8
MEMPEROLOK-OLOKAN Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh  jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan  Janganlah kamu mencela diri sendiri dan  janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk . Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. 49:11) Hai orang-orang yang beriman,  jauhilah kebanyakan dari prasangka  , sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan  janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan  janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 49:12) Sebagaimana telah kita ketahui bersama dari pembahasan yang lalu, bahwa sunnah memiliki makna luas, tidak hanya sempit pada pengertian fiqih saja, namun merupakan ajaran dan keteladanan (uswah) yang dituangkan ke dalam segenap perilaku kehidupan nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. Dengan demi-kian sunnah merupakan agama itu sendiri yang Allah Ta‟ala jadikan sebagai penerjemah dalam menafsirkan segenap ayat -ayat-Nya. Saudaraku -barakallahu fiikum-, mem-perolok-olokan sesuatu yang berasal dari agama adalah merupakan kekufuran yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama menurut kesepakatan para ulama‟. sebagai yang dinukilkan oleh Ibnul Arabiy dalam tafsirnya (2/976) dan Syaikh Sulaiman bin Abdullah Alu Syaikh di dalam Taisir Al Aziizil Hamiid. Maka memperolok-olok dari sunnah-sunnah nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tidak berbeda apakah yang melakukannya dengan sungguh-sungguh, bermain-main atau senda gurau. (Malzamah Syarh Nawaqidul Islam, Abi Ubaidah Az Zawi). Jenis-  jenis Istihza’  Namun manakala kita membicarakan permasalahan ini maka kita tidak akan ter-lepas dari beberapa permasalahan yang terkait dengannya. Permasalahan yang berkenaan dengan memperolok-olok agama atau yang kita kenal dengan istilah istihzaa, di antaranya ialah kita dapati pada kenyataannya dalam memper-olok-olokkan agama terbagi menjadi dua macam; 1. Istihzaa’ sharih , yaitu memperolok-olok agama dengan ucapan secara jelas dan te-rang- terangan. Sebagai contoh ucapan mereka para munafiqin kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam di suatu majlis pada perang tabuk „ Tidak-lah kami melihat orang yang lebih memen-tingkan perutnya, lebih berdusta ucapan-nya, dan lebih penakut ketika berjumpa de- ngan musuh daripada mereka para pemba-ca-  pembaca Qur‟an (yakni Rasulullah shalallahu

Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

5/14/2018 Isi Kandungan Al Hujurat 10-13 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-kandungan-al-hujurat-10-13 1/8

 

MEMPEROLOK-OLOKAN 

Hai orang-orang yang beriman,  janganlah suatu kaum mengolok-olokkan

kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yangmengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh

 jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan

 Janganlah kamu mencela diri sendiri dan  janganlah kamu panggil 

memanggil dengan gelar-gelar yang buruk . Seburuk-buruk panggilan ialah

(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah

orang-orang yang zalim. (QS. 49:11) 

Hai orang-orang yang beriman,  jauhilah kebanyakan dari prasangka , sesungguhnya

sebagian prasangka itu adalah dosa dan  janganlah kamu mencari-cari kesalahan

orang lain dan  janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang

lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 49:12)

Sebagaimana telah kita ketahui bersama dari pembahasan yang lalu, bahwa sunnah memiliki

makna luas, tidak hanya sempit pada pengertian fiqih saja, namun merupakan ajaran dan

keteladanan (uswah) yang dituangkan ke dalam segenap perilaku kehidupan nabi Muhammadshalallahu 'alaihi wa sallam. Dengan demi-kian sunnah merupakan agama itu sendiri yang

Allah Ta‟ala jadikan sebagai penerjemah dalam menafsirkan segenap ayat-ayat-Nya.

Saudaraku -barakallahu fiikum-, mem-perolok-olokan sesuatu yang berasal dari agama

adalah merupakan kekufuran yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama menurut

kesepakatan para ulama‟. sebagai yang dinukilkan oleh Ibnul Arabiy dalam tafsirnya (2/976)

dan Syaikh Sulaiman bin Abdullah Alu Syaikh di dalam Taisir Al Aziizil Hamiid. Maka

memperolok-olok dari sunnah-sunnah nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tidak berbeda apakah

yang melakukannya dengan sungguh-sungguh, bermain-main atau senda gurau. (Malzamah

Syarh Nawaqidul Islam, Abi Ubaidah Az Zawi).

Jenis- jenis Istihza’ Namun manakala kita membicarakan permasalahan ini maka kita tidak akan ter-lepas dari

beberapa permasalahan yang terkait dengannya.

Permasalahan yang berkenaan dengan memperolok-olok agama atau yang kita kenal dengan

istilah istihzaa, di antaranya ialah kita dapati pada kenyataannya dalam memper-olok-olokkan

agama terbagi menjadi dua macam;

1. Istihzaa’ sharih , yaitu memperolok-olok agama dengan ucapan secara jelas dan te-rang-

terangan. Sebagai contoh ucapan mereka para munafiqin kepada Rasulullah shalallahu 'alaihiwa sallam di suatu majlis pada perang tabuk „Tidak-lah kami melihat orang yang lebih

memen-tingkan perutnya, lebih berdusta ucapan-nya, dan lebih penakut ketika berjumpa de-

ngan musuh daripada mereka para pemba-ca- pembaca Qur‟an (yakni Rasulullah shalallahu

Page 2: Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

5/14/2018 Isi Kandungan Al Hujurat 10-13 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-kandungan-al-hujurat-10-13 2/8

 

'alaihi wa sallam dan para shahabatnya)‟. atau seperti ucapan mereka lainnya yang

menyatakan: „agama tidaklah diukur dengan jenggot kita‟, yakni karena permasalahan cukur 

 jenggot, dan masih banyak lagi yang semisal dengan itu.

2. Istihzaa’ ghairu sharih yaitu memperolok-olok agama dengan perbuatan yang menun-

 jukkan isyarat maupun sindiran (tidak jelas atau tidak terang-terangan), seperti dengan

memicingkan mata, menjulurkan lidah dan membentangkan bibir dan lain-lainnya yangbertujuan untuk merendahkan sesuatu dari agama. (lihat Kitabut Tauhid DR. Shalih Fauzan

hal 43, dan Malzamah Syarh Nawaqidul Islam, Abi Ubaidah).

Dalil kafirnya memperolok-olok sunnah Saudaraku kaum muslimin -barakallahu fiikum-, dalil-dalil tentang kafirnya mem-perolok-

olok sunnah banyak sekali. Namun semua berporos pada satu ayat yang me-nerangkan

 bagaimana hukum tersebut dapat menimpa seseorang dan apa penyebabnya. Allah Ta‟ala

berfirman:

                                                

                   Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah

mereka akan menjawab: “Sesung-guhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main

saja”. Katakanlah: ‟Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu

berolok-olok?‟. Tidak usah kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.”

(At Taubah:65-66).

Ayat ini menunjukkan bahwa mem-perolok-olok Allah adalah kekufuran, mem-perolok-olok 

rasul adalah kekufuran, dan memperolok ayat-ayat-Nya adalah keku-furan, demikian pula

memperolok-olok sun-nah adalah kekufuran. Maka barangsiapa yang memperolok-olok salah

satu dari per-kara-perkara tersebut berarti dia telah mem-perolok-olok keselu-ruhannya.

Memperolok-olok Allah dan Rasul-Nya dianggap kekufuran yang mengeluarkan pela-kunyadari agama karena pokok agama dibangun di atas pengagungan terhadap Allah dan

pengagungan terhadap Rasul-Nya, sedangkan memperolok-olok sesuatu darinya dapat

menghilangkan pokok tersebut dan meruntuhkannya dengan dahsyat. (Taisir Karimir

Rahman, Abdurrahman As Sa‟diy, hal. 342-343).

Larangan untuk bermajlis dengan orang yang memperolok-olok agama Saudaraku rahimakumullah terkadang kita sadar maupun tidak telah terpedaya oleh berbagai

makar dan perangkap syaithan yang selalu berupaya menjerumuskan kita ke dalam kesesatan,

na‟udzubilah. Dimana kita dijadikannya seperti sebuah patung yang bisu atau manusia yang

terlelap pulas dalam tidurnya. Bagaimana tidak, terkadang - kalau tidak mau dinilai

keumumannya – kita meng-anggap suatu hal yang wajar atau lumrah di saat kita

menyaksikan atau mendengar atau paling tidak mengetahui ada orang yang memperolok-olok 

agama dengan gurauannya atau candanya atau bahkan menebarkannya bagaikan menebarkan

benih di sawah lantas kita terdiam melihatnya, terkesima bahkan ikut tertawa mengaminkan

pelecehan agama tersebut. Karenanya Allah di dalam ayat tadi atau ayat-ayat lainnya

menegur dan mengan-cam dengan ancaman yang keras. Allah Ta‟ala berfirman: 

                  

Tidak usah kamu cari alasan karena kamu kafir sesudah beriman (At Taubah: 66)

                                   

                                   

Page 3: Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

5/14/2018 Isi Kandungan Al Hujurat 10-13 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-kandungan-al-hujurat-10-13 3/8

 

Dan apabila mereka melihat kamu (Muham-mad), mereka hanyalah menjadikan kamu

sebagai ejekan (dengan mengatakan): ”Ini-kah orang yang diutus Allah sebagai Rasul?

Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak 

sabar (menyembah)nya‟. Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka meli-hat adzab,

siapa yang paling sesat jalannya. (Al Furqan:41-42).

Maka menjadi jelaslah dengan ini, bahwa orang yang memperolok-olok rasul dengan

menyatakannya sebagai orang yang sesat adalah lebih berhak dan lebih pantas untuk disifati

dengan sifat ini dan bahwa binatang ternak lebih baik dari orang ter-sebut. (Tafsir As Sa‟diy

hal.584).

Oleh k arena itu Allah Ta‟ala melarang mukminin untuk berkumpul, bermajlis bersama orang-

rang yang memperolok-olok agama ini termasuk di dalamnya mem-perolok-olok rasul dan

sunnah rasul.

                                                       

                        Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur‟an bahwa apabila kamu

mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka ja-nganlah kamu duduk 

beserta mereka. Kare-na sesungguhnya (kalau kamu berbuat demi-kian), tentulah kamu

serupa dengan mereka. (An Nisa‟:140) 

Berkata Syaikh Abdurrahman As Sa‟diy di dalam tafsirnya (hal 210): “Dan demikian pula

halnya para ahlul bid‟ah dengan keane-karagaman mereka, maka hujjah-hujjah mereka yang

mendukung kebatilan mereka mengandung penghinaan terhadap ayat-ayat Allah. Karena

ayat-ayat Allah tidaklah menunjukkan kecuali kebenaran, dan tidaklah mengakibatkan

kecuali kebenaran, bahkan termasuk juga di dalamnya menghadiri majlis-majlis kemaksiatan

dan kefasikan, yang akan menghinakan di dalamnya perin-tah-perintah dan larangan-laranganAllah, dan akan menenggelamkan hukum-hukum-Nya yang telah Allah tetapkan bagi para

hamba- Nya dan penghujung dari larangan ini ialah larangan untuk duduk bersama mereka.”  

Disegerakannya balasan bagi yang mem-perolok-olok sunnah

Sebagai penutup dari pembahasan kita kali ini tidak lupa kita utarakan juga di sini bagaimana

Allah menyegerakan balasan bagi mereka-mereka yang memperolok-olok sunnah atau yang

melecehkannya yang telah teriwayatkan kepada kita;

Dari Salamah bin Al Akwa‟ “Bahwa seseorang makan di samping Rasulullah shalallahu

'alaihi wa sallam dengan tangan kirinya, maka beliau pun menegur: “Makanlah dengan

tangan kanan-mu‟, orang itu menjawab,‟aku tidak bisa‟. Beliau bersabda : „Engkau benar -

 benar tidak akan bisa‟. Padahal tidak ada yang mengha-langinya (makan dengan tangan

kanan) kecuali kesombongannya. Salamah menga-takan: Maka ia pun tidak bisa (lumpuh)

mengangkat tangan (kanan)nya ke mulutnya. (Dikeluarkan Muslim no. 2021).

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

                                                 Manakala seseorang berjalan dengan som-bongnya di pagi dan petang maka Allah

tenggelamkan orang tersebut ke dalam bu-mi, dan ia akan terbolak-balik di dalamnya sampai

hari kiamat”. 

Maka seorang pemuda bertanya kepada Abu Hurairah – yang telah disebutkan namanya –  dalam keadaan bercanda: ‟Apakah seperti ini jalannya orang yang ditenggelamkan ke bu-

Page 4: Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

5/14/2018 Isi Kandungan Al Hujurat 10-13 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-kandungan-al-hujurat-10-13 4/8

 

mi?‟ Lalu Abu Hurairah pun memukul dengan tangannya dan orang itupun merasakan sakit

yang hampir mematahkan tulangnya. Kemu-dian Abu Hurairah berkata dengan memba-

wakan ayat:

                Sungguh Kami akan balas untuk (mem-bela)mu (wahai nabi) dari orang yang mem-perolok-

olok. (Sunan Ad Darimi no.437)

Dari Abdurrahman bin Harmalah, dia berkata: “Datang seseorang kepada Said Ibnul

Musayyab untuk pamit menunaikan haji dan umrah. Maka beliaupun berkata kepada orang

tersebut: “Janganlah engkau pergi hingga engkau shalat terlebih dahulu, karena sesung-

guhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

                                              Tidaklah keluar dari masjid setelah diku-mandangkan adzan kecuali munafik, kecuali

seseorang yang dipaksa keluar oleh kebutu-hannya dan dia berkeinginan kembali ke masjid.

Maka orang itu pun berkata: “Sesungguhnya teman-temanku berada di al-Hurrah”. Makaorang itu pun keluar. Dan belum selesai Said menyayangkan kepergiannya dengan menye-

but-nyebut tentangnya, tiba-tiba dikabarkan bahwa orang tersebut terjatuh dari kendara-

annya, hingga patah pahanya. (Sunan Ad-Darimi, no. 447).

Dari Abi Yahya as-Saaji berkata: “Kami berjalan di lorong-lorong kota Bashrah menuju

rumah salah seorang ahlul hadits. Maka aku percepat jalanku dan (ketika itu) ada di antara

kami yang jelek agamanya, kemudian berkata: “Angkatlah kaki-kaki kalian dari sayap-sayap

 para malaikat, janganlah kalian mematahkannya (seperti orang yang istihza‟). Maka orang itu

pun tidak dapat beranjak dari tempatnya hingga kering kedua kakinya dan kemudianterjatuh”. (Bustanul Arifin, Imam Nawawi, hal. 92.) (Semua kisah di atas dinukil dari kitab

Ta‟zhimus Sunnah, Abdul Qayyum as-Suhaibani, hal. 30-32) Wallahu a’lam.Muhammad Sholehuddin 

Maraji’: 1. Ta‟dhimus Sunnah, Abdul Qayyum bin Mu-hammad bin Nashir.

2. Kitabut Tauhid, DR. Shalih Fauzan.

3. Malzamah Syarh Nawaqidul Islam, Abi Ubaidah az-Zawi.

4.Taisir Karimir Rahman, Abdurrahma as-Sa‟diy. 

Page 5: Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

5/14/2018 Isi Kandungan Al Hujurat 10-13 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-kandungan-al-hujurat-10-13 5/8

 

Janganlah salah seorang diantara kamu berkata :" Khabusat nafsi (diriku buruk), tetapi katakanlah

Laqisat nafsi (diriku kurang)." (HR. Muslim)

MENCELA DIRI SENDIRI

GUNJING

Ghibah

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Assalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh 

Alhamdulillahirobbil alamin. Allohumma sholli ala Muhammad, wa‟alaa alihi washhbihi

ajma‟iin. Amiin. 

Marilah kita sama-sama luruskan niat kita terlebih dahulu, bahwa kita berkumpul di majelis

ini semata-mata dalam rangka mengharapkan ridho-Nya.

Baiklah, disini saya ingin berbagi pengalaman seputar masalah Ghibah

(mengumpat/ngrasani/backbiting).

Terkadang kitaberpikira bahwa kita sudah berusaha membebaskan diri dari makanan haram,

seperti daging babi, alcohol dll.  

Tapi sungguh kadang dengan “ringan”nya kita seolah sedang memakan daging bangkaisaudara kita sendiri!!!!

berapa daging bangkai?, 2 atau 1kah 3 dalam sehari????? Astaghfirullohaladziem.

Kenapa?

Marilah kita simak firman Alloh dalam QS Al Hujurot ayat 12, yang artinya sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka , karena sebagian

dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

 janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka

memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik 

kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat

lagi Maha Penyayang . (QS Al-Hujurat:12)

Page 6: Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

5/14/2018 Isi Kandungan Al Hujurat 10-13 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-kandungan-al-hujurat-10-13 6/8

 

 

Demikianlah …….Alloh mengumpamakan antara menggunjing (ghibah) dengan orang yang

memakan daging bangkai saudaranya sendiri.

Lalu Apakah ghibah itu ?

Sesuai apa yang diterangkan Nabi SAW: pada Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud : Nabi

SAW bersabda : "Tahukah kamu apa ghibah itu ? Jawab sahabat : Allahu warasuluhu a'lam

(Allah dan Rasulullah yang lebih tahu).

Kemudian Nabi SAW bersabda: Menceritakan hal saudaramu yang ia tidak suka diceritakan

pada orang lain. Lalu Sahabat bertanya: Bagaimana jika memang benar sedemikian keadaan

saudaraku itu ?

Jawab Nabi SAW : "Jika benar yang kau ceritakan itu, maka itulah ghibah, tetapi jika tidak 

benar ceritamu itu, maka itu disebut buhtan (tuduhan palsu, fitnah) dan itu lebih besar

dosanya".

Dalam kitab al adzkar , Imam AnNawawy memberikan definisi : 'Ghibah, adalah

menyebutkan hal-hal yang

tidak disukai orang lain, baik berkaitan kondisi badan, agama, dunia,

 jiwa, perawakan, akhlak, harta, istri, pembantu, gaya ekspresi rasa

senang, rasa duka dan sebainya, baik dengan kata-kata yang gamblang,

isyarat maupun kode.

Di era sekarang ini, meng-ghibah (bukan hibah loh…) dapat dilakukan dengan tulisan, sms,

email, bahkan lewat bahasa tubuh-pun bisa.

Adapun kalau sekedar membathin, belum bisa disebut ghibah, meskipun hal ini jugatermasuk prasangka. Dalam QS Al Hujurat ayat 12 tadi disebutkan bahwa ber-prasangka pun

kita sebaiknya berhati-hati, karena sebagian dari prasangka adalah dosa. Dalam hal ini adalah

prasangkayang buruk (su‟u dzon). Sebaliknya kita dianjurkan untuk selalu berkhusnudzon

atau prasangka yang baik.

Ghibah dikatakan mempunyai dosa ganda. Karena selain kita harus memohon ampun kepada

Alloh, dan alloh maha pengampun atas dosa-dosa kita.

Namun, kita juga harus meminta maaf kepada orang kita gunjing tersebut, ini yang terkadang

menjadi sulit bagi diri kita. Apalagi jika yang kita gunjing jumlahnya banyak sekali,

naudzubillahi min dzaalik.

Page 7: Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

5/14/2018 Isi Kandungan Al Hujurat 10-13 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-kandungan-al-hujurat-10-13 7/8

 

Dalam Sebuah hadit dari abu hurairoh, nabi Muhammad SAW bersabda :

Whoever has wronged his brother with regard to wealth or honor, should ask for his pardon

(before his death), before he pays for it (in the Hereafter) when he will have neither a Dinar

nor a Dirham. (He should secure pardon in this life) before some of his good deeds are taken

and paid to this (his brother), or (if he has no good deeds) some of the bad deeds of this (hisbrother) are taken to be loaded on him.” (Reported by Al-Bukhari and Muslim)

Maaf ya textnya masih asli dalam bahasa inggris…tapi kurang lebihnya maksudnya begini:

barangsiapa bersalah kepada saudaranya maka kita harus minta maaf kepada dia sebelum

meninggal, karena jika tidak, maka amal kita akan dilimpahkan kepadanya, atau jika kita tak 

memiliki amal, maka amal buruk dia akan dilimpahkan kepada kita, Na‟udzubillahimindzaalik. 

Lalu, Apakah ghibah haram 100 persen?

Untuk beberapa kondisi, kita diperbolehkan untuk ber-ghibah, yaitu:

1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang

yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang

berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.

2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat

kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk 

mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak.

Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiapmuslim harus saling bantu membantu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-

orang yang menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang

haq dan yang bathil.

3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita diperbolehkan menceritakan

keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya

menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih.

4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan contohnya: Apabila kita melihat

seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik atau ahli bid'ah dan kitakhawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya. Maka kita wajib menasehati dengan cara

menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata.

5. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid'ah seperti,

minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak liar atau perkara-

perkara bathil lainnya. Ketika menceritakan keburukan itu kita tidak boleh menambah-

nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal itu hanya untuk kebaikan

6. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta, atau

sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsungmengerti. Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram hukumnya. Jika ia mempunyai

Page 8: Isi Kandungan Al Hujurat 10-13

5/14/2018 Isi Kandungan Al Hujurat 10-13 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi-kandungan-al-hujurat-10-13 8/8

 

nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut.

Mungkin itu aja dulu ya. Marilah kita berdo‟a dan berusaha agar lebih  dapat menjaga lidah

dan hati kita, amiiin.

SUMBER LAIN

Ghibah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa 

Langsung ke: navigasi, cari 

Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya,

hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam. Di

antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang

yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.

[sunting] Ghibah Keji Dan Kotor

Secara bahasa, ghibah berarti menggunjing. Banyak orang meremehkan masalah ghibah,

padahal dalam pandangan Allah ia adalah sesuatu yang keji dan kotor. Hal itu dijelaskandalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Riba itu ada tujuh puluh dua

pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi

ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas

kehormatan saudaranya". (As-Silsilah As-Shahihah,)

[sunting] Keutamaan Mencegah Gibah

Wajib bagi orang yang hadir dalam majlis yang sedang menggunjing orang lain, untuk 

mencegah kemungkaran dan membela saudaranya yang dipergunjingkan. Nabi Shallallahu

'alaihi wa sallam amat menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya. "Artinya :Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah

akan menolak menghindarkan api Neraka dari wajahnya". (HR Ahmad) "Wahyu

Pamungkas"-Dibawah Naungan Al-Quran