orang berbuat jahat,tapi aku melakukannya!".(Riwayat Bukhari Muslim dari Usman Bin Zaid)
Empat Akhlak Yang Harus Melekat Dalam Diri Orang Yang Berilmu.
Akal yang cerdas dan brilian memang sebuah anugerah. Namun ia bukan merupakan peranti satu-satunya dalam membimbing manusia untuk meraih kesejatian. Bahkan tidak sedikit orang yang kebablasan, sehingga menuhankan akal. Dalam kaitan ini, maka agama dan akhlak mesti terus mengawali kemampuan akal ini, sebagaimana yang diujarkan oleh Umar bin Khaththab: “Modal seorang laki-laki adalah akalnya, kemuliaannya terletak pada agamanya, dan harga dirinya ada pada akhlaknya.”
Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang, maka lebih-lebih terhadap ulama. Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu:
Pertama , tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi mengatakan: “Sesungguhnya ujub itu akan memakan hasanah (kebaikan) sebagaimana api melalap kayu bakar.” Seorang ulama juga berujar: “Barangsiapa yang takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akan merendahkannya, dan barangsiapa yang tawadhu' (rendah hati) dengan ilmunya, Allah akan mengangkatnya.”
Kedua , mengamalkan ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abu Thalib mengingatkan: “Orang-orang tidak mau mencari ilmu tidak lain karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmu mengambil manfaat dari ilmunya.” Seorang ulama juga berucap: “Buah dari ilmu adalah pengamalan, sedang buah amal ialah balasan/pahala.”Ketiga , tidak pelit dengan ilmu. Orang yang berilmu harus mengajarkan ilmunya kepada yang lain, karena pelit dengan ilmu adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaran hikmah menyebutkan: “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia seolah-olah bodoh tentangnya.”
Keempat , bersifat mendidik dan lemah lembut. Seorang yang berilmu harus selalu memberi nasihat dan bimbingan dengan lemah lembut, memberikan kemudahan-kemudahan kepada muridnya dan memotivasinya untuk giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar baginya. (Makmun Nawawi).
Akhlak Ibarat Bunga Di taman.
AKHLAK adalah perkara penting selepas iman. Setiap orang akan dinilai berdasarkan budi pekertinya (akhlak). Jika baik akhlaknya, maka dia akan dianggap baik. Jika buruk akhlaknya meskipun ada melakukan kebajikan, tetap tidak akan dinilai.Oleh itu, orang yang mempunyai akhlak mulia akan dipandang mulia di sisi Allah. Contoh, akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah.
Firman Allah bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat mulia."(Surah al-Qalam, ayat 4).
Akhlak yang baik hendaklah dipupuk dan dipelihara hingga sebati dengan diri kita. Hal ini bagi membolehkan kita mengamalkannya dalam kehidupan seharian.Dalam kehidupan manusia, akhlak dapat diibaratkan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimana luas dan indahnya sebuah taman kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh bezanya dengan tanah perkuburan.Seseorang yang mempunyai badan sihat, gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya atau berpangkat, kalau mempunyai akhlak buruk dan perangai jahat, tidak ubah seperti muka yang cantik, tetapi mempunyai kesan guris luka berpanjangan.Akhlak mulia atau hina terbit daripada jiwa atau hati. Jiwa seseorang itu saja yang akan menjadi pendorong menggerakkan perbuatan yang baik atau tercela.Dengan mempunyai akhlak baik dan sempurna pada diri seseorang, maka dapatlah kita melahirkan sebuah masyarakat dan bangsa gemilang, terbilang dan cemerlang.Hal ini kerana bangsa yang diasaskan dengan akhlak mulia saja akan dipandang mulia, bahkan boleh mengangkat martabat sesebuah bangsa ke tingkat paling tinggi antara ummah.
Di sinilah terbentuknya masyarakat madani yang mempunyai nilai positif dan mahmudah (terpuji). Setiap pekerjaan, pergaulan, perbuatan, hubungan individu, masyarakat,
antarabangsa, kekeluargaan dan negara dijalin atas kesempurnaan akhlak.Secara tidak langsung ia akan mewujudkan sebuah peradaban luhur bercirikan akhlak kemanusiaan sejagat dan tunduk atas kekuasaan Allah. Tanpa akhlak, manusia akan berbuat sesuka hatinya tidak mengira sama ada dilarang oleh Allah atau melanggar tata susila dan maruah mereka.
Masalah sosial yang semakin kritikal dan kronik dalam masyarakat, terutama golongan remaja pada masa kini disebabkan oleh budaya akhlak yang kian merosot.Mereka mudah terpengaruh dengan budaya kehidupan Barat yang memang sudah runtuh nilai akhlaknya.
Ajaran Islam tidak pernah menyekat kebebasan dalam melakukan kegiatan kehidupan, tetapi hendaklah melalui batas yang ditentukan oleh syariat.Segala yang dilarang oleh Allah swt mempunyai hikmah yang besar.Isu keruntuhan akhlak bukanlah suatu perkara yang baru dalam masyarakat kita. Namun apa yang diharapkan adalah kepekaan dan usaha bersungguh-sungguh pada diri individu dan masyarakat dalam menangani masalah generasi muda.Langkah yang perlu kita lakukan adalah berusaha mencari penawar kepada penyakit sosial untuk memulihkan sindrom yang menyerang generasi muda pada zaman ini.
Salah satu cara terbaik adalah pembudayaan akhlak dalam kehidupan seharian.Keperibadian yang disulami dengan keimanan dan akhlak akan menerbitkan pekerti mulia dan menjamin kerukunan dan kesejahteraan sebuah masyarakat, negara dan antarabangsa..
Jika HATI sejernih AIR, jangan biar ia KERUH.
Jika HATI seputih AWAN, jangan biar ia MENDUNG.
Jika HATI seindah BULAN, hiasi ia dengan IMAN
http://adwani-akhlakdalamberilmu.blogspot.com/