Geologi Struktur Indonesia Timur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Geologi Struktur di Indonesia Timur

Citation preview

Geologi struktur Indonesia timur

Geologi struktur Indonesia timur. Nama : Dicky Haris Hidayat NIM : 111.020.140 Kelas : B.Struktur Geologi

Wilayah Indonesia Timur dihasilkan sebagai akibat interaksi 4 buah lempeng lithosfer (Eurasia, Laut Philipina, India dan Pasific). Di wilayah laut Maluku, zona Beniof memanjang berlawanan arah, yaitu ke arah barat dan timur, dan busur vulkanik yang berkembang, yaitu busur Sangihe (Morrice, dkk. , 1981).

Zona Beniof memanjang 45o sepanjang 230 km di bawah lempeng laut Philipina di bagian timur, tetapi penajaman (55o - 65o) sedalam 680 km bagian tenggara lempeng Asia yang terletak di atas busur Sangihe (Cardwell, dkk., 1980). Perbedaan panjang zona seismik antara busur bagian barat dan timur, mungkin berhubungan dengan lamanya tumbukan atau kecepatan tumbukan dari penajaman ke arah barat di bawah busur Sangihe.

Busur Sangihe relatif lurus berarah utara selatan sepanjang 300 km menunjukkan busur khusuS. Deretan vulkanik depan (Tongkoko Banua Wuhu) terletak 100 - 200 km di atas zona Beniof, dan gunungapi-gunungapi tumbuh meluas sampai 70 km di belakang deretan vulkanik depan, dengan demikian busur vulkanik berada 100 - 180 km di atas sumber gempa.

Di kepulauan Sangir terdapat 4 buah gunungapi aktif ( Awu, Banua Wuhu, Api Siau, Raung ), yang terletak pada garis sepanjang 50 km. Disamping itu ada tiga pulau lainnya (Kalama, Makalehi, Tagulandang ) yang memiliki morfologi vulkanik muda.

G. Awu merupakan gunungapi aktif di ujung utara busur Sangir, dan berada dibagian utara pulau Sangihe. Struktur geologi yang berkembang di daerah G. Awu dan sekitarnya, terdiri dari kaldera, kawah, sesar dan kelurusan vulkanik.

Sesar

Ada 2 buah sesar yang diperkirakan terdapat di G. Awu dan sekitarnya. Sesar pertama yaitu sesar turun yang memotong lava Awu Tua dicirikan dengan adanya dinding yang tegak (gawir sesar), sehingga pada bagian yang turun terisi oleh endapan produk Awu Muda. Sesar ini berarah N 26o E atau N 206 o E . Sesar yang lainnya (sesar turun), dijumpai di puncak bagian tenggara, berarah N 130o E atau N 310 o E (Yogi Sasongko, 1995).

Kelurusan Vulkanik

Dijumpai adanya kelurusan vulkanik berarah N 150o E atau N 330 o E, diduga merupakan kelurusan titik letusan gunungapi yang terdapat di P. Sangir, seperti G. Tahuna, G. Posong dan G. Awu (Yogi Sasongko, 1995).

Geomorfologi

Dibagi atas 2 kelompok utama, yaitu : Kelompok morfologi vulkanik tua, kelompok ini menempati daerah tenggara dan barat, yang dibangun oleh produk aktivitas vulkanik, berumur lebih tua dari aktivitas G. Awu.

Produk aktivitas G. Awu mulai dari produk Awu Tua maupun Awu muda, diantaranya puncak, lereng yang berkemiringan terjal dan landai (seperti daerah Anggis, Beha, Akembuala, Naha, Kalakube, Mala, Bahu, dan Sawang), sisa-sisa kerucut tua di sekitar lereng dan kaki G.Awu, dan daratan umummnya daerah pantai selatan.

Stratigrafi

Dibagi atas empat kelompok aktivitas vulkanik, yaitu :

1. Kelompok vulkanik G. Tahuna

Produk G. Tahuna yang masih baik ditemukan di lapangan hanya jenis lavanya, disebutkan Lava Tahuna (LTh) yang terdiri atas perulangan lava yang bersifat andesitaS. Komposisinya secara megaskopis adalah andesit piroksen.

2. Kelompok vulkanik Komplek G. Posong

Produk dari komplek G. Posong disebut juga Lava Posong (LPs) berasal dari G.Bahu, G. Sahengbalira dan terutama G.Posong sendiri. Komposisinya secara megaskopis adalah andesit piroksen.

3. Kelompok vulkanik G. Awu Tua

4. Kelompok vulkanik G. Awu MudaSETTING LEMPENG TEKTONIK PAPUA. Konfigurasi Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi yeng berkaitan erat dengan perkembangan sari proses magmatik dan pembentukan busur gunung api yang berasoisasi dengan mineralisasi emas phorpir dan emas epithermal.Menurut Smith (1990), perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut :

Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35 5 JT) Pada bagian belakang busur Lempeng kontienental Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok Batugamping New Guinea selama Oligosen Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus. Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44 24 Juta Tahun yang (JT). Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada Oligosen Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West Delta Kali Sute di Kepala Burung Papua. Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papau diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau. Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Australia membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon Utawa dan busur Maramuni di New Guinea. Periode Miosen Akhir Plistosen (15 2 JTL)

Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian Landasan Sayap Miosen seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak. Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung terus hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman dan perkembangan dari busur Moon Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu Zona Patahan Markam. Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng Australia. Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur. Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah timur. Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan paparan di bagian selatan dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar serarah kemiringan konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng Australia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan evolusi tektonik Papua cenderung ke arah Utara Barat sampai sekarang.