Upload
verdanto
View
226
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jhhkkk
Citation preview
PEMBEBANAN JARINGAN JALAN
PERKOTAAN YOGYAKARTA
J.Dwijoko Ansusanto1, Ahmad Munawar
2,
Sigit Priyanto3, Bambang Hari Wibisono4
1Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, email: [email protected]
2Gurubesar Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, email: [email protected] 3Gurubesar Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, email: [email protected] 4Gurubesar Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, email: [email protected]
ABSTRAK
Pergerakan kendaraan dari satu titik ke titik yang lain mencerminkan pegerakan orang. Jaringan jalan merupakan penyediaan layanan yang dibatasi oleh kapasitas. Optimasi terhadap kebutuhan pergerakan
dan kapasitas layanan menjadi titik perhatian dari perencana transportasi. Matriks asal tujuan merupakan
gambaran dari pergerakan orang dan barang. Pembebanan jaringan jalan merupakan salah satu parameter yang dengan mudah dipergunakan untuk mengukur kinerja jaringan jalan. Metode pendekatan yang
dilakukan pada kajian ini adalah berupa analisis perjalanan asal-tujuan dari orang yang melakukan perjalanan di perkotaan Yogyakarta. Hasil yang diperoleh berupa peta beban ruas-ruas jaringan jalan di
seluruh perkotaan aglomerasi Yogyakarta d isertai parameter penting berupa perbandingan volume dengan kapasitas.
Kata kunci: pembebanan, kapasitas, pergerakan, asal-tujuan
1. PENDAHULUAN
Matriks asal tujuan pergerakan orang diperlukan dalam perencanaan dan pemodelan transportasi. Pada analisis untuk pemodelan transportasi menggunakan metode empat
tahap, tahap pembebanan perjalanan (pemilihan rute) merupakan tahap yang menjelaskan kontribusi perjalanan pada ruas jalan atau rute tertentu. Pada tahapan ini
jumlah pemerjalan didistribusikan kepada setiap rute pada jaringan yang ada. Prinsip
shortest path juga menjadi pertimbangan oleh pengguna dalam memilih rute. Beberapa metode dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan maksud atau keperluannya
[4].
Pada tahap-tahap pemodelan empat tahap masing-masing tahap memerlukan analisis
tersendiri yang merupakan suatu upaya yang cukup berat, sehingga seringkali pekerjaan
pemodelan secara utuh membutuhkan sumber daya yang cukup dan waktu yang juga tidak singkat. Tahap pemilihan rute menggambarkan besarnya volume perjalanan yang
menggunakan suatu rute dibanding dengan rute yang lain.
Hasil akhir yang akan didapat dapat ditampilkan berupa rasio volume-kapasitas,
ataupun berupa pita garis keinginan (desire line). Akhirnya pembebanan perjalanan
dapat dipergunakan sebagai dasar dan masukan untuk melakukan prioritas
pengembangan ruas jalan pada suatu jaringan tertentu. Beberapa metode pembebanan
perjalanan dikembangkan dan masing-masing mempunyai tingkat akurasi dan kerumitan tersendiri.
Jangan menulis apapun pada header
2. LANDASAN TEORI
Pembebanan Lalu Lintas (Traffic Assignment)
Pada mulanya bangkitan perjalanan dilakukan bersamaan dengan distribusi perjalanan pada suatu zona. Metoda pemilihan moda juga dilihat dari pembagian perjalanan
berdasarkan variasi beberapa moda perjalanan yang ada. Pada tahapan ini jumlah
perjalanan dan asal tujuan mereka diketahui namun rute aktual dari sistem transportasi
tidak diketahui.
G = Generation
MS = Modal Split
D = Distribution
A = Assignment
Gambar 1: Beberapa Variasi Tahap Pemodelan Transportasi [7]
Proses ini adalah untuk menentukan hubungan dari sistem transportasi dimana perjalanan akan dibebankan sering disebut dengan pembebanan lalu lintas.
Beberapa metode yang dikembangkan untuk analisis pembebanan lalulintas antara lain adalah [6] :
(1) All-or-nothing
(2) Menggunakan Kurva Penyebaran
(3) Pembebanan Kapasitas Dibatasi
(4) Pembebanan Mutipath Proportional (5) Pembebanan Stokastik dengan Pembatasan kapasitas
(6) Pembebanan Keseimbangan Wardrop
(7) Pembebanan Pembebanan Kemacetan
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan teknik survai wawancara rumah tangga untuk mendapatkan
data sosial ekonomi serta data pergerakan dari sampel rumahtangga yang dipilih secara acak. Data pergerakan akan diolah untuk mendapatkan matriks asal tujuan yang
menunjukkan arak dan besar pergerakan dari setiap zone pada wilayah penelitian.
Wilayah Studi Penelitian ini mengambil wilayah studi kota perkotaan Yogyakarta yaitu meliputi
seluruh kelurahan di Kota Yogyakarta sebagai zone internal ditambah dengan kelurahan pada beberapa kecamatan yang berbatasan dengan kota Yogyakarta sebagai zona
eksternal. Jumlah kecamatan di kota Yogyakarta adalah sejumlah 14 dengan total
kelurahan sejumlah 45.
Data dan Sampel Data dikumpulkan melalui survai wawancara rumahtangga pada wilayah studi dengan
jumlah sampel proporsional terhadap jumlah rumahtangga yang ada dalam wilayah
studi. Penentuan zona didasarkan pada batasan wilayah kelurahan, dan dibagi menjadi
Jangan menulis apapun pada header
Jangan menulis apapun pada footer
zona internal yaitu seluruh kelurahan di kota Yogyakarta serta zona eksternal adalah
beberapa kelurahan yang berhimpit dengan zona internal. Jumlah sampel mengacu pada
pedoman wawancara rumahtangga [1] yaitu sebesar 2,5% dari jumlah total keluarga di
wilayah studi. Secara keseluruhan jumlah sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini, dimana zona internal sejumlah 45 kelurahan dan zona eksternal sejumlah 19 kelurahan.
Tabel 1: Zona Internal dan Jumlah Sampel
No. Kecamatan Juml. Zona
Sampel (KK)
No. Kecamatan Juml. Zona
Sampel (KK)
1 Tegalrejo 4 281 8 Mantrijeron 3 260
2 Jetis 3 195 9 Kraton 3 178
3 Gondokusuman 5 375 10 Gondomanan 2 114
4 Danurejan 3 123 11 Pakualaman 2 85
5 Gedongtengen 2 170 12 Mergangsan 3 251
6 Ngampilan 2 144 13 Umbulharjo 7 430
7 Wirobrajan 3 199 14 Kotagede 3 224
TOTAL 45 3.029
Sedangkan zona ekternal yang merupakan kelurahan pada perbatasan dengan zona
internal adalah sejumnlah 19 kelurahan dengan jumlah sampel sebagai berikut.
Tabel 2: Zona Eksternal dan Jumlah Sampel
No. Kecamatan Juml. Zona
Sampel (KK)
No. Kecamatan Juml. Zona
Sampel (KK)
1 Depok 3 882 5 Gamping 2 178
2 Ngaglik 3 405 6 Banguntapan 2 32
3 Mlati 3 65 7 Sewon 2 32
4 Godean 1 359 8 Kasihan 3 48
TOTAL 19 2001
Alat bantu Dalam proses pemodelan ini dibutuhkan alat bantu komputer berupa software
pemodelan. Ada beberapa software komputer yang dapat dipergunakan seperti: CUBE,
TRANSCAD, EMME2, TRANPLAN, TFTP, TRANSYT, AIMSUN V.6.1. Dalam
penelitian ini software yang akan dipakai sebagai alat bantu proses pemodelan adalah
AIMSUN V.6.1.
4. HASIL PENELITIAN
Matriks Asal-Tujuan Perjalanan
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain adalah matriks asal tujuan yang akan dipergunakan untuk melihat beban dari jaringan jalan.
Jangan menulis apapun pada header
Please leave the footers empty
Tabel 3: Matriks Asal Tujuan 64 x 64
TU
JUA
N Tegalrejo Jetis
MATRIKS ASAL TUJUAN
Kri
cak
Kar
ang
war
u
Teg
alre
jo
Ben
er
Bu
mijo
Cokro
din
ing
Go
wong
an
ASAL
KECA KELU 1 2 3 4 5 6 7
MATAN RAHAN
Tegalrejo
Kricak 1
Karangwaru 2
Tegalrejo 3
Bener 4
Jetis
Bumijo 5
Cokrodiningratan 6
Gowongan 7
…dst.
….dst.
Jarak Perjalanan
Dari matriks asal-tujuan dihitung jarak antar zone. Kemudian frekuensi dari matriks jarak perjalanan kemudian dikelompokkan menjadi beberapa rentang jarak perjalanan
untuk mengetahui jarak perjalanan yang paling sering dilakukan oleh penduduk di kota
Yogyakarta dan diperoleh hasil pada tabel berikut ini.
Tabel 4: Pengelompokan Jarak perjalanan
No Jarak % N N*Jarak Kumulatif
1 s/d 1km 20,3 984 80,5 20,3
2 > 1-2,5km 16,9 820 1.494,4 37,2
3 > 2,5-5km 26,5 1.285 4.728,9 63,7
4 > 5-7,5km 19,7 958 5.953,0 83,4
5 > 7,5-10km 10,6 515 4.526,3 94,0
6 > 10-15km 5,0 244 2.893,9 99,1
7 > 15-20km 0,8 38 653,9 99,8
8 > 20km 0,2 8 166,3 100,0
100 4.852 20.497,2
Jangan menulis apapun pada header
Gambar 2: Proses Perhitungan Matriks Total Jarak Perjalanan
Dari keseluruhan kinerja jaringan jalan pada wilayah studi dan hasil dari survai rumah
tangga diperoleh hasil bahwa panjang perjalanan total dari sampel adalah 20.497 km/hari. Jarak perjalanan total tersebut adalah untuk sampel sebesar 2,5 % dari
populasi. Maka untuk menjadikan mendekati populasi maka harus dikalikan dengan 40
kali yaitu 100/2,5 maka akan menghasilkan perjalanan sekitar 819.880 km/hari.
Gambar 3: Distribusi Jarak Perjalanan Gambar 4: Jarak Perjalanan Kumulatif
Kricak 1
Karangwaru 2
Tegalrejo 3
Bener 4
Bumijo 5
Cokrodiningratan 6
Gowongan 7
KECAMATAN KELURAHAN
MATRIKS ASAL TUJUAN
Kri
cak
Kara
ng
waru
Teg
alr
ejo
Ben
er
TU
JU
AN
Tegalrejo Jetis
Bu
mij
o
Tegalrejo
Jetis
ASAL
1 2 3 4 5 6 7
Co
kro
din
ingra
tan
Go
wo
ng
an
Kricak 1
Karangwaru 2
Tegalrejo 3
Bener 4
Bumijo 5
Cokrodiningratan 6
Gowongan 7
KECAMATAN KELURAHAN
TOTAL JARAK PERJALANAN
Kri
cak
Kar
angw
aru
Tegalr
ejo
Bener
TU
JU
AN
Tegalrejo Jetis
Bu
mij
o
Tegalrejo
Jetis
ASAL
1 2 3 4 5 6 7
Cok
rodin
ing
rata
n
Go
won
gan
Kricak 1
Karangwaru 2
Tegalrejo 3
Bener 4
Bumijo 5
Cokrodiningratan 6
Gowongan 7
KECAMATAN KELURAHAN
MATRIKS JARAK ANTAR ZONA
Kri
cak
Kara
ng
waru
Teg
alr
ejo
Ben
er
TU
JU
AN
Tegalrejo Jetis
Bu
mij
o
Tegalrejo
Jetis
ASAL
1 2 3 4 5 6 7
Co
kro
din
ingra
tan
Go
wo
ng
an
Jangan menulis apapun pada header
Peta Asal-Tujuan Perjalanan
Gambar di bawah ini menunjukkan besarnya asal dan tujuan perjalanan yang dapat
dipergunakan untuk memperkirakan pergerakan antar zona.
Gambar 5: Peta Bangkitan dan Tarikan Perjalanan
Jangan menulis apapun pada header
Pembebanan Jaringan Jalan untuk semua jenis kendaraan
Dari hasil analisis menggunakan Macro Simulation diperoleh hasil pembebanan ruas jalan sebagai berikut.
Gambar 6: Pembebanan Ruas Jalan semua moda (sepeda motor + mobil)
Pembebanan ruas jalan untuk semua jenis kendaraan (mobil dan sepeda motor)
menghasilkan sebagian besar ruas jalan mengalami tingkat kepadatan yang tinggi. Hal
tersebut dapat dilihat dari gambar Output Running AIMSUN (sepeda motor+mobil),
maupun dibaca dari tabel volume pembebanan jaringan jalan. Jika dibandingkan dengan kapasitas jalan maka akan dapat diperoleh rasio volume kapasitas yang menunjukkan
tingkat kepadatan ruas jalan.
Untuk dapat melakukan analisis kinerja jalan diperlukan pembandingan terhadap
kapasitas setiap ruas jalan sehingga diperoleh nilai v/c ratio. Namun agar dapat dihitung
besarnya v/c ratio jenis kendaraan sepeda motor perlu dikonversi terlebih dahulu menjadi satuan mobil penumpang sehingga dapat dijumlahkan.
Arah pergerakan dominan
Dilihat dari gambar Peta Bangkitan dan Tarikan Perjalanan (gambar 5) tarikan
perjalanan yang dominan adalah menuju zona kelurahan-kelurahan yang terdapat di kecamatan Depok. Kelurahan tersebut terdiri dari Condongcatur, Caturtunggal dan
Maguwoharjo. Sebagai gambaran bahwa di kecamatan Depok banyak terdapat pusat-
Jangan menulis apapun pada header
pusat kegiatan yang menarik perjalanan untuk menuju ke zona tersebut. Contohnya
adalah keberadaan perguruan tingi besar seperti UGM, UNY, Atma Jaya, Sanata
Dharma, UII, UPN, STTNAS, dan masih banyak universitas lainnya dengan jumlah
mahasiswa ribuan dan tenaga pengajar dan pendukungnya yang cukup banyak.
Disamping itu terdapat pula pusat-pusat perniagaan yang besar misalnya Ambarukmo,
kawasan perdagangan di jalan Kaliurang, jalan Seturan, dan juga hotel-hotel maupun
rumah makan yang banyak terdapat di kecamatan Depok.
Pembebanan Jaringan Jalan untuk jenis kendaraan sepeda motor
Untuk pembebanan jaringan jalan yang dipisahkan menurut jenis kendaraan diperoleh
hasil untuk pembebanan jenis kendaraan sepeda motor terhadap jaringan jalan dapat
dilihat dari peta pembebanan pada gambar output running Aimsun. Jika dibandingkan dengan pembebanan jalan akibat jenis kendaraan mobil maka pengaruh sepeda motor
lebih besar. Hal tersebut karena jumlah sepeda motor yang lebih tinggi dibanding dengan jumlah mobil.
Gambar 7: Pembebanan Ruas Jalan moda sepeda motor
Pembebanan Jaringan Jalan untuk jenis kendaraan mobil
Untuk pembebanan jaringan jalan akibat jenis kendaraan mobil memperlihatkan bahwa volume lebih rendah dari sepeda motor. Hal tersebut karena jumlah mobil yang lebih
rendah dibanding dengan jumlah sepeda motor.
Jangan menulis apapun pada header
Gambar 8: Pembebanan Ruas Jalan moda mobil
5. KESIMPULAN
Pembebanan ruas jalan di perkotaan Yogyakarta didominasi oleh moda kendaraan sepedamotor, hal tersebut akibat kepemilikan yang tinggi. Penggunaan moda angkutan
umum sangat rendah seiring dengan rendahnya jangkauan pelayanan dan kesulitan
mengakses angkutan umum.
Jarak perjalanan harian yang dominan (26% ) adalah 2,5 – 5 km, hal ini memperkuat
alasan bahwa penggunaan sepedamotor sebagai sarana transporasi cukup tinggi karena jarak tempuh yang sedang. Jarak perjalan harian total dari masyarakat perkotaan
Yogyakarta sekitar 819.880 km/hari untuk semua moda transportasi.
Arah pergerakan yang dominan adalah menuju kecamatan Depok dengan kelurahan yang terdiri dari Condongcatur, Caturtunggal dan Maguwoharjo. Di wilayah tersebut
banyak pusat tarikan perjalanan berupa Perguruan Tinggi dan sekolah, pusat
perdagangan, hotel maupun rumah makan yang setiap harinya pergerakan menuju dan
berasal dari zona ini.
Pembebanan ruas jalan di perkotaan Yogyakarta dengan input moda mobil ditambah
sepeda motor untuk hari biasa menunjukkan kondisi beberapa ruas jalan sudah
menunjukkan warna merah yang berarti kapasitas sudah terlampaui. Melihat kondisi ini perlu dilakukan upaya untuk mengurangi beban jaringan jalan antara lain dengan
penyediaan angkutan umum yang memadai.
Jangan menulis apapun pada header
Please leave the footers empty
6. DAFTAR PUSTAKA
1. ___________(1990) Panduan Survai Wawancara Rumah,NO. 002/TBNKT/1990,
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota.
2. ___________(2009) Kota Yogyakarta Dalam Angka, Biro Pusat Statistik
3. ___________(2009) Kabupaten Sleman Dalam Angka, Biro Pusat Statistik
4. Ansusanto, JD. (2009) Perbandingan Beberapa Metode Trip Assigment
(Pembebanan Perjalanan) Dalam Pemodelan Transportasi Four Step Model.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3), Universitas Pelita Harapan, Jakarta, pp. I-33 – I-39
5. Litman, T and Steele, R (2010) Land Use Impacts on Transport, How Land Use
Factors Affect Travel Behavior. Victoria Transport Policy Institute.
6. Salter, RJ and Hounsell, NB (1996) Highway Traffic Analysis and Design. The 3th
edition.
7. Tamin, OZ. (2000) Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Edisi kedua,
Penerbit ITB, Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.